Pemetaan Undulasi Kota Medan Menggunakan Hasil Pengukuran Tinggi Tahun 2010

dokumen-dokumen yang mirip
Penggunaan Egm 2008 Pada Pengukuran Gps Levelling Di Lokasi Deli Serdang- Tebing Tinggi Provinsi Sumatera Utara

Membandingkan Hasil Pengukuran Beda Tinggi dari Hasil Survei GPS dan Sipat Datar

Orthometrik dengan GPS Heighting Kawasan Bandara Silvester Sari Sai

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2016

Pengaruh Penambahan Jumlah Titik Ikat Terhadap Peningkatan Ketelitian Posisi Titik pada Survei GPS

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri lebih dari buah

GEODESI FISIS Isna Uswatun Khasanah

Gambar 1.1b Area Delta Mahakam

PENENTUAN MODEL GEOID LOKAL DELTA MAHAKAM BESERTA ANALISIS

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA

Aplikasi Survei GPS dengan Metode Statik Singkat dalam Penentuan Koordinat Titik-Titik Kerangka Dasar Pemetaan Skala Besar

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Geodesi dan Keterkaitannya dengan Geospasial

BAB III KOREKSI PASUT UNTUK MENUJU SURVEI BATIMETRIK REAL TIME

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2015

ANALISA PENENTUAN POSISI HORISONTAL DI LAUT DENGAN MAPSOUNDER DAN AQUAMAP

Kuswondo ( )

ANALISIS KETELITIAN AZIMUT PENGAMATAN MATAHARI DAN GLOBAL POSITIONING SYSTEM (GPS) (Studi Kasus: Kampus ITS Sukolilo, Surabaya)

Aplikasi Survei GPS dengan Metode Statik Singkat dalam Penentuan Koordinat Titik-titik Kerangka Dasar Pemetaan Skala Besar

Tugas 1. Survei Konstruksi. Makalah Pemetaan Topografi Kampus ITB. Krisna Andhika

Mengapa proyeksi di Indonesia menggunakan WGS 84?

URGENSI PENETAPAN DAN PENEGASAN BATAS LAUT DALAM MENGHADAPI OTONOMI DAERAH DAN GLOBALISASI. Oleh: Nanin Trianawati Sugito*)

PENENTUAN CHART DATUM PADA SUNGAI YANG DIPENGARUHI PASANG SURUT

Bathimetri di perairan pantai depan Sungai Bahu, Kecamatan Malalayang, Manado

SURVEI HIDROGRAFI PENGUKURAN DETAIL SITUASI DAN GARIS PANTAI. Oleh: Andri Oktriansyah

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2013

Datum Geodetik & Sistem Koordinat Maju terus

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Analisis Ketelitian Objek pada Peta Citra Quickbird RS 0,68 m dan Ikonos RS 1,0 m

EVALUASI TITIK KONTROL TINGGI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG DENGAN METODE PENGUKURAN KERANGKA DASAR VERTIKAL BENCH MARK (BM)

Analisis Perbedaan Perhitungan Arah Kiblat pada Bidang Spheroid dan Ellipsoid dengan Menggunakan Data Koordinat GPS

Pemetaan Eksterior Gedung 3 Dimensi (3D) Menggunakan Electronic Total Station (ETS)

Jurnal Geodesi Undip April 2015

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas. Huruf b...

Studi Perbandingan GPS CORS Metode RTK NTRIP dan Total Station dalam Pengukuran Volume Cut and Fill

Pengaruh Koneksitas Jaring Terhadap Ketelitian Posisi Pada Survei GPS

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

DESAIN SEBARAN TITIK KERANGKA DASAR PEMETAAN DETAIL SITUASI KAMPUS UPI BANDUNG. Oleh: Jupri *), Dede Sugandi **), Nanin T. Sugito ***) Abtrak

Pengamatan Pasang Surut Air Laut Sesaat Menggunakan GPS Metode Kinematik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

PENENTUAN POSISI DENGAN GPS UNTUK SURVEI TERUMBU KARANG. Winardi Puslit Oseanografi - LIPI

KAJIAN TERHADAP PENYATUAN PETA-PETA BLOK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DALAM SATU SISTEM KOORDINAT KARTESIAN DUA DIMENSI DENGAN MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD

PEMETAAN ARUS DAN PASUT LAUT DENGAN METODE PEMODELAN HIDRODINAMIKA DAN PEMANFAATANNYA DALAM ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI TUGAS AKHIR

ANALISIS TINGGI VERTIKAL SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN FASILITAS VITAL DAN PENANGGULANGAN BANJIR

PENENTUAN TINGGI TITIK DENGAN TEKNIK PERATAAN PARAMETER DAN TEKNIK PERATAAN BERSYARAT

ANALISA PERBANDINGAN HASIL PENGUKURAN KOORDINAT DAN ELEVASI DENGAN ALAT TOTAL STATION DAN GPS GEODETIC DI FOLDER SANGATTA KAB. KUTAI TIMUR ABSTRACT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Geodesi Undip April 2015

PENGUKURAN BEDA TINGGI / SIPAT DATAR

Studi Anomali Gayaberat Free Air di Kota Surabaya

PENERAPAN NAVSTAR GPS UNTUK PEMETAAN TOPOGRAFI

DESAI SEBARA TITIK KERA GKA DASAR PEMETAA DETAIL SITUASI KAMPUS UPI BA DU G. Abtrak

BAB 3 PEMANTAUAN PENURUNAN MUKA TANAH DENGAN METODE SURVEY GPS

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL

PENGGUNAAN EGM2008, EGM1996 DAN GPS-LEVELING UNTUK TINGGI UNDULASI GEOID DI SULAWESI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMANFAATAN INTERFEROMETRIC SYNTHETIC APERTURE RADAR (InSAR) UNTUK PEMODELAN 3D (DSM, DEM, DAN DTM)

STUDI ANALISIS KETELITIAN GEOMETRIK HORIZONTAL CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI SEBAGAI PETA DASAR RDTR PESISIR (STUDI KASUS: KECAMATAN BULAK, SURABAYA)

Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino

Studi Penurunan Tanah Kota Surabaya Menggunakan Global Positioning System

EVALUASI KETINGGIAN BANGUNAN DALAM RANGKA UPAYA MENJAGA ZONA KKOP BANDARA JUANDA. (Studi Kasus : Masjid Ar-Ridlo Sedati Sidoarjo)

ORIENTASI PADA PRA PLOTTING PETA BERSISTEM KOORDINAT LOKAL TERHADAP SISTEM KOORDINAT FIX (TETAP)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

Analisis Ketelitian Geometric Citra Pleiades 1B untuk Pembuatan Peta Desa (Studi Kasus: Kelurahan Wonorejo, Surabaya)

Analisis Pengaruh Sebaran Ground Control Point terhadap Ketelitian Objek pada Peta Citra Hasil Ortorektifikasi

Kajian Kenaikan Muka Air Laut di Pelabuhan Perikanan Pantai Sadeng Yogyakarta berdasarkan Data Multi Satelit Altimetri

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA Oleh : Winardi & Abdullah S.

BAB I PENDAHULUAN I-1

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA

STUDI KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI PERAIRAN KENDAL

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 15 TAHUN 2013 /2001 TENTANG SISTEM REFERENSI GEOSPASIAL INDONESIA 2013

Pembuatan Alur Pelayaran dalam Rencana Pelabuhan Marina Pantai Boom, Banyuwangi

Gambar 1. prinsip proyeksi dari bidang lengkung muka bumi ke bidang datar kertas

Home : tedyagungc.wordpress.com

PEMODELAN GEOID DARI DATA SATELIT GRACE

BAB I PENDAHULUAN. tujuan dan manfaat penelitian. Berikut ini uraian dari masing-masing sub bab. I.1. Latar Belakang

PEMETAAN DAERAH YANG TERGENANG BANJIR PASANG AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI PESISIR KOTA TEGAL

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Geodesi Undip April 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

REKONSTRUKSI/RESTORASI REKONSTRUKSI/RESTORASI. Minggu 9: TAHAPAN ANALISIS CITRA. 1. Rekonstruksi (Destripe) SLC (Scan Line Corrector) off

Jurnal Geodesi Undip Agustus 2013

Penentuan Tinggi Orthometrik Gunung Semeru Berdasarkan Data Survei GPS dan Model Geoid EGM 1996

MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA

Sistem Geodetik Global 1984 (WGS 1984 ) Dalam Menentukan Nilai Gravitasi Normal (G n )

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

Perbandingan Hasil Pengolahan Data GPS Menggunakan Hitung Perataan Secara Simultan dan Secara Bertahap

PENENTUAN MODEL GEOPOTENSIAL GLOBAL YANG OPTIMAL UNTUK PERHITUNGAN GEOID SUMATERA

PENGENALAN GPS & PENGGUNAANNYA

ANALISA VARIASI HARMONIK PASANG SURUT DI PERAIRAN SURABAYA AKIBAT FENOMENA EL-NINO

Pembangunan Geodatabase Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung

BAB II DASAR TEORI. Berikut beberapa pengertian dan hal-hal yang berkaitan dengan pasut laut [Djunarsjah, 2005]:

PEMANFAATAN TEKNOLOGI GPS UNTUK PEMANTAUAN PENURUNAN PADA JEMBATAN MERR II-C SURABAYA. Teguh Hariyanto 1, Achmad Frandik 1

BAB IV ANALISIS Analisis Terhadap Jaring Kontrol Geodesi

Transkripsi:

Jurnal Itenas Rekayasa LPPM Itenas 1 Vol. XVII ISSN: 1410-3125 Januari 2013 Pemetaan Undulasi Kota Medan Menggunakan Hasil Pengukuran Tinggi Tahun 2010 Hary Nugroho, Rinaldy Jurusan Teknik Geodesi, Institut Teknologi Nasional (Itenas) Bandung Email: hary@itenas.ac.id ABSTRAK Pengukuran posisi dengan menggunakan teknologi Global Positioning System (GPS) adalah pengukuran yang praktis. Koordinat yang diperoleh adalah koordinat dalam sistem kartesian 3 dimensi dengan nilai tinggi adalah tinggi geodetik atau tinggi di atas elipsoid (h). Sementara itu, dalam kegiatan sehari-hari ketinggian yang umum digunakan adalah ketinggian di atas permukaan bidang ekipotensial yang melalui permukaan laut rata-rata atau MSL (mean sea level) yang disebut geoid. Ketinggian ini disebut dengan ketinggian ortometrik. Secara fisik geoid adalah permukaan laut rata-rata tanpa gangguan. Tinggi ortometrik ini diperoleh dari pengamatan pasang surut (pasut) laut selama sekurang-kurangnya 18,6 tahun di satu stasiun pasut. Perbedaan antara kedua jenis ketinggian ini adalah undulasi (N). Ketersediaan data undulasi pada wilayah pengukuran akan memungkinkan setiap pengamatan GPS dapat dikoreksi untuk mendapatkan nilai tinggi ortometriknya. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran sipat datar dan pengamatan GPS pada beberapa titik kontrol yang tersebar di Kota Medan. Perbedaan ketinggian yang diperoleh dipakai untuk menentukan nilai undulasi. Hasil perhitungan selanjutnya diinterpolasi secara spasial, dipetakan, dan dibangun model permukaan digitalnya. Hasil akhir berupa peta kontur undulasi untuk seluruh Kota Medan. Masyarakat akan dapat memanfaatkannya untuk mendapatkan tinggi ortometrik dengan melakukan pengamatan GPS dan nilai z yang diperoleh dikoreksi dengan nilai undulasi. Pada penelitian ini nilai tinggi titik referensi adalah titik tinggi di Pelabuhan Laut Belawan yang diukur tahun 2010 dan TTG540. Hasil akhir dibandingkan dengan EGM2008. Kata kunci: tinggi ortometrik, tinggi normal, undulasi, GPS, EGM2008 ABSTRACT Measurement using the Global Positioning System (GPS) is practical. Obtained coordinates are Cartesian coordinates in three-dimensional systems where height value is geodetic height or height above the ellipsoid (h). Meanwhile, in the day-to-day activities, height value that is commonly used is the height above the surface of equipotential field through mean sea level (MSL) that is called the geoid. This height type is called orthometric height. Orthometric height obtained from observations of tidal data for at least 18.6 years in one tidal station. The difference between normal height and orthometric heigt is called undulation (N). The availability of undulation data on the measurement area will allow any GPS observations to be corrected to obtain the orthometric height. This research aims to develop undulation map of Kota Medan. We have performed levelling and GPS measurements at several control points scattered in the city of Medan. The difference between the two types of height were used to determine the undulation. The results were then spatially spatially interpolated, mapped, and the digital terrain model was built. The end result is a contour map of undulations for the entire city of Medan. The public will be able to use it to obtain orthometric height by performing GPS measurement, and z values obtained form the measurement are corrected by undulation values. In this study, height point in the Seaport Belawan, Medan measured in 2010 and TTG540 were used as reference points. The final result was compared with EGM2008. Keywords: orthometric height, normal height, GPS observation, EGM2008 Jurnal Itenas Rekayasa 40

Pemetaan Undulasi Kota Medan Menggunakan Hasil Pengukuran Tinggi Tahun 2010 1. PENDAHULUAN Di dalam kegiatan praktis lapangan, penentuan tinggi suatu titik sangatlah penting. Tidak hanya terkait dengan permasalahan pemetaan semata, namun juga untuk menunjang kegiatan praktis lapangan seperti penentuan tinggi titik jembatan, sungai, atau untuk sekedar menentukan arah aliran air sehingga diperlukan perbedaan tinggi dua titik. Namun, untuk memperoleh nilai tinggi ini harus melalui pengukuran levelling atau waterpass. Titik acuan yang digunakan adalah titik kontrol atau benchmark yang telah diketahui ketinggiannya. Adapun bidang acuan ketinggian ini ditentukan berdasarkan pengamatan pasut guna menentukan tinggi permukaan laut rata-rata (Mean Sea Level/MSL), sedangkan bidang acuan tinggi adalah geoid yaitu bidang ekipotensial yang melalui permukaan laut rata-rata. Persoalan yang timbul adalah perolehan nilai tinggi ini tidak praktis. Jika lokasi titik benchmark sangat jauh maka perlu usaha yang besar untuk melakukan pengukuran levelling hingga mencapai lokasi yang diinginkan. Bakosurtanal atau Badan Informasi Geospasial (BIG) memang telah melakukan pengukuran Tugu Tititik Tinggi Geodesi (TTG) hampir di seluruh pulau besar di Indonesia, namun sebaran TTG yang ada masih perlu untuk dirapatkan. Kemajuan teknologi telah membawa masyarakat mengenal alat untuk menentukan koordinat atau posisi melalui teknologi satelit GPS. Dengan receiver GPS perolehan koordinat dapat berlangsung cepat dan praktis yang meliputi posisi horizontal (X,Y) dan tinggi (h) [1]. Tinggi yang diperoleh adalah tinggi yang diukur dari bidang elipsoid, dengan demikian nilai ini berbeda dengan nilai tinggi geoid. Perbedaan nilai ini disebut undulasi. Dilihat dari segi kepraktisan penggunaan receiver GPS untuk memperoleh nilai koordinat mendorong manusia untuk menentukan tinggi di atas geoid dengan cepat pula. Untuk itu pada penelitian ini dilakukan penentuan undulasi yang dimaksudkan untuk memperoleh nilai koreksi bagi tinggi di atas ellipsoid guna memperoleh nilai tinggi di atas geoid. Apabila nilai undulasi untuk satu posisi telah diperoleh maka untuk memperoleh nilai tinggi geoid, pengguna hanya perlu melakukan pengamatan GPS dimana selanjutnya tinggi titik yang diperoleh dikoreksi dengan nilai undulasi di titik itu. Untuk menunjang keperluan praktis, peta ini dianggap cuup memadai. 2. METODOLOGI Dalam kegiatan penentuan ketinggian permukaan tanah menggunakan pengamatan GPS, teknologi yang diterapkan adalah teknologi GPS levelling. Teknologi ini pada dasarnya adalah metode untuk memperoleh tinggi elipsoid (h), dimana selisih keduanya adalah undulasi atau tinggi Geoid (N). Helmert telah menemukan bahwa [2]: H = h N (1) dimana H adalah tinggi ortometrik; h adalah tinggi normal/geodetik; dan N adalah undulasi atau jarak/tinggi geoid dari elipsoid. Dengan demikian maka dapat dipahami bahwa untuk menentukan besaran tinggi ortometrik dapat digunakan persamaan diatas dengan melakukan pengamatan GPS, dengan syarat besaran undulasi diketahui. Untuk itu sebagai jalan keluar maka dilakukan pengukuran sipat datar pada titik-titik tertentu, dimana pada titik-titik yang sama dilakukan pengamatan GPS. Dari kedua pengukuran ini maka akan dapat dihitung besaran undulasi berdasarkan persamaan Helmert di atas [3]. Tinggi ortometrik adalah ketinggian yang sehari-hari digunakan dalam penentuan tinggi. Tinggi ini mengacu pada bidang ekipotensial acuan yang disebut geoid. Secara fisik geoid adalah permukaan laut rata-rata tanpa gangguan. Tinggi ortometrik diperoleh dari pengamatan sipat datar atau differential levelling. Sedangkan tinggi geodetik adalah ketinggian yang mengacu pada bidang elipsoid. Tinggi ini diperoleh dari pengamatan GPS [4]. Jurnal Itenas Rekayasa 41

Hary Nugroho & Rinaldy Gambar 1. Geometrik Tinggi Ortometrik, Tinggi Elipsoid, dan Undulasi Sumber: [6] Kedua pengamatan ini dilakukan sesungguhnya untuk menyiasati tidak adanya data geoid teliti di wilayah Kota Medan. Jika data geoid teliti dimiliki maka pengamatan land subsidence, penentuan ketinggian tanah untuk bangunan, jalan dan jembatan cukup dilakukan dengan menggunakan pengamatan GPS saja karena hasil pengamatan GPS hanya perlu dikoreksi dengan data geoid di wilayah bersangkutan [5]. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran GPS dan sipat datar/levelling pada 100 titik benchmark yang tersebar di seluruh Kota Medan. Pengikatan dilakukan ke dua titik referensi yaitu: 1. Titik PPS 002 Lokasi : Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Koordinat : X = 468102.334 m Y = 418333,267 m Z = + 3.939 m Gambar 2. BM PPS 002 Belawan 2. Titik Tinggi Geodesi (TTG) 540 Sebagai titik referensi kedua digunakan titik Titik Tinggi Geodesi (TTG) no. 540 dengan sumber dari Bakosurtanal. Lokasi TTG adalah di Desa Kesawan Kota Medan, dengan koordinat 3 o.5833 LU dan 98 o.6803 BT. Tinggi TTG adalah 21.933 m dengan standar deviasi 23.2 mm dan sistem tinggi yang dipergunakan adalah sistem tinggi ortometrik. Lokasi tugu BM di halaman tugu Monumen Perjuangan Kemerdekaan, sebelah kanan jalan arah Medan Tebing Tinggi. Sebagai Jurnal Itenas Rekayasa 42

Pemetaan Undulasi Kota Medan Menggunakan Hasil Pengukuran Tinggi Tahun 2010 catatan, koordinat yang diperoleh dari Bakosurtanal adalah koordinat pendekatan, bukan koordinat yang tepat. Tinggi geoid dalam sistem EGM 2008 adalah -16.8881 m Pengukuran tinggi menggunakan metode sipat datar dilakukan pada wilayah tertentu dan jalur tertentu yang didesain melewati seluruh titik BM kota Medan. Secara ringkas berikut ini diberikan diagram pelaksanaan kegiatan yang memberikan gambaran umum tahapan kegiatan penelitian (Gambar 3). Pengukuran Sipat Datar Pengamatan GPS pada Jalur Sipat Datar Pengamatan GPS pada Objek lain Pengolahan Data Pengolahan Data Pengolahan Data Penentuan Undulasi (N) Interpolasi Model Permukaan Undulasi Pengujian Hasil Perhitungan Analisis Gambar 3. Tahapan kegiatan penelitian 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil pengumpulan data yang diperoleh dari Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan, Pemerintah Kota Medan, diperoleh data koordinat 100 titik benchmark (BM). Data ini selanjutnya diidentifikasi keberadaan dan kondisi fisiknya serta posisinya. Ditemukan 3 buah BM yang sudah hancur ataupun sudah tidak berdiri pada tempat yang semestinya, sehingga hanya ditemukan 97 BM yang masih terpelihara dengan baik. BM-BM yang telah rusak ataupun tidak berdiri pada tempatnya disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Daftar BM Rusak Hasil Identifikasi Lapangan KOORDINAT ( UTM ) BM X ( m ) Y ( m ) Z ( m ) 1 22 459439.782 386977.073 42.098 2 26 456470.472 392328.769 22.8882 3 36 456483.07 398729.085 3.7498 Catatan: kondisi BM rusak, hancur atau sudah tidak berada pada tempat yang seharusnya. Jurnal Itenas Rekayasa 43

Hary Nugroho & Rinaldy Berdasarkan nilai tinggi ortometrik dan normal yang diperoleh, selanjutnya dilakukan perhitungan nilai undulasi untuk kedua titik referensi berdasarkan persamaan (1). Hasil yang diperoleh adalah seperti tertulis dalam Tabel 2, 3, dan 4 berikut, dengan catatan koordinat yang ditampilkan hanya 20 buah titik dari 97 titik yang ada. BM Tabel 2. Daftar Titik dengan Referensi Tinggi Pelabuhan Laut Belawan X ( m ) Y ( m ) Tinggi Normal (m) Titik Referensi Belawan Tinggi Ortometrik (m) Undulasi (m) 1 1 465057.599 389764.009 26.5805 46.011-19.4305 2 2 464071.682 389190.303 30.1517 49.703-19.5513 3 3 461781.164 388747.086 25.6734 45.286-19.6126 4 4 465897.387 395080.351 9.0262 28.493-19.4668 5 5 462385.989 405233.274-5.2436 14.4005-19.6441 6 6 466369.336 393533.003 13.1486 32.686-19.5374 7 7 467923.185 393606.977 10.9709 30.489-19.5181 8 8 467404.931 395059.584 8.8903 28.359-19.4687 9 9 464652.952 393156.103 16.3055 35.803-19.4975 10 11 458029.56 392401.956 16.0461 35.948-19.9019 11 12 461769.605 396251.683 6.7336 26.442-19.7084 12 13 470347.581 390451.715 17.6271 36.914-19.2869 13 14 465651.656 392730.255 16.3187 35.796-19.4773 14 15 459489.607 393376.787 14.9081 34.661-19.7529 15 16 460942.77 386622.606 42.3142 61.858-19.5438 16 17 457625.374 387385.294 42.5583 62.213-19.6547 17 18 457068.945 390927.043 24.7901 44.574-19.7839 18 19 455573.083 391138.243 18.4513 38.32-19.8687 19 21 455547.846 386724.624 52.3906 72.089-19.6984 20 23 460246.667 385101.977 52.312 71.773-19.461 BM Tabel 3. Daftar Titik dengan Referensi Tinggi TTG 540 X ( m ) Y ( m ) Tinggi Normal (m) Titik Referensi TTG 540 Tinggi Ortometrik (m) Undulasi (m) 1 1 465057.599 389764.009 26.5805 42.855-16.274 2 2 464071.682 389190.303 30.1517 46.547-16.395 3 3 461781.164 388747.086 25.6734 42.130-16.457 4 4 465897.387 395080.351 9.0262 25.337-16.310 5 5 462385.989 405233.274-5.2436 11.2445-16.488 6 6 466369.336 393533.003 13.1486 29.530-16.382 7 7 467923.185 393606.977 10.9709 27.333-16.362 8 8 467404.931 395059.584 8.8903 25.203-16.312 9 9 464652.952 393156.103 16.3055 32.647-16.342 10 11 458029.56 392401.956 16.0461 32.792-16.746 11 12 461769.605 396251.683 6.7336 23.286-16.552 Jurnal Itenas Rekayasa 44

Pemetaan Undulasi Kota Medan Menggunakan Hasil Pengukuran Tinggi Tahun 2010 12 13 470347.581 390451.715 17.6271 33.758-16.130 13 14 465651.656 392730.255 16.3187 32.640-16.321 14 15 459489.607 393376.787 14.9081 31.505-16.597 15 16 460942.77 386622.606 42.3142 58.702-16.388 16 17 457625.374 387385.294 42.5583 59.057-16.499 17 18 457068.945 390927.043 24.7901 41.418-16.627 18 19 455573.083 391138.243 18.4513 35.164-16.713 19 21 455547.846 386724.624 52.3906 68.933-16.542 20 23 460246.667 385101.977 52.312 68.617-16.305 Tabel 4. Daftar Titik dengan Undulasi dari Geoid Model EGM2008 BM X ( m ) Y ( m ) Tinggi Normal (m) EGM2008 (m) 1 1 465057.599 389764.009 26.5805-16.6471 2 2 464071.682 389190.303 30.1517-16.6683 3 3 461781.164 388747.086 25.6734-16.7455 4 4 465897.387 395080.351 9.0262-16.7916 5 5 462385.989 405233.274-5.2436-17.2459 6 6 466369.336 393533.003 13.1486-16.7204 7 7 467923.185 393606.977 10.9709-16.6483 8 8 467404.931 395059.584 8.8903-16.7186 9 9 464652.952 393156.103 16.3055-16.7868 10 11 458029.56 392401.956 16.0461-17.0459 11 12 461769.605 396251.683 6.7336-17.0199 12 13 470347.581 390451.715 17.6271-16.4319 13 14 465651.656 392730.255 16.3187-16.7266 14 15 459489.607 393376.787 14.9081-17.0236 15 16 460942.77 386622.606 42.3142-16.6803 16 17 457625.374 387385.294 42.5583-16.8377 17 18 457068.945 390927.043 24.7901-17.0225 18 19 455573.083 391138.243 18.4513-17.0897 19 21 455547.846 386724.624 52.3906-16.877 20 23 460246.667 385101.977 52.312-16.6285 Adapun hasil perbandingan dengan Geoid Global EGM2008 diperoleh hasil sebagai berikut (Tabel 5) Tabel 5. Perbandingan Geoid Global dengan hasil perhitungan BM Perbedaan antara Belawan dengan EGM2008 (m) Perbedaan antara TTG540 dengan EGM2008 (m) 1 1 2.7834-0.373 2 2 2.883-0.273 3 3 2.8671-0.289 Jurnal Itenas Rekayasa 45

Hary Nugroho & Rinaldy 4 4 2.6752-0.481 5 5 2.3982-0.758 6 6 2.817-0.339 7 7 2.8698-0.287 8 8 2.7501-0.406 9 9 2.7107-0.445 10 11 2.856-0.300 11 12 2.6885-0.467 12 13 2.855-0.301 13 14 2.7507-0.406 14 15 2.7293-0.427 15 16 2.8635-0.292 16 17 2.817-0.339 17 18 2.7614-0.395 18 19 2.779-0.377 19 21 2.8214-0.335 20 23 2.8325-0.324 Secara grafis hasil perhitungan diperlihatkan dalam Gambar 4 sampai dengan Gambar 8 di bawah ini. 3.2 Pembahasan Berdasarkan nilai undulasi yang diperoleh dari perhitungan berdasarkan titik referensi PPS02 Belawan dan TTG 540 diketahui bahwa perbedaan tinggi undulasi antar masing-masing titik memiliki perbedaan yang relatif kecil, menandakan bahwa permukaan geoid adalah permukaan yang relatif datar. Apabila diperbandingkan antara ketinggian titik referensi PPS02 dan TTG 540 diketahui bahwa keduanya memiliki perbedaan tinggi yang cukup besar yaitu sekitar 2 meter. Hal ini dikarenakan PPS02 Belawan dan TTG 540 memiliki sistem referensi ketinggian yang berbeda Dalam melakukan penetapan bidang referensi tinggi pada PPS02 Belawan diperkirakan pihak Pelabuhan hanya melakukan perhitungan berdasarkan pengamatan pasang surut saja dan tidak mengikutsertakan pengamatan gaya berat dan/atau Sea Surface Topograhy (SST). Dengan demikian PPS02 diperkirakan merupakan ketinggian di atas Permukaan Laut Rata-rata atau Mean Sea Level (MSL). Titik Tinggi Geodesi (TTG) 540 merupakan tinggi geoid. Undulasi yang diperoleh dari seluruh titik BM memiliki nilai yang tidak terlalu jauh dengan nilai undulasi dari Geoid Model EGM2008. Titik ikat tinggi yang digunakan pada masing-masing sistem tinggi yaitu PPS02 maupun TTG 540 hanyalah berjumlah masing-masing satu buah, hal ini menjadikan perhitungan undulasi untuk seluruh kota tidaklah terlalu baik dikarenakan permasalahan geometri jaringan, sebagai gambaran luas kota Medan adalah 26.510 hektar. Sesungguhnya di kota Medan dan sekitarnya tercatat tidak kurang dari lima buah TTG yang dimiliki Bakosurtanal atau Badan Informasi Geospasial (BIG) namun dikarenakan tidak adanya pemeliharaan yang kontinyu, sedangkan masyarakat dan pemerintah daerah tidak menyadari akan pentingnya manfaat TTG ini maka beberapa TTG telah hilang dikarenakan rusak atau terkena pelebaran jalan. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka didalam penentuan nilai undulasi Kota Medan sistem referensi tinggi dari TTG 540 merupakan yang terbaik. Terkait dengan nilai undulasi dari TTG 540 memiliki perbedaan sekitar 30-50 cm terhadap EGM2008 hal itu bisa dipahami karena EGM2008 merupakan model geoid global yang melakukan perhitungan dan pendataan yang tidak terlalu detail. Jurnal Itenas Rekayasa 46

Pemetaan Undulasi Kota Medan Menggunakan Hasil Pengukuran Tinggi Tahun 2010 Peta Tinggi Normal Peta Tinggi Ortometrik PPS 002 Gambar 4. Peta Tinggi Normal Kota Medan Gambar 5. Peta Tinggi Ortometrik berdasarkan PPS 002 Kota Medan Jurnal Itenas Rekayasa 47

Hary Nugroho & Rinaldy Peta Undulasi dengan Referensi PPS 002 Peta Tinggi Ortometrik TTG 540 Gambar 6. Peta Undulasi Kota Medan dengan Refrensi PPS 002 Gambar 7. Peta Tinggi Ortometrik Kota Medan berdasarkan TTG 540 Jurnal Itenas Rekayasa 48

Pemetaan Undulasi Kota Medan Menggunakan Hasil Pengukuran Tinggi Tahun 2010 Peta Undulasi dengan Referensi TTG 540 Gambar 8. Peta Undulasi Kota Medan dengan Refrensi TTG 540 4. SIMPULAN DAN SARAN 4.1 Simpulan Sistem referensi tinggi yang digunakan pada penetapan tinggi PPS02 dan TTG 540 adalah berbeda. PPS02 diperkirakan hanya memperhitungkan MSL saja tanpa gaya berat sedangkan TTG merupakan titik tinggi dengan referensi geoid. Nilai undulasi yang terbaik yang dapat digunakan guna keperluan praktis di Kota Medan adalah yang berdasarkan TTG 540, karena TTG ini bereferensi pada permukaan geoid. Perlu pula diperhatikan bahwa dalam pengukuran tinggi ini titik ikat TTG yang dimiliki hanya satu buah maka untuk penentuan tinggi absolut kurang memberikan hasil yang baik, sehingga hasil penelitian ini sebaiknya digunakan untuk penentuan tinggi relatif saja. Jurnal Itenas Rekayasa 49

Hary Nugroho & Rinaldy 4.2 Saran Disarankan untuk memperdalam penelitian ini dengan mengikutsertakan data gaya berat pada setiap jalur pengukuran sipat datar, sehingga akan diperoleh bidang geoid yang sesungguhnya. Perlu pula untuk mencari TTG lain melalui densifikasi TTG atau melakukan rekonstruksi titik TTG yang telah hilang guna memperbanyak TTG yang dapat dijadikan sebagai titik ikat penentuan tinggi. Titik PPS02 sebaiknya dihitung ulang dengan menambahkan data gaya berat sehingga nilai yang diperoleh merupakan tinggi geoid. Perlu untuk melakukan uji korelasi untuk mengetahui hubungan antara undulasi yang bereferensi pada PPS02 dengan TTG 540, hal ini dikarenakan nilai perbedaan undulasi antar titik baik yang bereferensi pada PPS02 maupun TTG 540 adalah mirip atau hampir seragam. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Pemerintah Kota Medan yang telah memberikan bantuan data untuk penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA [1] Hofmann-Wellenhof, B., Lichtenegger, H., dan Collins, J., (1997). The Global Positioning System (GPS), Springer-Verlag. [2] Heiskanen dan Moritz (1967), Physical Geodesy, Springer, New York. [3] Prijatna, K. dan Soemidjan, P. (2000). Penentuan Beda Tinggi Ortometrik dengan GPS dan Permasalahannya, Jurusan Teknik Geodesi ITB. [4] Khafid, Hendrayana, E., dan Subarya, C., (2000). Penentuan Tinggi Ortometrik dengan GPS, Bakosurtanal. [5] Abidin, H Z, Djaja, R., Hadi, S., Akbar, A., Kusuma, M.A., Darmawan, D., Meilano, I., Subarya, C., Sumarwan, Rajiyowiryono, H., dan Songsang, R., (2000). "Observed Land Subsidence in Jakarta and Bandung and its Correlation with Groundwater Abstraction." [6] http://principles.ou.edu/earth_figure_gravity/geoid/ Jurnal Itenas Rekayasa 50