BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah pembangunan Indonesia seutuhnya. Kemiskinan merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan utama dari pembangunan ekonomi adalah terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah utama yang dihadapi hampir

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melakukan upaya yang berfokus pada peran serta rakyat dengan

BAB I PENDAHULUAN. dengan laju pertumbuhan ekonomi wilayah itu sendiri, oleh sebab itu

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pada indikator sosial maupun ekonomi menuju kearah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. miskin mulai dari awal peradaban hingga sekarang ini. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefenisikan sebagai kondisi di mana

BAB I PENDAHULUAN. Kesempatan kerja merupakan salah satu indikator pembangunan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. mengkait antara satu faktor dengan faktor lainnya. pemerintah untuk menurunkan angka kemiskinan. Sejak tahun 1960-an

BAB I PENDAHULUAN. bawah garis kemiskinan (poverty line), kurangnya tingkat pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. penduduk miskin, kepada tingkatan yang lebih baik dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan tujuan dari pembangunan, namun pada

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. Kemiskinan telah membuat pengangguran semakin bertambah banyak,

BAB I PENDAHULUAN. yang baik. Perencanaan berfungsi sebagai alat koordinasi antar lembaga pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas nasional yaitu menciptakan lapangan pekerjaan bagi rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. fisik/fasilitas fisik (Rustiadi, 2009). Meier dan Stiglitz dalam Kuncoro (2010)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara

Katalog BPS :

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan Perkapita Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Di Provinsi Riau. Vol. II, No. 02, (Oktober, 2015), 1-2.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan penggunaan waktu (Boediono, 1999). pada intinya PDB merupakan nilai moneter dari seluruh produksi barang jadi

peran menghabiskan sumber daya ekonomi yang tersedia.

II. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikurangi. Permasalahan kemiskinan memang merupakan permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu negara sangat tergantung pada jumlah penduduk

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, UPAH MINIMUM, DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. nasionalnya memiliki satu tujuan yaitu memajukan kesejahteraan umum.

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi banyak dilakukan di beberapa daerah dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. selain persoalan kemiskinan. Kemiskinan telah membuat jutaan anak-anak tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, memperluas angkatan kerja dan mengarahkan pendapatan yang merata

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2011). pemerataan, akan terjadi Ketimpangan wilayah (regional disparity), terlihat

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. menyedihkan dalam kehidupan seseorang. Banyak orang mengandalkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam konteks bernegara, pembangunan diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. penanganan yang tepat agar dapat segera teratasi. Indonesia merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. standar hidup minimum (Mudrajad Kuncoro, 1997). Kemiskinan identik dengan negara berkembang, contohnya Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan ekonomi nasional dan penurunan jumlah penduduk

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang sering dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 34 provinsi, tentu memiliki peluang dan hambatannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. Rate in the United Kingdom yang dimuat pada jurnal Economica, menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari

BAB I PENDAHULUAN. nilai inti untuk memahami pembangunan yang paling hakiki antara lain

BAB I PENDAHULUAN. menyerap angkatan kerja, pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan ekonomi. Pertumbuhan juga merupakan ukuran

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu yang dapat menjadi acuan dalam mengukur keberhasilan

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. dengan kesempatan kerja yang ada. Kondisi yang demikian akan menjadi. kebutuhan masyarakat termasuk penyediaan kesempatan kerja.

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama

BAB I PENDAHULUAN. berkembang maupun negara maju, meskipun telah terjadi perbaikan-perbaikan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah. Sumber daya alam nantinya dapat digunakan sebagai pendukung

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. yang dilaksanakan oleh sejumlah negara miskin dan negara berkembang.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi hendaknya selaras dengan kesejahteran masyarakat. Tetapi manfaat yang diterima tidak semua dirasakan oleh lapisan masyarakat. Hal inilah yang membuat masalah kemiskinan tidak serta merta menghilang. Permasalahan ini yang membuat Indonesia belum mencapai tujuan pembangunan secara maksimal, karena tujuan utama dari pembangunan Indonesia adalah pembangunan Indonesia seutuhnya. Kemiskinan merupakan masalah sosial yang dihadapi oleh semua negara di dunia. Masalah kemiskinan harus dihadapi secara serius dikarenakan permasalahan kemiskinan merupakan permasalahan yang kompleks dan bersifat multidimensional, yang artinya kemiskinan mencakup aspek-aspek di kehidupan manusia seperti ekonomi, pangan, pendidikan, kesehatan, pengangguran, dan aspek lain yang berkaitan dengan masalah kemiskinan (Arsyad, 2010). Kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu situasi atau kondisi yang dialami seseorang atau kelompok orang yang tidak mampu menyelenggarakan hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi. Kemiskinan dapat pula dipandang sebagai kondisi anggota masyarakat yang tidak atau belum turut serta dalam proses perubahan, karena tidak mempunyai kemampuan, baik kemampuan dalam kepemilikan faktor produksi maupun kualitas faktor produksi yang memadai, sehingga tidak mendapatkan manfaat dari hasil proses pembangunan (Arsyad, 2010). 1

2 Upaya Indonesia dalam pengentasan kemiskinan tersebut disalurkan dengan mengadakan kerjasama dengan PBB pada tahun 2000 yaitu tujuan pembangunan millenium (Millenium Development Goals), sekarang menjadi Sustainable Development Goals (SDGs). Kerjasama tersebut menempatkan manusia sebagai fokus utama pembangunan. Sejak saat itu dengan diterbitkannya Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010, tujuan pembangunan di Indonesia berprioritas pada pembangunan yang berkeadilan dengan mengedepankan pencapaian MDGs. Setelah masa MDGs habis, dikembangkan suatu konsepsi dalam konteks kerangka/agenda pembangunan pasca 2015 yaitu SDGs. SDGs merupakan pengembangan kerangka pembangunan baru yang mengakomodasi semua perubahan yang terjadi pasca MDGs. Berbeda halnya dengan MDGs yang ditujukan hanya pada negara-negara berkembang, SDGs memiliki sasaran yang lebih universal (Hoelman et all, 2015). Keberhasilan Indonesia dalam upaya pengentasan kemiskinan tersebut terlihat dari menurunnya jumlah penduduk miskin dari tahun 2010 hingga 2014. Berikut merupakan data mengenai jumlah penduduk miskin di Indonesia.

3 Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Miskin di Indonesia Tahun 2010-2014 Tahun Jumlah Penduduk Miskin Jiwa Persentase (1) (2) (3) 2010 31.023.400 13,33% 2011 30.018.930 12,49% 2012 28.594.600 11,66% 2013 28.553.930 11,47% 2014 27.727.780 11% Sumber: Badan Pusat Statisitik (BPS), 2015 c Berdasarkan tabel 1.1 didapatkan informasi bahwa kerjasama tersebut berhasil menurunkan kemiskinan di Indonesia. Selama kurun waktu 2010 hingga 2014, Indonesia berhasil menurunkan sebesar 2,33 persen kemiskinan. Jika dilihat dari jumlah masyarakat miskin per tahun yaitu pada tahun 2010 sebesar 31.023.400 jiwa atau 13,33%; tahun 2011 sebesar 30.018.930 jiwa atau 12,36%; tahun 2012 sebesar 28.594.600 atau 11,66%, tahun 2013 sebesar 28.553.930 jiwa atau 11,47% dan tahun 2014 sebesar 27.727.780 jiwa atau 11,00%. Penurunan jumlah penduduk miskin seharusnya diikuti dengan semakin meningkatnya kualitas sumber daya manusia yang dimiliki, yang dilihat dari nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang diukur dari indeks kesehatan, indeks pendidikan dan indeks pengeluaran. Gambar di bawah ini menunjukkan peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dilihat dari nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia dari tahun 2010 hingga 2014.

4 Grafik 1.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia Tahun 2010 2014 Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS),2015 b Informasi yang didapatkan dari grafik 1.1 yaitu bahwa dari tahun 2010 hingga 2014, Indonesia berhasil meningkatkan nilai IPM sebesar 2,37. Nilai IPM tahun 2010 sebesar 66,53; tahun 2011 sebesar 67,09; tahun 2012 sebesar 67,70; tahun 2013 sebesar 68,31 dan tahun 2014 sebesar 68,90. Peningkatan tersebut membuat kualitas sumber daya manusia yang dimiliki Indonesia semakin baik. Tabel 1.2 menunjukkan bahwa sebagai pusat perekonomian di Indonesia, Pulau Jawa memiliki nilai IPM tertinggi kedua setelah Pulau Bali, yaitu sebesar 71,80 pada tahun 2014. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pemerintah berhasil mengetaskan permasalahan kemiskinan di Pulau Jawa. Tetapi jika melihat nilai IPM pada 6 provinsi di Pulau Jawa, Provinsi Jawa Timur memiliki nilai IPM terendah diantara 5 provinsi lainnya di Pulau Jawa yaitu sebesar 68,14,

5 sedangkan nilai IPM tertinggi berada di Provinsi DKI Jakarta yaitu sebesar 78,39. Tabel 1.2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 6 Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2014 Provinsi IPM Ranking (1) (2) (3) DKI Jakarta 78,39 1 Jawa Barat 68,80 4 Jawa Tengah 68,78 5 DI Yogyakarta 76,81 2 Jawa Timur 68,14 6 Banten 69,89 3 Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS),2015 b Nilai IPM Provinsi Jawa Timur yang rendah tersebut ternyata memberikan dampak pada jumlah penduduk miskin yang dimiliki oleh provinsi ini. Jika melihat jumlah penduduk miskin di 6 provinsi yang ada di Pulau Jawa tahun 2014 yang tertera pada tabel 1.3, Provinsi Jawa Timur memiliki jumlah penduduk miskin yang lumayan banyak. Tabel 1.3 Penduduk Miskin 6 Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2014 (persen) Provinsi Penduduk Miskin Rangking (1) (2) (3) DKI Jakarta 4,09 6 Jawa Barat 9,18 4 Jawa Tengah 14,46 2 DI Yogyakarta 15,00 1 Jawa Timur 12,28 3 Banten 5,51 5 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2015 c

6 Informasi yang didapat adalah Provinsi Jawa Timur berada pada urutan ketiga dengan presentase jumlah penduduk miskin sebesar 12,28%. Provinsi DI Yogyakarta memiliki presentase jumlah penduduk miskin tertinggi yaitu sebesar 15% sedangkan Provinsi DKI Jakarta memiliki presentase jumlah penduduk miskin yaitu sebesar 4,09%. Banyaknya penduduk yang tergolong miskin tersebut, membuat pemerintah Provinsi Jawa Timur harus bekerja keras dalam mengentaskan kemiskinan. Jumlah penduduk miskin yang dimiliki Provinsi Jawa Timur disajikan dalam grafik 1.2, hasilnya adalah terdapat jumlah penduduk miskin yang berbeda-beda di setiap kabupaten/kota. Tiga daerah yang memiliki jumlah penduduk miskin terendah di Provinsi Jawa Timur adalah Kota Batu dengan presentase sebesar 4,59%; Kota Malang dengan presentase sebesar 4,80% dan Kota Madiun dengan presentase sebesar 4,86%. Sedangkan tiga daerah yang memiliki jumlah penduduk miskin tertinggi adalah Kabupaten Sampang dengan presentase sebesar 25,80%; Kabupaten Bangkalan dengan presentase sebesar 22,38% dan Kabupaten Probolinggo dengan presentase sebesar 20,44%.

7 Grafik 1.2 Tingkat Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 (dalam persen) Sumber : BPS Jawa Timur, 2015 c

8 Perbedaan jumlah penduduk miskin tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut umumnya berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan di suatu wilayah seperti Provinsi Jawa Timur. Faktor-faktor itu menurut Nurkse dalam Kuncoro (2010) yaitu keterbelakangan/ketertinggalan, produktivitas rendah, pendapatan rendah menyebabkan rendahnya investasi dan berakibat pada kurangnya modal yang dapat digunakan sebagai faktor produksi. Keterbelakangan/ketertinggalan tersebut membuat sebuah keluarga tidak dapat memperoleh pendidikan yang layak, memperoleh kesehatan yang layak, serta tidak mendapat persamaan perlakuan dalam bidang yang lain. Sehingga dalam kurun waktu yang lama keluarga tersebut tidak mampu bersaing dengan keluarga yang lain karena produktivitas mereka yang rendah dan berakibat pada pendapatan yang mereka pun juga rendah. Masyarakat miskin diakibatkan oleh kekurangan dana atau tidak memiliki dana untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya masyarakat pekerja, upah minimum dapat dijadikan solusi terbaik. Penentuan upah minimum tersebut didasarkan pada kondisi daerah dan Kebutuhan Hidup Layak (KHL); Indeks Harga Konsumen (IHK); kemampuan perusahaan, pertumbuhan dan kelangsungannya; standar upah minimum di daerah sekitar; kondisi pasar kerja, dan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita (Sulistiawati, 2012). Upah minimum yang berlaku pada kabupaten/kota adalah UMK (Upah Minimum Kabupaten/Kota). Penerapan Upah minimum tersebut diharapkan

9 dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan dan mengurangi kemiskinan. Kemiskinan tidak dapat lepas dari faktor kualitas sumber daya manusia yang dilihat dari nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia serta gabungan dari tiga indikator, yaitu indeks kesehatan, indeks pendidikan dan Indeks pengeluaran (BPS, 2015 a ). Dalam asumsi makro, IPM dijadikan salah satu indikator target pembangunan pemerintah. Peningkatan kualitas sumber daya manusia diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara, sehingga dapat mengurangi masalah kemiskinan. Kemiskinan seringkali dikaitkan oleh banyaknya pengangguran. Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang berada yang tergolong dalam angkatan kerja (15-64 tahun) yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak (Mansur,2014). Pengangguran berdampak buruk pada tingkat kesejahteraan masyarakat. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja. TPT yang tinggi menunjukkan bahwa terdapat banyak angkatan kerja yang tidak terserap pada pasar kerja. Kurangnya lapangan pekerjaan menjadi salah satu faktor tingginya TPT. Pada tingkat pengangguran yang tinggi, selain memberikan efek buruk pada kesejahteraan masyarakat juga dapat menimbulkan kekacauan politik

10 maupun sosial, serta menghambat pembangunan ekonomi dalam jangka panjang. Rohman dalam Syawie (2011) memperlihatkan fenomena kemiskinan yang sangat memprihatinkan yaitu dikarenakan pendapatan kepala keluarga yang bekerja di Semarang itu tak cukup untuk membeli beras, keluarga tersebut makan tiwul, bahan makanan dari parutan ketela pohon sebagai pengganti nasi. Kurnia dalam Syawie (2011) mempotret kemiskinan yang memangsa berjutajuta rakyat di pelosok negeri yang busung lapar, kurang gizi, menderita penyakit mengerikan tanpa pernah dibawa ke rumah sakit karena tiada biaya, putus sekolah, dan ternista di ruang-ruang pengadilan karena lemahnya posisi mereka di depan para pejabat dan pemilik uang yang khianat. Selain itu berdasarkan kabarkami (2011) terdapat satu keluarga di Kabupaten Bone Sulawesi Selatan mengalami kondisi kritis akibat mengkonsumsi jamur beracun yang tumbuh di pekarangan rumahnya, kejadian tersebut banyak terjadi karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang jenis-jenis bahan baku makanan alami yang layak untuk dikonsumsi. Potret kemiskinan itu menjadi sangat kontras karena sebagian warga masyarakat hidup dalam kelimpahan, sementara sebagian lagi hidup serba kekurangan. Kekayaan bagi sejumlah orang berarti kemiskinan bagi orang lain. Penelitian kemiskinan sudah banyak diteliti banyak peneliti dengan menggunakan berbagai indikator yang dijadikan sebagai variabel dalam penelitian untuk mengukur kemiskinan. Seperti penelitian Riyani (2014) yang menggunakan variabel PDRB, pengangguran, inflasi dan upah minimum dan

11 Cholili (2014) menggunakan variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Pada penelitian ini yang digunakan sebagai variabel untuk mengukur kemiskinan adalah upah minimum yang mewakili standart layak dalam pengupahan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mewakili Sumber Daya Manusia (SDM), dan pengangguran yang mewakili permasalahan yang selalu dialami oleh para tenaga kerja. Berdasarkan latar belakang yang penulis jabarkan pada bab ini, maka penulis mengangkat penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh Upah Minimum, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Pengangguran terhadap Kemiskinan 38 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2014. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang penulis jabarkan di atas, rumusan masalahnya adalah: 1. Bagaimana pengaruh upah minimum terhadap kemiskinan 38 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 2. Bagaimana pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap kemiskinan 38 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2014? 3. Bagaimana pengaruh pengangguran terhadap kemiskinan 38 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2014? C. Tujuan Masalah Adapun tujuan masalah pada penelitian ini yaitu:

12 1. Mengetahui pengaruh upah minimum terhadap kemiskinan 38 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2014. 2. Mengetahui pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap tingkat kemiskinan 38 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2014. 3. Mengetahui pengaruh pengangguran terhadap tingkat kemiskinan 38 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2014. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Sumbangan ke pengembangan ilmu Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi pembaca yang ingin mengetahui tentang masalah kemiskinan di Jawa Timur serta faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan yaitu upah minimu, indeks pembangunan manusia (IPM) dan pengangguran. 2. Sumbangan ke Pengambil Kebijakan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan bahan pertimbangan bagi pemerintah Provinsi Jawa Timur agar dapat mengambil kebijakan yang tepat dalam mengatasi pengentasan kemiskinan. 3. Sumbangan ke penelitian berikutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya. Selain itu dapat juga ditambahkan tahun, variabel, analisis metode maupun wilayah studi agar penelitian dapat lebih akurat.