KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN UMUM

KARAWANG DALAM BIOENERGI A

BAB 2 Tatanan Geologi Regional

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN UMUM

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Lampiran 1. Luas masing-masing Kelas TWI di DAS Cimadur. Lampiran 2. Luas Kelas TWI dan order Sungai Cimadur

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENGENAL JENIS BATUAN DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV Kajian Sedimentasi dan Lingkungan Pengendapan

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Lampiran 1 Lokasi, altitude, koordinat geografis dan formasi geologi titik pengambilan sampel bahan induk tuf volkan Altitude

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB 2 TATANAN GEOLOGI

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB II TINJAUAN UMUM

Bab II Geologi Regional

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TATANAN GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ibukota Jawa Barat berada disekitar gunung Tangkuban Perahu (Gambar 1).

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Karakteristik Batuan Sumber (Source Rock) Hidrokarbon pada Formasi Batuasih di daerah Sukabumi, Jawa Barat

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB VI SEJARAH GEOLOGI

PROSPEKSI ENDAPAN BATUBARA DI DAERAH KELUMPANG DAN SEKITARNYA KABUPATEN MAMUJU, PROPINSI SULAWESI SELATAN

BAB II TATANAN GEOLOGI REGIONAL

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

BAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

Tatanan Stratigrafi Daerah Cilangkap dan Sekitarnya, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Gambar 1. Kolom Stratigrafi Cekungan Jawa Barat Utara (Arpandi dan Padmosukismo, 1975)

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

GEOLOGI REGIONAL. Gambar 2.1 Peta Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949)

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TATANAN GEOLOGI REGIONAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA : GEOLOGI REGIONAL

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Subsatuan Punggungan Homoklin

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Pemetaan Geologi Menggunakan Analisa Integrasi Citra Radarsat-2 dan Landsat (Daerah Studi : Puttusibau, Kalimantan Barat)

BAB II GEOLOGI REGIONAL

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Daerah penelitian terletak di daerah Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat

PEDOMAN PRAKTIKUM GEOLOGI UNTUK PENGAMATAN BATUAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Lampiran 1. Citra Landsat DAS Cipunagara Tahun 1972 (Kombinasi Band 421)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Batupasir. Batulanau. Foto 3.15 Bagian dari Singkapan Peselingan Batulanau dengan Batupasir pada Lokasi Sdm.5 di Desa Sungapan

Transkripsi:

17 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Bogor Bogor dengan luasan total 273.930,153 ha terdiri dari kabupaten dan kotamadya, yang masing masing memiliki beberapa kecamatan. Kotamadya Bogor terdiri dari 6 kecamatan dengan luas 11.115,951 ha dan Kabupaten Bogor terdiri dari 32 kecamatan dengan luas 262.814,202 ha. Titik pengamatan di daerah Bogor terdiri dari 21 titik. Sebaran titik pengamatan yaitu 19 titik di kabupaten dan 1 titik di kotamadya. Data lokasi ditampilkan pada Gambar 2 dan Lampiran 2. 4.1.1 Formasi Geologi Data geologi wilayah Bogor disajikan pada Gambar 3. Geologi wilayah Bogor dan sekitarnya terangkum dalam enam lembar peta geologi keluaran Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Ditjen Geologi dan Sumberdaya Mineral, Departemen Pertambangan dan Energi Republik Indonesia (1992) yaitu Lembar Serang, Leuwidamar, Jakarta, Bogor, Karawang dan Cianjur. Interpretasi kondisi geologi daerah penelitian untuk penelitian ini lebih banyak didasarkan atas kedudukan masing-masing formasi di lapangan. Formasi geologi daerah Bogor didominasi oleh formasi konglomerat dan batupasir tufaan atau kipas aluvium (Qav) yang berumur Pleistosen. Formasi ini terdiri dari tuf halus, berlapis, tuf pasiran berselingan dengan tuf konglomeratan. Formasi Qav berada di bagian utara daerah Bogor dengan luasan 57.293,103 ha (18,14 % dari luasan daerah Bogor). Formasi ini terdiri dari tuf halus, berlapis, tuf pasiran berselingan dengan tuf konglomeratan. Formasi ini terdistribusi di bagian timur laut dan berdampingan dengan formasi endapan sungai, rawa dan pantai (Qa), yang terdiri dari lempung, lanau, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah. Formasi endapan batupasir konglomeratan dan batu lanau (Qoa) terdiri dari batu pasir konglomeratan, batu lanau, dan batu pasir. Formasi Qa dan Qoa menyebar di bagian timur daerah penelitian Bogor. Formasi Genteng dijumpai di bagian utara sampai barat laut. Formasi genteng (Tpg) terdiri dari tuf berbatu apung, batupasir tufan, konglomerat, breksi andesit dan sisipan lempung tufan. Tuf berbatu apung memiliki morfologi putih sampai kelabu, berbutir halus sampai kasar, bersusunan menengah sampai kasar.

18 Batupasir tufaan berwarna kelabu kehijauan, mengandung glaukonit, berbutir menengah sampai kasar. Konglomerat berwarna kelabu tua, agak padat, komponennya terutama adalah andesit, dengan massa dasar pasir tufaan, lempung tufaan, berwarna kelabu kehijauan. Formasi Kelapanunggal (Tmk) terdistribusi di bagian timur laut. Formasi Tmk terdiri dari batugamping koral, sisipan batugamping pasiran, napal, dan batupasir kuarsa plokonitan hijau. Di bagian timur terdapat formasi Jatiluhur (Tmj) yang terdiri dari napal dan batulempung dengan sisipan batupasir gampingan. Selain itu, di bagian ini terdapat pula satuan batuan andesit hornblenda dan porfir diorit (ha) dan satuan batuan terobosan mangerit (ma), formasi Qos yang terdiri dari batupasir tufaan dan konglomerat, serta formasi Catayan (mttc, mtts dan mttb) terdistribusi di bagian tenggara. Wilayah bagian selatan didominasi oleh formasi Qvpo yang berada dalam kontak dengan formasi Qvsb dan Qvst. Formasi batuan Gunungapi Endut (Qpv) yang berumur pleistosen terdapat di bagian barat daya. Sementara itu, di bagian barat terdapat formasi Tmbs, Tmbl, Tmbc yang menyatu dengan anggota formasi Bojongmanik (Tmbs: batupasir; Tmbl: batugamping; Tmbc: batulempung) dan Tma (andesit) yang berumur pliosen akhir. Di bagian barat laut terdapat formasi batuan sedimen Tpg (Formasi Genteng: Tuf batuapung, batupasir tufaan, breksi konglomerat, napal dan kayu terkersikkan), formasi Bojongmanik (Tmb) yang merupakan perselingan batupasir dengan lempung, sisipan batu gamping dan berumur Miosen. Terdapat juga batuan terobosan Tba (andesit) dan satuan batuan endapan permukaan Qa yang berumur Pliosen. Titik-titik pengamatan terdapat pada 6 jenis formasi geologi, yaitu Qav, Qvst, Qvsb, Qvk, Qvpo, dan Tmj. Data sebaran formasi geologi pada titik pengamatan akan disajikan pada Lampiran 3. 4.1.2 Jenis Tanah Jenis tanah daerah Bogor sangat beragam. Wilayah Bogor didominasi oleh latosol coklat kemerahan dengan luas 30.234,34 ha (meliputi 9,6 % dari total wilayah) yang berada di bagian utara (Puslittan, 1981). Sebaran tanah pada luasan sekitar titik pengamatan disajikan pada Gambar 4, dan data sebaran tanah pada

19 titik pengamatan disajikan pada Lampiran 3. Titik pengamatan daerah Bogor tersebar pada beberapa jenis tanah, yaitu 11 titik pada tanah latosol coklat kemerahan, 7 titik pada tanah regosol coklat kekelabuan, 3 titik pada tanah podsolik kuning, 2 titik pada tanah latosol coklat, 3 titik pada tanah latosol eutrik, dan 1 titik pada tanah podsolik coklat kekuningan. Sebaran titik pengamatan didominasi pada tanah latosol coklat kemerahan. 4.1.3 Kelas Lereng Kelas lereng yang mendominasi kabupaten Bogor adalah kelas A, yaitu selang antara 0-3% (datar) dengan luasan 95.074,22 ha (31,92 % dari luasan kabupaten Bogor). Sebaran titik pengamatan daerah Bogor terdapat pada kelas lereng 0-3% (datar), 3-8% (landai/berombak), dan 8-15% (agak miring/bergelombang). Sebaran kelas lereng akan disajikan pada Gambar 5 dan data sebaran kemiringan lereng pada titik pengamatan akan disajikan pada Lampiran 3. 4.1.4 Ketinggian Daerah penelitian Bogor dominan memiliki ketinggian 0-300 mdpl yang berada pada bagian utara Bogor. Ketinggian 0-300 mdpl ini berada dekat dengan Provinsi DKI Jakarta yang memiliki formasi-formasi alluvium, sehingga ketinggian semakin menurun. Makin ke bagian selatan ketinggian akan semakin meningkat yaitu daerah yang berbatasan dengan daerah Sukabumi. Ketinggian pun meningkat pada bagian selatan yang mengarah ke daerah Puncak dimana lokasi dekat dengan Gunung Pangrango. Ketinggian daerah Bogor disajikan pada Gambar 6 dan data sebaran ketinggian pada titik pengamatan akan disajikan pada Lampiran 3.

Gambar 2. Peta sebaran titik pengamatan Bogor 20

Gambar 3. Peta geologi Bogor 21

Gambar 4. Peta tanah Bogor 22

Gambar 5. Peta kelas lereng Kabupaten Bogor 23

Gambar 6. Peta sebaran ketinggian Bogor 24

25 4.2 Sukabumi Sukabumi dengan luas total 372.362,051 ha terdiri dari 56 kecamatan yang tersebar di kotamadya dan kabupaten. Kabupaten memiliki jumlah kecamatan sebanyak 49 dengan luasan 367.668,602 ha, sedangkan kotamadya memiliki 7 kecamatan dengan luasan 4.693,449 ha. Pengamatan yang dilakukan di Sukabumi terdiri dari 4 titik yang tersebar di Kabupaten Sukabumi. Sebaran titik pengamatan yaitu 1 titik di Kecamatan Cicurug, 1 titik di Kecamatan Parungkuda, dan 2 titik di Kecamatan Cibadak. Data koordinat lokasi ditampilkan pada Lampiran 5 dan Gambar 7. 4.2.1 Formasi Geologi Formasi geologi Sukabumi didominasi oleh formasi tersier batu pasir tufan berselingan dengan konglomerat batugamping dan tufa dasit yang mengandung batubara, disajikan pada Gambar 8. Menurut Effendi et al. (1998) secara stratigrafis, batuan tertua di daerah Sukabumi adalah Formasi Walat yang disusun oleh batupasir kuarsa berlapisan silang, konglomerat kerakal kuarsa, batulempung karbonan, dan lapisan tipis-tipis batubara; ke atas ukuran butir bertambah kasar; tersingkap di Gunung Walat dan sekitarnya. Umur satuan ini diduga Oligosen Awal. Di atasnya secara selaras diendapkan Formasi Batuasih yang terutama terdiri atas batulempung napalan hijau dengan konkresi pirit. Di beberapa tempat mengandung banyak fosil foraminifera besar dan kecil yang diduga berumur Oligosen Akhir. Tebal satuan ini mencapai 200 m, dan tersingkap baik di Kampung Batuasih. Selanjutnya, diendapkan Formasi Rajamandala yang disusun oleh napal tufan, lempung napalan, batupasir, dan lensa-lensa batugamping mengandung fosil Globigerina oligocaenica, Globigerina praebulloides, Orbulina, Lepidocyclina, dan Spiroclypeus yang memberikan informasi kisaran umur Oligosen Akhir - Miosen Awal. Formasi ini menindih secara tak selaras Formasi Batuasih dengan tebal sekitar 1.100 m. Anggota Batugamping Formasi Rajamandala yang terdiri atas batugamping terumbu koral dengan sejumlah fosil Lithothamnium, Lepidocyclina sumatrensis, dan Lepidocyclina (Eulepidina) ephippiodes, biasanya terdolomitkan. Di atasnya diendapkan Formasi Halang yang terdiri atas Anggota Tuf berupa batupasir tuf dasitan, tuf andesit, dan Anggota Breksi berupa breksi andesit/dasit tufan, batugamping, dan batulempung

26 napalan; setempat lapisan batugamping mengandung fosil Trillina howchini, Lepidocyclina brouweri, dan Globorotalia mayeri, yang memberikan indikasi umur Miosen Awal. Anggota ini merupakan bagian pa-ling bawah Formasi Jampang yang menindih secara selaras Formasi Rajamandala. Selanjutnya, ke arah atas terdapat batuan Gunung Api Tua yang terdiri atas: (1) Batuan Gunung Api Pangrango, endapan lebih tua, lahar, dan lava serta basal andesit, dan (2) Breksi Gunung Api, breksi bersusunan andesit basal, setempat aglomerat, lapuk. Titik-titik pengamatan terdapat pada formasi Walat (Tow), anggota batu gamping formasi Rajamandala (Toml), breksi gunung api, breksi dengan kandungan tuff (Qvt), endapan lebih tua, lahar dan lava (Qvpy). Data sebaran formasi geologi pada titik pengamapatan ditampilkan pada Lampiran 5. 4.2.2 Jenis Tanah Jenis tanah yang tersebar di daerah Sukabumi sangat beragam. Kompleks mediteran coklat kemerahan dan litosol merupakan tanah yang paling mendominasi daerah Sukabumi dengan luasan 56.870,447 ha (meliputi 13,51% dari total wilayah) yang berada di bagian utara. Pengamatan yang dilakukan di Sukabumi berada di bagian utara daerah Sukabumi. Titik pengamatan tersebar pada 3 tipe tanah, yaitu tanah kompleks grumusol, regosol dan mediteran, tanah latosol coklat kemerahan, dan tanah asosiasi latosol coklat dan regosol kelabu. Sebaran tanah daerah Sukabumi ditampilkan pada Gambar 9 dan data sebaran tanah pada titik pengamatan pada Lampiran 5. 4.2.3 Kelas Lereng Sukabumi memiliki kondisi lereng yang paling dominan pada selang 3-8% (landai/berombak), dengan luasan 119.118,823 ha (28,30%) dari luasan daerah Sukabumi). Daerah yang memilki kelas lereng 0-3% (landai) tersebar dibagian tenggara daerah Sukabumi. Kelas lereng 8-15% (agak miring/bergelombang) tersebar di bagian tengah dan sedikit dibagian utara. Kelas lereng 25-40% (agak curam) dan >40% (curam) tersebar di bagian barat laut daerah Sukabumi. Bagian timur laut didominasi oleh lereng dengan kelas 15-25 % (miring/berbukit). Data sebaran kelas lereng ditampilkan pada Lampiran 5.

27 4.2.4 Ketinggian Pada bagian utara daerah Sukabumi memiliki ketinggian yang cukup tinggi, karena berdekatan dengan lokasi Gunung Pangrango. Sedangkan semakin ke selatan daerah semakin rendah. Bagian selatan daerah Sukabumi berbatasan dengan Pantai Selatan. Sebaran ketinggian daerah Sukabumi ditampilkan pada Gambar 10. Daerah Sukabumi didominasi oleh daerah yang landai dan berombak, dengan luasan 160.404,85 ha (38,13% dari luasan wilayah) bagian dari Plateau Jampang. Tabel sebaran ketinggian ditampilkan pada Lampiran 5.

Gambar 7. Peta sebaran titik pengamatan Sukabumi 28

Gambar 8. Peta geologi Sukabumi 29

Gambar 9. Peta tanah Sukabumi 30

Gambar 10. Peta sebaran ketinggian Sukabumi 31

32 4.3 Karawang Kabupaten Karawang terletak di bagian utara propinsi Jawa Barat. Secara geografis, letaknya berada diantara 107 0 03 15-107 0 40 00 BT dan 05 0 52 30-6 0 34 30 LS. Kabupaten Karawang memiliki cakupan wilayah seluas 1.753,27 km 2 atau 3,73 % dari luas Propinsi Jawa Barat. Kabupaten Karawang merupakan salah satu daerah yang memiliki lahan yang cukup subur di Jawa Barat. Sebagian besar lahannya digunakan untuk pertanian. Pengamatan yang dilakukan di Kabupaten Karawang terdiri dari 3 titik, yaitu yang berada di Kecamatan Telukjambe. Penyebaran titik pengamatan akan ditampilkan pada Gambar 11 dan Lampiran 7. 4.3.1 Formasi Geologi Berdasarkan Peta Geologi Lembar Karawang daerah Kabupaten Karawang sebagian besar terbentuk dari formasi geologi Kuarter yang berupa endapan dataran banjir dan susunan batupasir bernapal dan konglomerat. Hanya sebagian kecil saja yang merupakan formasi geologi Tersier. Bagian utara yang merupakan bagian terbesar dari daerah Kabupaten Karawang terutama terbentuk dari endapan Kuarter yang merupakan endapan dataran banjir (Qaf) bersusunan batupasir berliat dan batuliat berpasir. Pada daerah yang lebih sempit, yaitu di daerah dekat pantai, batuannya terbentuk dari endapan pantai (Qac) dengan susunan batupasir dan batuliat, serta terbentuk dari endapan laut dangkal (Qnd) tersusun dari pasir, liat, dan debu. Daerah sempit yang memanjang sejajar pantai merupakan endapan pematang pantai (Qbr). Wilayah Kabupaten Karawang di bagian barat daya terutama terbentuk dari formasi geologi Tersier yang tersusun dari batupasir, batuliat, dan batugamping berpasir dari Formasi Subang (Tms dan Tmst). Pada daerah yang lebih sempit, terbentuk batugamping klastik dan batugamping terumbu dari Formasi Parigi (Tmp) serta batuliat bergamping dengan sisipan batugamping berpasir dari Formasi Jatiluhur (Tmj). Pada daerah yang berbatasan dengan daerah tersier terbentuk dari endapan tua (Qoa) yang tersusun dari batupasir berkonglomerat, batuliat, dan batupasir. Bagian tenggara terutama terbentuk dari formasi geologi yang lebih muda berupa endapan volkanik yang tersusun dari batupasir bertufa. Konglomerat dan

33 breksi (Qav). Sebaran formasi geologi disajikan pada Gambar 12 dan data penyebaran pada titik pengamatan disajikan pada Lampiran 7. 4.3.2 Jenis Tanah Tanah di Kabupaten Karawang dapat dikelompokkan kedalam 33 sub-grup tanah. Jenis tanah vertic tropaquept merupakan tanah yang mendominasi daerah Karawang, dengan luasan 63.522 ha (38,56% dari luasan daerah Karawang) di bagian utara Karawang. Peta penyebaran tanah ditampilkan pada Gambar 13 dan data penyebarannya disajikan pada Lampiran 7. 4.3.3 Kelas Lereng Daerah Karawang yang memiliki kemiringan lahan 0-3%, meliputi areal 83,52% yang berada di Kecamatan Batujaya, Pedes, Rawamerta, Lemahabang, Tempuran, Cilamaya, Cikampek, Jatisari, Klari (sebagian Karawang, Rengasdengklok, Telagasari, dan sebagian Telukjambe). Wilayah yang berlereng 3-8%, meliputi areal 8,93% dari luas Kabupaten Karawang, terletak di Kecamtan Cikampek, sebagian Klari, dan Telukjambe. Wilayah yang berlereng 15-40%, kurang lebih 10,94% dari luas wilayah Kabupaten, berada di Kecamatan Cikampek, Klari, Telukjambe dan Pangkalan. Wilayah yang berlereng lebih dari 40% hanya sebagian kecil yaitu kurang dari 2,59% dari seluruh luas Kabupaten yaitu berada di Kecamatan Telukjambe dan Pangkalan. Data penyebaran pada titik pengamatan disajikan pada Lampiran 7. 4.3.4 Ketinggian Ketinggian Karawang berada pada kisaran 0-175 mdpl. Ketinggian antara 0-12,5 mdpl mendominasi bagian utara daerah Karawang dengan luasan 161.270,90 ha (84,2 % dari luasan Karawang). Bagian utara daerah Karawang berdekatan dengan Laut Jawa sehingga cenderung rendah. Semakin ke selatan, ketinggian semakin meningkat. Titik pengamatan tersebar pada ketinggian antara 0-37,5 mdpl. Sebaran ketinggian ditampilkan pada Gambar 14 dan sebaran pada titik pengamatan disajikan pada Lampiran 7.

Gambar 11. Peta sebaran titik pengamatan Karawang 34

Gambar 12. Peta geologi Karawang 35

Gambar 13. Peta tanah Karawang 36

Gambar 14. Peta sebaran ketinggian Karawang 37