BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam tahap keenam perkembangan psikososial, orang dewasa awal membuat komitmen dengan orang lain atau menghadapi kemungkinan rasa terisolasi dan keterpurukan pada kegiatan dan pemikiran sendiri, intimasi merupakan pencapaian utama masa dewasa awal (Erikson dalam Papalia, D. E., et. al 2008). Menurut Senberg (dalam Papalia, Olds dan Spelman, 2008) pernikahan dilakukan pria dan wanita atas dasar cinta. Cinta membawa pasangan manusia memulai fase baru dalam kehidupan mereka membentuk suatu sistem rumah tangga, hubungan antar suami-istri berdasarkan cinta memiliki tiga komponen dasar yaitu keintiman, hasrat dan komitmen. Pasangan manusia gerobak sering kali terlihat saling bekerjasama untuk membantu mendapatkan barang barang bekas yang akan menghasilkan uang bagi mereka, menurut Bell (2004) ikatan perkawinan adalah perkawinan yang formal dan sah, orang orang yang menikah tidak mengangap pasangannya sebagai suami atau istri tetapi memilki pasangan mitra hidup. Maraknya manusia gerobak, seperti halnya anak jalanan, gelandangan dan pengemis merupakan problem ibu kota, fenomena manusia gerobak bukan saja disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan kemiskinan ekonomi tetapi juga sosial dan budaya, menurut 1
Chelluz (2012) pada mulanya para pekerja informal yang juga memiliki rumah tinggal kendati hanya mengontrak dan kontrakan mereka mungkin diatas lahan ilegal. Disana mereka memiliki fasilitas listrik juga air. Anak anak merekapun bisa bersekolah. Tapi, karena hunian mereka itu yang diangap ilegal, mereka digusur dengan berbagai alasan dan di Jakarta alasan pengusuran yang sering dipakai adalah menempati tanah yang bukan haknya, lantas mereka pindah ke tempat lain yang kondisinya lebih buruk dari sebelumnya seperti dibawah jembatan atau lahan kosong dengan bangunan seadanya. Namun ditempat ini kerapkali mereka digusur kebali, merekapun pindah lagi sampai akhirnya mereka menjadi manusia gerobak. Ketika menjadi manusia gerobak mereka tidak pernah tergusur lagi karena tak memiliki rumah, gerobak adalah rumah mereka yang selalu berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Gerobak yang mereka miliki bukan hanya dipergunakan sebagai alat mencari rizky namun dapat berfungsi untuk berbagai keperluan dan kebutuhannya, menurut Ghofur (2009) Gerobak adalah nadi kehidupan manusia gerobak, menjadi alat kerja sekaligus rumah karena sebagai alat kerja, gerobak berfungsi sebagai pendukung pekerjaan memulung, tempat menyimpan barang-barang bekas, dan alat transportasi sedangkan sebagai rumah, gerobak adalah tempat tidur, tempat melakukan hubungan seks, mengasuh anak, dan menyimpan barangbarang dan makanan. Aktifitas seks yang dilakukan oleh pasangan manusia gerobak ini jauh dari kata layak, proses seksual mungkin bisa dikatakan sangat singkat dengan kondisi tersebut namun proses komunikasi seksual 2
sangatlah penting untuk pencapaian kepuas seksual, Angelis (dalam Chandrasari 2009) mengatakan bahwa salah satu faktor pendukung menciptakan keharmonisan keluarga adalah dengan melakukan komunikasi yang baik dengan pasangannya. Komunikasi yang baik merupakan elemen terpenting dalam berhubungan intim sehingga kehidupan seks dalam pernikahan yang memuaskan biasanya memiliki pola komunikasi yang baik dalam mengekspresikan kebutuhan dan fantasinya, komunikasi yang baik antara suami istri merupakan hal yang sangat penting bagi berlangsungnya kehidupan seksual yang harmonis. Namun proses komunikasi yang dilakukan pasangan manusia gerobak memiliki hambat hambatan yang mempengaruhi prose komunikasi seksual tersebut, menurut Setiati (dalam Chandrasari 2009) bahwa masih banyak pasangan suami istri yang tidak menyadari bahwa aktivitas seks dalam pernikahan sangat penting demi tercapainya kepuasan pernikahan, sehingga saat ini banyak orang yang masih malu untuk mengungkapkan apa yang ia inginkan dalam hubungan seksual dengan alasan takut menyinggung perasaan pasangannya dan masalah tabu. Ghozally dan Karim (2008) mengatakan bahwa budaya lama telah mengarahkan pada kebanyakan orang untuk tidak membicarakan hal yang tabu, tabu itu menjadikan individu individu merasa malu untuk membicarakan seks bahkan terkesan menjijikan berbicara seluk beluk seks sekalipun dengan pasangan, karenanya mereka menganggap permasalahan seks harus diterima dan disimpan rapat dalam hati tak jarang pula karena hal tersebut aktifitas seks menjadi membosankan tidak 3
bergairah dan mengebu gebu semuanya menajadi datar dan tidak dapat dinikmati. Aktifitas seks dalam perkawinan salah satu cara untuk mengekspresikan cinta yang romantis, membantu menyeimbangkan hormon dalam tubuh, membakar kalori dan melepaskan endorfin, hormon endorfin adalah senyawa kimia yang membuat seseorang merasa senang, endorfin diproduksi oleh kelenjar pituitary yang terletak di bagian bawah otak, hormon ini bertindak seperti morphine, bahkan dikatakan 200 kali lebih besar dari morphine, endorfin atau endorphine mampu menimbulkan perasaan senang dan nyaman hingga membuat seseorang berenergi yang terasa nyaman kedalam tubuh yang membuang depresi dan memberi kedamaian euforis sementara. Secara emosional seks juga mendorong kepercayaan diri dan menumbuhkan ego. Namun di nergara negara Asia Tenggara termasuk Indonesia menurut keyakinan agama, seks sebagai sebuah dosa dan banyak orang percaya demikian, tampak ganjil jika Tuhan memberikan dorongan seks dalam diri namun menghukum kita karena memiliki hasrat itu (Bell L, 2004). Berdasarkan apa yang telah diuraikan diatas, peneliti akan melakukan penelitian tentang gambaran komunikasi yang terjadi pada pasangan yang hidup, tingal dan melakukan aktifitas seks didalam gerobak. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian ini memfokuskan pada masalah yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu, bagaimana gambaran komunikasi seksual yang dilakukan pasangan dengan kondisi sebagai manusia gerobak?. 4
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang peneliti lakukan adalah untuk mengetahui secara mendalam gambaran komunikasi seksual pada pernikahan yang memiliki kehidupan sebagai manusia gerobak 1.4 Manfaat dan Kegunaan Penelitian 1.4.1 Aspek Teoritis a) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan referensi dalam pengembangan penelitian penelitian selanjutnya. b) Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya bidang penelitian psikologi sosial mengenai gambaran komunikasi seksual pada pasangan suami istri yang hidup sebagai manusia gerobak. 1.4.2 Aspek Praktis a) Pagi pasangan suami istri agar dapat mengetahui komunikasi sekual dalam rumah tangga sehingga dapat mengetahui kebutuhan seks pasangan. b) Bagi lembaga swadaya Masyarakat dan lembaga Kesejateraan Masyarakat, diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan pelayanan yang mencakup kesehatan dalam berhubungan seksual pada suami istri yang berprofesi sebagai manusia gerobak. 1.5 Sistematika Penulisan BAB I : Berisikan pendahuluan latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. 5
BAB II : Berisikan kajian teori yang digunakan dalam penelitian dan kerangka pemikiran. BAB III : Berisikan pendekatan penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data (wawancara dan observasi), alat bantu pengumpulan data, teknik analisa data, definisi operasional dan karakteristik subjek. BAB IV : Hasil Penelitian, menguraikan hasil wawancara meliputi analisis kasus atau gambaran subjek dari masing masing subjek. BAB V : Kesimpulan, menguraikan langkah terakhir dari satu penyusunan penelitian meliputi kesimpulan yang menjawab permasalahan berdasarkan analisis dan interpretasi data, temuan temuan yang diperoleh dalam bentuk diskusi, serta saran untuk mengembangkan tugas penelitian ini selanjutnya. 6