KODEFIKASI RPI 17. Pengembangan Perhitungan Emisi GRK Kehutanan (Inventory)

dokumen-dokumen yang mirip
Istilah dalam Perubahan Iklim

BABV. PENDEKATAN PENGUKURAN KEBERHASILAN RENCANA AKSI DAN SISTEM MONITORING

PERAN BENIH UNGGUL DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM

Ari Wibowo 1 1. Pusat Litbang Perubahan Iklim dan Kebijakan Jalan Gunung Batu No. 5. Bogor, 16610,

INVENTARISASI EMISI GAS RUMAH KACA DARI SEKTOR KEHUTANAN : METODE IPCC GUIDELINE

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maupun Negara. Bisa melalui

Pengaruh Daya Dukung Hutan Terhadap Iklim & Kualitas Udara di Ekoregion Kalimantan

PEDOMAN PEMBERIAN REKOMENDASI PEMERINTAH DAERAH UNTUK PELAKSANAAN REDD

National Forest Monitoring System untuk mendukung REDD+ Indonesia

INVENTARISASI GAS RUMAH KACA SEKTOR KEHUTANAN. Gelar Teknologi Badan Litbang Kehutanan Jakarta, 19 November 2009

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan.

POTENSI STOK KARBON DAN TINGKAT EMISI PADA KAWASAN DEMONSTRATION ACTIVITIES (DA) DI KALIMANTAN

KONSEP DAN METODE SISTEM MRV DALAM REDD+

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan.

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

Perkiraan Sementara Emisi CO 2. di Kalimantan Tengah

PEDOMAN DAN APLIKASI UNTUK PENGELOLAAN HUTAN

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Kalimantan Tengah

Perhitungan karbon untuk perbaikan faktor emisi dan serapan grk

D4 Penggunaan 2013 Wetlands Supplement to the 2006 IPCC Guidelines untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca di Indonesia.

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Papua

Frida Sidik (P3SEKPI-KLHK, ASEAN-US S&T Fellow); Virni Budi Arifanti (P3SEKPI-KLHK); Haruni Krisnawati (P3H-KLHK)

VALIDASI DATA PENGUKURAN KARBON HUTAN

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Jawa Timur

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Indonesia

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

ISSN : X Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Jawa Barat

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Bali

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Maluku

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di DKI Jakarta

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Aceh

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Gorontalo

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Nusa Tenggara Timur

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Sulawesi Tenggara

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Sulawesi Utara

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

Perubahan penggunaan dan tutupan lahan di Indonesia tahun

BRIEF Volume 11 No. 01 Tahun 2017

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

Pemanfaatan Data PSP untuk Penetapan REL REDD+ Nasional

2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERUBAHAN IKLIM DAN KEBIJAKAN.

Informasi hasil aplikasi perhitungan emisi grk

Pengukuran, Pelaporan dan Verifikasi REDD+ Indonesia

KONTRIBUSI (PERAN) SEKTOR KEHUTANAN DALAM PENANGANAN PERUBAHAN IKLIM

Indonesian National Carbon Accounting System (INCAS) Pendugaan Emisi Gas Rumah Kaca Tahunan dari Hutan dan Lahan Gambut di Kalimantan Tengah

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

BAB I. PENDAHULUAN. Aktivitas manusia telah meningkatkan emisi gas rumah kaca serta

Isi Paparan. REL Tanah Papua Tahun dari Sektor Kehutanan 6/22/ Roadmap Implementasi REDD+ di Tanah Papua 4.

Draft 10 November PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.30/Menhut-II/ /Menhut- II/ TENTANG

Inventarisasi Nasional Emisi dan Serapan Gas Rumah Kaca di Hutan dan Lahan Gambut Indonesia

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Sulawesi Barat

Desember, Tim Perubahan Iklim Badan Litbang Kehutanan GUIDANCE FOR CARBON MEASUREMENT TO SUPPORT REDD+ IMPLEMENTATION IN INDONESIA

REHABILITASI HUTAN DAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIM SEKTOR KEHUTANAN DI SULAWESI UTARA

Panduan Pengguna Untuk Sektor Kehutanan. Indonesia 2050 Pathway Calculator

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Oleh/by: Nurlita Indah Wahyuni

TRAINING UPDATING DAN VERIFIKASI DATA PSP UNTUK MRV KARBON HUTAN

Estimasi hilangnya cadangan karbon di atas permukaan tanah akibat alihguna lahan di Indonesia (1990, 2000, 2005)

Panduan Pengguna Untuk Sektor Kehutanan. Indonesia 2050 Pathway Calculator

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

Memahami Keragaman Sistem Penggunaan Lahan dan Pengaruhnya Terhadap Penghitungan Opportunity Cost

National Forest Monitoring System

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan iklim sekarang ini perlu mendapatkan perhatian yang lebih

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang

MEMBANGUN INVENTARISASI GRK

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

PENYEMPURNAAN NATIONAL FOREST INVENTORY (NFI) UNTUK INVENTARISASI STOK DAN ESTIMASI EMISI KARBON HUTAN TINGKAT PROVINSI

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERUBAHAN IKLIM DAN KEBIJAKAN.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

BAB 3. Pengembangan Sistem Monitoring PSP yang Terintegrasi dan Partisipatif di Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Laporan dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida

OVERVIEW DAN LESSON LEARNED DARI PEMBANGUNAN PSP UNTUK MONITORING KARBON HUTAN PADA KEGIATAN FCPF TAHUN

ANALISIS EMISI GAS RUMAH KACA SEKTOR AGRICULTURE, FORESTRY AND OTHER LAND USE (AFOLU) DI PROVINSI RIAU

Opportunity Cost Dalam Pelaksanaan REDD

PERKEMBANGAN APLIKASI DATABASE PEMANTAUAN KARBON HUTAN

Kesiapan dan Tantangan Pengembangan Sistem MRV dan RAD/REL Provinsi Sumbar

Pembangunan Sistem Penghitungan Karbon Nasional di Sektor Kehutanan

tersebut terdapat di atmosfer. Unsur-unsur yang terkandung dalam udara dan

Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan

Panduan Pengguna Untuk Reboisasi Lahan Kritis. Indonesia 2050 Pathway Calculator

Panduan Pengguna Untuk Reboisasi Lahan Kritis. Indonesia 2050 Pathway Calculator

LESSON LEARNED DARI PEMBANGUNAN PSP UNTUK MONITORING KARBON HUTAN PADA KEGIATAN FCPF TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak positif seperti mudahnya berkomunikasi maupun berpindah

KONTRIBUSI SEKTOR TRANSPORTASI DARAT TERHADAP TINGKAT EMISI CO2 DI EKOREGION KALIMANTAN. Disusun Oleh :

2018, No Carbon Stocks) dilaksanakan pada tingkat nasional dan Sub Nasional; d. bahwa dalam rangka melaksanakan kegiatan REDD+ sebagaimana dima

INTEGRASI NFI KE DALAM SISTEM MONITORING KARBON HUTAN YANG AKAN DIBANGUN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

DARI DEFORESTASI, DEKOMPOSISI DAN KEBAKARAN GAMBUT

UPAYA PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI UNTUK PENURUNAN EMISI KARBON ( Development efforts of Plantation Forest for Carbon Emission Reduction)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

Transkripsi:

KODEFIKASI RPI 17 Pengembangan Perhitungan Emisi GRK Kehutanan (Inventory)

Lembar Pengesahan Pengembangan Perhitungan Emisi GRK Kehutanan (Inventory) 745

Daftar Isi Lembar Pengesahan... 745 Daftar Isi... 747 Daftar Gambar...748 Daftar Tabel...749 Daftar Singkatan...751 I. ABSTRAK... 753 II. LATAR BELAKANG... 753 III. RUMUSAN MASALAH... 754 IV. HIPOTESIS... 756 V. TUJUAN DAN SASARAN... 756 VI. LUARAN... 757 VII. RUANG LINGKUP... 757 VIII. METODE...760 IX. INSTANSI PELAKSANA, RENCANA TATA WAKTU, DAN RENCANA BIAYA... 767 X. ORGANISASI...769 XI. DAFTAR PUSTAKA...769 XII. KERANGKA KERJA LOGIS... 770 Pengembangan Perhitungan Emisi GRK Kehutanan (Inventory) 747

Daftar Gambar Gambar 1. Sumber emisi dan serapan GRK untuk sektor Agriculture, Forestry and Land Use (AFOLU) (Sumber: IPCC 2006)... 758 Gambar 2. Strategi Penelitian Inventarisasi GRK Kehutanan...760 748 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

Daftar Tabel Table 1. Negara-negara pengemisi GRK, tanpa LULUCF (Baumertz et al, 2005)... 755 Table 2. Negara pengemisi GRK terbesar di dunia (Juta Ton CO2 e) (Peace, 2007)... 755 Table 3. Komponen GRK dan potensinya terhadap pemanasan global... 758 Table 4. Pilihan Pendekatan dan Tiers... 759 Table 5. Kategori penutupan lahan menurut IPCC dan kategori penutupan lahan/hutan di Indonesia... 762 Table 6. Format pelaporan umum hasil inventarisasi GRK sektor LULUCF... 765 Table 7. Matriks instansi pelaksana, tata waktu dan rencana biaya... 767 Pengembangan Perhitungan Emisi GRK Kehutanan (Inventory) 749

Daftar Singkatan AGB ALU BAU BBPD BGB BPK BPHPS CAIT CDM Ditjen GL GN RHL GPG GRK HR HTI HTR INCAS IPB IPCC LHP LULUCF MAI MRV NFI OMOT PHKA : Above Ground Biomass : Agriculture and Landuse : Business as Usual : Balai Besar Penelitian Dipterokarpa : Below Ground Biomass : Balai Penelitian Kehutanan : Balai Penelitian Hutan Penghasil Serat : Climate Analysis Indicators Tool : Clean Development Mechanism : Direktorat Jenderal : Guideline : Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan : Good Practice Guidance : Gas Rumah Kaca : Hutan Rakyat : Hutan Tanaman Indonesia : Hutan Tanaman Rakyat : Indonesia National Carbon Accounting System : Institut Pertanian Bogor : International Panel on Climate Change : Laporan Hasil Penelitian : Land Use, Land Use Change and Forestry : Mean Annual Increment : Measurable, Reportable and Verifiable : National Forest Inventory : One Man One Tree : Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Pengembangan Perhitungan Emisi GRK Kehutanan (Inventory) 751

REDD REDDI REL RLPS RPI Tier UNFCCC WRI : Reduced Emission from Deforestation and Degradation : Reduced Emission from Deforestation and Degradation in Indonesia : Reference Emission Level : Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial : Rencana Penelitian Integratif : Tingkat Kerincian : United Nations Framework Convention on Climate Change : World Resource Institute 752 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

I. ABSTRAK Sektor Kehutanan yang dalam konteks perubahan iklim termasuk kedalam sektor LULUCF (land use, land use change and forestry) adalah salah satu sektor penting yang harus dimasukkan dalam kegiatan inventarisasi gas rumah kaca (GRK). Kehutanan memainkan peranan penting dalam siklus karbon. Di tingkat global, kontribusi sektor LULUCF sebesar 18 %, sedangkan di tingkat nasional mencapai 74 %. Indonesia penting untuk menerapkan metode inventarisasi gas rumah kaca dengan hasil inventarisasi yang lebih akurat dan terpercaya sehingga diakui oleh internasional. Hasil perhitungan emisi GRK kehutanan yang dapat diukur, dilaporkan dan diverifikasi (measurable, reportable and verifiable), perlu untuk pengembangan kegiatan perdagangan karbon di Indonesia baik melalui mekanisme pasar sukarela atau wajib (compliance) termasuk mekanisme REDD. Kajian mengenai kondisi terkini metode perhitungan emisi perlu dilakukan sebagai informasi guna mengembangkan sistem perhitungan GRK di Indonesia. Tingkat kerincian (Tier) yang lebih tinggi (Tier 2 atau 3) untuk activiy data dan emission factor diperlukan guna memperoleh hasil perhitungan emisi yang akurat. Untuk kepentingan inventarisasi gas rumah kaca, berbagai metode inventarisasi telah dikembangkan. Diantaranya IPCC (International Panel on Climate Change) telah mengembangkan metode yang telah diaplikasikan secara luas oleh negara-negara yang meratifikasi UNFCCC. Aplikasi metode IPCC Guideline memerlukan data dan informasi yang lebih komprehensif mencakup tidak hanya sektor kehutanan tapi juga sektor pertanian. Penelitian dalam RPI mencakup kajian tentang inventarisasi GRK kehutanan, penelitian untuk memperbaiki activity data dan faktor emisi/serapan lokal untuk berbagai tipe hutan atau penggunaaan lahan, serta pengaplikasian IPCC GL untuk perhitungan emisi. Hal ini guna memperbaiki sistem inventarisasi GRK khususnya kehutanan yang MRV untuk berbagai keperluan dimasa yang akan datang. Kata Kunci: inventarisasi gas rumah kaca, IPCC Guideline, sektor LULUCF II. LATAR BELAKANG Sektor Kehutanan yang dalam konteks perubahan iklim termasuk kedalam sektor LULUCF (Land Use, Land Use Change and Forestry) adalah salah satu sektor penting yang harus dimasukkan dalam kegiatan inventarisasi gas rumah kaca. Kehutanan memainkan peranan penting dalam siklus karbon. Laporan Stern (2007) menyebutkan kontribusi sektor LULUCF sebesar 18 %, sedangkan di Indonesia First National Communication melaporkan LULUCF sebesar 74 %. Sebagian besar pertukaran karbon dari atmosfer ke biosfir daratan terjadi di hutan. Status dan pengelolaan hutan Pengembangan Perhitungan Emisi GRK Kehutanan (Inventory) 753

akan sangat menetukan apakah suatu wilayah daratan sebagai penyerap karbon (net sink) atau pengemisi karbon (source of emission). Di Indonesia estimasi penghitungan emisi tahun 1990-an menunjukkan hasil yang sangat bervariasi yaitu antara 41-163 juta ton, dengan serapan karbon antara 187-337 juta ton (Boer et al., 1999). Variasi ini disebabkan oleh perbedaan activity data (misalnya luas hutan, luas grassland, konversi dan penggunaan lahan lainnya), konsumsi kayu, faktor emisi, metode pengukuran serta asumsi yang digunakan dalam analisis. Untuk kepentingan inventarisasi Gas Rumah Kaca (GRK) kehutanan diperlukan data yang akurat dan metode yang diakui internasional untuk melaporkan perkembangannya. Hal ini untuk mendukung tercapainya hasil perhitungan emisi GRK kehutanan yang dapat diukur, dilaporkan dan diverifikasi (measurable, reportable and verifiable), untuk pengembangan kegiatan perdagangan karbon di Indonesia baik melalui mekanisme pasar sukarela atau wajib (compliance). III. RUMUSAN MASALAH Kontribusi sektor kehutanan dalam emisi GRK cukup besar. Berbagai laporan menyebutkan, tanpa kontribusi sektor LULUCF Indonesia ada diperingkat 15 dunia sedangkan dengan LULUCF indonesia adalah negara pengemisi terbesar ke 3 di dunia sebagaimana terlihat pada Tabel-Tabel berikut. 754 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

Table 1. Negara-negara pengemisi GRK, tanpa LULUCF (Baumertz et al, 2005) Table 2. Negara pengemisi GRK terbesar di dunia (Juta Ton CO2 e) (Peace, 2007) Untuk memberikan informasi besarnya emisi dan serapan dari sektor LULUCF di Indonesia, diperlukan data yang valid, terutama dari segi metode, asumsi dan waktu. Karena itu inventarisasi dan pelaporan perubahan emisi dengan menggunakan metode yang secara internasional Pengembangan Perhitungan Emisi GRK Kehutanan (Inventory) 755

sudah terakreditasi perlu untuk dilakukan, sebagai salah satu kewajiban negara-negara yang meratifikasi konvesi perubahan iklim United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Sampai saat ini metode penghitungan emisi yang dikeluarkan oleh IPCC (International Panel on Climate Change) adalah metode yang digunakan oleh seluruh negara yang meratifikasi UNFCCC. Untuk negara Non-Annex 1 dapat menggunakan revised IPCC 1996 guideline sementara itu negara maju yang masuk dalam negara Annex 1 sejak tahun 2005 wajib menggunakan metode dalam LULUCF GPG 2003. Meskipun demikian, negara non-annex 1 disarankan agar juga menggunakan LULUCF-Good Practice Guidance (GPG) 2003 atau 2006 IPCC Guide Line (GL). Perhitungan emisi GRK kehutanan termasuk aplikasi IPCC GL 2006 diharapkan akan menghasilkan inventarisasi yang lebih akurat, mengurangi ketidakpastian (reduced uncertanity) dan konsisten dalam pembagian kategori lahan. Hasil perhitungan emisi akan menghasilkan estimasi serapan dan emisi GRK untuk seluruh kategori lahan, stock karbon (carbon pool) yang relevan, serta non CO 2 gas (berdasarkan analisis key source/sink category). Sampai saat ini Indonesia belum memiliki institusi khusus yang melakukan inventarisasi dan monitoring GRK. Hal ini menimbulkan permasalahan yaitu kurangnya ketersediaan data perubahan penggunaan lahan (activity data) dan faktor emisi/serapan lokal (emission/removal factors) untuk seluruh kategori lahan, carbon pool dan non-co 2 gas yang terkait, yang sangat berpengaruh terhadap tingkat akurasi dan kerincian hasil inventarisasi. IV. HIPOTESIS Peningkatan pemahaman dan pengetahuan tentang perhitungan emisi GRK sektor kehutanan dan penggunaan faktor emisi atau serapan lokal akan meningkatkan kualitas hasil perhitungan emisi GRK sektor kehutanan (peningkatan dari Tier 1 menjadi Tier 2 atau 3). V. TUJUAN DAN SASARAN Menyediakan informasi, pengetahuan dan teknologi perhitungan emisi dan serapan gas rumah kaca (GRK) kehutanan. Sasaran yang ingin dicapai adalah: 1. Diketahuinya informasi tentang perhitungan emisi GRK kehutanan yang meliputi metode inventarisasi, institusi dan data kegiatan, faktor emisi atau serapan, pengurangan emisi dari substitusi penggunaan energi 756 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

fosil menjadi biomas serta sistem monitoring dan pelaporan serta kontribusi sektor kehutanan di Indonesia dalam target penurunan emisi sebesar 26%. 2. Diketahuinya faktor serapan dan emisi lokal untuk berbagai jenis vegetasi atau hutan 3. Diaplikasikannya metode IPCC GL untuk penghitungan emisi GRK kehutanan, serta metode penghitungan Reference Emission Level (REL). Diharapkan para pihak yang nantinya berkepentingan dalam pelaksanaan perhitungan perubahan emisi dapat melakukannya dengan lebih mudah, dan memberikan hasil yang baik. Aplikasi dari penghitungan emisi menggunakan IPCC GL juga merupakan alat untuk menentukan REL atau referensi emisi (baseline), yang merupakan salah satu infrastruktur yang diperlukan untuk kesiapan pelaksanaan mekanisme pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi (REDD) di Indonesia (REDDI). Untuk menetapkan REL ini diperlukan metode yang terukur, dapat dilaporkan dan dapat diverifikasi (MRV- measurable, reportable, verifiable), serta telah diakui secara internasional. VI. LUARAN Penelitian ini akan menghasilkan luaran: 1. Rekomendasi hasil kajian inventarisasi GRK kehutanan 2. Teknik perhitungan karbon untuk perbaikan faktor emisi atau serapan GRK kehutanan (hutan alam dan tanaman) 3. Informasi hasil aplikasi perhitungan emisi GRK (metode IPCC GL 2006) dan metode penentuan REL VII. RUANG LINGKUP Dalam kaitannya dengan perubahan iklim, sektor kehutanan dapat berfungsi sebagai pengemisi karbon (emitter) dan penyerap karbon (sinker), sebagaimana terlihat pada Gambar 1 berikut: Pengembangan Perhitungan Emisi GRK Kehutanan (Inventory) 757

Gambar 1. Sumber emisi dan serapan GRK untuk sektor Agriculture, Forestry and Land Use (AFOLU) (Sumber: IPCC 2006) Selain CO 2, sektor AFOLU juga mengemisi GRK lainnya seperti N 2 O dan CH 4. Gas-gas ini memiliki potensi pemanasan global (GWP) yang lebih besar dibandingkan dengan CO 2. Tabel 3 menunjukkan jenis gas rumah kaca dan besarnya potensi gas tersebut terhadap pemanasan global. Table 3. Komponen GRK dan potensinya terhadap pemanasan global Komponen GRK Potensi Pemanasan Global (GWP) Carbon Dioxide, CO 2 1 Methane, CH 4 23 Nitrous Oxide, N 2 O 296 Hydrofluorocarbons, HFC 120 12.000 Perfluorocarbons, PFC 5.700 11.900 Sulfur Hexafluoride 22.200 Sumber: IPCC Third Assessment Report (2001) Dalam inventarisasi GRK, metode yang telah disepakati dan digunakan oleh negara-negara yang meratifikasi UNFCCC adalah metode IPCC GL 2006. Metode ini memberikan tahapan dan langkah yang diperlukan untuk pengukuran, pemantauan dan pelaporan perubahan emisi. 758 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

Komponen penting dalam inventarisasi GRK adalah data kegiatan (activity data) dan faktor emisi atau serapan (emission factor). Activity data merupakan kuantifikasi perubahan luas areal untuk setiap kategori emisi atau serapan. Sedangkan faktor emisi/serapan adalah kemampuan untuk mengemisi atau menyerap GRK dari suatu unit/kategori lahan yang dikonversi (misalnya dalam ton CO2/biomas per ha per tahun). Masingmasing activity data dan emission factor memiliki tingkat kerincian (Tier). Tingkat kerincian atau Tiers yang digunakan tertera pada Tabel 1. Terdapat tiga pilihan kerincian, yaitu Tier 1, 2 dan 3. Penelitian ini bertujuan agar terjadi peningkatan kerincian dalam inventarisasi GRK kehutanan (tidak lagi menggunakan Tier 1 untuk mendukung sistem pelaporan yang baik serta skema perdagangan karbon lainnya termasuk pasar sukarela dan mekanisme REDD). Table 4. Pilihan Pendekatan dan Tiers Pendekatan untuk menentukan perubahan luas areal (Activity Data) 1. Pendekatan Non-spasial: dari data statistik negara/global (mis FAO ) memberikan gambaran umum perubahan luas hutan 2. Berdasarkan peta, hasil survey dan data statistik nasional/lokal 3. Data spatial dari interpretasi penginderaan jauh dengan resolusi tinggi Tingkat kerincian faktor emisi (Emission Factor) (Tier): perubahan cadangan karbon Tier 1 (basic). Memakai data yang diberikan oleh IPCC (data default values) pada skala global Tier 2 (intermediate). Data spesifik dari tiap negara (nasional/lokal) untuk beberapa jenis hutan yang dominan atau yang utama Tier 3 (most demanding). Data cadangan karbon dari Inventarisasi Nasional, yang diukur secara berkala atau dengan modelling Dengan demikian lingkup penelitian ini adalah terkait inventarisasi GRK kehutanan yaitu penyediaan data dan informasi, serta menyajikan proses dan pilihan perhitungan emisi yang meliputi 5 carbon pools, jenis GRK dan tingkat kerincian (Tier) untuk berbagai kategori penutupan lahan. Pengembangan Perhitungan Emisi GRK Kehutanan (Inventory) 759

VIII. METODE Penelitian Inventarisasi GRK Kehutanan Kajian inventarisasi GRK kehutanan Teknik perhitungan karbon untuk perbaikan faktor emisi dan serapan GRK kehutanan (hutan alam dan tanaman) 1. Kajian metode inventarisasi 2. Kajian Institusi dan Data Kegiatan (Activity Data) 3. Kajian faktor emisi dan serapan 4. Kajian pengurangan emisi dari hasil substitusi penggunaan energi fossil menjadi biomas 5. Kajian sistem monitoring/pelaporan 6. Kajian penurunan emisi 26 % 1. Hutan alam gambut 2. Hutan alam mineral 3. Hutan tanaman gambut 4. Hutan tanaman mineral Informasi Ilmiah Template dan Rekomendasi Inventarisasi GRK Kehutanan Aplikasi i Perhitungan emisi GRK 1. Metode IPCC untuk lokasi Sumatera 2. Metode REL Gambar 2. Strategi Penelitian Inventarisasi GRK Kehutanan A. Kajian Inventarisasi GRK 1. Kajian Metode Inventarisasi Kajian meliputi berbagai metode telah dikembangan untuk menghitung besarnya emisi di sektor LULUCF. Metode yang paling banyak dipakai adalah metode inventarisasi GRK yang dikembangkan oleh IPCC. IPCC telah mengembangkan metode inventasisasi GRK sejak tahun 1996, yaitu melalui IPCC Guideline revised 1996, IPCC Good Practice Guidance 2003 dan IPCC Guideline 2006. Dalam IPCC GL 1996, kategori LUCF terdiri dari (1) Changes in forest and other woody biomass stocks (2) Forest and grassland conversion (3) Abandonment of croplands, pastures, plantation forests or other managed lands (4) CO2 emissions and removals from soils dan (5) Others. IPCC GL 1996 tersebut direvisi melalui GPG 2003 dan terakhir IPCC GL 2006. Aplikasi IPCC GL 2006 akan menghasilkan inventarisasi yang lebih baik, mengurangi ketidakpastian (reduced uncertainty), konsistensi pembagian kategori lahan, estimasi serapan dan emisi GRK untuk seluruh kategori lahan, stok karbon (carbon pool) yang relevan serta non CO 2 gas 760 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

(berdasarkan analisis key source/sink category). Hal ini berimplikasi kepada penyediaan data untuk activity data dan faktor emisi terhadap seluruh kategori lahan, carbon pool dan non-co 2 gas yang terkait. LULUCF IPCC GPG 2006, membagi kategori lahan dalam 6 kategori yaitu: (1) Forest land, (2) Grassland, (3) Cropland, (4) Wetland, (5) Settlement, and (6) Other land. Setiap kategori tersebut memiliki potensi GRK masing-masing tergantung dari kegiatan yang terjadi pada masingmasing penggunaan lahan. Metode lain diantaranya adalah National Carbon Accounting System yang dikembangkan oleh Australia dan saat ini sedang dicoba untuk disesuaikan dan diadopsi oleh Indonesia menjadi Indonesian National Carbon Accounting System (INCAS). University of Colorado juga mengembangkan software untuk menghitung emisi gas rumah kaca khususnya sektor Agriculture and Landuse (ALU) software. Software ini pada dasarnya untuk mendukung sistem inventarisasi GRK dengan metode IPCC. Hasil dari penggunaan program ini akan sama dengan IPCC GL. Sistem lain diantaranya adalah yang dikembangkan oleh World Resource Institute (WRI) yang dikenal dengan CAIT program. Sementara itu di TN Lore Lindu telah dipasang alat untuk memonitor CO 2, alat ini perlu dipelajari/ dianalisis untuk kemungkinan pengembangan di wilayah lain dan dapat memberikan kontribusi terhadap sistem perhitungan GRK. 2. Kajian Institusi dan Data Kegiatan (Activity Data) Dalam kegiatan inventarisasi GRK, faktor yang sangat menentukan besarnya GRK adalah luas perubahan lahan yang terjadi selama periode waktu tertentu. Untuk menghasilkan data besarnya perubahan penggunaan lahan diperlukan informasi dari hasil citra satelit. Institusi yang bertanggung jawab dalam penyediaan data perubahan penutupan lahan di Indonesia untuk sektor kehutanan adalah Ditjen Planologi. Kegiatan ini akan mengkaji sistem yang ada dan akan dikembangkan oleh Ditjen Planologi termasuk Teknologi Remote Sensing dan jenis satelit atau images yang digunakan. Klasifikasi penutupan lahan yng dikembangkan oleh IPCC adalah 6 kategori yaitu: (1) Forest land, (2) Grassland, (3) Cropland, (4) Wetland, (5) Settlement, and (6) Other land. Sampai saat ini sistem pembagian kategori penutupan lahan yang dikembangkan oleh Departemen Kehutanan (Ditjen Pengembangan Perhitungan Emisi GRK Kehutanan (Inventory) 761

Planologi) adalah 23 kategori. Kategori ini apabila dihubungkan dengan kategori lahan menurut IPCC adalah sebagai berikut: Table 5. Kategori penutupan lahan menurut IPCC dan kategori penutupan lahan/hutan di Indonesia Kategori IPCC 2006 Kategori Hutan FL Hutan Lahan Kering Primer (UD) FL Hutan Rawa Primer (UD) FL Hutan Mangrove Primer (UD) FL Hutan Lahan Kering Sekunder (D) FL Hutan Rawa Sekunder (D) FL Hutan Mangrove Sekunder (D) FL Hutan Tanaman Area Penggunaan Lain (APL) GL Belukar WL Belukar rawa OL Tanah terbuka WL Rawa CL Pertanian CL Pertanian campur semak CL Transmigrasi S Permukiman GL Padang rumput CL Sawah CL Perkebunan OL Tambak OL Bandara - Air - Awan 762 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

3. Kajian Faktor Emisi dan Serapan GRK Kehutanan Dalam rangka inventarisasi GRK kehutanan, selain activity data informasi yang diperlukan adalah faktor emisi atau serapan. Faktor emisi atau serapan untuk kehutanan merupakan kemampuan jenis vegetasi atau hutan untuk tumbuh (mean annual increment/mai) atau potensi biomas (stok) dari tipe hutan tertentu. Banyak tipe hutan di indonesia yang dibagi menurut fungsinya (hutan lindung, hutan produksi atau hutan konservasi), menurut ketinggian dari permukaan laut (hutan pantai, hutan dataran rendah, hutan pegunungan), menurut iklim (hutan hujan, hutan musim), menurut jenis tanah (hutan gambut, hutan pada tanah mineral), hutan alam, hutan tanaman, dan sebagainya. Untuk menghitung emisi atau serapan dari setiap perubahan kondisi atau jenis tutupan hutan perlu didukung oleh informasi luas perubahan tutupan (activity data) dan faktor emisi atau serapan. Berbagai studi telah dilakukan di Indonesia untuk mendapatkan faktor emisi dan serapan. Selain itu IPCC juga telah menyediakan angka default untuk jenis hutan, pada kondisi iklim dan tanah tertentu. Penggunaan faktor emisi atau serapan lokal akan meningkatkan kerincian (Tier) sedangkan penggunaan angka default merupakan tingkat kerincian yang paling rendah (Tier 1). Kajian akan dilakukan dengan mengumpulkan hasil berbagai studi menyangkut pertumbuhan dan stok karbon pada berbagai tipe penutupan lahan/hutan. Kajian juga akan mengumpulkan hasil inventarisasi atau studi tentang biomas yang dilakukan oleh Ditjen Planologi melalui petak permanen dari kegiatan National Forest Inventory (NFI), kelti Biometrika pada Pusat Litbang Hutan Tanaman dan Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam, termasuk informasi dari perkembangan penyusunan NCASI (National Carbon Accounting System Indonesia) dari hasil kerjasama Indonesia dengan Australia. Informasi juga dikumpulkan untuk mengetahui 5 karbon pool yaitu biomas diatas tanah (above ground biomass/agb), biomas dibawah tanah (below ground biomass /BGB), kayu-kayu mati (dead organic matter), serasah (litter), dan tanah serta pool yang keenam yaitu penebangan kayu. Selain dari perubahan penutupan lahan, emisi GRK kehutanan juga berasal dari kegiatan pemupukan (pemberian kapur) dan kebakaran. Kedua sumber emisi ini menghasilkan GRK lain selain CO 2 yaitu CO, CH 4, N 2 O, dan NOx Pengembangan Perhitungan Emisi GRK Kehutanan (Inventory) 763

4. Kajian pengurangan emisi dari hasil substitusi penggunaan energi bio- mas sebagai pengganti energi fosil Emisi GRK banyak dihasilkan dari penggunaan energi fosil yang tidak terbarukan. Salah satu kontribusi sektor kehutanan dalam rangka penurunan emisi GRK adalah substitusi penggunaan energi fosil menjadi energi yang berasal dari biomas. Mekanisme ini telah disepakati internasional dalam bentuk Mekanisme Pembangunan Bersih (Clean Development Mechanism/ CDM). Kajian akan difokuskan pada potensi, peluang, tantangan dan hambatan dalam pemanfaatan dan pengembangan energi biomas untuk menggantikan energi fosil. 5. Kajian kontribusi sektor kehutanan dalam target penurunan emisi 26% Kajian kontribusi sektor kehutanan dalam target penuruan emisi dilakukan dengan menganalisa trend emisi yang telah lalu sebagai basis terhadap estimasi perhitungan sampai tahun 2020. Data yang dapat digunakan diantaranya adalah hasil dari Second National Communication. Selanjutnya dilakukan kajian terhadap emisi BAU ( Bussines as Usual) yang didasarkan kepada sumber emisi utama dari inventarisasi GRK yaitu deforestasi, degradasi, kebakaran dan pengelolaan lahan gambut. Selain itu dikumpulkan informasi tentang sumber serapan (removal) BAU yaitu pertumbuhan hutan dan penanaman. Sejarah pencapaian penanaman dari berbagai program yang telah dilaksanakan merupakan informasi penting tentang kemampuan rata-rata penanaman berdasarkan BAU. Berbagai asumsi berdasarkan referensi dilakukan terkait dengan activity data serta faktor emisi dan serapan. Kajian terhadap emisi mitigasi dilakukan dengan mengkaji kebijakan mitigasi yang ada, kajian upaya penuruan emisi (REDD, pencegahan deforestasi dan kebakaran) serta kajian berbagai rencana penanaman seperti HTI, HTR, HR, GN RHL, OMOT dsb. Berbagai asumsi berdasarkan referensi dilakukan terkait dengan activity data serta faktor emisi dan serapan untuk mitigasi. Dari hasil perhitungan menggunakan asumsi pada BAU dan skenario mitigasi, dilakukan estimasi proyeksi emisi sampai tahun 2020 yang hasilnya disajikan dalam bentuk tabel dan grafik penurunan emisi. 6. Kajian sistem monitoring dan pelaporan Hasil dari penghitungan emisi dan serapan GRK disajikan dalam tabel yang merupakan format umum dalam pelaporan hasil inventarisasi GRK. Untuk mengisi tabel 6 (enam) tersebut yang merupakan ringkasan dari hasil perhitungan inventarisasi gas rumah kaca, IPCC telah mengembangkan 764 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

tabel-tabel dalam format Microsoft Excel. Pengisian data ke dalam tabel excel memerlukan informasi yang rinci mencakup data kegiatan (Activity Data), misalnya perubahan lahan dan luas hutan yang tetap sebagai hutan, luas tanaman pertanian, luas padang rumput dan sebagainya. Selain itu diperlukan informasi mencakup faktor emisi atau removal yang lokal spesifik seperti data pertumbuhan (Mean Annual Increment - MAI) untuk berbagai jenis hutan atau tanaman. Table 6. Format pelaporan umum hasil inventarisasi GRK sektor LULUCF Sumber GRK dan kategori serapan Kategori penggunaan lahan total A. Lahan hutan A.1. FL sisa FL A.2. Konversi lahan ke FL B. Lahan pertanian B.1. CL tetap CL B.2. Konversi lahan ke CL C. Lahan rumput C.1. GL tetap GL C.2. Konversi lahan ke GL D. Lahan basah D.1. WL tetap WL D.2. Konversi lahan ke WL E. Pemukiman E.1. Set. tetap Set. E.2. Konversi lahan ke Set. F. Lahan lain F.1. OL. tetap OL. F.2. Konversi lahan ke OL. G. Lainnya (specify) Pembakaran biomas Pemberian kapur Net Emisi / Serapan CO 2 CH 4 N 2 O NO x CO (Gg) Pengembangan Perhitungan Emisi GRK Kehutanan (Inventory) 765

B. Teknik perhitungan karbon untuk perbaikan faktor emisi dan serapan GRK kehutanan (hutan alam dan hutan tanaman) Penelitian ini untuk menghasilkan faktor emisi dan serapan lokal guna meningkatkan akurasi hasil perhitungan emisi GRK. Dari hasil kajian faktor emisi dan serapan akan diketahui tipe hutan/vegetasi yang masih memerlukan hasil penelitian. Selain perhitungan biomas (stok dan pertumbuhan) penelitian juga akan mencakup perhitungan karbon pool yang lain seperti serasah (litter), kayu mati (dry organic matter) dan tanah. Pada garis besarnya penelitian akan dilakukan pada hutan alam dan tanaman tanah mineral serta tanah gambut. Selain itu penelitian juga akan mencakup GRK selain CO 2 yang berasal dari kebakaran dan pemupukan yaitu CO, CH 4, N 2 O, dan NOx. Kontribusi GRK kehutanan banyak dihasilkan dari lahan gambut yaitu akibat drainase, pengelolaan dan kebakaran. Penelitian pada lahan gambut akan mencakup faktor emisi dan serapan serta potensi lahan gambut dalam menyerap dan mengemisi GRK. C. Aplikasi Perhitungan Emisi GRK (Metode IPCC) Sampai saat ini metode penghitungan emisi yang dikeluarkan oleh IPCC adalah metode yang digunakan oleh seluruh negara yang meratifikasi UNFCCC. Dalam perjalanannya metode inventarisasi yang dikeluarkan oleh IPCC telah berkembang selama 3 kali, yaitu metode inventasisasi GRK tahun 1996, yaitu melalui IPCC Guideline revised 1996, IPCC Good Practice Guidance 2003 dan IPCC Guideline 2006. Dalam IPCC GL 1996, kategori LUCF terdiri dari: (i) perubahan di hutan dan simpanan biomas berkayu lainnya, (ii) hutan (forest) dan padang alangalang (grassland) yang dikonversi, (iii) lahan pertanian (croplands), lahan penggembalaan (pastures), dan hutan tanaman (plantation forests) yang diterlantarkan atau lahan yang dikelola lainnya (other managed lands), (iv) emisi dan serapan CO 2 dari tanah, dan (v) lainnya. IPCC GL 1996 tersebut direvisi melalui GPG 2003 dan terakhir IPCC GL 2006. Aplikasi IPCC GL 2006 diharapkan akan menghasilkan inventarisasi yang lebih akurat, mengurangi ketidak pastian (reduced uncertainty), konsisten dalam pembagian kategori lahan dan estimasi serapan dan emisi GRK untuk seluruh kategori lahan, stok karbon (carbon pool) yang relevan, serta non CO 2 gas (berdasarkan analisis key source/sink category). Ketersediaan data perubahan penggunaan lahan (activity data) dan faktor emisi dan serapan terhadap seluruh kategori lahan, carbon pool dan non-co2 gas yang terkait sangat menentukan tingkat akurasi inventarisasi. 766 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

Penelitian ini merupakan aplikasi penghitungan emisi menggunakan tabel-tabel IPCC GL 2006, dengan wilayah studi di Sumatera dan Papua. Penelitian meliputi aplikasi penghitungan GRK menggunakan IPCC GL 2006 di Indonesia, hambatan yang ada, data pendukung yang diperlukan serta rekomendasi untuk meningkatkan akurasi dari metode ini di Indonesia. Penelitian dan kajian ini diharapkan akan menghasilkan cara aplikasi IPCC GL 2006 sehingga bisa dilakukan oleh para pihak yang berkepentingan dengan pengukuran, pemantauan dan pelaporan pengurangan atau penambahan emisi GRK di Indonesia. Hasil aplikasi penghitungan emisi merupakan informasi yang menjadi masukan untuk penetapan REL. Selain itu akan dilakukan kajian secara khusus mengenai berbagai metode/alternatif untuk menentukan REL pada skala nasional maupun sub nasional. IX. INSTANSI PELAKSANA, RENCANA TATA WAKTU, DAN RENCANA BIAYA Pelaksana RPI adalah Puslitosek dan UPT lingkup Badan Litbang Kehutanan, yang relevan dengan topik penelitian serta representasi lokasi penelitian. Jangka waktu RPI adalah 5 tahun mulai tahun 2010 sampai tahun 2014. Jadwal untuk setiap kegiatan selama tahun 2010-2014, instansi pelaksana, dan kebutuhan anggaran adalah sebagai berikut: Table 7. Matriks instansi pelaksana, tata waktu dan rencana biaya KODE PROGRAM/RPI/ LUARAN/KEGIATAN PROGRAM PERUBAHAN IKLIM INSTANSI PELAKSANA 17 RPI 17 Pengembangan Perhitungan Emisi GRK Kehutanan 17.1 Luaran 1 : Rekomendasi sistem inventarisasi GRK kehutanan 17.1.1 Kajian metode inventarisasi GRK TAHUN PELAKSANAAN/ ANGGARAN (juta Rupiah) 2010 2011 2012 2013 2014 17.1.1.4 Puslitsosek 75 75 17.1.2 Kajian Institusi dan Data Kegiatan (Activity Data) 17.1.2.4 Puslitsosek 75 75 17.1.3 Kajian faktor emisi dan serapan 17.1.3.4 Puslitsosek 75 75 Pengembangan Perhitungan Emisi GRK Kehutanan (Inventory) 767

KODE PROGRAM/RPI/ LUARAN/KEGIATAN INSTANSI PELAKSANA TAHUN PELAKSANAAN/ ANGGARAN (juta Rupiah) 2010 2011 2012 2013 2014 17.1.4 Kajian pengurangan emisi dari hasil substitusi penggunaan energi fosil menjadi biomas 17.1.4.4 Puslitsosek 75 75 17.1.5 Kajian sistem monitoring dan pelaporan 17.1.5.4 Puslitsosek 75 75 17.1.6 Kajian target penurunan emisi kehutanan 26 % 17.1.6.4 Puslitsosek 75 75 17.2 Luaran 2 : Teknik perhitungan karbon untuk perbaikan faktor emisi dan serapan GRK kehutanan (hutan alam dan hutan tanaman) 17.2.1 Perhitungan karbon untuk perbaikan faktor emisi dan serapan GRK Kehutanan pada Hutan Alam Gambut 17.2.1.4 Puslitsosek 150 150 150 17.2.1.15 BPK Banjarbaru 70 100 100 17.2.2 Perhitungan karbon untuk perbaikan faktor emisi dan serapan GRK Kehutanan pada Hutan Alam Tanah Mineral 17.2.2.4 Puslitsosek 150 150 150 150 17.2.2.6 BBPD Samarinda 150 150 150 150 17.2.2.19 BPK Manokwari 107 150 150 150 17.2.3 Perhitungan karbon untuk perbaikan faktor emisi dan serapan GRK Kehutanan pada Hutan Tanaman Gambut 17.2.3.4 Puslitsosek 150 150 150 17.2.3.8 BPHPS Kuok 100 100 100 17.2.3.9 BPK Palembang 100 100 100 17.2.4 Perhitungan karbon untuk perbaikan faktor emisi dan serapan GRK Kehutanan pada Hutan Tanaman Tanah Mineral 17.2.4.4 Puslitsosek 150 150 150 150 17.2.4.11 BPK Ciamis 100 100 100 100 17.2.4.14 BPK Kupang 100 100 100 100 17.2.4.6 BBPD Samarinda 127 150 150 150 17.3 Luaran 3 : Informasi hasil aplikasi perhitungan emisi GRK (Metode IPCC) 17.3.1 Aplikasi perhitungan emisi GRK di Wilayah Sumatera 17.3.1.4 Puslitsosek 150 150 17.3.1.8 BPHPS Kuok 100 100 768 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

KODE PROGRAM/RPI/ LUARAN/KEGIATAN INSTANSI PELAKSANA TAHUN PELAKSANAAN/ ANGGARAN (juta Rupiah) 2010 2011 2012 2013 2014 17.3.1.9 BPK Palembang 100 100 17.3.2 Kajian Penentuan REL 17.3.2.4 Puslit Sosek 100 100 X. ORGANISASI TOTAL ANGGARAN 454 2000 2350 1900 600 Penelitian akan dilaksanakan dibawah kordinasi Puslitsosek, dengan melibatkan instansi terkait lingkup Badan Litbang Kehutanan. Jika diperlukan, akan ditempuh mekanisme outsourcing dari instansi lain seperti IPB, Ditjen Planologi, PHKA, RLPS, dan instansi terkait lainnya. XI. DAFTAR PUSTAKA Baumert, K.A, T. Herzog and J. Pershing. 2005. Navigating the Numbers: Greenhouse Gas Data and International Climate Policy. World Resource Institute. Boer, R., Hendri and Gintings, N.: 1999. Emissions and uptake of greenhouse gases by Indonesian forest. Paper delivered to F7 network. First National Communication. 1999. The Indonesia First National Communication to the UNFCCC. KLH. Indonesia. IPCC. 2001. IPCC Third Assessment Report IPCC. 1996. Revised 1996 IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories. IGES, Japan. IPCC IPCC. 2003. Good Practice Guidance for Land Use, Land-Use Change and Forestry. Intergovernmental Panel on Climate Change. IPCC National Greenhouse Gas Inventories Programme. IGES. Japan. IPCC. 2006. IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories. IPCC National Greenhouse Gas Inventories Programme. IGES, Japan. PEACE. 2007. Indonesia and Climate Change: Current Status and Policies. DFID, World Bank. Stern, N. 2007. The Stern Review: The Economics of Climate Change. Cambridge University Press. Cambridge. Pengembangan Perhitungan Emisi GRK Kehutanan (Inventory) 769

XII. KERANGKA KERJA LOGIS No NARASI INDIKATOR ALAT VERIFIKASI ASUMSI A. Tujuan: Menyediakan informasi, pengetahuan dan teknologi perhitungan emisi dan serapan gas rumah kaca (GRK) kehutanan B. Sasaran: 1. Diketahuinya informasi tentang perhitungan emisi GRK kehutanan 2. Diketahuinya faktor serapan dan emisi lokal untuk berbagai jenis vegetasi atau hutan 3. Diaplikasikannya IPCC GL untuk inventarisasi GRK Tersedianya informasi ilmiah mengenai: inventarisasi GRK kehutanan, database faktor emisi dan serapan GRK, data kegiatan (activity data) yang diperlukan untuk inventarisasi GRK kehutanan, model/template perhitungan, monitoring dan pelaporan emisi GRK, hasil aplikasi IPCC dalam inventarisasi GRK kehutanan. Telah dilaksanakannya penelitian yang terkait dengan inventarisasi GRK kehutanan Telah dilaksanakannya penelitian yang terkait dengan perhitungan karbon untuk perbaikan faktor serapan dan emisi lokal Telah dilaksanakannya penelitian yang terkait dengan perhitungan emisi menggunakan IPCC GL Dokumen dalam bentuk laporan, policy brief dan publikasi ilmiah mengenai inventarisasi GRK kehutanan, database faktor emisi atau serapan GRK, data kegiatan (activity data) yang diperlukan untuk inventarisasi GRK kehutanan, model/template perhitungan, monitoring dan pelaporan emisi GRK, serta hasil aplikasi IPCC inventarisasi GRK kehutanan Tersedianya LHP dan sintesis hasil penelitian/ kajian tentang inventarisasi GRK kehutanan. Tersedianya LHP dan sintesis hasil penelitian/kajian tentang Faktor serapan atau emisi lokal Tersedianya LHP dan publikasi ilmiah hasil perhitungan emisi menggunakan IPCC GL Penelitian dilaksanakan, tidak ada kendala di lapangan, tersedia anggaran dan pelaksana kegiatan. Penelitian dilaksanakan, tidak ada kendala di lapangan, tersedia anggaran dan pelaksana kegiatan. Sda Sda 770 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

No NARASI INDIKATOR ALAT VERIFIKASI ASUMSI C. Luaran 1. Rekomendasi hasil kajian inventarisasi GRK kehutanan Dilaksanakannya penelitian/kajian: 1) Metode inventarisasi 2) Institusi dan Data Kegiatan (Activity Data) 3) Faktor emisi dan serapan 4) Pengurangan emisi dari hasil substitusi penggunaan energi fossil menjadi biomas 5) Sistem monitoring dan pelaporan 6) Target penurunan emisi Dokumen sintesis hasil penelitian/ kajian tentang inventarisasi GRK kehutanan, LHP, Policy Brief Tidak ada kendala di lapangan, tersedia anggaran dan pelaksana kegiatan. 2. Teknik perhitungan karbon untuk perbaikan faktor emisi dan serapan GRK kehutanan (hutan alam dan tanaman) Dilaksanakannya penelitian teknik perhitungan karbon untuk perbaikan faktor emisi dan serapan GRK kehutanan pada hutan alam dan hutan tanaman gambut serta hutan alam dan hutan tanaman tanah mineral Dokumen sintesis hasil penelitian/ kajian tentang Faktor serapan dan emisi lokal LHP, Policy Brief Sda 3. Informasi hasil aplikasi perhitungan emisi GRK (metode IPCC) dan metode REL Dilaksanakannya penelitian aplikasi perhitungan emisi GRK (metode IPCC) dan metode REL Dokumen. hasil perhitungan emisi menggunakan IPCC GL LHP, Policy Brief Sda Pengembangan Perhitungan Emisi GRK Kehutanan (Inventory) 771

No NARASI INDIKATOR ALAT VERIFIKASI ASUMSI D. Kegiatan 1.1 Kajian metode inventarisasi GRK 1.2 Kajian Institusi dan Data Kegiatan (Activity Data) 1.3 Kajian faktor emisi dan serapan 1.4 Kajian pengurangan emisi dari hasil substitusi penggunaan energi fosil menjadi biomas 1.5 Kajian sistem monitoring dan pelaporan 1.6 Kajian target penurunan emisi kehutanan 26 % 2.1. Perhitungan karbon untuk perbaikan faktor emisi dan serapan GRK kehutanan pada hutan alam gambut 2.2. Perhitungan karbon untuk perbaikan faktor emisi dan serapan GRK kehutanan pada hutan alam mineral Kajian berhasil mengumpulkan informasi terkini (state of the art) tentang inventarisasi GRK, faktor emisi dan serapan, substitusi penggunaan energi fosil menjadi biomas serta sistem monitoring dan pelaporan. Penelitian menghasilkan faktor emisi dan serapan lokal GRK Dokumen rencana dan hasil kajian/ penelitian, presentasi dan publikasi hasil penelitian/kajian Dokumen rencana dan hasil kajian/ penelitian, presentasi dan publikasi hasil penelitian/kajian Penelitian dilaksanakan, tidak ada kendala di lapangan, tersedia anggaran dan pelaksana kegiatan. Sda 2.3. Perhitungan karbon untuk perbaikan faktor emisi dan serapan GRK kehutanan pada hutan tanaman gambut 2.4. Perhitungan karbon untuk perbaikan faktor emisi dan serapan GRK kehutanan pada hutan tanaman mineral 772 RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF 2010-2014

No NARASI INDIKATOR ALAT VERIFIKASI ASUMSI 3.1. Aplikasi Perhitungan emisi GRK (metode IPCC) di wilayah Sumatera 3.2. Kajian penentuan REL Diketahuinya emisi GRK untuk wilayah Sumatera, metode penentuan REL serta rekomendasi perbaikan dalam rangka aplikasi perhitungan emisi menggunakan IPCC GL Dokumen rencana dan hasil perhitungan emisi GRK metode IPCC dan metode REL Sda Pengembangan Perhitungan Emisi GRK Kehutanan (Inventory) 773