BAB 5 PEMBAHASAN. selama periode 10 Juni-10 Juli 2014 terdapat 96 bayi atau 85,7% Hasil ini masih lebih rendah daripada penelitian yang dilakukan oleh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. memerangi kemiskinan, namun untuk permasalahan gizi belum benar-benar

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. American

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

BAB V PEMBAHASAN. kesehatan ibu, yang akhirnya akan memengaruhi perilaku hidup sehat (Rossen et

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Manfaat Penyuluhan Gizi dalam Upaya Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

LAMPIRAN. Surat Pernyataan Persetujuan untuk Ikut Serta dalam Penelitian (Informed Consent)

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI BAYI 0-12 BULAN (BB/PB) DENGAN PEMBERIAN ASI DI RUMAH SAKIT GOTONG ROYONG SURABAYA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. saja sampai usia 6 bulan yang disebut sebagai ASI esklusif (DepKes, 2005). bulan telah ditetapkan dalam SK Menteri Kesehatan No.

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap 25 tahun negara dengan angka pertambahan penduduk 2,5%

PENDAHULUAN. United Nations International Children s Emergency Fund (UNICEF)

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

III. METODE PENELITIAN. cross sectional. Pendekatan cross sectional adalah suatu penelitian noneksperimental

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINTUHAN KABUPATEN KAUR

HUBUNGAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN SUSU FORMULA TERHADAP RESIKO OBESITAS PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI PUSKESMAS DARUSALAM MEDAN KOTA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

Gusti Kumala Dewi*, Eneng Yuli Santika**

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi

BAB I PENDAHULUAN. sehat dan berkembang dengan baik (Kemenkes, 2010). sebagai makanan dan minuman utama (Kemenkes, 2010).

BAB IV HASIL PENELITIAN. Yogyakarta yang berlokasi di Jl. Jayeng Prawiran No. 13 RT 019/04

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. dinilai memberikan hasil yang lebih baik. Keputusan Menteri Kesehatan. eksklusif pada bayi sampai usia 6 bulan (Riksani, 2012).

PANDUAN PENGISIAN KUESIONER PEMANTAUAN STATUS GIZI (PSG) DAN MONITORING EVALUASI KEGIATAN PEMBINAAN GIZI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organization (WHO)/United Nations International

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional. Dalam penelitian cross sectional peneliti melakukan

BAB I PENDAHULUAN. penuhi. Alasan yang menerangkan pernyataan tersebut adalah ASI merupakan

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : SARI DEWI MINTARDJA J

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIA MP ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN PADA TAHUN 2012 JURNAL

BAB III METODE PENELITIAN

Hubungan Pengetahuan, Pendidikan, Paritas dengan Pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PEMBERIAN ASI PADA IBU MENYUSUI DI DESA LOLONG KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Tingginya angka kematian bayi dan anak merupakan ciri yang umum

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH KOMUNIKASI PERSUASIF BIDAN TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN SUSU FORMULA PADA BAYI USIA0-6

Lampiran 1. Kuisioner/Alat Ukur Penelitian PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN UJI VALIDITAS

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang menjadi insan yang berkualitas. sebanyak 20 juta anak balita yang mengalami kegemukan. Masalah gizi

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI DI KELURAHAN GONDORIYO NGALIYAN SEMARANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB 3 METODE PENELITIAN Disain Penelitian Disain penelitian yang digunakan adalah metode survei yaitu dengan rancangan cross-sectional.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS NGUTER

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross sectional.

Nisa khoiriah INTISARI

BAB 1 : PENDAHULUAN. Eksklusif, ASI eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PENGETAHUAN TENTANG GIZI SEIMBANG BAGI IBU HAMIL DI PUSKESMAS KECAMATAN PALMERAH TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

HUBUNGAN RIWAYAT PEMBERIAN ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 7 BULAN (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Kahuripan Kota Tasikmalaya 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

Kata Kunci: Sikap Ibu, Dukungan Suami, Pemberian ASI Eksklusif

ANALISIS PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI SECARA DINI MENURUT FAKTOR PENYEBABNYA PADA BAYI DI PUSKESMAS MARGADANA KOTA TEGAL TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2014

FAKTOR RISIKO PENGASUHAN GIZI ANAK 0-6 BULAN. Langkah Awal Suatu Upaya Pemberdayaan Pengasuhan Ibu akan Gizi Anak

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Penelitian n = (zα² PQ) / d²

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Pada penelitian cross sectional, pengumpulan data dilakukan pada

Rina Harwati Wahyuningsih Akademi Kebidanan Giri Satria Husada Wonogiri ABSTRAK

STUDI BEBERAPA KARAKTERISTIK KELUARGA DALAM PENGGUNAAN SUSU FORMULA UNTUK BALITA DI KOTA TASIKMALAYA Oleh : Jumli 1, Lilik Hidayanti 2, Nur Lina 3

SURAT IZIN PENELITIAN DARI PEMERINTAH KOTA BANDUNG BADAN KESATUAN BANGSA, PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI USIA 1 TAHUN DI PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN YOGYAKARTA

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

Hubungan Rawat Gabung Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Normal Di Irina D Bawah BLU RSUP Prof. Dr. R. D.

BAB IV HASIL PENELITIAN

KONTRIBUSI PERSEPSI DAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH PEDESAAN. Lilik Hidayanti 1, Nur Lina

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG II SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan unsur penting

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang baik pada balita (Dinkes, 2007). Perwakilan UNICEF di Indonesia

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN, PENDAPATAN KELUARGA IBU NIFAS DAN STATUS GIZI BAYI DI WILAYAH SUDIANG RAYA KECAMATAN BIRINGKANAYA KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang terdiri dari 5,7% balita yang gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KEBEN KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN. M. Masykur*, Dian Nurafifah**...ABSTRAK...

BAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI UMUR 1-6 BULAN DI DESA TEGALARUM KECAMATAN BOROBUDUR KABUPATEN MAGELANG TAHUN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GODEAN II SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, observasional dengan

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI UMUR 6-12 BULAN DI BPM KUSNI SRI MAWARTI DESA TERONG II KEC.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mengurangi mortalitas dan morbiditas anak, Word

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan bayi baik fisik maupun psikologi sosial. ASI mengandung nutrisi,

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian

Kuesioner. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Ketepatan Pemberian MPASI di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010

Immawati, Ns., Sp.Kep.,A : Pengaruh Lama Pemberian ASI Eklusif

BAB V PEMBAHASAN. 1. Hubungan umur ibu dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi umur 2-6 bulan di

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan bayi, ibu, dan keluarga. Namun sering ibu-ibu tidak berhasil

PENGARUH KONSELING GIZI PADA IBU KELUARGA MISKIN TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF BERDASARKAN STATUS BEKERJA IBU YANG MEMILIKI BAYI USIA 6-11 BULAN DI WILAYAH KERJAPUSKESMAS KARANGAWEN 1 KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB I PENDAHULUAN. garam-garam organik yang di sekresikan oleh kedua kelenjar payudara ibu, serta

Transkripsi:

BAB 5 PEMBAHASAN 5.1. Pemberian ASI Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui bahwa dari 112 responden selama periode 10 Juni-10 Juli 2014 terdapat 96 bayi atau 85,7% mendapatkan ASI dan 16 bayi tidak mendapatkan ASI atau sebesar 14,3%. Hasil ini masih lebih rendah daripada penelitian yang dilakukan oleh Muchina (2010) di Kenya. Muchina melakukan penelitian secara cross sectional pada anak umur 0-24 bulan sebanyak 418 bayi dan didapatkan 99% ibu menyusui anaknya. Pertiwi (2012) melakukan penelitian di Kelurahan Kunciran Indah Tangerang mendapatkan dari 97 responden sebanyak 91,5% memberikan ASI untuk bayinya. Hasil ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah bayi yang mendapat ASI di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya. Pemberian ASI di Rumah Sakit Gotong Royong sudah cukup tinggi jika dibandingkan dengan data Dinkes (2012) yang hanya 64,08% bayi mendapat ASI dari puskesmas di Jawa Timur. Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa 80% ibu yang berpendidikan SD tidak memberikan ASI untuk anaknya. Hal ini juga 42

sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Sarjo (2007) yang mendapatkan bahwa semakin tinggi pendidikan terakhir ibu, maka semakin baik sikap ibu dalam menyusui. Sarjo mendapatkan bahwa dari 176 responden, 52% ibu berpendidikan SMA di puskesmas Kelang memberikan ASI untuk anaknya. Kemungkinan pada ibu yang hanya mendapatkan pendidikan SD sulit untuk menerima manfaat dan pentingnya ASI. Berdasarkan tabel 4.6 bahwa reponden di Rumah Sakit Gotong Royong yang bekerja banyak memilih memberikan ASI untuk anaknya. Hasil ini tidak sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Ari (2009) di salah satu puskesmas Cepu, bahwa ibu yang bekerja hanya 40% yang dapat memberikan ASI untuk anaknya. Kemungkinan berbeda karena di Kota Surabaya sudah banyak ibu-ibu yang mendapatkan konseling bahwa bekerja tidak mempengaruhi pemberian ASI untuk anaknya. Selain itu mungkin pengetahuan ibu-ibu di RS Gotong Royong sudah baik tentang pentingnya ASI bagi bayi. Hasil penelitian menunjukkan ibu yang berusia kurang dari 20 tahun lebih banyak memilih tidak memberikan ASI. Berdasarkan tabel 4.8, 60% ibu yang berusia kurang dari 20 tahun tidak memberikan ASI. Hal ini sebanding dengan penelitian yang dilakukan Setiawan (2011) menghasilkan bahwa semakin tua umur ibu mempengaruhi proses pemberian ASI. Bayi 43

yang mendapatkan ASI pada penelitian Setiawan 70% ibunya berusia 25 tahun ke atas. 5.2. Status Gizi Berdasarkan tabel 4.9 di atas diketahui bahwa dari 112 bayi sebagian besar memiliki status gizi normal yaitu sebanyak 85 orang atau sebesar 75,9%. Sebanyak 27 bayi mengalami malnutrisi, 1 anak mengalami obesitas (0,9%), 7 anak gizi lebih (6,2%), 13 anak kurus (11,6%), dan 6 anak sangat kurus atau sebesar 5,4%. Jumlah bayi yang mengalami malnutrisi di Rumah sakit Gotong Royong masih lebih banyak jika dibandingkan dengan angka kejadian malnutrisi di Jawa Timur yang didapatkan Dinkes pada tahun 2012 yaitu sebesar 8,44%. Penelitian Muchina (2010) di Kenya mendapatkan hanya 2,6% yang mengalami gizi kurang dan lainnya normal. Status gizi normal pada bayi di Rumah Sakit Gotong Royong Surabaya hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurdin (2012) di Puskesmas Perawatan MKB Lompoe kota ParePare. Penelitian yang dilakukan oleh Nurdin menggunakan status gizi berdasarkan berat badan dan panjang badan pada bayi 6-12 bulan. Sebanyak 73 bayi atau sebesar 65,2% bayi berstatus gizi normal dari 112 bayi, 12 bayi sangat kurus atau 10,7%, dan 27 bayi kurus atau sebesar 24,1%. Penelitian yang 44

dilakukan oleh Nurdin tidak didapatkan bayi yang berstatus gizi gemuk atau obesitas. Hal ini mungkin disebabkan oleh karakteristik daerah kota ParePare yang berbeda dengan kota besar seperti Surabaya. Iklan-iklan promosi susu formula yang mudah diterima oleh sebagian besar orang tua di Surabaya mungkin dapat ikut mempengaruhi. 5.3. Hubungan Pemberian ASI dengan Status Gizi Bayi 0-12 Bulan Berdasarkan tabel 4.10, hasil penelitian 112 responden didapatkan bahwa dari 85 bayi normal, 70 bayi (82,4%) mendapatkan ASI dan 15 bayi (15,6%) tidak mendapatkan ASI. Sebanyak 1 bayi (100%) obesitas mendapatkan ASI. Pada gizi lebih 6 bayi atau sebesar 85,7% mendapatkan ASI dan 1 bayi (14,3%) tidak mendapatkan ASI. Pada yang berstatus gizi kurus 100% atau sebanyak 13 bayi mendapatkan ASI. Pada status gizi sangat kurus 100% atau sebanyak 6 bayi mendapatkan ASI. Pada penelitian ini menggunakan teknik cross-sectional sehingga data diambil sekali berdasarkan keadaan saat itu. Hal tersebut dapat mempengaruhi status gizi bayi pada saat penelitian. Jika anak datang pada saat penyakit yang kronis, berulang atau datang kontrol habis rawat inap, diduga status gizi anak tersebut rendah walaupun pada pertanyaan kuesioner responden menjawab memberikan ASI untuk bayinya. 45

Pada penelitian ini tidak membatasi definisi pemberian ASI apakah eksklusif atau dicampur dengan formula dan makanan lain. Diduga ibu-ibu yang menjadi responden penelitian ini memberikan ASI bersama dengan makanan pendamping ASI. Bayi-bayi yang berusia lebih dari 6 bulan juga sudah mulai mengenal makanan pendamping ASI. Hal ini diduga dapat mempengaruhi status gizi bayi karena sudah mendapat gizi dari makanan lain selain ASI, sehingga walaupun anak mendapat ASI bisa saja status gizinya berlebih. Gizi kurang juga dapat terjadi pada anak yang mendapat ASI. Hal ini mungkin ada sebagian ibu-ibu yang kurang memahami takaran susu formula yang pas atau penyediaan makanan yang benar yang sesuai dengan umur bayinya. Pengolahan data menggunakan uji chi-square dengan SPSS versi 16.0 terdapat 50% nilai expected yang kurang dari 5, sehingga dilakukan uji kolmogorov-smirnov yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi bayi 0-12 bulan dengan pemberian ASI. Hal ini terbukti dengan nilai p-value sebesar 0,656 (p >0,05). Hasil penelitian ini sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Budi Cahyadi di kelurahan Linggajaya kecamatan Mangkubumi kota Tasikmalaya tahun 2012 bahwa hubungan pemberian ASI tidak signifikan dengan pertumbuhan bayi dengan nilai p sebesar 0,153 (p>0,05). Pada 46

penelitian yang dilakukan Cahyadi mengambil pertumbuhan bayi berdasarkan BB/U, BB/PB, PB/U pada anak usia 1-2 tahun. (Cahyadi, 2012). Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif umumnya akan mengalami pertumbuhan yang pesat pada umur 2-3 bulan, namun lebih lambat dibandingkan bayi yang mendapat ASI non eksklusif. Hasil penelitian retrospektif di Baltimore-Washington DC bahwa dalam kondisi yang optimal, ASI eksklusif mendukung pertumbuhan bayi selama 6 bulan pertama sehingga status gizi mencapai normal (Tikoalu, 2008). Hasil penelitian ini tidak sebanding dengan penelitian yang dilakukan oleh Ni Made di Puskesmas Karanganyar tahun 2010 bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pemberian ASI dengan status gizi bayi. Penelitian yang dilakukan Made mengambil sampel bayi 3-24 bulan (Made, 2010) Hubungan pemberian ASI tidak signifikan dengan status gizi bayi kemungkinan disebabkan oleh kuantitas dan kualitas ASI yang diberikan ibu yang masih kurang dan belum memenuhi kebutuhan bayi sehingga penambahan berat badan dan panjang badan bayi menjadi tidak optimal. Selain itu faktor gizi pada ibu saat hamil dan menyusui, cara menyusui yang belum tepat dan benar sehingga produksi ASI tidak sempurna. 47

Pada penelitian ini distribusi data dari sampel yang digunakan tidak merata sehingga diduga dapat menyebabkan tidak terdapat hubungan antara status gizi dan pemberian ASI. Kejujuran responden dalam mengisi kuesioner juga berpengaruh dalam hasil analisis. Pada penelitian ini dibutuhkan kejujuran responden dalam menjawab pertanyaan pemberian ASI pada bayi 0-12 bulan. 48