BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi nasional, tetapi pilar-pilar pertumbuhan ekonomi

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS POTENSI EKONOMI SEKTORAL PADA EMPAT KABUPATEN DI PULAU MADURA

BAB I PENDAHULUAN. utama dari usaha-usaha pembangunan ekonomi selain menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG MASALAH Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada masa lalu

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh stakeholders untuk memberikan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ekonomi suatu daerah baik itu Kabupaten maupun kota yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi sangat diperlukan oleh suatu Negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Berlakang. Pembangunan daerah merupakan implementasi (pelaksaan) serta

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pusat dan daerah membawa implikasi mendasar terhadap. yang antara lain di bidang ekonomi yang meliputi implikasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN KLATEN TAHUN

Analisis Isu-Isu Strategis

Kata Kunci : Analisis Lokasi, Analisis Kontribusi, Tipologi Klassen, koridor Jawa Timur

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan. masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan suatu perekonomian dalam satu periode ke periode

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2003 TENTANG PEMBANGUNAN JEMBATAN SURABAYA-MADURA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah suatu proses yang berkesinambungan dengan

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR. skripsi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam menghadapi globalisasi diperlukan perekonomian yang. Menurut Simon Kuznet dalam Jhingan (2007) mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan kekhasan daerah

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas seluruh sistem sosial seperti politik, ekonomi,

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tersebut adalah melalui pembangunan. Menurut Tjokroamidjojo

BAB I PENDAHULUAN. 2005, hlm Tulus Tambunan, Pembangunan Ekonomi dan Utang Luar Negeri, Rajawali Pres,

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, program pembangunan lebih menekankan pada penggunaan

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

menciptakan stabilitas ekonomi (economic stability) melalui retribusi

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat merasakan kesejahteraan dengan cara mengelola potensi-potensi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat berkaitan erat dengan peningkatan kualitas dan. buatan serta sumberdaya sosial (Maulidyah, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang giat dalam. merupakan rangkaian usaha untuk pembangunan yang merata dalam rangka

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Arsyad (1999), inti permasalahan yang biasanya terjadi dalam

ANALISIS EKONOMI REGIONAL PADA SATUAN WILAYAH PEMBANGUNAN (SWP) II PROPINSI JAWA TIMUR (KAB. SAMPANG, KAB. PAMEKASAN DAN KAB.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan hasil-hasil pembangunan dengan jalan meningkatkan dan. memperluas usaha-usaha untuk memperbaiki penghasilan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang bervariasi, mendorong setiap daerah Kabupaten

BADAN PUSAT STATISTIK

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

ANALISIS STRUKTUR EKONOMI EMPAT KABUPATEN WILAYAH BARLINGMASCAKEB Oleh: Ratna Setyawati Gunawan 1) dan Diah Setyorini Gunawan 2)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar alinea keempat,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam konteks bernegara, pembangunan diartikan sebagai

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Fenomena perekonomian di Indonesia belakangan ini begitu cepat berubah seiring dengan berjalannya waktu. Berbagai fakta ekonomi dan permasalahan begitu kompleks perlu direspon dengan berbagai kebijakan yang tepat. Dinamika yang terjadi pada sektor perekonomian Indonesia pada massa lalu menunjukan ketidak berhasilan dalam pembangunan bidang ekonomi. Meskipun pembangunan ekonomi pada massa lampau berorientasi dan memfokuskan pada pembangunan nasional dan mengutamakan pertumbuhan ekonomi nasional, tetapi pilar-pilar pertumbuhan ekonomi masih sangat rapuh, dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi tidak berkualitas karena dinilai belum mampu mengangkat kesejahteraan masyarakat. Seiring dengan perubahan perekonomian yang akan terjadi di dunia, Indonesia harus mempersiapkan diri agar bisa memanfaatkan perubahan sebagai peluang demi eksistensi bangsa serta agar terwujud masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera dengan cara perencanaan pembangunan nasional. Pembangunan nasional mempunyai dampak atas pembangunan daerah, sebab daerah adalah bagian integral dari suatu negara. Indonesia sebagai suatu negara kesatuan, rencana pembangunannya meliputi rencana pembagunan nasional maupun rencana pembangunan dalam tataran regional. Pembangunan ekonomi nasional mempunyai dampak atas struktur ekonomi nasional dan struktur ekonomi daerah (Nadiatulhuda, 2007). Pelaksanaan pembangunan

2 Indonesia selama ini juga tidak terlepas dari pandangan pada pembangunan ekonomi melalui usaha pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan peningkatan produksi barang dan jasa, yang diukur antara lain melalui Produk Domestik Bruto ( PDB ) pada tingkat nasional dan Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) pada tingkat daerah baik Propinsi, Kabupaten maupun Kota. Undang- undang No. 32 tahun 2004 tentang perubahan atas UU nomor 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, telah menyebabkan pergeseran dalam pembangunan ekonomi yang bermula bersifat sentralisasi, mengarah pada desentralisasi, yaitu dengan memberikan keleluasaan kepada daerah untuk membangun wilayahnya termasuk dalam bidang ekonominya. Hal ini menjadi angin baru bagi sistem pemerintahan di Indonesia yang memberikan warna baru bagi penyelenggaraan pemerintahan secara multidimensi. Dari prespektif geoekonomi, pembangunan regional di semua sektor ekonomi yang meliputi, pertanian, pertambangan dan penggalian, industri penggolahan, listrik, gas dan air, bangunan atau konstruksi, perdangangan, hotel dan restaurant, pengangkutan, dan komunikasi, jasa keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, jasa-jasa harus terus mengalami perbaikan. Namun demikian perbaiakan pembangunan regional di semua sektor ekonomi tersebut masih jauh dibanding potensinya. Sekiranyan semua daerah mampu meningkatkan intensitas pembangunan ekonomi wilayahnya secara profesional. Di dalam kerangka ekonomi daerah, pembangunan ekonomi adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

3 sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan ekonomi daerah. Menurut Arsayd, (1999:289) untuk pencapaian yang menjadi tujuan pembangunan ekonomi daerah tersebut dibutuhkan kebijakan- kebijakan pembnagunan yang didasarkan pada kekhasan daerah (endogenous developmen), dengan menggunakan potensi sumberdaya lokal. Perbedaan kondisi daerah berimplikasi bahwa corak pembangunan yang seharusnya diterapkan di suartu daerah, sehingga penekanan dalam perencanaan pembangunan yang didasarkan harus pada ciri khas dan karakteristik suatu daerah. Untuk mencapai tujuan pembangunan daerah kebijakan yang perlu dilakukan adalah mengusahakan semaksimal mungkin agar prioritas pembangunan daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki masing masing daerah. Pulau Madura merupakan salah satu kepulauan di propinsi Jawa Timur yang terdiri dari empat kabupaten yaitu Bangkalan, Sampang dan Sumenep yang saat ini masih tergolong tertinggal dibanding wilayah sekitarnya. Dari tabel dibawah terlihat bahwa tingkat IPM empat kabupaten di Madura sangat rendah jika dibandingkan dengan IPM kabupaten/kota di Koridor Utara Jawa Timur. Perbedaan nilai IPM tersebut menunjukkan rendahnya kualitas pembangunan dan rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat di pulau Madura, disini juga terlihat bahwa terjadi kesenjangan antara kabupaten di Madura dengan wilayah Koridor Utara Jawa Timur.

4 Tabel.1 1 Perbandingan IPM Kabupaten di Madura dengan Kabupaten di Daerah Koridor Utara Jawa Timur Tahun 2006 2009 No Kota/kabupaten 2006 2007 2008 2009 1 Mojokerto 70,61 71,99 72,51 72,93 2 Surabaya 75,11 75,87 76,36 76,82 3 Sidoarjo 74,54 74,87 75,35 75,88 4 Lamongan 67,41 67,88 68,33 69,03 5 Gresik 72,51 73,00 73,49 74,37 6 Bangkalan 62,72 62,97 63,40 64,52 7 Sampang 56,27 56,27 57,66 58,68 8 Pamekasan 61,98 62,49 63,13 63,81 9 Sumenep 63,08 63,71 64,24 64,82 Sumber: BPS Jawa Timur diolah Terlihat dalam tabel di atas hanya Kabupaten Sumenep dengan nilai IPM tertinggi dengan nilai 64,82 dan Kabupaten Bangkalan pada urutan yang kedua dengan nilai sebesar 64,52 pada tahun 2009, jika dirata- rata nilai IPM empat kabupaten di Pulau Madura termasuk dalam kategori menengah ke bawah. Jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain seperti Surabaya, Mojokerto, Sidoarjo, dan Gresik nilai IPM sudah di atas 70, yang berarti masuk dalam kategori menengah atas. Berikut perbandingan pendapatan perkapita empat kabupaten di pulau Madura jika di bandingkan dengan kabupaten/kota yang berada di koridor utara Jawa Timur.

5 Gambar. 1.1 Perbandingan Pendapatan Perkapita Kabupaten di Madura dengan Kabupaten di Daerah Jawa Timur Koridor Utara Tahun 2006 25000000 20000000 15000000 10000000 5000000 0 Sumber: BPS Jawa Timur diolah Lamongan Gresik Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep Sidoarjo Mojokerto Surabaya pendapatan perkapita Gambar diatas menunjukkan bahwa pendapatan perkapita kabupatenkabupaten di Madura masih jauh dari rata-rata pendapatan perkapita kabupaten/kota di koridor utara Jawa Timur yakni sebesar (Rp. 13.553.475) Pendapatan perkapita Kabupaten Sumenep tahun 2006 (Rp.5.297.082), Kabupaten Bangkalan (Rp. 4.261.894), Kabupaten Sampang (Rp. 3.899.965), dan Kabupaten Pamekasan (Rp. 3.094.709.) (lampiran). Jika dibandingkan dengan pendapatan perkapita disebagian besar kota/kabupaten di Koridor Utara Jawa Timur sangatlah rendah. Perbedaan nilai pendapatan perkapita tersebut merupakan Indikator lain yang menunjukkan kesenjangan wilayah, hal tersebut juga menunjukkan tingkat kemakmuran di daerah pulau Madura masih rendah.

6 Permasalahan - permasalahan di atas bila dikaji lebih jauh, ternyata meninggalkan masalah bom waktu yang justru dapat menghancurkan perekonomian Jawa Timur dalam jangka panjang jika diabaikan begitu saja. Hal ini sebenarnya lebih disebabkan pembangunan ekonomi selama ini lebih ditekankan pada pertumbuhan ekonomi saja melainkan belum pada tataran pertumbuhan pembangunan itu sendiri yang dapat menciptakan efisiensi dan pemerataan ekonomi. Jadi yang perlu ditekankan adalah pada masalah pemerataan pembangunan dan kualitas pembangunan itu sendiri. Pulau Madura yang terkenal dengan kerapan sapinya memiliki berbagai macam potensi ekonomi. Madura merupakan salah satu penghasil utama garam dan tembakau di Indonesia, di samping itu di pulau Madura menyimpan potensi hasil pertambangan, meliputi bahan galian, serta energi yang cukup menjanjikan seperti Gas alam dan minyak bumi. Namun demikian pengolahan serta pemanfaatan potensi-potensi yang ada ini belum dilakukan secara optimal sehingga tingkat pembangunan yang ada di Pulau Madura belum maksimal. Dampak yang terjadi dengan adanya kondisi tersebut yaitu kurangnya tingkat kesejahteraan dan adanya kesejangan antar wilayah dan kabupaten yang terdapat di Pulau Madura. Pulau Madura terdiri dari empat kabupaten mulai dari Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep dan terdiri dari pulau-pulau kecil yang jumlahnya mencapai 127 pulau (Sumenep 121, Sampang 1 pulau). Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah Propinsi Jawa Timur untuk memaksimalkan berbagai potensi dimiliki oleh Pulau Madura, agar dapat memacu akselerasi

7 pembangunan di wilayah Madura. dimana salah satunya yaitu dengan dibangunnya Jembatan Suramadu yang merupakan akses yang paling cepat untuk menghubungkan kota di Jawa Timur ke Pulau Madura. Tiga tahun beroprasinya Jembatan Suramadu diharapkan secara tidak langsung dapat mendorong terpacunya perekonomian, sehingga berdampak positif untuk pengembangkan potensi yang dimiliki Pulau Madura dan tidak lagi terpusat di wilayah Surabaya dan sekitarnya. Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka secara khusus akan dibahas mengenai kondisi tersebut melalui penelitian dengan judul Analisis Potensi Ekonomi Sektoral Pada Empat Kabupaten di Pulau Madura B. Rumusan Masalah Perumusan masalah penelitian merupakan peryataan yang lengkap dan terperinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana pola pertumbuhan ekonomi yang terjadi di empat kabupaten di Pulau Madura tahun 2005-2009? b. Apa saja yang menjadi sektor dan sub sektor unggulan pada empat kabupaten di Pulau Madura tahun 2005-2009? c. Daerah mana yang dapat dijadikan sebagai pusat pertumbuhan di Pulau Madura?

8 C. Batasan Masalah Agar pembahasan masalah tidak meluas sehingga perlu diberi batasan masalah. Penelitian ini hanya mengkaji pola pertumbuhan ekonomi yang terjadi di empat kabupaten di pulau Madura dan hanya mengkaji sektor dan sub sektor unggulan yang dimiliki oleh empat kabupaten di pulau Madura tahun 2005-2009, dan menetapkan daerah sebagai pusat pertumbuhan di Pulau Madura. D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk menganalisa dan mengkaji pola pertumbuhan ekonomi yang terjadi di empat kabupaten di Pulau Madura tahun 2005-2009. b. Untuk menganalisa dan mengkaji mengkaji sektor dan sub sektor unggulan yang dimiliki oleh empat kabupaten di Pulau Madura tahun 2005-2009. c. Untuk mengetahui daerah mana yang dapat dijadikan pusat pertumbuhan di Pulau Madura. 2. Manfaat penelitian Dengan mengadakan penelitian ini, maka ada beberapa manfaat yang diharapkan : a. Sebagai sumbangan pemikiran dan saran untuk bahan evaluasi yang bermanfaat dalam melakukan perbaikan-perbaikan dan kebijakankebijakan yang akan di ambil oleh pemerintah dalam mengembangakan

9 dan menggali potensi sektoral ekonomi pada empat Kabupaten di Madura b. Memudahkan Pemerintah Propinsi Jawa Timur membuat perencanaan kebijakan pembangunan ekonomi daerah berdasarkan potensi ekonomi yang dimiliki tiap Kabupaten di Pulau Madura. c. Menambah referensi tentang potensi ekonomi di suatu daerah untuk dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan studi-studi selanjutnya.