BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berkepentingan dalam pengambilan keputusan. Dalam proses pelaporan keuangan tahunan perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dampak globalisasi, kemajuan informasi teknologi, dan keterbukaan

BAB I PENDAHULUAN. diterima lagi. Perkembangan dunia usaha saat ini menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. sah dari pihak-pihak yang memiliki klaim atas perusahaan. Para pihak ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dalam meningkatkan pertumbuhan usahanya, salah satunya adalah

PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DALAM LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responcibility

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan hal yang perlu. diperhatikan bagi perusahaan dewasa ini karena berkaitan dengan isu

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perusahaan dihadapkan dalam persoalan yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi

SKRIPSI. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

keuangan saja yang merupakan informasi wajib. Informasi mengenai kondisi perusahaan juga dapat didapatkan dari informasi yang diungkapkan secara

BAB I PENDAHULUAN. baku yang digunakan oleh pabrik-pabrik berasal dari alam. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan menyusun dan menerbitkan laporan keuangan untuk

PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM LAPORAN TAHUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada setiap perusahaan, laporan keuangan adalah suatu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kotler dan Nancy (2005) Corporate Social Responsibility (CSR)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. tahunan perusahaan merupakan media komunikasi antara

BAB I PENDAHULUAN. CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu kepedulian organisasi bisnis

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mempunyai tujuan yang sama yaitu menghasilkan laba. Dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Guthrie dan Mathews (1985), kemajuan teknologi serta perubahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. sejak awal tahun 1970an yang secara umum dikenal dengan stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat atau lingkungan sekitar (Hexa, 2008). Dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab sosial, yang lebih dikenal dengan CSR (Corporate Social

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam akuntansi konvensional (mainstream accounting), tanggung

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat (social benefit). Akan tetapi perusahaan dapat pula

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab

BAB I PENDAHULUAN. mengenai pengungkapan laporan keuangan (disclosure of financial

BAB I PENDAHULUAN. Laporan tahunan perusahaan yang go public di Bursa Efek, merupakan media UKDW

BAB I PENDAHULUAN. berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna. Perseroan Terbatas (PT) mempunyai tanggung jawab sosial terhadap

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan informasi perusahaannya. Peran perusahaan tidak. hubungan yang harmonis dengan masyarakat sosial.

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dalam melaporkan hasil dari kinerjanya adalah melalui

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kasus laporan keuangan yang tidak disajikan secara wajar. Salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. saat ini adalah informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Corporate

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada dasarnya melaksanakan kegiatan usaha sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah perkembangan akuntansi, yang berkembang pesat setelah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. sosial atau yang dikenal dengan CSR (Corporate Social Responsibility),

BAB I PENDAHULUAN. mudah untuk mengantisipasi kondisi di luar perusahaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. pada manajemen menjadi lebih besar sehingga menimbulkan konflik. pembentukan komite audit. Sesuai dengan peraturan BAPEPAM, Kep-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Umumnya dalam pengelolaan perusahaan, laporan keuangan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan bisnis seperti sebuah perusahaan juga ikut terpengaruh dalam pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan perusahaan melalui laporan keuangan. Di Indonesia, laporan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang dihadapi oleh perusahaan akan semakin banyak dan semakin sulit.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebuah perusahaan yang baik adalah perusahaan yang bisa menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR),

I. PENDAHULUAN. Perusahaan membuat laporan keuangan untuk menggambarkan kinerja manajemen dalam

BAB I PENDAHULUAN. itulah, pemerintah maupun investor memberikan perhatian yang lebih dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. social disclosure, corporate social responsibility, social accounting (Mathews,

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh good corporate governance,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga setiap keputusan yang dibuat oleh institusi dan setiap tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan teknologi, sosial ekonomi, budaya pada abad 18 ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Adanya krisis keuangan di Indonesia pada akhir tahun 2008 salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi nilai perusahaan dianggap semakin sejahtera pula pemiliknya.

BAB I PENDAHULUAN. modalnya kepada perusahaan tersebut (Haruman, 2008). informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya saling memberi dan membutuhkan. Untuk menjaga keberlanjutannya,

BAB I PANDAHULUAN. dan digunakan untuk pengambilan keputusan ekonomi, maka sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan pengembangan usaha dan perluasan jaringan suatu

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dewasa ini mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal ini disebabkan oleh akuntansi selama ini hanya berpihak pada shareholder.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban yang harus dilaksanakan oleh suatu perusahaan dimana merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari kinerja suatu perusahaan selama periode tertentu. Laporan keuangan ini

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal, sebagai sarana untuk mematuhi peraturan pemerintah dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan memiliki kewajiban sosial atas apa yang terjadi di sekitar

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan laba yang setinggi-tingginya tanpa memperhatikan dampak yang

BAB I PENDAHULUAN. modal sehingga mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik. Penerapan corporate governance dalam dunia usaha merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perusahaan di tengah masyarakat, secara langsung. lingkungan di sekitarnya. Dampak positif yang mungkin timbul adalah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dan hal ini sangat penting, baik bagi investor maupun bagi

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility (CSR)).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak principal

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk melihat kinerja suatu perusahaan, para stakeholder akan menjadikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting bagi pengukuran dan penilaian kinerja sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi disebut juga aktivitas jasa yang mempunyai fungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Informasi merupakan kebutuhan yang mendasar bagi para investor dan calon investor untuk pengambilan keputusan. Adanya informasi yang lengkap, akurat serta tepat waktu memungkinkan investor untuk melakukan pengambilan keputusan secara rasional sehingga hasil yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 pasal 1: Informasi atau fakta material adalah informasi atau fakta penting dan relevan mengenai peristiwa, kejadian atau fakta yang dapat mempengaruhi harga efek pada Bursa Efek, dan atau keputusan pemodal, calon pemodal atau pihak lain yang berkepentingan atas informasi atau fakta tersebut (Sembiring, 2005). Salah satu informasi yang sering diminta untuk diungkapkan perusahaan saat ini adalah informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Tanggung jawab sosial perusahaan itu sendiri dapat digambarkan sebagai ketersediaan informasi keuangan dan non-keuangan berkaitan dengan interaksi organisasi dengan lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya, yang dapat dibuat dalam laporan tahunan perusahaan atau laporan sosial terpisah (Guthrie dan Mathews, 1985 dalam Sembiring, 2005). Perusahaan sudah seharusnya melakukan tanggung jawab sosial bagi lingkungannya. Terlepas dari tujuan perusahaan melakukan tindakan itu, harus ada hukum yang mengatur dengan tegas mengenai keharusan perusahaan melakukan 1

tanggung jawab sosial atau Corporate Social Responsibility (CSR). CSR ini harus diungkapkan dengan sesuai pada laporan keuangan tahunan supaya bisa dipertanggungjawabkan di depan masyarakat. Sehingga diperlukan juga aturan mengenai pengungkapan CSR pada laporan tahunan perusahaan. Karena apabila tidak ada aturan yang jelas, perusahaan akan melaporkan CSR yang menguntungkan saja (Apriwenni, 2009). Di Indonesia praktek pengungkapan tanggung jawab sosial di atur oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 (Revisi 1998) paragraf 9, yang meyatakan bahwa: Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. Dasar hukum CSR juga tertuang dalam No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) pasal 74 UU RI Ayat 1 mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, yaitu: Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan (Untari, 2010). Tuntutan terhadap perusahaan untuk memberikan informasi yang transparan, organisasi yang akuntabel serta tata kelola perusahaan yang semakin bagus semakin memaksa perusahaan untuk memberikan informasi mengenai aktivitas sosialnya. Perusahaan sebagai lembaga usaha tidak lepas dengan masalah-masalah sosial yang berkaitan dengan masalah kesejahteraan pegawai, pengelolaan lingkungan terutama di sekitar pabrik, pemantauan produksi dan 2

masalah dengan masyarakat sekitar perusahaan. Masyarakat membutuhkan informasi mengenai sejauh mana perusahaan sudah melaksanakan aktivitas sosialnya sehingga hak masyarakat untuk hidup aman, tenteram, kesejahteraan karyawan, dan keamanan mengkonsumsi makanan dapat terpenuhi (Anggraini, 2006). Berbagai penelitian yang terkait dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan menunjukkan keanekaragaman hasil. Penelitian yang dilakukan Sembiring (2005) menemukan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara ukuran perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hasil serupa juga ditunjukkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Apriwenni (2009) dan Darwis (2009) yang menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara ukuran perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Namun, hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2006), Rahman dan Widyasari (2008), dan Veronica (2009) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hubungan antara profitabilitas dan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan menunjukkan hasil yang beragam. Penelitian yang dilakukan oleh Nurkhin (2010), Badjuri (2011), serta Utami dan Prastiti (2011) menemukan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara profitabilitas dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Rahman dan Widyasari (2008), Apriwenni (2009), dan Darwis (2009) menunjukkan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 3

Hubungan antara leverage dan pengungkapan tanggung jawab sosial juga menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian yang dilakukan Apriwenni (2009) serta Putra, Yuliusman dan Setiawan (2011) menunjukkan bahwa leverage memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Menurut Ratnasari dan Prastiwi (2010) leverage memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sedangkan menurut Sembiring (2005), Anggraini (2006), dan Veronica (2009) menyatakan bahwa leverage perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hubungan antara profile perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan memiliki pengaruh yang beragam pula. Penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2005), Anggraini (2006), serta Rahman dan Widyasari (2008) menyatakan bahwa profile perusahaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Murwaningsari (2009) dan Nurkhin (2010) menyatakan bahwa profile perusahaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Penelitian tentang pengaruh dewan komisaris independen terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan juga memiliki pengaruh yang beragam. Hal ini ditunjukkan dari penelitian yang dilakukan oleh Jama an (2008), Nurkhin (2010), dan Badjuri (2011) menyatakan adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara ukuran dewan komisaris independen terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sedangkan menurut Ratnasari dan Prastiwi (2010), Restuningdiah (2010), serta Suhardjanto dan Miranti (2011) menyatakan 4

bahwa dewan komisaris independen memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Penelitian antara pengaruh kepemilikan manajerial terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan juga memiliki hasil yang berbeda. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2006), Murwaningsari (2009), serta Rawi dan Muchlish (2010) menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial memiliki hubungan yang positif dan signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Sedangkan menurutn Rahman dan Widyasari (2008), Apriwenni (2009), dan Restuningdiah (2010) kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Penelitian tentang pengaruh kepemilikan institusional terhadap tanggung jawab sosial perusahaan juga memiliki hasil yang beragam. Penelitian yang dilakukan oleh Jama an (2008) dan Murwaningsari (2009) menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara kepemilikan institusional terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Penelitian Anggono dan Handoko (2009) menunjukkan adanya hubungan yang positif untuk kepemilikan institusional dan tanggung jawab sosial perusahaan. Sedangkan menurut Novita dan Djakman (2008), Restuningdiah (2010), dan Badjuri (2011) kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Penelitian antara pengaruh komite audit terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan juga memiliki hasil yang beragam. Menurut Jama an (2008) komite audit memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap 5

pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Menurut Badjuri (2011) komite audit memiliki pengaruh yang positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sedangkan menurut Mujiyono dan Nany (2010) serta Ratnasari dan Prastiwi (2010) menunjukkan bahwa komite audit tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Berdasarkan ketidakkonsistenan penelitian-penelitian terdahulu, maka dalam penelitian ini penulis akan menguji kembali faktor-faktor (ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage, profile perusahaan, dewan komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan komite audit) yang berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Alasan penggunaan variabel-variabel tersebut dalam penelitian ini dikarenakan variabel tersebut memiliki hasil penelitian yang tidak konsisten antara satu penelitian dengan penelitian lain. Oleh karena itu, penulis akan melakukan penelitian dengan mengambil judul ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN: STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA. 1.2. Rumusan Masalah Berdasar latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan? 6

2. Apakah profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan? 3. Apakah leverage berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan? 4. Apakah profile perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan? 5. Apakah dewan komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan? 6. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan? 7. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan? 8. Apakah komite audit berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan? 1.3. Tujuan Penelitian 1. Penelitian ini akan menguji apakah ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 2. Penelitian ini akan menguji apakah profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 3. Penelitian ini akan menguji apakah leverage berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 7

4. Penelitian ini akan menguji apakah profile perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 5. Penelitian ini akan menguji apakah dewan komisaris independen berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 6. Penelitian ini akan menguji apakah kepemilikan manajerial berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 7. Penelitian ini akan menguji apakah kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 8. Penelitian ini akan menguji apakah komite audit berpengaruh positif signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi pembaca: Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan manufaktur di Indonesia. 2. Bagi akademisi: Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan wawasan terhadap pengembangan praktik tanggung jawab sosial 8

khususnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi sifat pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan manufaktur di Indonesia. 1.5. Kerangka Pikir Penelitian Ukuran Perusahaan Profitabilitas Leverage Profile Perusahaan Dewan Komisaris Independen CSR (Corporate Social Responsibility) Kepemilikan Manajerial Kepemilikan Institusional Komite Audit Gambar 1.1. Kerangka Pikir Penelitian Ukuran perusahaan merupakan variabel yang banyak digunakan untuk menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan. Hal ini dikaitkan dengan teori agensi, dimana perusahaan besar yang memiliki biaya keagenan yang lebih besar akan mengungkapkan informasi yang lebih luas untuk mengurangi biaya keagenan tersebut (Sembiring, 2005). Profitabilitas merupakan indikator kinerja yang dilakukan manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan. Hubungan antara profitabilitas dan pengungkapan merupakan refleksi respon sosial agar perusahaan dapat beroperasi. Dengan begitu pengungkapan tanggung jawab lingkungan hidup dipercaya sebagai 9

pendekatan manajemen untuk mengurangi tekanan sosial dan merespon kebutuhan sosial (Hackston dan Milne, 1996). Leverage merupakan pengukur besarnya aktiva yang dibiayai dengan hutang. Penggunaan hutang yang sangat besar oleh perusahaan akan membuat perusahaan menyediakan informasi yang lebih banyak untuk memenuhi tuntutan investor dan kreditor, sebab kreditor akan selalu mengawasi dana yang dipinjamkannya kepada perusahaan (Suhardjanto dan Miranti, 2011). Profile perusahaan telah didefinisikan sebagai faktor potensial yang mempengaruhi praktek pengungkapan sosial perusahaan. Hackston & Milne (1996) mendefinisikan industri yang high-profile adalah industri yang memiliki visibilitas konsumen, risiko politis yang tinggi, atau menghadapi persaingan yang tinggi. Coller dan Gregory (1999) dalam Nurkhin (2010) menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan monitoring yang dilakukan akan semakin efektif. Keberadaan dewan komisaris independen (outside member board) akan semakin menambah efektifitas pengawasan. Komposisi dewan komisaris independen juga dianggap sebagai solusi untuk mengatasi masalah keagenan. Kepemilikan manajerial adalah kondisi yang menunjukkan bahwa manajer memiliki saham dalam perusahaan atau manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan. Manajer perusahaan akan mengungkapkan informasi sosial dalam rangka untuk meningkatkan image perusahaan, meskipun ia harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut (Anggraini, 2006). 10

Komposisi kepemilikan saham memiliki dampak yang penting pada sistem kendali perusahaan. Grief dan Zychowicz (1994) dalam penelitiannya bahwa kepemilikan institusional yang tinggi dari persentase saham yang dimiliki oleh institutional investor akan menyebabkan tingkat monitor lebih efektif (Rawi dan Muchlish, 2010). Komite audit merupakan badan yang dibentuk oleh dewan direksi untuk mengaudit operasi dan keadalan. Badan ini bertugas memilih dan menilai kinerja perusahaan kantor akuntan publik. Siegel (1996) dalam Jama an (2008), komite audit adalah suatu badan yang dibentuk didalam perusahaan klien yang bertugas untuk memelihara independensi akuntan pemeriksa terhadap manajemen. 1.6. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini dibagi dalam lima bab, yaitu: Bab I : merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pikir penelitian, serta sistematika pembahasan dalam penelitian ini. Bab II : merupakan landasan teori dan pengembangan hipotesis yang akan menguraikan berbagai teori, konsep, dan penelitian sebelumnya yang relevan sampai dengan hipotesis yang dikembangkan dalam penelitian ini. Bab III : merupakan metode penelitian yang berisi mengenai populasi dan sampel penelitian, sumber dan jenis data yang akan digunakan, definisi dan pengukuran variabel yang diperlukan dalam penelitian, dan metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. 11

Bab IV : merupakan hasil dan analisis data yang akan menguraikan berbagai perhitungan yang diperlukan untuk menjawa permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Bab V : merupakan kesimpulan, keterbatasan, dan saran dari analisis yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya. 12