BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan dari pembangunan, namun pada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2011). pemerataan, akan terjadi Ketimpangan wilayah (regional disparity), terlihat

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Menjadi UU 32/2004) tentang Pemerintah Daerah memisahkan dengan tegas

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pembangunan nasional di negara-negara berkembang. difokuskan pada pembangunan ekonomi dalam rangka upaya pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan penggunaan waktu (Boediono, 1999). pada intinya PDB merupakan nilai moneter dari seluruh produksi barang jadi

PENDAHULUAN. berbagai kegiatan pembangunan nasional diarahkan kepada pembangunan yang merata ke

BAB I PENDAHULUAN. pemberantasan kemiskinan yang absolut Todaro (1998). Tujuan utama dari

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. Adanya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah serta Undang-

BAB I PENDAHULUAN. provinsi. Dalam provinsi itu dikembangkan kembali dalam kabupaten kota,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap perekonomian pemerintah perlu melakukan berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam perkembangannya seringkali terjadi adalah ketimpangan

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002)

BAB 5 BAB V SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan atas pertimbangan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh

BAB I PENDAHULUAN. kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu proses kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian yang secara terus menerus tumbuh akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat terealisasi, maka beberapa

BAB I PENDAHULUAN. menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang berkembang, memiliki jumlah

BAB I PENDAHULUAN. nasionalnya memiliki satu tujuan yaitu memajukan kesejahteraan umum.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan reformasi sosial politik di Indonesia. Reformasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan suatu perekonomian dalam satu periode ke periode

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan peraturan sektor publik yang disertai dengan adanya tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengukur keberhasilan pembangunan dan kemajuan perekonomian di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kuncoro, 2004).

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. selalu mengalami kenaikan dalam jumlah maupun kualitas barang dan jasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai jenis pembelanjaan. Seperti halnya pengeluaran-pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah pembangunan ekonomi bukanlah persoalan baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bentuk kontrak antara eksekutif, legislatif dan publik.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang bervariasi, mendorong setiap daerah Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.

PENDAHULUAN. 1 Butir 7 UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dasar dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen dokumen

BAB I PENDAHULUAN. nilai inti untuk memahami pembangunan yang paling hakiki antara lain

BAB I PENDAHULUAN. angka pengangguran dapat dicapai bila seluruh komponen masyarakat yang

PENDAHULUAN. perubahan struktur sosial, sikap hidup masyarakat, dan perubahan dalam

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam konteks bernegara, pembangunan diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. antar daerah dan struktur perekonomian yang seimbang (Sukirno, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa berada di garda terdepan. Pembangunan manusia (human development)

ABSTRAK. ketimpangan distribusi pendapatan, IPM, biaya infrastruktur, investasi, pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi sehingga dapat menggambarkan bagaimana kemajuan atau kemunduran yang

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dampak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sistem otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan daerah adalah meningkatkan. pertumbuhan sektor ekonomi, dengan pendapatan sektor ekonomi yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. dengan laju pertumbuhan ekonomi wilayah itu sendiri, oleh sebab itu

BAB I PENDAHULUAN. Dengan dikeluarkannya undang-undang Nomor 22 Tahun kewenangan yang luas untuk menggunakan sumber-sumber keuangan

BAB I PENDAHULUAN. perbedaaan kondisi demografi yang terdapat pada daerah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk perkotaan dan penduduk daerah maka pemerintah membuat kebijakan-kebijakan sebagai usaha

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator keberhasilan kinerja

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. internasional dikenal adanya tujuan posisi manusia sebagai central dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan lembaga publik, diantaranya : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah semata-sama

BAB I PENDHULUAN. kebijakan otonomi daerah yang telah membawa perubahan sangat besar terhadap

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

I. PENDAHULUAN. Banyak wilayah-wilayah yang masih tertinggal dalam pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh

BAB II LANDASAN TEORI. (PDRB) di Kota Salatiga tahun Adapun teori-teori yang ditulis

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan dari pembangunan, namun pada kenyataannya selama ini pembangunan hanya ditunjukan untuk pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi, bukan peningkatan taraf hidup masyarakatnya. Artinya tingkat pertumbuhan yang tinggi tidak diimbangi dengan tingkat pemerataan distribusi hasil pembangunanya. Jadi, pembangunan ekonomi dikatakan berhasil apabila suatu negara dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan taraf hidup masyarakat secara merata atau yang dikenal dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Pembangunan manusia memiliki konsep yang luas dan komprehensif yang mencakup semua pilihan yang dimiliki oleh manusia disemua golongan masyarakat pada semua tahap pembangunan. Pembangunan manusia merupakan perwujudan tujuan jangka panjang dari suatu masyarakat dan meletakkan pembangunan di sekeliling manusia bukan manusia disekeliling pembangunan. Subjek sekaligus objek pembangunan, berarti manusia pelaksana dan peminat pembangunan. Publikasi ini menempatkan manusia bukan sekedar tujuan yang penting untuk dicapai, tetapi juga akan menjadi fondasi untuk demokrasi yang kuat dan mempersatukan masyarakat karena manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Titik berat pembangunan nasional Indonesia sesungguhnya adalah 1

2 pembangunan yang menurut konsep pembangunan manusia. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam kurun waktu lima tahun yaitu dari tahun 2010-2014 Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia secara bertahap mengalami peningkatan. Berikut adalah data peningkatan Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia. 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 66.53 67.09 67.70 68.31 68.90 20.00 10.00 0.00 2010 2011 2012 2013 2014 Seumber: BPS Indonesia (Berbagai terbitan) Gambar 1.1 Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia Tahun 2010-2014 Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa IPM di Indonesia dari tahun ketahun terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2010 sebesar 66,53 menjadi 67,09 pada tahun 2011 dan terus meningkat hingga tahun 2014 sebesar 68,90. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) angka Indeks Pembangunan Manusia Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2010-2014 menunjukan bahwa secara keseluruhan tingkat IPM Daerah Istimewa Yogyakarta berbanding lurus dengan tingkat IPM pada skala nasional. Jika dibandingkan dengan propinsi

3 lainnya yang berada di pulau Jawa. Berikut adalah tabel perbandingan Indeks Pembangunan Manusia perprovinsi di Pulau Jawa tahun 2011-2014. Tabel 1.1 Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) per Propinsi di Pulau Jawa Tahun 2011-2014 Provinsi 2011 2012 2013 2014 Dki Jakarta 76.98 77.53 78.08 78.39 Jawa Barat 66.67 67.32 68.25 68.80 Jawa Tengah 66.64 67.21 68.02 68.78 D.I. Yogyakarta 75.93 76.15 76.44 76.81 Jawa Timur 66.06 66.74 67.55 68.14 Sumber data: BPS Indonesia (Berbagai terbitan) Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki IPM tertinggi kedua setelah Dki Jakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami pertumbuhan IPM secara bertahap dalam kurun waktu 4 tahun yaitu dari tahun 2011-2014, yang pada awalnya mencapai 75,93 pada tahun 2011 meningkat menjadi 76,15 pada tahun 2012, dan terus meningkat menjadi 78,81 pada tahun 2014. Indeks Pembangunan Manusia merupakan salah alat untuk mengukur kesejahteraan masyarakat dan kesejahteran masyarakat dapat dilihat dari peningkatan pertumbuhan ekonomi dan meratanya distribusi pendapatan (Arsyad, 2004). Tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi mengakibatkan naiknya produktifitas perekonomian sehingga tingkat pendapatan juga mengalami kenaikan. Kenaikan pendapatan perkapita merupakan suatu pencerminan dari

4 timbulnya perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat ditunjukan dengan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dalam rangka mengacu pertumbuhan ekonomi perlu dan harus memperhatikan aspek pembangunan manusia, termasuk dalam konteks ekonomi daerah, karena dengan modal manusia yang berkualitas, kinerja ekonomi diyakini juga akan lebih baik. Indeks Pembangunan Manusia merupakan salah satu indikator dalam mencapai pembangunan ekonomi dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan meminimalisasi dari kemiskinan. Kemiskinan dapat menjadikan efek yang cukup serius bagi pembangunan manusia, karena masalah kemiskinan merupakan sebuah masalah yang kompleks yang sebenarnya bermula dari kemampuan daya beli masyarakat yang tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan pokok sehingga kebutuhan yang lain seperti pendidikan dan kesehatanpun terabaikan. Hal tersebut menjadikan gap pembangunan manusia diantara keduanya pun menjadi besar dan pada akhirnya target capaian IPM yang ditentukan pemerintah menjadi tidak terealisasi dengan baik. Peran pemerintah dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia dapat berpengaruh melalui realisasi belanja negara dalam belanja publik. Peran pemerintah dalam kebijakan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal didasarkan pada pertimbangan bahwa daerahlah yang lebih mengetahui kebutuhan dan standar pelayanan bagi masyarakat di daerahnya. Kebijakan

5 pemerintah dengan mengalokasikan dana dalam bentuk belanja modal dalam APBD diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Belanja modal merupakan pengeluaran pemerintah daerah yang akan menambah aset atau kekayaan daerah, belanja modal merupakan salah satu cara untuk mewujudkan tujuan otonomi daerah yaitu meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat yaitu dengan menyediakan fasilitas yang bersinggungan langsung dengan pelayanan publik (Halim 2002). Dengan meningkatkan alokasi pengeluaran pemerintah disektor publik akan meningkatkan produktivitas penduduk. Peningkatan produktifitas ini pada gilirannya mampu meningkatkan pembangunan manusia. Pembangunan manusia memiliki konsep yang luas yang mencakup semua pilihan yang dimiliki oleh manusia dan merupakan isu penting, karena dapat dikaitkan dengan beberapa indikator-indikator. Indikator-indikator ekonomi yang dapat mempengaruhi IPM antara lain pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, serta pengeluaran pemerintah dalam belanja modal. Apabila di suatu daerah pertumbuhan ekonominya meningkat diharapkan akan berpengaruh pada peningkatan IPM di daerah tersebut, hal ini diikuti dengan pengeluaran pemerintah dalam belanja modal. Jika belanja modal naik akan berpengaruh pada peningkatan IPM. Sedangkan kemiskinan yang tinggi akan berpengaruh pada penurunan IPM (Sadono Sukirno, 2008).

6 Tabel 1.2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Laju Pertumbuhan PDRB, Kemiskinan dan Belanja Modal di D.I.Yogyakarta Tahun 2010-2014 Tahun IPM PDRB Kemiskinan Belanja Modal (%) (%) (Miliar Rp) 2010 75,37 4,88 15,63 131.691.395 2011 75,77 5,16 16,14 150.173.519 2012 76.,5 5,32 15,88 217.958.664 2013 77,37 5,40 15,03 292.505.411 2014 76,81 5,09 15,00 399.119.628 Sumber: BPS D.I.Yogyakarta (Berbagai terbitan) Berdasarkan tabel 1.2 dapat diketahui hubungan laju pertumbuhan PDRB dengan IPM di D.I.Yogyakarta, dimana PDRB dari tahun-tahun tersebut (2010-2014) terus meningkat yang hal ini diikuti dengan peningkatan IPM di Daerah Istimewa Yogyakarta, pada tabel tersebut dapat dilihat hubungan yang cenderung searah atau positif antara PDRB dengan Indeks Pembangunan Manusia di DIY. Permasalahan utama dalam meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia adalah kemiskinan, karena kemiskinan berhubungan dengan kondisi fudamental yang menjadi syarat berlangsungnya pembangunan suatu negara yang berkelanjutan. Kemiskinan yang identik dengan jumlah pendapatan masyarakat yang tidak memadai, harus selalu menjadi prioritas dalam pembangunan suatu negara. Meskipun masalah kemiskinan akan selalu muncul karena sifat dasar dari kemiskinan adalah relatif, namun ketika dari sebuah negara mengalami peningkatan taraf hidup, maka standar hidup akan berubah.

7 Pada tabel 1.2 dapat dilihat bahwa kemiskinan yang terjadi di DIY cenderung bersifat fluktuatif sehingga berpengaruh pada Indeks Pembangunan Manusia. Pada tahun 2010 kemiskinan di DIY sebesar 15,63% meningkat menjadi menjadi 16,14 pada tahun 2011, hal tersebut berpengarug terhadap IPM, walaupun Indeks Pembangunan Manusia meningkat pada tahun tersebut namun peningkatan IPM sangat rendah. Indikator selanjutnya yang berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia adalah belanja modal. Belanja daerah diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan, fasilitas sosial, dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan jamian sosial dengan mempertimbangkan analisis standar belanja, standar harga, tolak ukur kinerja dan standar pelayanan minimal yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan (UU 32/2004). Kebijakan pemerintah dengan mengalokasikan dana dalam bentuk belanja modal dalam APBD diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan tabel 1.2 dapat dilihat bahwa belanja modal yang dilakukan pemerintah selama kurun waktu 6 tahun mengalami fluktuasi pada tahun 2000 belanja modal yang dilakukan pemerintah sebesar Rp206.074.762 miliar dan pada tahun 2010 belanja modal turun menjadi Rp131.691.395 miliar dan pada tahun 2011 belanja modal meningkat menjadi Rp150.173.519 miliar. Hal tersebut

8 berpengaruh terhadap IPM dimana walaupun IPM meningkat setiap tahunnya namun peningkatan IPM tidak secara maksimal. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengajukan penelitian yang berjudul "Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Kemiskinan dan Belanja Modal Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Daerah Istimewa Yogyakarta Periode 2008-2014". B. Batasan Masalah Sehubungan dengan faktor keterbatasan yang ada dan mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia (IPM), maka peneliti hanya membahas pada : 1. Variabel-variabel yang dianggap berpengaruh terhadap besar kecilnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di D.I.Yogyakarta yaitu Pertumbuhan ekonomi, kemiskinan dan belanja modal. 2. Data yang digunakan adalah data tahunan yaitu tahun 2008-2014 terdiri atas : a. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) b. Laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan 2000 c. Kemiskinan d. Belanja modal C. Rumusan Masalah

9 Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Seberapa besar pegaruh Produk Domesti Regional Bruto (PDRB) terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di D.I. Yogyakarta? 2. Seberapa besar pegaruh kemiskinan terserap terhadap Indeks Pembangunan Manusia di D.I. Yogyakarta? 3. Seberapa besar pegaruh belanja modal terhadap Indeks Pembangunan Manusia di D.I. Yogyakarta? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Indeks Pembangunan Manusia di D.I Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kemiskinan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di D.I Yogyakarta. 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh belanja modal terhadap Indeks Pembangunan Manusia di D.I Yogyakarta. E. Manfaat Penelitian

10 1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat bermanfaat memperdalam wawasan pengetahuan penulis tentang produk domestik regioanl bruto, kemiskinan, belanja modal dan Indeks Pembangunan Manusia. 2. Bagi peneliti lain, sebagai bahan bagi peneliti lain untuk dapat mengembangkan penelitian sejenis dengan ruang lingkup yang lebih luas. 3. Bagi Pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia di D.I. Yogyakarta.