BAB I PENDAHULUAN. dengan panjang garis pantai km, memiliki potensi sumber daya pesisir dan

dokumen-dokumen yang mirip
KEWENANGAN PERIZINAN REKLAMASI

MENATA WILAYAH PESISIR, PULAU KECIL, DAN TANAH REKLAMASI

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

BAB I PENDAHULUAN. seperti tercantum dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 di dalam

Kebijakan Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

I. PENDAHULUAN. Wilayah pesisir kota Bandar Lampung merupakan suatu wilayah yang mempunyai

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

III. METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian

Keputusan Presiden No. 52 Tahun 1995 Tentang : Reklamasi Pantai Utara Jakarta

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMEN-KP/2013

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PERMEN-KP/2013

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung sebagai kota pesisir, terletak pada posisi 5º20-5º31 LS

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

DAMPAK AKTIVITAS PELABUHAN DAN SEBARAN PENCEMARAN LINGKUNGAN PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG DAN KAWASAN SEKITARNYA

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Darda (2009) dijelaskan secara rinci bahwa, Indonesia merupakan

PENDAHULUAN Latar Belakang

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH

I PENDAHULUAN. dengan mengelola sumber daya perikanan. Sebagai suatu masyarakat yang tinggal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki beragam masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. daerah transit kegiatan perekonomian antara Pulau Sumatera dan Jawa, B. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Barat

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Reklamasi Rawa. Manajemen Rawa

BUPATI BANGKA TENGAH

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

PERSPEKTIF HUKUM. Dr. IMA MAYASARI, S.H., M.H

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tabel 1.1 Luas Hutan Mangrove di Indonesia Tahun 2002 No Wilayah Luas (ha) Persen

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

DAMPAK REKLAMASI PANTAI MARINA KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Propinsi Sumataera Utara memiliki 2 (dua) wilayah pesisir yakni, Pantai

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1995 TENTANG REKLAMASI PANTAI KAPUKNAGA, TANGERANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ALIANSI SELAMATKAN PESISIR TOLAK ALOKASI RUANG REKLAMASI DALAM RANPERDA RTRW KOTA MAKASSAR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS PEMANFAATAN RUANG YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN DI KAWASAN PESISIR KOTA TEGAL

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS SUMBERDAYA PESISIR YANG BERPOTENSI SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BENGKULU

PENDAHULUAN. daya alam ini salah satunya menghasilkan ikan dan hasil perikanan lainnya. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewi Fitriyani, 2013

I. PENDAHULUAN. Aktifitas kegiatan di perkotaan seperti perdagangan, pemerintahan, persaingan yang kuat di pusat kota, terutama di kawasan yang paling

AMDAL. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan By Salmani, ST, MS, MT.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2007

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PRT/M/2015 TENTANG PENGAMANAN PANTAI

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kedua di dunia setelah Kanada, sehingga 2/3 luas wilayah Indonesia merupakan. untuk menuju Indonesia yang lebih maju dan sejahtera.

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2010 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

TAMBANG DI KAWASAN HUTAN LINDUNG

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENATAAN KAWASAN PULAU, PANTAI, PESISIR, DAN PELABUHAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2012 TENTANG REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia

PENGENDALIAN AIR DALAM REKLAMASI DI DKI JAKARTA

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari daratan dan lautan seluas ± 5,8 juta Km 2 dan sekitar 70 %

Kementerian Kelautan dan Perikanan

GUBERNUR PROVIN,SI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 2485 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2012 TENTANG REKLAMASI DI WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kawasan perkotaan di Indonesia cenderung mengalami permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari pemanfaatan wilayah pesisir dan lautan. Oleh sebab itu, banyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan sebesar 1,49 % pada tahun Badan Pusat Statistik (BPS,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kaya yang dikenal sebagai negara kepulauan. Negara ini

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. dengan iklim tropis pada persilangan rute-rute pelayaran internasional antara

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2008 TENTANG PENATAAN RUANG KAWASAN JAKARTA, BOGOR, DEPOK, TANGERANG, BEKASI, PUNCAK, CIANJUR

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.508 pulau dengan panjang garis pantai 81.000 km, memiliki potensi sumber daya pesisir dan lautan yang sangat besar. Luas wilayah perairan Indonesia sebesar 5,8 juta km 2 yang terdiri dari 3,1 juta km 2 Perairan Nusantara dan 2,7 km 2 Perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) atau 70 persen dari luas total Indonesia. Wilayah pesisir dan lautan indonesia yang kaya dan beragam sumber daya alamnya telah dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia sebagai salah satu sumber bahan makanan utama, khususnya protein hewani, sejak berabad-abad lamanya. Sementara itu, kekayaan hidrokarbon dan mineral lainnya yang terdapat di wilayah ini juga telah dimanfaatkan untuk menunjang pembangunan ekonomi nasional sejak Pelita I. Selain menyediakan berbagai sumber daya tersebut, wilayah pesisir dan lautan Indonesia memiliki berbagai fungsi lain, seperti transportasi dan pelabuhan, kawasan industri, agribisnis dan agroindustri, rekreasi dan pariwisata, serta kawasan pemukiman dan tempat pembuangan limbah. Wilayah pesisir sangat menarik perhatian manusia baik pada masa dahulu maupun sekarang. Seiring dengan perkembangan peradaban dan kegiatan sosial

2 ekonominya. Manusia memanfaatkan wilayah pesisir untuk berbagai kepentingan seperti sebagai tempat mencari nafkah, permukiman, perkotaan, kawasan industry, bandara, pelabuhan maupun sebagai tempat berekreasi. Konsekuensi yang muncul dari pesatnya pembangunan di wilayah pesisir antara lain adalah masalah penyediaan lahan bagi aktivitas sosial ekonomi dan gangguan terhadap lingkungan. Hal ini mengakibatkan terhambatnya perekonomian di wilayah pesisir bandar lampung dikarenakan lahan yang terbatas. Penyediaan lahan ini biasanya dilakukan dengan memanfaatkan lahan atau habitat yang sudah ada di wilayah pesisir seperti perairan pantai, lahan basah, pantai berlumpur dan lain sebagainya yang dianggap kurang bernilai secara ekonomi dan/atau lingkungan untuk dikonversi menjadi bentuk lahan lain yang dapat memberikan keuntungan secara ekonomi dan/atau lingkungan yang lebih dikenal dengan istilah reklamasi. Di buatnya suatu kebijakan reklamasi pantai diwilayah pesisir Bandar Lampung guna memenuhi kebutuhan terhadap lahan yang untuk digunakan sebagai kawasan industri, perdagangan, pelabuhan, maupun permukiman. Latar belakang reklamasi pantai adalah suatu proses membuat daratan baru pada suatu daerah perairan/pesisir pantai atau daerah rawa. Hal ini umumya dilatar belakangi oleh semakin tingginya tingkat populasi manusia, khususnya di kawasan pesisir, yang menyebabkan lahan untuk pembangunan semakin sempit. Pertumbuhan penduduk dengan segala aktivitasnya tidak bisa dilepaskan dengan masalah kebutuhan lahan. Pembangunan yang ditunjukan untuk menyejahterakan rakyat yang lapar lahan telah mengantar pada perluasan wilayah yang tak terbantahkan. Adapun tujuan dari reklamasi pantai adalah meningkatkan manfaat

3 dan/atau nilai tambah wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil ditinjau dari aspek teknis, lingkungan, dan sosial ekonomi. Kebijakan reklamasi pantai berpedoman pada UU No.27 Tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil mendefisikan bahwa reklamasi pantai adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan, pengeringan lahan atau drainase. Kawasan reklamasi pantai berdasarkan fungsi dikelompokan atas : (1). Kawasan peruntukan permukiman ; (2). Kawasan perdagangan dan jasa ; (3). Kawasan peruntukan industri ; (4). Kawasan peruntukan parawisata ; (5). Kawasan pendidikan ; (6). Kawasaan pelabuhan laut / penyebrangan ; (7). Kawasan bandar udara ; (8). Kawasan mixed-use ( campuran ) ; (9). Kawasan ruang terbuka hijau. ( Peraturan Mentri Pekerjaan Umum Nomor 40/PRT/M/2007 tentang Pedoman Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai ). Untuk wilayah provinsi Lampung, pelaksanaan kebijakan Reklamasi Pantai dimanfaatkan untuk kawasan peruntukan industry dan kawasan pelabuhan laut/penyebrangan. Akan tetapi untuk di wilayah kelurahan Srengsem digunakan sebagai kawasan peruntukan industri. Atas berdasarkan keputusan Gubernur KDH TK I Lampung Nomor: G/315/BAPPEDA/HK/1990 tentang Pemberian Izin Penimbunan Pantai kepada PT. Andatu yang berlokasi di Desa Srengsem Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung, menetapkan kebijakan Reklamasi Pantai di wilayah Srengsem Kecamatan Panjang kota Bandar Lampung. Pelaksanaan kebijakan reklamasi pantai dilaksanakan berdasarkan untuk memberikan izin penimbunan lahan basah menjadi lahan kering untuk meningkatkan daya guna lahan yang dilakukan oleh

4 PT Andatu. Penimbuhan yang diizinkan adalah perluasan tanah daratan yang sudah dikuasai pemohon kearah laut pada batas kedalaman yang ditetapkan oleh Perumpel II Pelabuhan Panjang. Tujuan dari adanya Reklamasi Pantai yang dilakukan di daerah Srengsem Kecamatan Panjang dilakukan berdasarkan Undang-undang Nomor 27 tahun 2007 yakni meningkatkan manfaat dan/atau nilai tambah wilayah pesisir dan pulaupulau kecil ditinjau dari aspek teknis, lingkungan dan sosial ekonomi. Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 pada pasal 34 serta dijelaskan dalam raperda menjelaskan bahwa hanya dapat dilaksanakan jika manfaat sosial dan ekonomi yang diperoleh lebih besar dari biaya sosial dan biaya ekonominya. Namun demikian, pelaksanaan reklamasi juga wajib menjaga dan memperhatikan beberapa hal seperti : a) keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat b) keseimbangan antara kepentingan pemanfaatan dan pelestarian lingkungan pesisir; serta c) persyaratan teknis pengambilan, pengerukan dan penimbunan material. Namun reklamasi pantai di wilayah pesisir kota Bandar Lampung yang salah satunya di kelurahan Srengsem Kecamatan Panjang mempunyai beberapa permasalahan di dalam pelaksanaannya yakni pada kenyataannya saat ini proses penimbunan pantai tidak dilaksanakan seperti rencana awal,yakni tidak ada lahan bebas sepanjang yang telah di timbun, yang menurut rencana semula bahwa sepanjang pantai dengan lebar 60 m harus bebas, berupa jalan 20 m, sempadan pantai 30 m, batas jalan dan bangunan 10 m, dan semua bangunan harus

5 menghadap ke pantai, serta setiap masyarakat dapat menikmati keindahan pantai dan laut tanpa harus membayar ke penimbun pantai. Para penimbun pantai dapat memanfaatkan areal timbunannya pada jarak 60 m dari bibir pantai. Ini disebabkan karena pihak perusahaan yang melakukan reklamasi tidak memberikan 11-16% lahan reklamasi kepada pemerintah. Hal ini mengakibatkan terbatasnya kegiatan masyarakat yang ada di wilayah pesisir terutama akses masyarakat pesisir untuk mencari nafkah yang dirasakan semakin sulit khususnya masyarakat yang bermatapencaharian sebagai nelayan. Melihat daripada penjelasan di atas bahwa kebijakan Reklamasi pantai di wilayah Kelurahan Srengsem mengalami beberapa permasalahan atau ketidak sesuaian dengan prosedur yang dijelaskan oleh UU No. 27 tahun 2007 yang sebagai acuan untuk pelaksanaan kebijakan tersebut, yang dalam hal ini melihat dari kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar wilayah Reklamasi. Dalam hal ini setelah kebijakan reklamasi pantai dilaksanakan banyak masyarakat mengalami kehilangan mata pencaharian mereka sebagai nelayan yang merupakan mata pencaharian utama masyarakat yang berada di sekitaran pinggir pantai. Hal ini diungkapkan oleh salah seorang masyarakat yang menempati wilayah di sekitar daerah Reklamasi Pantai di wilayah Srengsem yang menggatakan di sini dulu banyak yang bekerja sebagai nelayan tapi setelah adanya penimbunan yang dilakukan PT Andatu nelayan jumlahnya semakin sedikit kami susah untuk mencari ikan lagi karena pengurukan lahan membuat kerusakan laut yang membuat ikan menjadi sedikit dan juga kami tidak bisa menyandarkan perahu kami di sekitaran sini (sekitar PT Andatu) dikarenakan lahan yang sudah milik mereka sehingga kami juga cukup jauh untuk menyandarkan perahu-perahu

6 kami (hasil wawancara pada tanggal 19 Juli 2013). Kemudian dijelaskan pula dalam hasil laporan profil dari Kelurahan Srengsem yang menyatakan bahwa jumlah masyarakat yang mempunyai pekerjaan sebagai nelayan berjumlah 249 Kepala Kuarga dari jumlah keseluruhan KK di wilayah Srengsem sebanyak 2007 KK. (Profil Desa dan Kelurahan Srengsem) Melihat dari berbagai permasalahan yang terjadi saat ini dari adanya kebijakan reklamasi pantai di Bandar Lampung, maka perlu dilakukan evaluasi untuk melihat bagaimana hasil dari pelaksanaan kebijakan reklamasi pantai tersebut, Menurut Riant Nugroho (2011) mengatakan bahwa: sebuah kebijakan publik tidak bisa lepas begitu saja. Kebijakan harus dievaluasi, dan salah satu mekanisme pengawasan tersebut disebut evaluasi kebijakan. Evaluasi kebijakan ditujukan untuk menilai sejauh mana keefektifan kebijakan publik guna dipertanggungjawabkan kepada konstituennya. Sejauh mana tujuan dicapai. Evaluasi diperlukan untuk melihat kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Dalam penelitian ini, maka peneliti ingin melihat bagaimana dampak sosial ekonomi masyarakat Kelurahan Srengsem yang senyatanya terjadi di lapangan, apakah sesuai dengan yang diharapkan. Melihat evaluasi dari kebijakan tersebut, maka dapat terlihat bagaimana dampak yang muncul akibat dari adanya kebijakan reklamasi pantai tersebut baik dampak negatif maupun dampak positif. sehingga dapat dijadikan sebuah pegangan untuk mengubah atau memperbaiki kebijakan tersebut dimasa yang akan datang. Dengan demikian diharapkan ke depan tidak ada lagi permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan kebijakan reklamasi

7 pantai di wilayah pesisir Bandar Lampung, sehingga dapat mencapai dampak yang diharapkan. B. Rumusan masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu Apakah terjadi dampak sosial ekonomi masyarakat dari kebijakan reklamasi pantai di wilayah pesisir Bandar Lampung? C. Tujuan penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan gambaran dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan dari adanya kebijakan reklamasi pantai di wilayah pesisir Bandar Lampung. D. Kegunaan atau Manfaat Penelitian Manfaat atau kegunaan dari penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis adalah sebagai masukan bagi pengembangan konsep Ilmu Administrasi Negara yang mengkaji tentang Kebijakan Publik, khususnya pada penelitian ini mengenai evaluasi terhadap dampak kebijakan. 2. Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran kepada instansi terkait dalam pelaksanaan kebijakan reklamasi pantai di wilayah pesisir Bandar Lampung.