BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PD. Soleh Aman Sahuri berdiri sejak awal tahun 1995 dengan surat ijin usaha perdagangan (SIUP) No. 00387/10-14/PK/IX/1995/B dari Departemen Perdagangan dan Perindustrian. PD. Soleh Aman Sahuri merupakan perusahaan yang bergerak di bidang persuteraan yang terletak di Jalan Otto Iskandardinata belakang No. 14/297 Tarogong Garut. Pada awal berdiri, bapak Drs. Soleh dibantu oleh 15 orang pekerja yang masih ada hubungan keluarga dengan menggunakan alat yang terdiri dari empat buah mesin ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin), satu buah mesin cucuk, satu buah mesin hane, lima buah mesin kelos, lima buah mesin palet, dan satu buah tungku pemasak. Pada awal 1997, bapak Drs. Soleh menambah ATBM dan alat-alat lainnya, dan pada tahun itulah awal berkembangnya PD. Soleh Aman Sahuri. Hingga saat ini PD. Soleh Aman Sahuri memiliki 100 mesin ATBM dan sekitar 130 orang tenaga kerja. Perusahaan ini tetap menggunakan ATBM karena untuk mempertahankan nilai seni kain sutera yang diproduksi. Perusahaan sutera alam ini sebenarnya telah merintis sejak tahun 1961. Sejak ditemukannya mesin Twist Sutera oleh pimpinan perusahaan yaitu Bapak H. Aman Sahuri pada tahun 1969, perusahaan ini menjadi proyek contoh bagi beberapa perusahaan sutera dari daerah lain. Dalam pengelolaannya, perusahaan ini dibantu oleh ketiga anak dari Bapak H. Aman Sahuri, yaitu : A. Makmun, Drs. Usman, dan Drs. Soleh. Bapak Drs. Soleh akhirnya mewarisi usaha ayahnya dengan mendirikan perusahaan dagang Sutera Alam Soleh Aman Sahuri. Produk yang dihasilkan oleh PD. Soleh Aman Sahuri, diantaranya Kain Sutera ATBM Putihan, Kain Sutera ATBM Warna, dan Kain Sutera ATBM Sulam. Bahan
baku yang dipakai adalah benang sutera dengan jenis benang yang digunakan adalah benang lusi dan benang pakan. Berikut ini uraian pembuatan kain sutera secara garis besarnya adalah sebagai berikut : 1. Proses pemasukan atau pengambilan benang dari gulungan benang ke dalam alat yang disebut kelos atau palet. Kelos merupakan alat penggulung benang yang mempunyai dua fungsi sebagai bahan dasar untuk benang lusi atau benang pakan, sedangkan palet merupakan alat penggulung benang sebagai bahan dasar pakan saja. Proses pengelosan yaitu proses memindahkan benang sutera dari bentuk untaian berbentuk kelos, agar proses selanjutnya twisting pada benang pakan lebih mudah untuk dikerjakan. 2. Proses Twisting adalah proses perangkapan dua atau lebih benang dan dibetikan antihan atau twist. Besarnya twist 10/inchi. Proses twisting ini dilakukan agar benang menjadi besar dan kuat, proses ini akan mengubah gulungan bentuk kelos ke bentuk bobbin. 3. Proses Reeling adalah proses untuk menggulung kembali benang yang telah di twist dalam bentuk bobbin ke dalam bentuk untaian. 4. Proses pemaletan ini tidak jauh berbeda dari proses pengelosan secara manual, hanya saja tempat penggulungan berupa palet yang terbuat dari kertas. 5. Proses penghanean merupakan proses menggulung benang dari bentuk kelos hasil kelos manual ke tambur, dan digulung lagi ke boom tenun. Kapasitas produksi rata-rata perhari adalah dua boom. 6. Proses pencucukan yaitu proses memasukkan benang lusi pada mata gun dan sisir tenun sesuai rencana tenun. Dan bagian cucuk ini merupakan bagian penentuan atau pembuatan motif. Penentuan motif kain sutera disesuaikan dengan pesanan atau perusahaan menawarkan suatu motif kepada konsumen. 7. Bagian pertenunan yaitu proses pembuatan kain dimana proses ini merupakan penggabungan antara benang lusi dan benang pakan. Mesin tenun yang digunakan berupa alat tenun bukan mesin ukuran 1,75x1,75 M 2.
8. Bagian pemasakan yaitu proses perebusan benang atau kain dengan menggunakan obat-obatan yang berguna untuk menghilangkan zat serisin (zat yang terkandung didalam benang sutera dimana zat ini mengandung zat perekat). Penghilang serisin ini akan menjadikan bahan tekstil sutera menjadi lebih putih, melembutkan kain sutera, sifat gemerisik yang khas kemudian dijemur hingga kering. 9. Bagian proses insfecting merupakan bagian pemeriksaan dan perbaikan cacat kain, yaitu dengan cara memotong benang-benang yang kurang rapi karena benang pakan atau lusi yang tidak teranyam. PD. Soleh Aman Sahuri mampu memproduksi kain sutera sebanyak ± 3000 M perbulan, yang mana produksi kain ini dilakukan untuk persediaan dan memenuhi pesanan konsumen dalam partai besar, dengan sekali pesan ± 100 M. PD. Soleh Aman Sahuri memiliki konsumen yang datang langsung ke outlet dan dari kalangan pembatik dari Pekalongan, Solo, Cirebon, Jakarta, Tasik, Bandung dan Garut. Selain para pengrajin, banyak juga desainer yang memesan kain dari PD. Soleh Aman Sahuri antara lain, Bin House Jakarta, Poppy Darsono, Shafira dan Gianny Vigone dari Italy. Selain pasar local PD. Soleh Aman Sahuri juga mengekspor produknya ke Jepang, Belanda, dan China. 1.2 Latar Belakang Penelitian Di Garut terdapat beberapa industry yang menjadi andalan selain kain sutera diantaranya industri penyamakan kulit, jaket kulit, industri batik, sutera alam, dodol, minyak akar wangi dan industry kerajinan anyaman bambu. Industri persuteraan merupakan industri yang sangat potensial untuk dikembangkan karena mempunyai berbagai keunggulan, antara lain (http://www.bi.go.id) :
1. Budidaya sutera telah sejak lama dikenal dan dikelola oleh petani di Indonesia. 2. Sutera merupakan salah satu bahan baku yang digunakan dalam industri tekstil dan pakaian jadi. Sedangkan industri tekstil dan pakaian jadi merupakan industri yang berorientasi ekspor. 3. Memiliki keterkaitan yang erat antar berbagai sektor. Pengembangan sutera memiliki dampak paling tidak kepada dua sektor yang vertikal dari sisi on-farm dan off-farm, yaitu sektor perhutanan rakyat melalui perhutanan murbei dan pemeliharaan ulat sutera dan sektor industri yang mengolah kokon sutera menjadi barang jadi untuk siap dikonsumsi. 4. Menyerap banyak tenaga kerja. Karena melibatkan dua setor secara vertical, pengembangan sutera memiliki dampak penyerapan tenaga kerja yang lebih besar. (http://elibrary.mb.ipb.ac.id, diakses pada tanggal 28 April 2014) Permintaan akan produk sutera alam, khususnya dalam bentuk lain tidak terlalu dipengaruhi oleh situasi ekonomi, meskipun segmentasi pasar berada pada konsumen kalangan menengah atas. Penggunaan produksi benang sutera tidak terbatas pada kebutuhan kain sandang tetapi telah meluas untuk berbagai kebutuhan kain tekstil non sandang seperti kain untuk dekorasi interior dan eksterior perkantoran, perhotelan dan lain-lain. (http://bgimesin.blogspot.com, diakses pada tanggal 28 April 2014) Perusahaan yang mampu bertahan pada persaingan adalah perusahaan yang bisa mengetahui pengaruh dari masing-masing alat bauran pemasaran terhadap keputusan pembelian konsumen sehingga perusahaan akan lebih mudah untuk menentukan alatalat bauran pemasaran yang tepat dan sesuai dengan kondisi, kemampuan serta keadaan yang sedang dihadapi. PD. Soleh Aman Sahuri selalu menjaga kualitas kain sutera yang dihasilkan dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya. Dengan masih menggunakan alat tenun bukan mesin tentunya kualitas kain sutera akan lebih baik. Penetapan harga
kain sutera yang diproduksi PD. Soleh Aman Sahuri sedikit lebih mahal dibandingkan dengan kain tenun yang di produksi oleh perusahaan lain. Ini dikarenakan PD. Soleh Aman Sahuri ingin produk yang dihasilkan kain sutera yang berkualitas tinggi. Harga kain sutera yang ditawarkan oleh PD. Soleh Aman Sahuri mulai dari Rp. 125.000,00 tergantung dari jenis kain suteranya. Selain harga, faktor promosi merupakan hal penting untuk mewujudkan tujuan penjualan suatu perusahaan. Menurut hasil wawancara yang telah dilakukan oleh penulis, PD. Soleh Aman Sahuri untuk memasarkan produknya dilakukan dengan memasang iklan di Internet. PD. Soleh Aman Sahuri telah memiliki outletnya sendiri di Jalan Terusan Pembangunan Garut. Levitt (Tjiptono, 2008:19) menyebutkan, Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar dapat sukses dalam persaingan adalah berusaha mencapai tujuan untuk menciptakan dan mempertahankan pelanggan.. Perusahaan harus mampu memahami perilaku konsumen pada pasar sasarannya karena peluang atas laba dan kelangsungan hidup perusahaan sangat bergantung pada perilaku konsumennya. PD. Soleh Aman Sahuri juga pada saat ini telah mengalami penurunan tingkat penjualan kain sutera dari tahun 2011 sampai sekarang yang diakibatkan dengan menurunnya pangsa pasar kain sutera. Penurunan pangsa pasar terjadi disebabkan banyaknya perusahaan pesaing yang memproduksi kain sutera di Indonesia. Dengan kondisi tersebut, manajemen PD. Soleh Aman Sahuri harus memperhatikan strategi pemasaran yang tepat salah satunya dengan melihat dari aspek bauran pemasaran untuk meningkatkan keputusan pembelian konsumen yang akan mendorong peningkatan pangsa pasar perusahaan. Berikut ini data penurunan tingkat penjualan kain sutera di PD. Soleh Aman Sahuri :
Tabel 1.1 Data Penurunan Tingkat Penjualan Kain Sutera PD. Soleh Aman Sahuri Tahun Jumlah Penjualan 2011 Rp. 3. 310.525.827, 00 2012 Rp. 2. 934.580.375, 00 2013 Rp. 2. 371. 443. 225, 00 Sumber : PD. Soleh Aman Sahuri Dari penjelasan yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh yang ditimbulkan bauran pemasaran terhadap keputusan pembelian produk kain sutera PD. Soleh Aman Sahuri dengan judul penelitian : PENGARUH BAURAN PEMASARAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK KAIN SUTERA PD. SOLEH AMAN SAHURI 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana bauran pemasaran kain sutera PD. Soleh Aman Sahuri? 2. Bagaimana keputusan pembelian konsumen kain sutera PD. Soleh Aman Sahuri? 3. Seberapa besar pengaruh dari bauran pemasaran terhadap keputusan pembelian konsumen kain sutera PD. Soleh Aman Sahuri? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bauran pemasaran kain sutera PD. Soleh Aman Sahuri.
2. Untuk mengetahui keputusan pembelian konsumen kain sutera PD. Soleh Aman Sahuri. 3. Untuk mengetahui pengaruh dari bauran pemasaran terhadap keputusan pembelian konsumen kain sutera PD. Soleh Aman Sahuri. 1.5 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menberikan dua kegunaan yaitu kegunaan akademis dan kegunaan praktis. 1. Kegunaan Akademis Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan referensi bagi pengembangan ilmu pengetahuan manajemen pemasaran khususnya yang terkaitan dengan pengaruh bauran pemasaran terhadap keputusan pembelian. 2. Kegunaan Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam meningkatkan strategi pemasaran bagi pihak PD. Soleh Aman Sahuri untuk meningkatkan pangsa pasar di masa yang akan dating khususnya melalui perspektif bauran pemasaran. 1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini berisikan gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II: TINJUAN PUSTAKAN DAN LINGKUP PENELITIAN Pada bab ini mengemukakan dengan jelas, ringkas, dan padat tentang hasil kajian pustaka yang terkait dengan topik dan variabel peneltian untuk dijadikan dasar bagi penyusunan kerangka pemikiran dan perumusan hipotesis. BAB III : METODE PENELITIAN Pada bab ini menegaskan pendekatan, metode, dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat menjawab atau menjelaskan masalah penelitian, meliputi uraian tentang jenis penelitian,variabel operasional, tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas, dan teknik analisis data. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini berisi tentang hasil penelitian secara sistematis kemudian dianalisis dengan metode analisis data yang ditetapkan dan selanjutnya dilakukan pembahasan tentang analisis tersebut. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian serta saran yang dapat diberikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam penelitian ini.