BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN LINGKUNGAN KERJA PENDERITA TB PARU TERHADAP KEJADIAN PENYAKIT TB PARU

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun 2013 terjadi kenaikan jumlah kasus terinfeksi kuman TB sebesar 0,6 % pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KAPASITAS PARU PETERNAK AYAM. Putri Rahayu H. Umar. Nim ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. menghisap dan menghembuskannya yang menimbulkan asap dan dapat terhisap oleh

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran wilayah penelitian kelurahan Limba B

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi paling. umum di dunia dengan perkiraan sepertiga populasi

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

I. PENDAHULUAN. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2) Dosen Program Studi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Malang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara-negara berkembang. Direktorat Pengawasan Narkotika,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


BAB I PENDAHULUAN. Sampai saat ini penyakit Tuberkulosis Paru ( Tb Paru ) masih menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Volume maksimum oksigen (VO 2

BAB 1 PENDAHULUAN. 10 juta jiwa, dan 70% berasal dari negara berkembang, salah satunya Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB I PENDAHULUAN. perokok mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya (Sari, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RSU MEURAXA BANDA ACEH

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

ANALISA DETERMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS (TBC) DI RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. Merokok telah menjadi kebiasaan masyarakat dunia sejak ratusan tahun

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB I PENDAHULUAN. komplikasi berbahaya hingga kematian (Depkes, 2015). milyar orang di dunia telah terinfeksi bakteri M. tuberculosis.

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

SUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Tuberculosis menyebabkan 5000 kematian perhari atau hampir 2 juta

BAB I PENDAHULUAN. kerjanya. Potensi bahaya menunjukkan sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Data Demografi Responden Dalam penelitian ini yang datanya diambil pada bulan Agustus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menimbulkan gejala penyakit (Gunawan, 2010). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) yang berjumlah 96 pasien sesuai

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

KORELASI PERILAKU MEROKOK DENGAN DERAJAT HIPERTENSI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS KESEHATAN BANJARBARU

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Mycobacterium tuberculosis dan bagaimana infeksi tuberkulosis (TB)

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi mulai dari usia remaja hingga orang tua baik laki-laki maupun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara manusia dengan lingkungan. Terutama

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

METODE. Desain, Waktu dan Tempat

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN ANALISIS FAKTOR RISIKO GAGAL JANTUNG DI RSUD dr. H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat di

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

Lampiran 1 Lembar Kuesioner Untuk Variabel (X) Efek Iklan. No. Responden (diisi oleh peneliti)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan jumlah perokok di negara berkembang termasuk Indonesia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a) Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tikupon. b) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tomini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rukun Tetangga (RT) dan 3 Rukun Warga (RW). Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tapa Kecamatan Kota Utara

Pentingnya mengenal faktor. usaha mencegah serangan Jantung

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman Online di

BAB 1 : PENDAHULUAN. satu di dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun 2014 menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK ORANG TUA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG KABUPATEN PURBALINGGA 2012

Transkripsi:

51 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan. 4.1. ANALISA UNIVARIAT Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. Analisa univariat dilakukan terhadap demografi responden dan variabel penelitian. Karakteristik responden penelitian dijabarkan menurut jenis kelamin, umur responden, jenis pekerjaan, dan kebiasaan merokok. 4.1.1. Karakteristik Responden 4.1.2.1. Jenis Kelamin Proporsi jenis kelamin responden dapat dilihat pada 42,4 % 57,6 % Pria Wanita Gambar 4.1 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin 51

52 Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin pada gambar 4.1 diatas menunjukkan lebih dari setengah adalah responden pria sebanyak 19 orang (57,6%) dan diikuti dengan jenis kelamin wanita yaitu sebanyak 14 orang (42,4%). 4.1.2. Distribusi Variabel 4.1.2.1. Jenis Pekerjaan Proporsi jenis pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel 4.1 Tabel 4.1 Distribusi Kategorik Jenis Pekerjaan Beresiko Tidak Beresiko Jenis Pekerjaan Banyak Responden n % 24 72,7 9 27,3 Total 33 100,0 Berdasarkan distribusi kategorik jenis pekerjaaan di atas dapat dilihat bahwa lebih dari setengah adalah jenis pekerjaan beresiko sebanyak 24 orang (72,7%) diikuti dengan jenis pekerjaan tidak beresiko sebanyak 9 orang (27,3%). Jadi mayoritas responden pada jenis pekerjaan lebih banyak beresiko pada penyakit TB paru.

53 4.1.2.2. Kebiasaan Merokok 4.2 Proporsi kebiasaan merokok dapat dilihat pada tabel Tabel 4.2 Distribusi Kategorik Kebiasaan Merokok Kebiasaan Merokok Merokok berat Merokok ringan Tidak merokok Banyak Responden N % 17 51,5 2 6,1 14 42,4 Total 33 100,0 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada kategorik kebiasaan merokok antara merokok berat, ringan dengan tidak merokok hampir sama hanya berselisih 5 orang yaitu merokok berat sebanyak 17 orang (51,5%), merokok ringan sebanyak 2 orang (6,1%) sedangkan tidak merokok sebanyak 14 orang (42,4%). 4.2. ANALISA BIVARIAT Pada penelitian ini, peneliti melakukan pencarian perbandingan dengan menggunakan rumus chi-square. Sebelumnya pada saat melakukan analisa dengan statistik, terdapat sel yang tidak terpenuhi sehingga peneliti melakukan penggabungan sel sehingga bisa memenuhi syarat chi-square. Pada penelitian ini, variabel yang diuji yaitu:

54 4.2.1. Perbandingan jenis pekerjaan pada pria dan wanita yang menderita penyakit TB paru. Tabel 4.3 Perbandingan jenis pekerjaan pada pria dan wanita yang menderita penyakit TB paru. Jenis Pekerjaan Beresiko Tidak Beresiko Banyak Responden Pria Wanita Total n % n % N % 12 50,0 12 50,0 24 100 7 77,8 2 22,2 9 100 Jumlah 19 57,6 14 42,4 33 100 Sumber : Data Primer 2012 P Value 0, 241 Dari tabel analisis diatas terlihat bahwa perbandingan jenis pekerjaan beresiko pada 24 orang pria dan wanita yang menderita penyakit TB paru diperoleh yang sama antara pria dan wanita yaitu masing-masing (50,0%). Sedangkan jenis pekerjaan yang tidak beresiko pada penyakit TB paru sebanyak 9 orang pria dan wanita yaitu pria (77,8%) dan wanita (22,2%). Nilai P yang digunakan peneliti dalam penelitian ini berasal dari Person chi-square didapatkan hasil P value sebesar 0,241. Berdasarkan hasil penelitian P value sebesar 0,241, nilai P 0,241 > dari nilai α (0,05), menunjukkan H 1 ditolak yaitu tidak ada perbandingan jenis pekerjaan antara pria dan wanita yang menderita penyakit TB paru.

55 4.2.2. Perbandingan kebiasaan merokok pada pria dan wanita yang menderita penyakit TB paru. Tabel 4.4 Perbandingan kebiasaan merokok pada pria dan wanita yang menderita penyakit TB paru. Kebiasaan Merokok Merokok berat dan ringan Tidak merokok Banyak Responden Pria wanita Total n % n % n % 17 89,5 2 10,5 17 100 2 14,3 12 85,7 Jumlah 19 57,6 14 42,4 33 100 Sumber : Data Primer 2012 14 P Value 100 0, 000 Dari tabel analisis diatas terlihat bahwa perbandingan kebiasaan merokok pada 17 orang pria dan wanita yang menderita penyakit TB paru diperoleh untuk merokok berat dan ringan hampir seluruhnya adalah responden pria sebanyak 17 orang (89,5%) dan pada wanita sebanyak 2 orang (10,5%) yang memiliki resiko kebiasaan merokok terhadap penyakit TB paru. Sedangkan sebaliknya dari 14 orang yang tidak memiliki resiko kebiasaan merokok terhadap penyakit TB paru diperoleh sebanyak 2 orang responden pria (14,3%) dan 12 orang responden wanita (85,7%). Nilai P yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Person chi-square didapatkan hasil P value sebesar 0,000. Berdasarkan hasil penelitian P value sebesar 0,000, nilai P 0,000 < dari nilai α (0,05), menunjukkan H 1 diterima yaitu hasilnya terdapat

56 perbandingan kebiasaan merokok antara pria dan wanita yang menderita penyakit TB paru. 4.3. PEMBAHASAN 4.3.1. Karakteristik Responden A. Jenis Kelamin Hasil univariat diperoleh bahwa lebih dari setengah responden adalah responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 19 orang (57,6%) dan wanita sebanyak 14 orang (42,4%). Dilihat secara statistik menunjukkan bahwa lebih banyak dan hampir setengahnya adalah pria dibandingkan wanita. Hasil penelitian sejalan dengan pernyataan Profil Kesehatan Indonesia 2008, mengenai penderita TB paru menurut jenis kelamin di Indonesia tahun 2005-2008 yang mayoritas laki-laki. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa laki-laki memiliki mobilitas atau aktifitas yang tinggi daripada perempuan sehingga kemungkinan untuk terpapar kuman tuberkulosis lebih besar, selain itu kebiasaan merokok pada laki-laki dapat menurunkan daya pertahanan tubuh sehingga lebih mudah terjangkit TB paru. Selain itu disebabkan karena adanya perbedaan pekerjaan antara pria dan wanita dimana kebanyakan pria bekerja lebih berisiko, seperti: buruh, tukang ojek, yang mempunyai resiko tertular

57 lebih besar karena adanya kontak pada keterpaparan debu atau dengan penderita lain di luar rumah.selain dari jenis pekerjaan adapun kebiasaan merokok dapat menjadi salah satu penyebab sehingga memudahkan terjangkitnya TB paru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi penderita TB paru pria relatif lebih banyak dibandingkan dengan penderita wanita, akan tetapi secara statistik ternyata tidak ada perbandingan yang bermakna, artinya jenis kelamin tidak membedakan untuk penderita TB paru. Tingkat interaksi sosial berbeda menurut jenis kelamin pada sejumlah besar strata sosial. Di beberapa negara, wanita dan pria memiliki kesempatan yang sama pada aktifitas umum. Sementara itu dinegara lainnya wanita banyak yang tinggal dirumah, sehingga resiko kontak dengan penderita TB menular baik di dalam dan di luar rumah berbeda. Di Indonesia prevalensi TB paru masih cukup tinggi danresiko untuk tertular tentu menjadi sangat luas dan tidak membedakan jenis kelamin pria maupun wanita. Perbedaan terjadi kemungkinan karena adanya perbedaan aktifitas antara kelompok pria dan wanita. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian (Rohani, 2007) dan (Gitawati, 2002), bahwa kasus TB paru terjadi relatif lebih banyak pada pria dibandingkan pada wanita, tetapi tidak ada hubungan yang bermakna. Asumsi peneliti hampir seluruh

58 responden merokok yang mana merupakan penyebab TB paru pada pria maupun wanita. B. Jenis Pekerjaan Pekerjaan merupakan suatu hal yang dikerjakan untuk mendapatkan imbalan atau balas jasa. Tingkat stress dapat dikaitkan dengan pekerjaan karena orang yang bekerja cenderung memiliki beban kerja dan tanggung jawab yang tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak bekerja, sehingga dengan demikian tingkat stressnya pun akan jauh lebih besar. Selain itu jenis pekerjaan menentukan faktor resiko apa yang harus dihadapi setiap individu. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang terpapar debu, partikel debu di daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada saluran pernafasan. Jenis pekerjaan terbanyak responden adalah buruh (pada umumnya pengecat mobil, mebel, buruh pabrik) lebih sering terkena keterpaparan debu. Hampir seluruh responden yang bekerja sebagai buruh mengatakan mereka jarang dan hampir tidak pernah menggunakan alat pelindung diri seperti masker. Selain itu potensi tersebut terjadi mungkin karena lebih mengarah pada jenis pekerjaan berhubungan dengan tingkat penghasilan seseorang sehingga pekerjaan sebagai buruh untuk memenuhi intake gizi dalam meningkatkan daya tahan

59 tubuh terhadap serangan bibit penyakit kurang serta pengetahuan responden yang minim akan pengetahuan tentang kesehatan, khususnya penyakit TB paru. C. Kebiasaan Merokok Merokok merupakan kebiasaan yang dapat meningkatkan resiko untuk menderita penyakit jantung koroner, kanker paru, COPD, influenza, pnemonia. Pada penelitian ini merokok terbukti berhubungan dengan kejadian TB paru. Peranan merokok terhadap kejadian TB paru dapat dijelaskan dengan menentukan kapan seseorang mulai merokok, berapa lama responden merokok, jumlah batang yang dihisap disetiap hari sangat bervariasi dan jenis rokok. Kebiasaan merokok akan merusak mekanisme pertahanan paru yang disebut muccociliary clearance. Bulubulu getar dan bahan lain di paru tidak mudah membuang infeksi yang sudah masuk dan akan menyebabkan paru terinfeksi akibat asap rokok. Selain itu, asap rokok meningkatkan tahanan jalan nafas dan menyebabkan mudah bocornya pembuluh darah di paru-paru, juga akan merusak makrofag yang merupakan sel yang dapat memfagosit bakteri patogen. Asap rokok juga diketahui dapat menurunkan respon terhadap antigen sehingga kalau ada benda asing masuk ke paru tidak lekas dikenali dan dilawan. Secara biokimia asap

60 rokok juga meningkatkan sintesa elastase dan menurunkan produksi antiprotease sehingga merugikan tubuh kita. Kebiasaan merokok juga dihubungkan dengan peningkatan kadar bahan yang disebut imunoglobulin E yang spesifik. Kadar antibodi terhadap bahan ini ternyata bahkan dapat sampai empat sampai lima kali lebih tinggi pada perokok bila dibandingkan dengan bukan perokok. Pemeriksaan seperti gas chromatography dan mikroskop elektron lebih menjelaskan hal ini dengan menunjukkan adanya kerusakan paru di tingkat biomolekuler akibat rokok. (Aditama, 2009). 4.3.2. Perbandingan Jenis Pekerjaan pada Pria dan Wanita yang Menderita TB Paru Hasil analisis Chi-Square menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbandingan jenis pekerjaan pada pria dan wanita yang menderita TB paru yaitu masing-masing 50%. Dengan jenis pekerjaan yang beresiko terdapat 24 orang dan jenis pekerjaan yang tidak beresiko terdapat 9 orang. Didapat data bahwa mayoritas responden bekerja sebagai buruh. Menurut (Achmadi, 2005), jenis pekerjaan buruh dengan kualitas kesehatan seseorang buruh merupakan modal awal untuk bekerja menghadapi lingkungan kerja dan beban kerja yang sangat berat. Seorang buruh yang memiliki derajat sosial ekonomi rendah akan bertempat tinggal pada pemukiman kumuh tanpa sanitasi dasar yang

61 memadai. Kapasitas kerja, gizi yang rendah, sanitasi lingkungan yang kurang, akibatnya akan memudahkan mengalami sakit-sakitan salah satunya TB paru. Pada observasi selama penelitian, tempat tinggal responden tampak kumuh dan kotor serta sempit. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbandingan jenis pekerjaan pada pria dan wanita yang menderita penyakit TB paru, hal ini mungkin terjadi karena antara pekerjaan beresiko dan tidak beresiko antara pria dan wanita sebarannya sama. 4.3.3. Perbandingan Kebiasaan Merokok pada Pria dan Wanita yang Menderita TB Paru. Hasil analisis Chi-Square menyimpulkan bahwa terdapat perbandingan kebiasaan merokok pada pria dan wanita terhadap penyakit TB paru didapatkan data merokok pada pria 89,5% yang artinya hampir seluruh responden pria adalah perokok. Hal ini di sebabkan karena jumlah responden yang mempunyai kebiasaan merokok lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak merokok. Insiden TB paru lebih tinggi pada mereka yang merokok dibandingkan dengan yang tidak merokok. Perokok berat mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita TB paru yaitu dengan mengkonsumsi rokok lebih dari 21 batang perhari dibandingkan dengan yang tidak merokok dan peluang untuk penyakit TB paru meningkat dengan meningkatnya jumlah rokok yang dihisap (WHO, 2002). Dari hasil analisis menunjukkan

62 terdapat perbandingan pada pria dan wanita yang menderita penyakit TB paru, hal ini disebabkan karena jumlah responden yang mempunyai kebiasaan merokok lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak merokok pada pria maupun wanita. Asap rokok yang dikeluarkan oleh seorang perokok pada umumnya terdiri dari bahan pencemar berupa karbon monoksida dan partikulat. Dengan adanya asap rokok akan menambah resiko kesakitan dari bahan toksik lain (Kusnoputranto, 2000). Untuk itu bahaya merokok bagi kesehatan tetap harus disampaikan kepada masyarakat. Penelitian (Boon, 2007) menunjukkan bahwa sekitar 20% kematian akibat tuberkulosis di India berhubungan dengan kebiasaan merokok. Penelitian (Aditama, 2009) menunjukkan antara kebiasaan merokok dengan aktif tidaknya penyakit TB paru, serta faktor resiko terjadinya TB paru pada dewasa muda, tua, dan terdapat dose-response relationship dengan jumlah rokok yang dihisap per harinya.