NILAI PEMULIAAN DOMBA GARUT BERDASAR BOBOT LAHIR MENGGUNAKAN METODE PATERNAL HALF-SIB DI UPTD BPPTD MARGAWATI

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. mendorong para peternak untuk menghasilkan ternak yang berkualitas. Ternak

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Sistem Pemeliharaan Domba di UPTD BPPTD Margawati

Respon Seleksi Domba Garut... Erwin Jatnika Priyadi RESPON SELEKSI BOBOT LAHIR DOMBA GARUT PADA INTENSITAS OPTIMUM DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

PENGARUH EFEK TETAP TERHADAP BOBOT BADAN PRASAPIH DOMBA PRIANGAN

Hubungan Antara Bobot Potong... Fajar Muhamad Habil

Seleksi Awal Performa Calon Bibit Domba Garut Anisa Pusparini

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (tekstil) khusus untuk domba pengahasil bulu (wol) (Cahyono, 1998).

PENDUGAAN HERITABILITAS DAN RESPON SELEKSI BERDASARKAN BOBOT SAPIH DOMBA GARUT DI UPTD BPPTD MARGAWATI GARUT

EFISIENSI RELATIF SELEKSI CATATAN BERULANG TERHADAP CATATAN TUNGGAL BOBOT BADAN PADA DOMBA PRIANGAN (Kasus di SPTD - Trijaya, Kuningan, Jawa Barat)

HUBUNGAN ANTARA BOBOT POTONG DENGAN YIELD GRADE DOMBA (Ovis aries) GARUT JANTAN YEARLING

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

HASIL DAN PEMBAHASAN

Animal Agriculture Journal 4(2): , Juli 2015 On Line at :

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan hal-hal tertentu,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan pengembangan perbibitan ternak domba di Jawa Barat. Eksistensi UPTD

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Ketersediaan bibit domba yang berkualitas dalam jumlah yang

ESTIMASI HERITABILITAS SIFAT PERTUMBUHAN DOMBA EKOR GEMUK DI UNIT HERITABILITY ESTIMATION OF GROWTH TRAITS OF FAT TAILED SHEEP AT UNIT

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Keragaman wilayah di muka bumi menyebabkan begitu banyak rumpun

NILAI PEMULIAAN. Bapak. Induk. Anak

TINJAUAN PUSTAKA. Rataan sifat-sifat kuantitatif domba Priangan menurut hasil penelitian Heriyadi et al. (2002) terdapat pada Tabel 1.

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN I.1.

ESTIMASI NILAI HERITABILITAS BERAT LAHIR, SAPIH, DAN UMUR SATU TAHUN PADA SAPI BALI DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK UNGGUL SAPI BALI

Bibit domba Garut SNI 7532:2009

Pendugaan Nilai Heritabilitas Bobot Lahir dan Bobot Sapih Domba Garut Tipe Laga

TINJAUAN PUSTAKA. Kambing

EVALUASI POTENSI GENETIK GALUR MURNI BOER

KAJIAN KEPUSTAKAAN. domba yang tersebar di seluruh dunia. Sampai saat ini tercatat 245 rumpun

TINJAUAN PUSTAKA. penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang

KECERMATAN DUGAAN RESPON SELEKSI BOBOT BADAN PRASAPIH DOMBA PRIANGAN BERDASARKAN CATATAN TUNGGAL DAN CATATAN BERULANG PADA UJI ZURIAT

Kecermatan Dugaan Respon Seleksi Bobot Badan Prasapih Domba Priangan Berdasarkan Catatan Tunggal Dan Catatan Berulang pada Uji Zuriat

PENDUGAAN NILAI PEMULIAAN PUYUH PEJANTAN BERDASARKAN BOBOT BADAN KETURUNANNYA PADA PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

L a j u P e r t u m b u h a n D o m b a L o k a l 1

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan

E. Kurnianto, S. Johari dan H. Kurniawan Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. Received July 3, 2007; Accepted November 1, 2007

TINJAUAN PUSTAKA. dunia dengan hidup yang sangat beragam dari yang terkecil antara 9 sampai 13 kg

KORELASI GENETIK DAN FENOTIPIK ANTARA BERAT LAHIR DENGAN BERAT SAPIH PADA SAPI MADURA Karnaen Fakultas peternakan Universitas padjadjaran, Bandung

SELEKSI PEJANTAN BERDASARKAN NILAI PEMULIAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DI LOKA PENELITIAN SAPI POTONG GRATI PASURUAN

PENGARUH JUMLAH ANAK SEKELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN TERHADAP KINERJA ANAK DOMBA SAMPAI SAPIH. U. SURYADI Jurusan Peternakan, Politeknik Negeri Jember

I. PENDAHULUAN. penting di berbagai agri-ekosistem. Hal ini dikarenakan kambing memiliki

Karakteristik Sifat Kualitatif Domba Di Ex Upt Pir Nak Barumun Kecamatan Aek Nabara Barumun Kabupaten Padanglawas. Aisyah Nurmi

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

ESTIMASI PARAMETER GENETIK SIFAT PERTUMBUHAN KAMBING BOERAWA DI KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG

KEMAJUAN GENETIK SAPI LOKAL BERDASARKAN SELEKSI DAN PERKAWINAN TERPILIH

MAKALAH PRODUKSI TERNAK DAN KAMBING. Seleksi dan Manfaat Untuk Meningkatkan Produktivitas Ternak. Disusun Oleh : Kelompok 3.

SNI 7325:2008. Standar Nasional Indonesia. Bibit kambing peranakan Ettawa (PE)

EVALUASI GENETIK PEJANTAN BOER BERDASARKAN PERFORMANS HASIL PERSILANGANNYA DENGAN KAMBING LOKAL

ESTIMATION OF GENETIC PARAMETERS, GENETIC AND PHENOTYPIC CORRELATION ON MADURA CATTLE. Karnaen Faculty of Animal Husbandry University of Padjadjaran

Simulasi Uji Zuriat pada Sifat Pertumbuhan Sapi Aceh (Progeny Test Simulation for Growth Traits in Aceh Cattle)

LABORATORIUM PEMULIAAN DAN BIOMETRIKA FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADAJARAN JATINANGOR 2009

KARAKTERISASI SIFAT-SIFAT KUANTITATIF KAMBING KOSTA JANTAN DI KABUPATEN PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

INJAUAN PUSTAKA Domba Komposit Sumatera

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

EVALUASI POTENSI GENETIK SIFAT PERTUMBUHAN PEJANTAN KAMBING PE DAN SAANEN DI BALAI PENELITIAN TERNAK CIAWI-BOGOR SKRIPSI WIDIAN SETIYORINI

SELEKSI INDUK KAMBING PERANAKAN ETAWA BERDASARKAN NILAI INDEKS PRODUKTIVITAS INDUK DI KECAMATAN METRO SELATAN KOTA METRO

PENGARUH UMUR TERHADAP PERFORMA REPRODUKSI INDUK DOMBA LOKAL YANG DIGEMBALAKAN DI UP3 JONGGOL SKRIPSI AHMAD SALEH HARAHAP

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DANKOMPONEN RAGAM SIFAT PERTUMBUHAN PADA BANGSA BABI YORKSHIRE

TINJAUAN PUSTAKA. Kelas: Mammalia, Order: Artiodactyla, Genus: Sus,Spesies: Sus scrofa, Sus

PENDUGAAN KEMAMPUAN PRODUKSI SUSU PADA KAMBING SAANEN (KASUS DI PT TAURUS DAIRY FARM) Ine Riswanti*, Sri Bandiati Komar P.

Korelasi Genetik Pada Sifat Pertumbuhan Sapi Aceh di Kecamatan Indrapuri Provinsi Aceh

PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boerawa merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Boer

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

Evaluasi Indeks Kumulatif Salako Pada Domba Lokal Betina Dewasa Di Desa Neglasari Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta

PENDAHULUAN. Populasi domba terbesar terdapat di Kabupaten Garut yang termasuk salah

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

Estimasi Nilai Heritabilitas Sifat Kuantitatif Sapi Aceh

SKRIPSI OLEH : RINALDI

Estimasi Parameter Genetik Induk Babi Landrace Berdasarkan Sifat Litter Size dan Bobot Lahir Keturunannya

Rini Ramdhiani Muchtar, Bandiati, S K P, Tita D. Lestari Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Jatinangor, Sumedang ABSTRAK

SELEKSI YANG TEPAT MEMBERIKAN HASIL YANG HEBAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Lokasi BBPTU-SP Baturraden, Purwokerto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KOMPONEN RAGAM KAMBING KACANG

Gambar 1. Grafik Populasi Sapi Perah Nasional Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011)

Sifat-Sifat Kuantitatif Domba Ekor Tipis Dwicki Octarianda Audisi

PRODUKTIVITAS TERNAK DOMBA GARUT PADA STASIUN PERCOBAAN CILEBUT BOGOR

KERAGAMAN POLA WARNA TUBUH, TIPE TELINGA DAN TANDUK DOMBA KURBAN DI BOGOR

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

SIFAT-SIFAT KUANTITATIF SUMBER DAYA GENETIK DOMBA GARUT JANTAN TIPE TANGKAS DI JAWA BARAT. Heriyadi, D., Sarwesti, A., dan Nurachma, S.

Penyimpangan Bobot Badan Kuda Lokal Sumba menggunakan Rumus Lambourne terhadap Bobot Badan Aktual

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK DAN KOMPONEN RAGAM SIFAT PERTUMBUHAN PADA BANGSA BABI LANDRACE

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

ESTIMASI NILAI PEMULIAAN DAN MOST PROBABLE PRODUCING ABILITY SIFAT PRODUKSI SAPI ACEH DI KECAMATAN INDRAPURI PROVINSI ACEH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan. Hasil estimasi heritabilitas calving interval dengan menggunakan korelasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

PENDUGAAN REPITABILITAS SIFAT KECEPATAN DAN KEMAMPUAN MEMPERTAHANKAN KECEPATAN PADA KUDA PACU SULAWESI UTARA

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

Study Characteristics and Body Size between Goats Males Boerawa G1 and G2 Body in Adulthoodin the Village Distric Campang Gisting Tanggamus

Sri Bandiati Komar Prajoga Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Bandung

Transkripsi:

NILAI PEMULIAAN DOMBA GARUT BERDASAR BOBOT LAHIR MENGGUNAKAN METODE PATERNAL HALF-SIB DI UPTD BPPTD MARGAWATI BREEDING VALUE OF GARUT SHEEP BASED ON BIRTH WEIGHT PATERNAL HALF SIB USING METHOD AT UPTD BPPTD MARGAWATI Panji Maulana Baehaki*, Sri Bandiati K**, dan Primiani Edianingsih** Universitas Padjadjaran *Alumni Fakultas Peternakan Unpad tahun 2016 ** Staf Pegawai Fakultas Peternakan UNPAD Email : mpanji2214@yahoo.com Abstrak Penelitian mengenai nilai pemuliaan domba Garut berdasarkan bobot lahir di Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba (UPTD BPPTD) Margawati Garut telah dilaksanakan pada bulan Juni 2015. Objek penelitian yang digunakan adalah 392 data bobot lahir periode kelahiran dari Januari 2014 sampai Desember 2014. Penelitian ini bertujuan untuk menduga besarnya nilai pemuliaan domba Garut berdasarkan bobot lahir di UPTD BPPTD Margawati. Metode yang digunakan adalah deskriptif analitik. Data dimasukkan dalam tabel menggunakan software microsoft office excel yang dimulai dari nomor identitas pejantan, induk, anak, bobot lahir anak, jenis kelamin, tipe kelahiran. Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai heritabilitas bobot lahir di UPTD BPPTD Margawati tahun 2014 adalah 0,12. Nilai pemuliaan berdasarkan bobot lahir tertinggi diperoleh domba dengan No ID 11 3138 dengan nilai 0,196 kg dan yang terendah adalah domba dengan nilai pemuliaan sebesar -0,092 kg. Kata kunci : domba, nilai pemuliaan, heritabilitas, bobot lahir. Abstract Research about Breeding Value (BV) of sheep based on Birth Weight (BW) at Breeding Station Margawati Garut has conducted on June 2015. The object of research was 392 record of BW than January 2014 to December 2014. This research goals to take our breeding values of Garut Sheep at UPTD BPPTD Margawati. The reseach method was descriptive analytic. Data included in tables using software microsoft office excel starting stud identification numbers, sire sheep, lamb, lamb's birth weight, gender, type of birth. The results showed that the heritability of birth weight in UPTD BPPTD Margawati 2014 was 0.12. The highest BV was 0,196 kg for ID 11 3138 and te lowest BV was -0,092 kg. Keywords : sheep, breeding value, heritability, birth weight. 1. PENDAHULUAN Domba Garut memiliki bentuk umum tubuh yang relatif besar dan berbentuk persegi panjang, bulu panjang dan kasar. Ciri khas domba Garut yaitu memiliki kombinasi daun telinga ngadaun hiris atau rumpung dengan ekor ngabuntut bagong atau ngabuntut beurit. Daun telinga ngadaun hiris adalah bentuk daun telinga yang menyerupai daun hiris atau kacang gude (cajanus cajan) dengan panjang 4 8 cm, sedangkan telinga rumpung adalah bentuk daun telinga yang tumbuh kecil yang panjangnya kurang dari 4 cm. Ekor ngabuntut bagong adalah bentuk ekor domba yang menyerupai segitiga dengan timbunan lemak pada

pangkal ekor dengan lebar lebih dari 11 cm dan mengecil pada ujung ekor,sedangkan ekor ngabuntut beurit adalah bentuk ekor domba menyerupai segitiga tanpa timbunan lemak dengan bentuk yang mengecil pada ujung ekor (Heriyadi, 2011). Dalam proses seleksi diperlukan beberapa parameter genetik diantaranya, heritabilitas dan nilai pemuliaan (NP) dari sifat yang akan diseleksi. Heritabilitas digunakan untuk mengetahui besarnya sumbangan genetik aditif suatu sifat yang akan diturunkan kepada keturunannya. Dengan diperolehnya nilai heritabiilitas maka bisa digunakan untuk mengetahui nilai pemuliaan. Nilai pemulaiaan bisa diketahui dengan menghitung peforman ternak itu sendiri atau bagi pejantan berdasarkan catatan anak-anaknya dan informasi dari keluarganya. Nilai pemuliaan digunakan untuk menduga keunggulan atau kedudukan ternak dalam suatu populasi berdasarkan mutu genetik. Salah satu sifat yang digunakan untuk kriteria seleksi adalah bobot lahir, karena sifat ini berkolerasi positif dengan produktivitas ternak itu sendiri. Nilai Pemuliaan bobot lahir dapat digunakan sebagai petunjuk dasar seleksi mengenai kemampuan genetik ternak tersebut untuk bereproduksi. Bobot lahir merupakan faktor penting yang mempengaruhi produktivitas ternak. Bobot lahir adalah berat badan cempe yang ditimbang dalam kurun waktu 24 jam setelah dilahirkan. Bobot lahir yang tinggi (di atas rataan), umumnya akan memiliki kemampuan hidup lebih tinggi dalam melewati masa kritis, pertumbuhannya cepat dan akan memiliki bobot sapih yang lebih tinggi. Berat badan cempe dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya umur induk (paritas), tipe kelhiran (single, twin, triplet dan quadruplet) dan jenis kelamin (Rahmat, dkk, 2007). Produktivitas ternak dapat ditingkatkan dengan teknik pemuliaan, yaitu dengan cara seleksi dan persilangan. Kedua teknik pemuliaan ternak ini masih berperan efektif untuk memperoleh ternak yang unggul. Heritabilitas (h 2 ) merupakan salah satu pertimbangan paling penting dalam melakukan evaluasi ternak, metode seleksi dan sistem perkawinan. Ada empat sumber informasi dasar pada Nilai Pemuliaan (NP) yaitu, ternak itu sendiri, tetua, kerabat, dan keturunannya. Nilai pemuliaan bisa digunakan dalam menilai keunggulan ternak yang akan dijadikan sebagai tetua untuk generasi selanjutnya. Penentuan tetua yang akan dipilih dilihat dari rangking nilai pemuliaannya. Ternak yang memiliki nilai pemuliaan yang tinggi akan dipilih sebanyak yang dibutuhkan dan akan digunakan sebagai bibit. Cara ini bertujuan untuk mempermudah proses seleksi untuk meningkatkan mutu genetik anak, karena nilai pemuliaan anak setengah dari tetuannya (Hardjosubroto, 1994). 2. METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan sebanyak 392 terdiri dari 214 ekor jantan dan 178 ekor betina data catatan (recording) anak domba Garut yang merupakan keturunan dari 42 ekor pejantan dan 332 ekor induk. Data yang digunakan adalah bobot lahir selama periode pemeliharaan dari bulan Januari 2014 sampai dengan bulan Desember 2014. Metode Penelitian Penelitian menggunakan metode deskriptif analitik, data diperoleh dengan metode purposive sampling yaitu ternak yang memiliki catatan lengkap selanjutnya data di analisis dengan analisis ragam Schultz. Peubah Yang Diukur Bobot lahir (Efek Random), adalah bobot lahir yang berasal dari 42 ekor jantan dan 332 ekor betina. Efek Tetap terdiri atas jenis kelamin jantan dan betina, tipe kelahiran yang terdiri atas kelahiran single (tunggal), twin (kemba dua), dan triplet (kembar tiga).

Analisis Data Data yang diperoleh diseragamkan karena pengaruh jenis kelamin dan tipe kelahiran berbeda jadi dilakukan pengkoreksian bobot lahir, sebagai berikut: BLT = BLN x FKJK x FKTL Keterangan: BLT = bobot lahir terkoreksi BLN = bobot lahir nyata FKJK = faktor koreksi jenis kelamin FKTL = faktor koreeksi tipe kelahiran Faktor koreksi dalam penelitian ini berdasarkan atas jenis kelamin dan tipe kelahiran, faktor koreksi tipe kelahiran distandarisasikan ke tipe kelahiran pertama dan disajikan dalam Tabel 1. Standarisasi tersebut diperlukan untuk membandingkan performan individu dengan tipe kelahiran yang berbeda. Tabel 1. Faktor Koreksi Tipe Kelahiran Tipe Kelahiran Faktor Koreksi 1 1,00 2 1,10 3 1,15 Sumber: Hardjosubroto (1994) Faktor koreksi jenis kelamin distandarisasi ke jenis kelamin jantan. Kondisi tersebut diperlukan untuk membandingkan performan individu dengan jenis kelamin yang berbeda dan disajikan dalam Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2. Faktor Koreksi Jenis Kelamin Pada Tipe Kelahiran Tunggal Jenis Kelamin Sifat Umur Faktor Koreksi -Hari- Jantan Bobot 100 terkoreksi ke tunggal 100 Betina Bobot 100 terkoreksi ke tunggal 100 1.074 Tabel 3. Faktor Koreksi Jenis Kelamin Pada Tipe Kelahiran Kembar Dua Jenis Kelamin Sifat Umur Faktor Koreksi -Hari- Jantan Bobot 100 terkoreksi ke kembar dua 100 Betina Bobot 100 terkoreksi ke kembar dua 100 1.074 Sumber: Anang dkk., (2013) Data yang sudah dikoreksikan kemudian dianalisa dengan Rancangan Acak Lengkap pola searah (Completely Randomized Design One-way Calssification) dengan model (Hardjosubroto, 1994) : Y ik = µ + α i + е ik Keterangan : Y ik = nilai pengamatan pada pengamatan individu ke-k pejantan ke-i µ = rataan bobot lahr α i e ik = pengaruh pejantan ke i = pengaruh genetik dan lingkungan dari setiap individu yang tidak terkontrol Data kemudian dianalisa berdasarkan analisis saudara tiri sebapak (half-sib). Tabel analisis ragam dapat dilihat pada Tabel 4 (Warwick dkk, 1995).

Tabel 4. Model Analisis Sidik Ragam. Sumber Db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah Komponen Tengah Harapan Antar pejantan (s) s-1 JK s KT s + k Galat/Eror (e) n - s JK e KT e Keterangan: s = jumlah pejantan n = jumlah anak k = koefisien komponen ragam JKs = jumlah kuadrat antar pejantan JKe = jumlah kuadrat anak dalam pejantan KTs = kuadrat tengah antar pejantan KTe = kuadrat tengah anak dalam pejantan = ragam antar pejantan = ragam dalam anak pejantan Nilai h 2 dihitung dari persamaan berdasarkan nilai koreksi antar kelas (t) dimana : Keterangan : t = intensitas korelasi = jumlah anak total = jumlah anak tiap pejantan Heritabilitas sama dengan 4t atau dalam bentuk komponen ragam Menghitung Nilai Pemuliaan (Cameron, 1997). NP = h² (P i -P) Keterangan : h² = heritabilitas P i = catatan fenotip individu ternak P = rata-rata fenotipik populasi 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang dianalisis sebanyak 392 data anak domba terdiri atas 214 ekor jantan dan 178 ekor betina yang berasal dari 42 ekor pejantan dan 332 ekor betina, selama periode pemeliharaan bulan Januari 2014 samapi dengan bulan Desember 2014. Deskripsi data adalah sebagai berikut :

Tabel 5. Deskripsi Bobot Lahir Deskripsi Nilai Rata-rata (Kg). 2,8 Standar Deviasi (Kg) 0,45 Koefisien Variasi (%) 16 Minimal (Kg) 2,0 Maksimal (Kg) 4,4 Dari hasil data bobot lahir yang dianalisis diperoleh rata-rata bobot badan sebesar 2,8 kg, dengan standar deviasi 0,45 kg. Koefisien variasi bobot lahir adalah 16 %, nilai ini menunjukan bahwa bobot lahir domba Garut di UPTD BPPTD Margawati tahun 2014 cukup beragam dan masih efektif untuk dilakukan seleksi. Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Bobot Lahir Bobot lahir domba Garut jantan relatif lebih berat bila dibandingkan dengan bobot lahir domba betina. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Pengaruh Jenis Kelamin Tehadap Bobot Lahir Jenis kelamin Jumlah ternak Rata-rata bobot lahir (Kg) Jantan 214 2,8 ± 0,46 Betina 178 2,7 ± 0,45 Tabel diatas menunjukan bahwa jenis kelamin domba Garut jantan memiliki rata-rata bobot lahir relatif lebih berat daripada rata-rata bobot lahir Domba Garut betina, rata-rata bobot lahir domba Garut jantan adalah 2,8 Kg dan betina adalah 2,7 Kg. Perbedaan bobot badan ini kemungkinan disebabkan oleh sistem hormonal. Hormon kelamin mengakibatkan pertumbuhan yang lebih cepat pada ternak jantan dibandingkan dengan betina (Soeparno, 2005). Hormon androgen merupakan hormon kelamin yang mengatur pertumbuhan ternak jantan lebih tinggi dan lebih cepat dibandingkan dengan ternak betina (Gatenby, 1986). Pengaruh Tipe Kelahiran Terhadap Bobot Lahir Tipe kelahiran dapat diartikan banyaknya anak atau jumlah anak perkelahiran. Jumlah anak perkelahiran akan berpengaruh langsung terhadapa bobot lahir anak tersebut. Semakin banyak anak perkelahiran akan semakin berkurang kecepatan pertumbuhan dari suatu individu parental karena ada kompetisi antar fetus didalam uterus induk. Berdasarkan banyaknya anak yang dilahirkan seekor induk domba, tipe kelahiran domba di UPTD BPPTD Margawati dapat dikelompokan menjadi 3 tipe kelahiran, yaitu tunggal, kembar dua (twin), dan kembar tiga (triplet), seperti yang tertera pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata Bobot Lahir Domba Garut Berdasarkan Tipe Kelahiran Tipe Kelahiran Jumlah Ternak Rata-rata Bobot Lahir (Kg) Tunggal 216 3,0 ± 0,42 Twin 153 2,5 ± 0,25 Triplet 23 2,2 ± 0,18 Berdasarkan Tabel 7 rata-rata bobot lahir untuk kelahiran tunggal adalah 3,0 kg. kelahiran kembar dua (twin) adalah 2,5 kg, dan kembar tiga (triplet) adalah 2,2 kg. Makin banyak tipe kelahiran anak yang dilahirkan makin ringan rata-rata bobot lahir anak yang dicapai (Ramsay et al. 2000). Hal ini menunjukan bahwa tipe kelahiran berpengaruh terhadap bobot lahir baik jantan maupun betina, bobot lahir pada tipe kelahiran tunggal lebih tinggi bila dibandingka dengan bobot lahir pada tipe kelahiran kembar. Donald dan Rusel (1970) berpendapat bahwa bobot lahir domba kembar dua adalah 80% dari bobot lahir domba tunggal dan bobot lahir domba kembar tiga adalah 77% dari domba kelahiran dua. Dugaan Nilai Heritabilitas Bobot Lahir Domba Garut Nilai heritabilitas merupakan parameter penting dalam pemuliaan ternak, karena nilai ini menunjukan berapa besar kekuatan suatu sifat yang diturunkan tetua kepada anaknya

(Warwick dkk., 1995). Nilai heritabilitas bisa digunakan untuk menentukan nilai pemuliaan seekor ternak. Dugaan nilai heritabilitas bobot lahir yang diperoleh dari hasil penelitian sebesar 0,12. Nilai heritabilitas termasuk ke dalam kategori sedang, menurut Hardjosubroto (1994) nilai heritabilitas dikatakan rendah jika bernilai kurang dari 0,1; sedang jika bernilai antara 0,1 0,3 dan tinggi jika bernilai lebih dari 0,3. Wawwick dkk., (1995), nilai heritabilitas yang dikategorikan sedang sampai tinggi dapat memberikan petunjuk bahwa seleksi yang dilakukan akan lebih efekif dan efisien dalam meningkatkan perbaikan mutu genetik bila dibandingkan dengan seleksi yang dilakukan pada nilai heritabilitas rendah. Dugaan Nilai Pemuliaan Dugaan nilai pemuliaan merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengevaluasi keunggulan genetik seekor ternak, terutama ternak yang akan dijadikan sebagai bibit, karena setengah dari nilai pemuliaan tetua akan diwarisikan kepada keturunannya. Besarnya nilai pemuliaan seekor ternak merupakan keungglan potensi genetik yang dimiliki ternak itu dari rata-rata populasi. Dugaan nilai pemuliaan domba berdasar bobot lahir di UPTD BPPTD Margawati periode pemeliharaan bulan Januari 2014 sampai Desember 2014 berkisar antara -0,092 kg sampai dengan 0,196 kg. Perkawinan dilaksanakan dengan menyatukan antara pejantan dan betina dengan perbandingan 1 ekor pejantan : 10 ekor betina. Jumlah ternak betina yang mempunyai nilai pemuliaan berdasar bobot lahir positif sebanyak 79 ekor, jadi dengan perbandingan 1 : 10 di butuhkan sebanyak 8 ekor domba jantan terseleksi untuk terlaksananya proses perkawinan. Nilai pemuliaan untuk domba jantan yang tertinggi adalah 0,148 kg dan yang terendah -0,080 kg. Perangkingan nilai pemuliaan berdasar bobot lahir domba jantan tersaji pada lampiran 3, berikut delapan data nilai pemuliaan domba jantan terseleksi pada Tabel 8. Tabel 8. Nilai Pemuliaan Domba Jantan Delapan Teratas No ID Ternak Nilai Pemuliaan (Kg) 11 0983 0,148 11 0701 0,136 11 1120 0,136 11 0711 0,136 12 0746 0,124 12 0791 0,124 12 1443 0,124 12 0860 0,124 Nilai pemuliaan berdasar bobot lahir domba betina tertinggi sebesar 0,196 kg dan yang terendah -0,092 kg, berdasarkan nilai pemuliaan domba betina yang telah diperoleh terdapat 79 ekor domba betina yang mempunyai nilai pemuliaan berdasar bobot lahir positif. Perangkingan nilai pemuliaan berdasar bobot lahir domba betina tersaji pada lampiran 3, berikut sepuluh data nilai pemuliaan domba betina pada Tabel 9. Tabel 9. Nilai Pemuliaan Domba Betina Sepuluh Teratas No ID Ternak Nilai Pemuliaan (Kg) 11 3183 0,196 12 0756 0,148 11 0965 0,124 1408583 0,124 11 1064 0,112

No ID Ternak Nilai Pemuliaan (Kg) 12 1410 0,100 12 0229 0,088 12 0691 0,088 12 0785 0,076 12 1761 0,076 Martojo (1992), menyatakan bahwa dugaan nilai pemuliaan seekor ternak dapat digunakan sebagai dasar seleksi, dengan membuat peringkat keunggulan nilai pemuliaan pada sekelompok ternak. Seleksi dapat dilakukan dengan memilih ternak pada peringkat utama yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan. Nilai pemuliaan domba jantan terbesar diperoleh domba yang memiliki No ID 11 0983 dengan 0,148 kg, dan untuk domba betina diperoleh domba dengan No ID 11 3183 dengan 0,196 kg. Besarnya dugaan nilai pemuliaan seekor tenak meunjukan keunggulan potensi genetik ternak tersebut dari rata-rata populasi. Johansson dan Rendel (1968) menyatakan bahwa ternak yang mempunyai nilai pemuliaan lebih besar akan lebih baik bila dijadikan sebagai bibit dibandingkan dengan ternak yang mempunyai nilai pemuliaan rendah. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa nilai heritabilitas bobot lahir di UPTD BPPTD Margawati tahun 2014 adalah 0,12 nilai ini termasuk heritabilitas kategori sedang. Nilai pemuliaan domba jantan terbesar diperoleh domba yang memiliki No ID 11 0983 dengan 0,148 kg, dan untuk domba betina diperoleh domba dengan No ID 11 3183 dengan 0,196 kg. Nilai pemuliaan berdasar bobot lahir betina yang positif diperoleh 79 ekor, jadi dengan perbandingan 1 : 10, jantan yang digunakan sebanyak 8 ekor. 5. DAFTAR PUSTAKA Anang, A., H. Indrijani, D. Rahmat dan Dudi. 2013. Uji Performance Domba Garut Di UPTD BPPTD Margawati Garut Jawa Barat. Laporan Penelitian. Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba Jawa Barat Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Bandung. Black, J.L. 1983. Growth and Development of Lambs: in Sheep Production, Edited by W. Haresigd. Butterworths. London. Blakely, J. dan D. H. Bade. 1985. Ilmu Peternakan. Terjemah: B. Srigandono. Gadjah Mada Iniversity Press, Yogyakarta. Cameron, N.D. 1997. SelectionIndices and Prediction of Genetic Merit in Animal Breeding.C.A.B International. Oxon. Devendra, C. dan G. B. Mc Leroy. 1982. Goat and Sheep Production in the Tropics. 1 st Edit. Oxford University Press, Oxford. Donald dan Russel. 1970. The Relationships Between Live Weight of Ewe at Mating and Weight of New Born Lamb. Animal Production. 12:273-280.

Gatenby, R. M. 1986. Sheep Production in The Tropics and Sub Tropics. 1 st Longman Inc. New York Edition. Hardjosubroto. W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak Di Lapangan. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Heriyadi, D. 2011. Pernak Pernik dan Senarai Domba Garut. Unpad Press. Bandung. Johansson, I. dan J. Rendel. 1968. Genetics and Animal Breeding. W.H. Freeman & Co. San Francisco. Kihe JN. 1992. Analisis Potensi Genetik Sifat-Sifat Pertumbuhan Ternak Kambing PE Saat Lahir Sampai Sapih di Unit Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak (UPT HMT) Batu Malang. Tesis Pascasarjana. UGM. Yogyakarta. Martojo, H. 1992. Peningkatan Mutu Genetik Ternak. Pusat Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Merkens, J. dan R. Soemirat. 1926, Sumbangan Penetahuan tentang ternak domba di Indonesia. Dalam: Domba dan Kambing. Terjemahan: R. P. Utojo. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. Mulliadi, D. 1996. Sifat fenotip domba Priangan di Kabupaten Pandeglang dan Garut. Disertasi. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Mulliadi, D. 2013. Modul Praktikum Manajemen Pemuliaan Ternak. Universitas Padjadjaran. Sumedang. Rahmat Dedi, A. Anang, dan Dudi. 2007. Kecermatan Dugaan Respon Seleksi Bobot Badan Prasapih Domba Priangan Berdasarkan Catatan Tunggal Dan Catatan Berulang pada Uji Zuriat. Seminar Nasional Peternakan-Perikanan. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Bandung. Ramsay, K, D. Swart, B. Oliver dan G. Hallowell. 2000. An Evaluation of The Breeding Strategies Used in The Development of The Dorper Sheep and The Improved Boer Goat of South Africa. International Committee for Animal Recording: 339 346. Ramsey, W.S., P.G. Hatfield., J.D. Wallace dan G.M. Southward. 1998. Relationships Among Ewe Milk Productions and Ewe, and Lamb Forage Intake In Targhee Ewes Nursing Single or Twin Lamb. Journal of Animal Science. 76(5):1247-53. Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Daging. Cet IV. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Warwick, E.J., J. M. Astuti dan W. Hardjosubroto. 1990. Pemuliaan Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hal. 99: 152: 164:293.