VI. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL. Pelaksanaan Kegiatan Keaksaraan Fungsional merupakan Gambaran

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI PENINGKATAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM PROGRAM PENDANAAN KOMPETISI MELALUI KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI KABUPATEN KARAWANG

V. GAMBARAN SINGKAT PROGRAM PENDANAAN KOMPETISI BIDANG PENDIDIKAN KHUSUSNYA KEGIATAN KEAKSARAAN

III. METODOLOGI KAJIAN

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 733 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN NON FORMAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, maka dalam rangka peningkatan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kekeluargaan dalam masyarakat mengalami kemerosotan,baik di tingkat

PROGRESS REPORT TAHUN ANGGARAN 2006

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pembangunan bangsa. Melihat kondisi masyarakat Indonesia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia. Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

PERAN PENTING SAKA WIDYA BUDAYA BAKTI DALAM PENGEMBANGAN PROGRAM PAUD DAN PNFI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

STRATEGI PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG UNTUK MENSINERGIKAN PROGRAM RAKSA DESA ABAS SUDRAJAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

BAB I PENDAHULUAN. pertama dituliskan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. UKDW

BAB III STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGGULANGI BUTA. AKASARA SEBAGAI CAPAIAN MDGs

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KEBIJAKAN PROGRAM PEMBERANTASAN BUTA AKSARA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

1. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan suatu

PERATURAN BERSAMA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN, MENTERI DALAM NEGERI DAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

PEMBERANTASAN BUTA AKSARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat berlangsung melalui lembaga pendidikan informal, lembaga

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Karawang yang sejahtera, tertib, aman dan bersih yang menjadi

Kebijakan Ditjen PAUD dan Dikmas Terkait Akreditasi PAUD dan PNF

PEMBERANTASAN BUTA AKSARA

Grafik 3.2 Angka Transisi (Angka Melanjutkan)

P Direktur Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan

KEBIJAKAN DAN KOORDINASI KEGIATAN DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERANTASAN BUTA AKSARA DI KABUPATEN KOTABARU

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ketenagakerjaan yang pelik dan komplek di Indonesia adalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BAB 1 PENDAHULUAN Hal ini berdasarkan dikeluarkannya Undang Undang No. 22 tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan dan pemanfaatan teknologi di berbagai bidang kehidupan.

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI REKOMENDASI

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 129a/U/2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG PENDIDIKAN

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

VII. EVALUASI KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL DAN PERANCANGAN PROGRAM. Dengan uraian hasil analisa terhadap pelaksanaan kegiatan

EVALUASI PENINGKATAN SUMBERDAYA MANUSIA DALAM PROGRAM PENDANAAN KOMPETISI MELALUI KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI KABUPATEN KARAWANG

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. besar dirumuskan kesimpulan penelitian sebagai berikut:

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga masyarakat yang buta aksara merupakan penghambat utama baginya untuk bisa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

KEBIJAKAN DITJEN PAUD DAN DIKMAS DALAM PENGEMBANGAN MUTU SATUAN PENDIDIKAN PAUD DAN DIKMAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kegiatan penting dalam pembangunan.

SELAYANG PANDANG PROFIL PENDIDIKAN KABUPATEN TANGERANG DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2008 BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah, pertanyaan penelitian, hipotesis dan definisi operasional yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI,

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangMasalah

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. satu dari 35 Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah, terletak antara 110

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Adi Setiawan Nurpratama, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju suatu bangsa semakin banyak orang yang terdidik, namun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

B U P A T I B A L A N G A N

BAB I PENDAHULUAN. dengan proses pendidikan yang bermutu (Input) maka pengetahuan (output) akan

Strategi Sanitasi Kabupaten ( Refisi 2012)

Kebijakan Ditjen PAUD dan Dikmas dalam Penguatan dan Pemanfaatan Hasil Akreditasi

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan. kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

Fungsi dan Lingkup Jalur PNFI

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian mengenai peran pemerintah daerah dalam

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 1991 TENTANG PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH. Presiden Republik Indonesia,

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Keluarga Melalui Pelatihan Life Skills. Perencanaan penyelenggaraan pelatihan life skills di Desa Pasirhuni

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KEAKSARAAN TERINTEGRASI DENGAN LIFE SKILLS BERBASIS POTENSI PANGAN LOKAL

BAB I PENDAHULUAN. investasi dalam bidang pendidikan sebagai prioritas utama dan. pendidikan. Untuk mendasarinya, Undang-Undang Dasar 1945 di

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 4, Nomor 1 : Februari 2016

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian serta dihubungkan dengan

PP 73/1991, PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 73 TAHUN 1991 (73/1991)

KOMITMEN MASYARAKAT INTERNASIONAL TERHADAP PENDIDIKAN KEAKSARAAN

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tahunan Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung

OTONOMI KHUSUS BAGI PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Jam Belajar Masyarakat (JBM) di Kota Metro maka dapat ditarik kesimpulan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

Transkripsi:

VI. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT KEGIATAN KEAKSARAAN FUNGSIONAL 6.1. Faktor Pendukung Kegiatan Keaksaraan Pelaksanaan Kegiatan Keaksaraan Fungsional merupakan Gambaran bahwa Pemerintah Kabupaten karawang sangat serius dan konsisten dalam melaksanakan pembangunan khususnya yang berhubungan dengan peningkatan pembangunan pendidikan. Hal tersebut terkait dan didasarkan pada kebijakan yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa satuan pendidikan nonformal terdiri atas (1) lembaga kursus (2) lembaga pelatihan (3) kelompok belajar (4) pusat kegiatan belajar masyarakat, dan (5) majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Cakupan pendidikan nonformal meliputi : (1) pendidikan kecakapan hidup (2) pendidikan anak usia dini, (3) pendidikan kepemudaan (4) pendidikan pemberdayaan perempuan (5) pendidikan keaksaraan, (6) pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja (7) pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik. Kegiatan keaksaraan fungsional (KF) dirancang untuk memenuhi kebutuhan belajar warga masyarakat baik yang termasuk buta aksara, aksarawan baru maupun aksarawan lanjutan. Berdasarkan data BPS tahun 2006 kabupaten Karawang menunjukkan bahwa masih terdapat 117.710 orang yang menyandang buta aksara usia 10 tahun ke atas. Sedangkan yang menjadi concern kita berdasarkan target program PPK-IPM kegiatan Pendidikan Keaksaraan adalah kelompok usia 15-44 tahun yang saat ini jumlahnya masih sekitar 15.000 orang. Masalah buta aksara merupakan salah satu indikator indeks pembangunan manusia (IPM) sehingga program pemberantasan buta aksara 78

akan membawa implikasi langsung terhadap meningkatnya IPM di Kabupaten Karawang. Keberhasilan program ini sangat dipengaruhi oleh : 1. Partisipasi masyarakat terhadap penyelenggaraan program pemberantasan buta aksara dan life skills. 2. Memberikan kecakapan hidup (life skills) kepada warga bejajar sehingga dapat memiliki kemampuan dan keterampilan tertentu untuk meningkatan pendapatan. 3. Kemampuan aparatur dan tutor melalui capacity building. Berdasarkan hasil studi, warga belajar program KF, terdiri dari dua karakteristik yaitu yang berasal dari buta aksara murni dan drop out SD/MI kelas 1-3 yang masih memerlukan layanan pendidikan keaksaraan sampai memenuhi kompetensi keaksaraan yang dapat memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan pada tahap pemberantasan menekankan pada kebutuhankebutuhan belajar secara individu yang belum mampu membaca, menulis dan berhitung tingkat dasar. Kegiatan pada tahap pembinaan memberikan kesempatan pada warga belajar untuk mengembangkan kemampuan fungsionalnya sekaligus meningkatkan keterampilan keaksaraan mereka sesuai dengan kehidupan sehari-hari. Sedangkan tahap pelestarian menekankan pada bagaimana membantu warga belajar memperkuat dan mengembangkan kemampuan keaksaraan fungsionalnya, sehingga mereka dapat meningkatkan mutu dan taraf hidupnya. Penentuan arah dan tujuan keaksaraan fungsional, memberikan acuan bagi pihak yang terkait langsung maupun tidak langsung dalam menyelenggarakan kegiatan Keaksaraan Fungsional PPK-IPM sehingga menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan baca, tulis dan berhitung sesuai 79

dengan Standar Kompetensi Keaksaraan (SKK). SKK merupakan seperangkat kompetensi keaksaraan baku yang harus ditunjukkan oleh peserta didik atas dasar hasil belajarnya dalam tiap sub kompetensi keaksaraan (membaca, menulis, berhitung, dan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia) pada setiap tingkat kemampuan keaksaraan, yaitu tingkat keaksaraan dasar, keaksaraan lanjutan, dan keaksaraan mandiri. SKK ini dirinci ke dalam komponen kompetensi dasar, indikator, serta proses/pengalaman dan hasil belajar. Adapun tujuan kegiatan keaksaraan fungsional PPK-IPM Kabupaten Karawang tahun 2007 adalah sebagai berikut : 1. Membelajarkan masyarakat buta aksara (peserta didik) agar mampu membaca, menulis dan berhitung, serta berbahasa Indonesia; memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar yang benar-benar bermanfaat bagi peningkatan mutu dan taraf hidupnya. 2. Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah sehari-hari yang dihadapi oleh mereka; 3. Melatih warga belajar untuk menggunakan keterampilan dan kompetensi keaksaraan dalam kehidupan sehari-hari. 4. Memotivasi peserta didik sehingga mampu memberdayakan dirinya sendiri dengan menggunakan kompetensi keaksaraan. 5. Mengembangkan kemampuan berusaha atau bermata pencaharian sehingga mampu meningkatkan mutu dan taraf hidupnya. 6. Mengembangkan kemampuan dan minat baca warga belajar sehingga mampu menjadi bagian dari masyarakat gemar membaca dan masyarakat belajar. Anggaran yang akan dialokasikan pada kegiatan Keaksaraan Fungsional (life skills) dari dana PPK-IPM sebesar Rp. 2.899.824.000,- dalam satu tahun anggaran. 80

Dalam pengelolaan kegiatan Keaksaraan Fungsional PPK-IPM Kabupaten Karawang masih ditemui masalah teknis sebagai berikut : 1) Pelaksanaan kegiatan Keaksaraan Fungsional tahun 2007 seharusnya bisa dilaksanakan di awal tahun, namun proses perencanaan kegiatan tersebut pada tahun 2007 memakan waktu cukup lama menyebabkan keterlambatan jadwal pelaksanaan kegiatan Keaksaraan Fungsional. 2) Masih kurangnya kesepahaman dalam penetapan aturan penatausahaan keuangan sehubungan ditetapkannya tata cara pengelolaan keuangan PPK IPM yang tidak sepenuhnya mengacu pada Permendagri Nomor 13 tahun 2006. Adapun upaya pemecahan masalah yang dilakukan oleh Satlak PPK IPM adalah sebagai berikut: 1) Aktivitas persiapan kegiatan sudah dilaksanakan, dan berupaya secepatnya menyelesaikan penyempurnaan dokumen perencanaan dan dokumen anggaran. 2) Menyusun dan menetapkan Pedoman Pengelolaan Keuangan PPK-PM Kabupaten Karawang, dengan mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku. Dalam hal penyelenggaraan kegiatan keaksaraan fungsional didukung oleh faktor penunjang sebagai berikut : 1. Adanya komitmen dan dukungan yang kuat dari Pemerintah Kabupaten Karawang terhadap program PPK IPM bidang pendidikan khususnya penyelenggaraan kegiatan keaksaraan fungsional. 2. Alokasi anggaran yang relatif besar selain dari Propinsi Jawa Barat melalui program PPK IPM khusus untuk penyelenggaraan kegiatan keaksaraan fungsional sebesar 2,9 milyar juga mendapat dukungan dari dana APBD kabupaten. 81

3. Cukup besarnya dukungan dari stokeholder dan masyarakat terhadap penyelenggaraan kegiatan keaksaraan fungsional. 4. Tumbuhnya peningkatan minat masyarakat terhadap pendidikan 6.2. Faktor Penghambat Kegiatan Keaksaraan Fungsional Selain faktor pendukung, dilain pihak masih ditemukan faktor penghambat dalam penyelenggaraan kegiatan jalur pendidikan nonformal khususnya kegiatan Keaksaraan Fungsional yang merupakan kelemahan antara lain : 1. Masih kurangnya koordinasi, yang disebabkan oleh keragaman dan luasnya bidang pendidikan nonformal, khususnya kegiatan Keaksaraan Fungsional yang diselenggarakan oleh PKBM. Warga belajar kegiatan Keaksaraan Fungsional sebanyak 15.000 orang yang tersebar di 11 kecamatan sasaran PPK-IPM memerlukan koordinasi yang baik dan sinergis. 2. Tenaga pengelola kegiatan Keaksaraan Fungsional masih kurang. Penyelenggaraan kegiatan Keaksaraan Fungsional di PKBM sebagai salah satu kegiatan pendidikan nonformal sampai saat ini sebagian besar dilakukan oleh tenaga-tenaga yang tidak mempunyai latar belakang pengalaman pendidikan nonformal. Keterlibatan mereka dalam program pendidikan nonformal ini didorong oleh rasa pengabdian kepada masyarakat atau karena tugas dari lembaga tempat mereka bekerja. Hal ini memberikan implikasi terhadap profesionalisme pengelolaan pendidikan nonformal, khususnya kegiatan Keaksaraan Fungsional. 3. Data penyandang buta aksara di Kabupaten Karawang tahun 2006 adalah 117. 710 jiwa. Gambaran ini menunjukan masih banyaknya masyarakat Karawang yang belum dapat membaca dan memerlukan layanan pendidikan yang maksimal. 82

Dengan susunan personalia Satuan Pelaksana Program Pendanaan Kompetisi terdiri dari gabungan Dinas/Instansi terkait, dimana Dinas Pendidikan dan Bapeda sebagai leading sektor dalam pelaksanaannya. Hal ini tentunya memerlukan upaya yang terpadu dari masing-masing anggota Satlak dalam meningkatkan kinerjanya. Adapun untuk mengetahui hasil angket tentang peningkatan SDM melalui kegiatan keaksaraan dapat diuraikan sebagaimana Tabel 10, sebagai berikut : Tabel 10. Pengelolaan Peningkatan SDM melalui Kegiatan Keaksaraan Fungsional oleh Satlak PPK IPM No Pernyataan Jumlah Nilai Yang Diperoleh Jumlah Nilai Yang ditetapkan Prosentase 1 Komitmen dan perhatian dari Pemerintah kabupaten Karawang khususnya pelaku kegiatan yang tergabung dalam Satlak bidang pendidikan dalam peningkatan SDM melalui kegiatan keaksaraan sudah optimal. 2 Alokasi anggaran yang cukup besar dan dukungan stokeholder/ masyarakat dapat dimanfatkan untuk meningkatkan kinerja khusunya melalui perekrutan kekurangan tenaga pengelola dan penambahan sasaran warga belajar yang masih besar. 3 Kurangnya koordinasi dalam pengelolaan kegiatan dapat diatasi oleh setiap anggota Satlak melalui peningkatan sinergitas kegiatan melalui forum rapat koordinasi rutin. 4 Sosialisasi program yang dilakukan oleh Satlak PPK IPM mampu meningkatkan minat masyarakat terhadap pendidikan khususnya kegiatan keaksaraan fungsional 98 125 78% 102 125 81,6% 96 125 76,8% 92 125 73,6% Jumlah 388 500 77,6 % Dari Tabel 10, diketahui bahwa Komitmen dan perhatian dari Pemerintah Kabupaten Karawang khususnya pelaku kegiatan yang tergabung dalam Satlak bidang pendidikan dalam peningkatan SDM melalui kegiatan 83

keaksaraan sudah optimal. mendapatkan jawaban sebesar 78 persen. Hal ini apabila diinterprestasikan kedalam interval Sugiyono berarti setuju. Alokasi anggaran yang cukup besar dan dukungan stakeholder/ masyarakat dapat dimanfatkan untuk meningkatkan kinerja khusunya melalui perekrutan kekurangan tenaga pengelola dan penambahan sasaran warga belajar yang masih besar memperoleh prosentase jawaban sebesar 81,6 persen Hal ini apabila diiinterprestasikan kedalam interval Sugiyono berarti sangat setuju. Sedangkan kurangnya koordinasi dalam pengelolaan kegiatan dapat diatasi oleh setiap anggota Satlak melalui peningkatan sinergitas kegiatan melalui forum rapat koordinasi rutin jawaban pernyataan tersebut memperoleh prosentase jawaban sebesar 76,8 persen. Hal ini berarti setuju apabila diinterprestasikan ke dalam interval Sugiyono. Selanjutnya Sosialisasi program yang dilakukan oleh Satlak PPK IPM mampu meningkatkan minat masyarakat terhadap pendidikan khususnya kegiatan keaksaraan fungsional, jawaban pernyataan tersebut memperoleh prosentase sebesar 73,6 persen. Hal ini apabila diinterprestasikan dalam interval Sugiyono berartii setuju. Secara keseluruhan jawaban angket tentang pengelolaan peningkatan SDM melalui kegiatan keaksaraan fungsional oleh Satlak PPK IPM memperoleh rata-rata prosentase jawaban sebesar 77,6 persen. Hal ini jika diinterprestasikan dalam interval Sugiyono berarti setuju. Dari uraian di atas menunjukkan bahwa faktor penunjang kegiatan keaksaraan fungsional meliputi adanya komitmen dan dukungan dari Pemerintah Kabupaten Karawang, alokasi anggaran yang relatif besar, cukup besarnya dukungan stokeholder dan masyarakat, serta tumbuhnya peningkatan minat masyarakat terhadap pendidikan. Sedangkan faktor penghambat kegiatan keaksaraan fungsional mencakup masih kurangnya koordinasi, masih kurangnya tenaga pengelola kegiatan KF, dan data penyandang buta aksara sebagai 84

sasaran program di Kabupaten Karawang yang relatif besar sehingga memerlukan layanan pendidikan yang maksimal. Selanjutnya faktor penunjang dan penghambat dalam pengelolaan kegiatan keaksaraan fungsional pada prinsipnya dapat dikelola oleh Satlak PPK IPM, hal ini sesuai jawaban angket dari Satlak PPK IPM yang memperoleh jawaban sebesar 77,6% berarti setuju. Untuk mengeliminir faktor penghambat perlu dilakukan peningkatan koordinasi melalui rapat rutin, penambahan tutor melalui rekrutmen yang selektif, dan penambahan pelayanan belajar dengan ditunjang dana memadai. 85