BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Program Corporate Social Reponsibility (CSR) merupakan salah satu kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi dunia usaha termasuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) saat

TINJAUAN PUSTAKA. Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis dimana keberhasilan kemitraan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia mengeluarkan sebuah kebijakan melalui. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mewajibkan seluruh

I. PENDAHULUAN. Skala Usaha UK UM UB Jumlah (Unit/%) /99, /0, /0,01 Kesempatan kerja (%) 88,92 10,54 0,54 Nilai tambah

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia usaha khususnya sektor industri yang mana akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah untuk memperbaiki dan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan rintangan seakan ingin menguji kelayakan strategi pembangunan. masyarakat. Beratnya permasalahan ini memang sulit untuk ditawar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Kecil Dan Mikro (UKM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dengan permodalan yang lemah. Hal ini disebabkan oleh aktivitas ekonomi yang

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam

BAB III METODE PENELITIAN. karena mengacu pada objek studi yang diamati, situasinya dan perilakunya. Studi

DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB II PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Banyak cara dilakukan pemerintah sebagai otoritas kebijakan publik untuk

I. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia berdasarkan data statistik tahun 2004, dapat dilihat dari

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan

BAB I PENDAHULUAN. mengikrarkan diri sebagai bangsa yang merdeka silih berganti masalah dan

BAB I PENDAHULUAN. usaha akan mendukung pemulihan ekonomi indonesia, menciptakan lapangan

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Muhammad Syougi, Baroroh Lestari, Maulana Agung P ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi menjadi agenda penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. terkadang UMKM seolah tidak mendapat dukungan dan perhatian dari. selama memiliki izin usaha dan modal cukup.

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perekonomian negara dan masyarakat luas. Meskipun

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. karet. Dan secara efektif mulai beroperasi pada 09 April 1996 dengan kantor

BAB I PENDAHULUAN. Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan suatu isu yang

PENDAHULUAN. dan kesejahteraan rakyat. Selain itu akivitas dan keberhasilan pembangunan juga

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

Tabel 1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Menurut Skala Usaha Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2000

BAB I PENDAHULUAN. manfaat ekonomi yang menjadi tujuan dibentuknya dunia usaha.

BAB I PENDAHULUAN. Upaya membangun suatu unit usaha bank mikro yang melayani. masyarakat golongan kecil memerlukan suatu cara metode berbeda dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan akan perkembangan dunia usaha dimanapun sangat. dipengaruhi oleh ada atau tidaknya iklim yang memungkinkan peraturan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 merupakan bab pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

I. PENDAHULUAN. Pemikiran yang mendasari Corporate Social Responsibility yang selanjutnya

UKM di Indonesia. Perkembangan UKM di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. global yang terjadi di kawasan Amerika dan Eropa dalam beberapa tahun terakhir,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh unit-unit usaha kecil. Kemampuan masyarakat

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

BAB I PENDAHULUAN. jasa perbankan atau keuangan. Dalam hal ini, perbankan merupakan inti dari

I. PENDAHULUAN. pertanian yaitu kebijaksanaan pembangunan yang menjaga keterkaitan antara

PERAN SERTA BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) *) Oleh : Andang Setyobudi, SE **)

Maulana Agung Pratama Staf Pengajar Jurusan Administrasi Bisnis FISIP Universitas Lampung ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dibandingkan dengan sumber penerimaan lain (non pajak).

`BAB I PENDAHULUAN. Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil menengah (UMKM) merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting yang patut. diperhitungkan dalam meningkatkan perekonomian Indonesia.

V. SEJARAH PENGEMBANGAN KOMUNITAS

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA BAB 19 PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR... TAHUN...

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 20 SERI E

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Setelah disahkannya Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. besar mengalami kebangkrutan dan memberikan beban berat bagi negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi yang terjadi saat ini telah berdampak pada

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai sebuah sistem dalam keberlanjutan dan keseimbangannya tidak

pemberdayaan koperasi dan usaha mikro di kabupaten Lamongan Dinas Koperasi Industri dan Perdagangan Kabupaten Lamongan

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011

Strategi Pengembangan UMKM dengan Mengatasi Permasalahan UMKM Dalam Mendapatkan Kredit Usaha

PERAN ASPARTAN (ASOSIASI PASAR TANI) DALAM MENDORONG BERKEMBANGNYA UMKM DI KABUPATEN SLEMAN

96% responden telah beroperasi antara 4 tahun hingga lebih dari 10 tahun, hanya 4% yang baru beroperasi selama 1-3 tahun.

Pengembangan Usaha kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Dewasa ini, perkembangan perekonomian serta perubahan lingkungan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima,

BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah untuk

I. PENDAHULUAN. Kondisi krisis perekonomian yang berlanjut pada kr~sis multi dimens~ di

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyentuh kalangan bawah (grass rooth). Semula harapan ini hanya

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

I. PENDAHULUAN. usaha besar yang mengalami gulung tikar didera krisis. Pada saat yang bersamaan pula,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi yang strategis serta tanggung jawab terhadap sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Pemberdayaan dan pengembangan UMKM menjadi tugas BUMN. Hal tersebut sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 7 Undang-undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menyebutkan bahwa Dunia usaha (corporation) berperan serta menumbuhkan iklim usaha kondusif, yaitu dalam aspek pendanaan, sarana dan prasarana, informasi usaha, kemitraan, perizinan usaha, kesempatan berusaha, promosi dagang serta dukungan kelembagaan. BUMN memliki pengaruh dalam perekonomian Indonesia sebagai salah satu pelaku kegiatan ekonomi nasional. Hal tersebut dapat dilihat dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Pasal 2 ayat 1, yaitu: a. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya. b. Mengejar keuntungan. c. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak. d. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi.

2 e. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat. Sumber: Undang-undang Nomor 19 tahun 2003 tentang UMKM Bukan hanya BUMN yang mempunyai peran penting tapi usaha mikro, kecil dan menengah mempunyai peran penting dan strategis dalam mewujudkan pembangunan nasional dan pembanguan ekonomi. Kriteria dalam setiap negara tentang UMKM berbeda-beda, yang termasuk dalam kriteria UMKM di Indonesia adalah sebagai berikut: Tabel 1. Kriteria UMKM di Indonesia No. Kritria Uraian Asset Omzet 1. Mikro Maks. 50juta Maks. 300 juta 2. Kecil >50 juta- 500 juta > 300juta 2,5 miliar 3. Menengah >500 juta 10 miliar >2,5 Miliar- 50 miliar Sumber: Undang-undang Nomor 20 tahun 2008 Tentang UMKM Sektor UMKM memiliki nilai lebih dibandingkan dengan usaha besar. Pertama, jumlah unit usaha yang paling banyak ada di indonesia dimiliki oleh sektor UMKM sbesar 99,99 persen dibandingkan dengan usaha besar yang hanya 0,01 persen. Kedua, UMKM memiliki jumlah terbanyak dalam penyerapan jumlah tenaga kerja (Dekopnas, 2009). Oleh karena itu, UMKM dapat berperan dalam memberikan pelayanan yang luas pada masyarakat dan memperluas lapangan pekerjaan di Indonesia. Seharusnya dengan terus memajukan dan menopang sektor UMKM maka secara tidak langsung dapat mendorong pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, maka dari itu bukan hanya di Indonesia tetapi juga di Negara lainya, berperan aktif dalam mengeluarkan kebijakan- kebijakan yang berorientasi untuk memajukan dan menopang sektor UMKM demi mempermudah UMKM untuk Berkembang.

3 Kenyataannya sekarang ini di Indonesia, UMKM sulit untuk berkembang. Banyak UMKM yang collapse dan tidak mampu bertahan dengan kondisi global seperti sekarang ini. Ketidakmampuan UMKM dalam menghadapi era globalisasi yang berorientasi pada mekanisme pasar sekarang ini memang cukup beralasan karena keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam UMKM tersebut. Namun demikian perlu diingat bahwa dalam setiap usaha pasti ada berbagai macam masalah yang dihadapi. Menurut Komarudin (2012 ). Masalah mendasar antara lain masih rendahnya produktivitas, keterbatasan akses kepada sumber daya produktif seperti modal, teknologi, informasi dan pasar, kualitas sumber daya manusia yang rendah, dan iklim usaha belum menunjang secara optimal. Untuk itu, UMKM harus memperoleh kesempatan yang setara, dukungan perlindungan dan pengembangan sebagai wujud kebijakan yang adil kepada kelompok usaha ekonomi rakyat, dengan tanpa mengabaikan Usaha Besar dan Badan Usaha Milik Negara. Menurut Wardoyo (2005), salah satu permasalahan utama UMKM dalam mengembangkan usaha untuk menghadapi pasar global adalah karena lemahnya hal permodalan. Menurut Rosid dalam Modul managemen (2008), Kurangnya modal adalah faktor utama yang paling berperan dan diperlukan dalam mengembangkan UMKM. Sektor UMKM ini mempunyai kendala dalam permodalan, dikarenakan dimulainya usaha dengan modal yang terbatas dan bersifat modal pribadi dan rendahnya akses terhadap lembaga keuangan. Sumber permodalan UMKM sebenarnya bisa berasal dari pemerintah dan non-pemerintah seperti yang terlihat pada Gambar 1.

4 Gambar 1. Sumber Modal Usaha Mikro, Kecil dan Menengah APBN PEMERINTAH APBD SUMBER PERMODAL AN NON PEMERINTAH SUP-005 Bank kredit komersil kredit mikro kecil Lembaga keuangan Non Bank Perusahaan swasta / BUMN Koperasi Sumber: Kementerian Negara Koperasi dan UKM, 2009 Sulitnya akses terhadap bantuan permodalan berupa kredit dari lembaga keuangan menjadi salah satu penyebab masalah permodalan belum bisa teratasi. Berdasarkan Gambar 1, yang menarik untuk dianalisis adalah sumber modal yang berasal dari perusahaan swasta atau BUMN melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) dengan memberikan Soft Loan pada sektor usaha mikro dan kecil, karena selama ini yang kita ketahui bahwa untuk mendapatkan kredit hanya bisa diperoleh di lembaga keuangan. Dalam praktek tanggung jawaab sosial ini, BUMN memiliki program yang bernama Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Pada prinsipnya PKBL telah dilaksanakan mulai tahun 1994 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan RI No. 316/KMK.016/1994 Tanggal 27 Juni 1994 Tentang Pedoman Pelaksanaan Usaha Kecil dan Koperasi Pemanfaatan Dana dari Bagian Dana Laba Badan Usaha Milik Negara dan pada tahun 1999 diubah menjadi Program

5 Kemitraan dan Bina Lingkungan Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN RI/ Kepala Pembina BUMN No. Kep-216/M- PBUMN/1999 Tanggal 28 September 1999. PKBL sendiri di tuangkan dalam keputusan Menteri Negara BUMN Nomor: Kep-236/mbu/2003. Antara Program Kemitraan dan Bina Lingkungan memiliki tugas yang berbeda. Program kemitraan merupakan suatu program yang dirancang untuk memberikan bantuan pinjaman modal dan pembinaan kepada UMKM. Bentuk kepedulian dan tanggungjawab BUMN berdasarkan peraturan Menteri BUMN tersebut dijabarkan kedalam dua program yang berbeda yaitu: 1. Program kemitraan BUMN Program kemitraan ini berhubungan dengan usaha mikro, kecil dan menengah. Tujuan progarm kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari laba BUMN. 2. Program Bina lingkungan Progam yang berhubungan dengan pemberdayaan kondisi sosial masyarakat sekitar perusahaan oleh BUMN. Sumber: www.wordpress.com, Peran Strategis Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Diakses Tanggal 10 September 2012. Pelaksanaan PKBL di lingkungan BUMN dilaksanakan guna mendorong UMKM untuk menjadi mitra binaan. Dengan menjadi mitra binaan dapat mempermudah UMKM dalam memperoleh pinjaman lunak. Pola kemitraan dalam BUMN dapat dijalankan dalam empat cara yaitu :

6 1. Pembinaan secara langsung, dimana BUMN langsung menyalurkan pinjaman dan melakukan pembinaan teknis pada mitra binaan. 2. Kerja sama antar BUMN, yaitu BUMN memberikan pinjaman modal kerja pada mitra binaan BUMN lainya, sementara BUMN yang mitra binaannya memperoleh pinjaman bertindak sebagai penjamin atas kredit yang diterima mitra binaannya 3. Kerja sama dengan lembaga keuangan perbankan, baik dalam bentuk chanenling maupun executing. 4. Pola satuan kerja. Dalam hal ini BUMN bersama Pemda membentuk satuan kerja yang bertugas melakukan inventaris, menyeleksi dan mengusulkan usaha kecil yang berhak memperoleh pinjaman. Sumber: www.wordpress.com, Peran Strategis Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Diakses Tanggal 10 September 2012. PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang b ergerak di bidang agribisnis perkebunan dengan komoditas tanaman karet, kelapa sawit, teh dan tebu. Wilayah kerja PTPN VII (Persero) meliputi 3 (tiga) prov insi yang terdiri dari 10 unit usaha di Provinsi Lampung, 14 unit usaha di Propinsi Sumatra Selatan dan 3 unit usaha di Bengkulu. Lokasi penelitian ini dilakukan di Unit Usaha Rejosari Distrik Way Sekampung yang berada di Propinsi Lampung. Distrik Way Sekampung adalah salah satu distrik yang memiliki UMKM mitra binaan yang paling banyak dibandingkan dengan distrik yang lainnya. Keberadaan BUMN PTPN VII yang perkembangannya saat ini sudah semakin besar seperti yang tertuang dalam UU PT No 40 Tahun 2007 PT (Perseroan Terbatas) diwajibkan untuk melakukan tanggung jawab sosial. PT. Perkebunan Nusantara VII memiliki program CSR yang biasa disebut di BUMN adalah PKBL. Dengan cakupan usaha yang luas, PT. Perkebunan Nusantara VII sanggup menaungi banyak UMKM binaan program kemitraan.

7 Pada intinya program ini dibuat untuk pemanfaatan dana BUMN untuk UMKM dalam bentuk pinjaman. Dalam pelaksanaan Program Kemitraan yang dilakukan PT. Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Rejosari mampu menampung banyak UMKM Mitra Binaan, tetapi kenyataannya masih saja terjadi kredit macet pada pembayaran angsurannya, oleh karena itu harus dilakukan analisis keefektifan programnya. Kemudahan yang diberikan kepada pelaku UMKM dalam mendapatkan pinjaman modal dari BUMN adalah relatif lebih sederhana, lebih murah biaya administrasinya dan lebih pengajuan proposal usaha dibandingkan dengan pinjaman dari bank. Jadi pinjaman yang diberikan oleh BUMN ini memiliki banyak keunggulan. Perbedaan tersebut dapat dilihat di Tabel 2. Tabel 2. Perbedaan Pinjaman Dana No Perbedaan Bank Program Kemitraan BUMN 1 Bunga Pinjaman > 6% per tahun Bunga Pinjaman sebesar 6% pertahun dengan sistem Flat 2 Tidak ada Pelatihan untuk Perkembangan Usaha Diberikan Pelatihan manajemen usaha pada mitra binaan 3 Jangka waktu pengembalian pinjaman tergantung pada kebijakan dari bank Jangka waktu pengembalian pinjaman selama 30 bulan tidak tergantung pada perbedaan jumlah pinjaman 4 Menggunakan jasa Debt Colector pada saat penagihan hutang secara langsung bagi peminjam yang terlambat membayar angsuran 5 Memiliki kekuatan hukum yang kuat untuk melakukan penyitaan terhadap agunan yang telah di jaminkan Proses penagihan hutang hanya melibatkan staf PKBL dan staf (KP2LN) Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara setempat Tidak memiliki kekuatan hukum yang cukup kuat untuk melakukan penyitaan terhadap agunan yang telah di jaminkan Sumber : Prisilian, 2008. Analisis Efektifitas CSR dalam PKBL, Surabaya: Universitas Hang Tuah.

8 Seperti yang terlihat di Tabel 2 perbedaan pinjaman bank dan program kemitraan, pinjaman yang berasal dari program kemitraan memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan yang berasal dari bank. Namun dalam kenyataannya bantuan kredit melalui program kemitraan masih belum banyak diketahui pelaku UMKM. Padahal program kemitraan BUMN merupakan sumber daya potensial yang mungkin saja bisa menjadi solusi untuk mengatasi masalah permodalan yang selama ini dihadapi oleh sektor mikro dalam mengembangkan usahanya. Karena bagi usaha mikro sekarang ini sangat sulit untuk mendapatkan kredit dari lembaga keuangan formal. Hal ini diperkuat bahwa 68,96 persen modal yang digunakan usaha mikro berasal dari pemilik modal dan pelepas uang seperti rentenir (Kementrian Negara Koperasi dan UKM, 2009). Dengan permasalahan tersebut penulis berniat untuk melanjutkan penelitian ke UMKM yang mendapatkan dana pinjaman dari program kemitraan BUMN PT. Perkebunan Nusantara VII. Selanjutnya penelitian ini akan mengambil judul: Analisis Efektivitas Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dalam Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Studi kasus Pada UMKM Sektor Industri Mitra Binaan PT. Perkebunan Nusantara VII di Unit Usaha Rejosari Lampung Selatan).

9 1.2 Identifikasi Masalah Permasalahan pengembangan UMKM ada begitu banyak dan kompleks. Hambatan yang dapat mempengaruhi perkembangan UMKM dapat dibagi dalam dua kelompok. Hambatan tersebut dapat dilihat berdasarkan tabel berikut ini Tabel 3. Hambatan Internal UMKM No. Hambatan Internal Keterangan a. Permodalan Kurangnya modal adalah faktor utama yang paling berperan dan diperlukan dalam mengembangkan UMKM. Kurangnya permodalan dikarenakan UMKM merupakan perusahaan perseorangan dan masih bersifat tertutup. UMKM biasanya hanya mengandalkan pada jumlah modal yang terbatas yang dimiliki oleh pemilik, sedangkan sulitnya akses kepada bank dan lembaga keuangan lainnya sulit diperoleh karena persyaratan administrasi dan teknis pada bank sulit dan lama dalam pengurusannya. b. Sumber Daya Manusia Sumber Daya Manusia (SDM) yang terbatas karena pada dasarnya UMKM adalah usaha tradisional dan rata-rata adalah usaha turuntemurun. Keterbatasan SDM dalam hal pendidikan dan keterampilam mempengaruhi dalam manajemen pengelolaan usaha. c. Pemasaran Lemahnya jaringan usaha dan pemasaran dalam UMKM yang merupakan unit usaha keluarga hanya memiliki jaringan pemasaran yang terbatas dan penetrasi pasar yang rendah. Berbeda dengan usaha besar yang sudah mempunyai pemasaran yang baik dan solid. d. Teknologi Produksi dan Teknologi Informasi Pada UMKM, umumnya memiliki keterbatasan dalam hal teknologi yang berdampak pada kurang efektif dan efisiennya proses produksi. Kurangnya pengetahuan dalam hal teknologi informasi juga berdampak pada kelangsungan usaha tersebut. Sumber: di olah berdasarkan data dalam Rosid, 2008. Modul Manajemen UMKM, Jakarta: Universitas Mercu Buana.

10 Tabel 4. Hambatan Eksternal UMKM No. Hambatan External Keterangan a. Iklim Usaha Iklim usaha belum sepenuhnya kondusif, karena kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah menumbuhkembangkan UMKM belum maksimal meskipun dari tahun ke tahun terus disempurnakan. Hal ini terlihat dalam persaingan yang tidak sehat antara UMKM dan perusahaan besar. b. Otonomi Daerah Dengan berlakunya UU tahun 1999 dalam Otonomi Daerah, daerah mempunyai kewenangan lebih dalam mengatur dan mengurus masyarakat setempat. Implikasinya dalam sistem tersebut dalam UMKM berupa adanya pungutanpungutan baru yang dikenakan pada UMKM mempengaruhi dalam menurunkan daya saing. c. Perdagangan Bebas Implikasi perdagangan bebas yang berimplikasi luas pada UMKM dalam memasuki pasar global. UMKM dituntut melakukan proses produksi lebih efektif dan efisien, serta mampu menghasilkan produk yang sesuai dengan standart tuntutan global seperti isu kualitas (ISO 9000), isu lingkungan (ISO 14000) dan isu Hak Asasi Manusia (HAM) dalam ketenagakerjaan. Hal tersebut sering dimanfaatkan oleh negaranegara maju untuk menciptakan Barrier Entry. d. Akses Pasar Terbatasnya akses pasar mengakibatkan produk yang dihasilkan tidak dapat dipasarkan secara kompetitif dalam pasar nasional dan global. Sumber: di olah berdasarkan data dalam Rosid, 2008. Modul Manajemen UMKM, Jakarta: Universitas Mercu Buana. Dapat disimpulkan dari kedua tabel tersebut, permasalahan yang paling utama adalah keterbatasan dalam permodalan untuk pengembangan UMKM. Namun sulitnya dalam menambah modal bisa diatasi dengan program kemitraan yang ada di perusahaan BUMN. Selain program pinjaman dana di program kemitraan ada juga program pembinaan UMKM, sehingga bukan hanya mendapat dana semata

11 tapi juga bisa mendapatkan pembinaan dan pelatihan manajemen UMKM itu sendiri. Dalam kenyataannya sekarang ini, belum banyak pelaku UMKM yang mengetahui program kemitraan tersebut, padahal progam kemitraan tersebut merupakan sumber daya potensial yang mungkin saja bisa menjadi solusi untuk mengembangkan usaha. Oleh karena itu, penelitian ini akan difokuskan kepada UMKM yang sudah mengikuti program kemitraan. UMKM yang akan diteliti merupakan UMKM mitra binaan PT. Perkebunan Nusantara VII (Persero), karena PT. Perkebunan Nusantara VII sudah lama menerapkan Program Kemitraan dengan aplikasi programnya diantaranya adalah pinjaman dana dan pembinaan UMKM. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan di atas maka permasalahan yang akan dibahas oleh penulis dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana efektivitas program kemitraan terhadap pekembangan UMKM sektor industri yang menjadi mitra binaan PT. Perkebunan Nusantara VII, Distrik Way Sekampung Unit Usaha Rejosari? 2. Faktor apakah yang menghambat tingkat efektivitas Program Kemitraan yang dilaksanakan PT. Perkebunan Nusantara VII, Distrik Way Sekampung Unit Usaha Rejosari? 3. Faktor apakah yang mendukung tingkat efektivitas Program Kemitraan yang dilaksanakan PT. Perkebunan Nusantara VII, Distrik Way Sekampung Unit Usaha Rejosari?

12 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mendeskripsikan efektivitas Program Kemitraan terhadap pekembangan UMKM sektor industri yang menjadi mitra binaan PT. Perkebunan Nusantara VII, Distrik Way Sekampung Unit Usaha Rejosari. 2. Mendeskripsikan faktor yang menghambat tingkat efektivitas Program Kemitraan yang dilaksanakan PT. Perkebunan Nusantara VII, Distrik Way Sekampung Unit Usaha Rejosari. 3. Mendeskripsikan faktor yang mendukung tingkat efektivitas Program Kemitraan yang dilaksanakan PT. Perkebunan Nusantara VII, Distrik Way Sekampung Unit Usaha Rejosari. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kajian ilmiah bagi Mahasiswa Administrasi Bisnis serta dapat memberikan sumbangsih dan kontribusi dalam konteks ilmu bisnis dan UMKM. b. Mendapatkan data dan fakta yang sahih dan valid mengenai Program Kemitraan di BUMN khususnya PT. Perkebunan Nusantara VII.

13 2. Manfaat teoritis a. Merupakan sumber referensi bagi Jurusan Administrasi Bisnis, khususnya bagi yang akan meneliti lebih lanjut mengenai Program Kemitraan dan UMKM. b. Memberikan masukan bagi pelaku UMKM mengenai program kemitraan. c. Meningkatkan wawasan kepada peneliti tentang bagaimana bentuk program kemitraan yang dilakukan PT. Perkebunan Nusantara VII terhadap perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah.