HARGA SEMBAKO DAN PRODUKSI KEDELAI NASIONAL Kamis, 27 Agustus 2009

dokumen-dokumen yang mirip
pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih

KENAIKAN HARGA GULA DAN PENGELOLAAN STOK PUPUK NASIONAL Kamis, 03 September 2009

Upaya Menuju Kemandirian Pangan Nasional Jumat, 05 Maret 2010

Perkembangan Harga Beras, Terigu Dan Gula Di Indonesia Tahun 2008 Selasa, 31 Maret 2009

PERKEMBANGAN HARGA TUJUH KOMODITI POKOK HINGGA 25 MEI 2009 Kamis, 28 Mei 2009

KETIKA HARGA BERAS TURUN, PUJIAN PUN TAK KUNJUNG DATANG Kamis, 27 September 2007

yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pangan yang cenderung terus meningkat tampaknya akan menghadapi kendala yang cukup berat.

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAN PENYIMPANAN BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAN PENYIMPANAN BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING

Penyusutan Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu Diwaspadai Rabu, 07 Juli 2010

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik

1. Kita tentu sama-sama memahami bahwa pangan merupakan kebutuhan yang sangat mendasar bagi manusia, oleh sebab itu tuntutan pemenuhan pangan

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

INFLASI DAN KENAIKAN HARGA BERAS Selasa, 01 Pebruari 2011

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROSPEK TANAMAN PANGAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Produksi, Produktivitas, dan Luas Areal Ubi Kayu di Indonesia Serta

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kondisi Perekonomian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Boks 2. Perkembangan Harga Menjelang Hari Besar Keagamaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

RAPAT KOORDINASI IDENTIFIKASI BARANG KEBUTUHAN POKOK MENGHADAPI PUASA DAN LEBARAN 2017

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pola Inflasi Ramadhan. Risiko Inflasi s.d Akhir Tracking bulan Juni Respon Kebijakan

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia adalah sebagai makanan pokok karena hampir seluruh

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga bahan pokok (sembako). (Debby, 2008 : 3). tahun Tiga tahun berikutnya harga terus naik seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. politik. Oleh karena itu, ketersediaan beras yang aman menjadi sangat penting. untuk mencapai ketahanan pangan yang stabil.

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

Oleh : Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, dan Perdagangan Provinsi DKI Jakarta

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an,

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar

PROGRAM REHABILITASI KARET DI PROVINSI JAMBI : UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2002 TENTANG KETAHANAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

GUBERNUR JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari pemerintah dalam kebijakan pangan nasional. olahan seperti: tahu, tempe, tauco, oncom, dan kecap, susu kedelai, dan

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 2,86% yoy 3,67% ytd 1,90% avg yoy 1 6,51% Beras.

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYALURAN SUBSIDI SEMBAKO KEGIATAN BAZAR/ PASAR MURAH SEMBAKO DI KOTA PARIAMAN

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Tabel 14 Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR \l TAHUN 2017 TENTANG CADANGAN PANGAN

BAB I. PENDAHULUAN A.

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

I. PENDAHULUAN. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Implementasi kebijakan..., Nursantiyah, FISIP UI, 2009

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

I. PENDAHULUAN. Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibutuhkan

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

Bab. I Pendahuluan INDEKS HARGA KONSUMEN DAN LAJU INFLASI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

Transkripsi:

HARGA SEMBAKO DAN PRODUKSI KEDELAI NASIONAL Kamis, 27 Agustus 2009 Pangan merupakan kebutuhan dasar dari manusia dan merupakan kebutuhan pertama yang harus diprioritaskan pemenuhannya. Apabila harga pangan tak terkendali, bisa berimplikasi pada instabilitas sosial dan politik. Karena meningkatnya harga komoditas pangan akan berdampak pada naiknya angka inflasi dan selanjutnya menaikkan suku bunga. Meningkatnya suku bunga tersebut akan berdampak pada lesunya sektor riil akibat menurunnya permintaan kredit untuk investasi. Lesunya sektor riil akan merusak sendi-sendi perekonomian negara seperti meningkatnya angka pengangguran dan meningkatnya angka kemiskinan yang mendorong merebaknya kriminalitas. Dengan demikian ancaman instabilitas sosial dan politik menjadi risiko yang harus diterima. Begitu besarnya dampak instabilitas harga komoditi pangan terhadap kenyamanan dan ketentraman masyarakat, maka pemerintah terus memantau pergerakan harga komoditi pangan di seluruh kota-kota besar Indonesia guna mencegah terjadinya gejolak harga yang dapat meresahkan masyarakat. Tugas pemantauan tersebut dilaksanakan setiap hari oleh Departemen Perdagangan, dan laporannya dipublikasikan pula setiap hari. Sebagai contoh, pergerakan harga bahan kebutuhan pokok pada 3 bulan terakhir dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Pada delapan hari terakhir kenaikan harga komoditi pokok terjadi pada beras sebesar Rp. 8,- (0,14%), tepung terigu sebesar Rp. 10,- (0,13%), gula pasir lokal sebesar Rp. 556,- (6,32%), minyak goreng kemasan sebesar Rp. 9,- (0,10%) dan kedelai lokal sebesar Rp. 34,- (0,39%). Sedangkan penurunan harga terjadi pada komoditi minyak goreng curah sebesar Rp 26,- (0,28%) dan kedelai impor sebesar Rp. 32,- (0,40%). Dibandingkan dengan harga rata-rata bulan Juli 2009, maka komoditi pokok beras, tepung terigu, gula pasir lokal, minyak goreng curah, dan kedelai lokal mengalami kenaikan harga pada 24 Agustus 2009. Penurunan harga terjadi pada minyak goreng kemasan dan kedelai impor. Jika dibandingkan dengan harga rata-rata bulan Juni 2009, maka komoditi pokok beras dan gula pasir lokal mengalami kenaikan harga pada 24 Agustus 2009. Penurunan harga terjadi pada komoditi tepung terigu, minyak goreng kemasan, minyak goreng curah, kedelai impor dan kedelai lokal. Pergerakan harga komoditi tersebut juga dapat digambarkan melalui grafik berikut:

Kenaikan Harga Kebutuhan Pokok pada Awal Ramadhan Di minggu pertama bulan puasa, pasar telah merespon dengan menaikkan harga-harga kebutuhan pangan atau kebutuhan pokok. Hal ini memang selalu terjadi tiap tahun, termasuk setiap kali ada perayaan-perayaan besar keagamaan maupun nasional seperti natal dan tahun baru. Melonjaknya harga-harga kebutuhan pokok pada bulan puasa dan menjelang hari raya Idul Fitri bagi masyarakat Indonesia sudah dianggap fenomena yang biasa terjadi. Keadaan ini disebabkan beberapa hal. Pertama, karena prilaku konsumtif. Menyambut bulan puasa dan menjelang hari raya, masyarakat cenderung membeli barang kebutuhan pokok dalam jumlah besar, baik untuk langsung dikonsumsi maupun untuk stok keluarganya. Inilah yang menyebabkan terjadinya shock demand sehingga direspon oleh pasar dengan meningkatkan harga. Kedua, kelangkaan barang. Pada saat bulan puasa dan menjelang Idul Fitri, seringkali barang-barang, terutama komoditi pokok menghilang dari pasaran. Sehingga barang-barang sulit untuk dicari dan menjadi barang langka. Kelangkaan/ketiadaan barang di pasaran akan menjadi penyebab dari naiknya harga barang tersebut, karena terjadi ketidakseimbangan (inequilibrium) antara permintaan barang dan penawaran barang. Adakalanya kejadian seperti ini disebabkan oleh faktor alami dan ada pula terjadi karena faktor buatan (ulah manusia). Faktor alami lebih disebabkan oleh besarnya permintaan masyarakat terhadap suatu barang tertentu, namun tidak terimbangi oleh keberadaan atau pasokan barang tersebut di pasar. Sementara faktor buatan merupakan kesengajaan dimana pelaku pasar (pedagang) dengan sengaja menghilangkan (menimbun) barang-barang kebutuhan pokok sehingga mendongkrak harga barang tersebut. Ketika harga dirasa sudah cukup menguntungkan, para oknum penimbun baru menjualnya. Ketiga, masalah distribusi. Distribusi barang dari daerah penghasil (produsen) ke daerah pengguna (konsumen) berkaitan erat dengan sarana dan prasarana transportasi. Jauh-dekatnya jarak dan baik-buruknya kondisi jalan dapat berpengaruh atas penentuan harga barang di pasar. Tinggi-rendahnya retribusi jalan, harga/tarif tol dan harga BBM juga menjadi bagian yang menentukan harga barang yang harus ditanggung konsumen. Semua elemen tersebut kemudian mampu mempengaruhi lancar atau tidaknya distribusi barang dari daerah produsen ke daerah konsumen. Menjelang hari raya Idul Fitri, bukanlah hal yang aneh lagi masyarakat Indonesia apabila kondisi transportasi menjadi tersendat-sendat, karena terjadi peningkatan aktivitas transportasi akibat meningkatnya mobilitas masyarakat dari satu tempat ke tempat yang lain. Mobilitas tersebut berkaitan dengan tradisi pulang kampung dan silaturrahmi kepada sanak saudara yang berdomisili di daerah yang berbeda, menjelang bulan puasa tiba dan pada hari raya. Mobilitas masyarakat yang tinggi menyebabkan jalan raya semakin macet, apalagi jika mobil penumpang lebih diprioritaskan dari truk pengangkut sembako, maka situasi tersebut akan menjadi salah satu penyebab utama dari kelangkaan komoditi pada daerah konsumen. Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa jika terjadi kelangkaan komoditi, maka permintaan tidak terpenuhi. Sesuai dengan hukum ekonomi, maka harga-harga akan mengalami kenaikan, bahkan kenaikannya bisa signifikan jika disparitasnya sangat besar. Merujuk kepada tiga alasan kenaikan harga pada saat bulan puasa dan menjelang Idul Fitri, maka sangat penting bagi instansi-instansi terkait untuk terus waspada mengantisipasi tiga hal tersebut. Prilaku konsumtif masyarakat perlu direspon dengan meningkatkan pasokan di pasar sehingga demand dapat terpenuhi oleh pasar. Shock demand memang tidak mengkhawatirkan, karena bersifat hanya sementara. Setelah bulan puasa dan Idul Fitri berlalu, shock demand akan menghilang dan harga komoditi pokok berangsur-angsur kembali ke level normal. Sementara untuk permasalahan kelangkaan barang, instansi terkait perlu

melakukan pemantauan yang lebih jeli agar tidak terjadi kelangkaan karena faktor buatan seperti menimbun barang. Oknum-oknum yang melakukan penimbunan barang perlu ditindak tegas dan dikenakan sanksi yang membuatnya jera. Di sisi lain, untuk kelangkaan barang karena faktor alami dapat diselesaikan dengan menjaga kelancaran pasokan dan jika barang masih langka, perlu dilakukan operasi pasar. Dengan operasi pasar, diharapkan keseimbangan pasar dapat terjaga kembali. Komoditi Kedelai Di luar permasalahan harga kebutuhan pokok pada bulan puasa, seputar komoditi kedelai juga tak kalah menariknya untuk dibahas. Sebagaimana dilaporkan oleh instansi berwenang bahwa konsumsi kedelai nasional selalu berfluktuatif. Selama periode tahun 2004-2008 konsumsi kedelai nasional meningkat rata-rata sebesar 1,50% per tahun, dan produksi kedelai nasional dalam kurun waktu yang sama meningkat rata-rata 6,84% per tahun. Dengan demikian secara nasional peningkatan konsumsi kedelai relatif lebih rendah dari peningkatan produksi kedelai nasional. Namun perlu diingat bahwa ini bukan berarti kita sudah mampu berswasembada kedelai karena sampai sekarang sebagian besar kebutuhan dalam negeri masih mengimpor kedelai. Ketika terjadi krisis global pada tahun 2008, harga minyak melambung tinggi di pasar internasional. Kondisi ini mendorong orang untuk menciptakan dan mengkonsumsi energi alternatif, antara lain bio-energi yang berbahan baku jagung. Oleh karena itu, banyak lahan-lahan pertanian kedelai di Amerika Serikat beralih fungsi menjadi lahan jagung. Akibatnya pasokan kedelai dari AS berkurang sementara jumlah permintaan tidak menurun. Hal ini kemudian menyebabkan naiknya harga kedelai di pasaran internasional, bahkan kenaikan harganya sampai diluar batas kewajaran. Harga kedelai yang mahal di pasar internasional memberikan implikasi minat yang tinggi pada petani dalam negeri untuk melakukan budidaya kedelai. Namun demikian minat budidaya tersebut perlu diarahkan sehingga dapat menciptakan produktivitas yang lebih efektif. Departemen Pertanian (Deptan) telah mengeluarkan beberapa kebijakan dan srategi untuk mendorong produktivitas yang lebih efektif, yakni: Pertama, meningkatkan produktivitas, antara lain dengan mengadakan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Kedelai dan pembinaan produktivitas. Pada tahun 2009, peningkatan produktivitas kedelai diprogramkan pada lahan seluas 480 ribu ha, seluas 100 ribu ha diantaranya menggunakan SL-PTT. Dari upaya ini diharapkan akan terjadi peningkatan produktivitas dari 13 kuintal menjadi 15-18 kuintal/ha, atau rata-rata produktivitasnya lebih dari 15 kuintal/ha. SL-PTT memang merupakan program andalan yang dikawal oleh penyuluh, peneliti di BPTP propinsi, dan Dinas Pertanian setempat. Dengan demikian koordinasi dan sinergi antar ketiga instansi di bawah Deptan tersebut sangat penting dalam mewujudkan keberhasilan SL PTT. Kedua, perluasan areal tanam. Antara lain dicapai melalui peningkatan indeks pertanaman (IP), pengembangan lahan-lahan yang pernah ditanami kedelai namun sudah beberapa waktu tidak ditanami kedelai lagi, pemanfaatan lahan tidur, perkebunan, kehutanan, daerah transmigrasi dan lainnya. Untuk menunjang keberhasilan program ini, akan diberikan bantuan benih dari Cadangan Benih Nasional (CBN) sebanyak 4.800 ton benih untuk 120 ribu ha areal tanam. Perluasan arealnya ditargetkan bisa mencapai 476 ribu ha termasuk yang dianggarkan APBN-P bila memungkinkan. Pada tahun lalu melalui APBN-P sudah ada upaya khusus (Upsus) kedelai seluas 120 ribu ha dengan bantuan benih. Tahun ini Upsus diharapkan bisa menjangkau 200 ribu ha.

Selain kedua stategi tersebut, Deptan juga memberikan bantuan benih Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) dan memberikan bantuan pupuk bio-hayati dengan kadar legium tinggi. Melalui upaya tersebut, ditargetkan swasembada kedelai bisa dicapai pada tahun 2014. Namun demikian tanpa dukungan nyata dari pihak-pihak terkait, stategi dan upaya tersebut tidak akan mencapai hasil yang maksimal. Oleh karena itu sangat diperlukan sosialisasi yang luas kepada petani, pengusaha, dan pihak-pihak yang mempunyai peran sentral dalam perkedelaian Indonesia. ( Ibnu Purna / Hamidi / Prima )