BAB II LANDASAN TEORI. sekolah, dan untuk siswa tertentu, Kecemasan menghambat belajar dan kinerja

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASL PENELITIAN DAN PEMBAHASN. Berdasarkan hasil pengumpulan data dan diperoleh gambaran kecemasan

LEMBAR PERSTUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

I. PENDAHULUAN. Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

Kata Pengantar. Jawaban dari setiap pernyataan tidak menunjukkan benar atau salah, melainkan hanya pendapat dan persepsi saudara/i belaka.

1. Bab II Landasan Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. xiv

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER. 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)

Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

LAMPIRAN A. Cara Pengukuran Kecemasan

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien. Tehnik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Dengan hormat, saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Yantri Nim :

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

I. PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI

BAB III METODE PENELITIAN. dengan data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada

I. PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA

ITEM KECEMASAN WANITA MENGHADAPI MENOPAUSE

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB II LANDASAN TEORI. A. Subjek Penelitian. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata lain adolecere (kata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hamilton Depression Rating Scale (HDRS)

PENGARUH KECEMASAN SISWA PADA MATEMATIKA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

Lampiran 1 Hasil uji reliabilitas variabel kemandirian emosi, kemandirian perilaku, kemandirian nilai, kemandirian total, penyesuaian diri, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. antar bangsa yang semakin nyata serta agenda pembangunan menuntut sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompetensi Bidan. melaksanakan tugas dan peran dengan mengintegrasikan pengetahuan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kecemasan pada Mahasiswa Tingkat Pertama. Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti

LAMPIRAN A. Data Try Out A-1DATA TRY OUT KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS A-2DATA TRY OUT BERPIKIR POSITIF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transfusi darah, prosedur invasif). (Potter & Perry, 2005). operasi dan prosedur-prosedur diagnostik yang besar, seperti

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN

BAB 2 Tinjauan Pustaka

kepentingan, pengalaman masa lalu dan harapan (Robbins, 2002).

LAMPIRAN KUESIONER DATA UMUM RESPONDEN NOMOR PIN :

STRATEGI PENGUBAHAN POLA PIKIR UNTUK MENGURANGI KECEMASAN SISWA DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan disertai berbagai keluhan fisik. Atkinson (2001) menyatakan

Lembar Persetujuan Responden

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individual dan makhluk sosial. Sejak manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya pada program strata satu (Kamus

Cara Mengatasi Kecemasan

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gangguan Ansietas, Fobia, dan Obsesif kompulsif

BAB IV HASIL PENELITIAN. mengetahui deskripsi data tentang kecemasan, maka peneliti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai efek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan rakyatnya rendah dan tidak berkualitas. Sebaliknya, suatu negara dan

Meminimalisasi Kecemasan (Anxiety) Dengan Menumbuhkan Self Awareness Siswa Dalam Pembelajaran Matematika

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian

BAB I PENDAHULUAN. dunia ini. Dalam pendidikan formal dan non- formal proses belajar menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Keputusan No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional, salah satu isinya

PENERAPAN IPTEKS TINGKAT KECEMASAN (ANXIETY) ATLET DALAM MENGIKUTI PERTANDINGAN OLAHRAGA. Indah Verawati

PROSES TERJADINYA MASALAH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

BAB I PENDAHULUAN. stress. Seperti kehidupan normal pada umumnya, kehidupan di perguruan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

Dampak Kecemasan pada Atlet Bola Basket Sebelum Memulai Pertandingan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kembali kehidupan, masa pensiun dan penyesuaian diri dengan peran-peran sosial

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

BAB II LANDASAN TEORI. A. Wanita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Prokrastinasi. Prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dari kata pro yang

Pedologi. Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

2.1 Pengertian Kecemasan BAB II LANDASAN TEORI Kecemasan siswa merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan. Setiap siswa merasakan sejumlah kecemasan pada suatu waktu pada saat di sekolah, dan untuk siswa tertentu, Kecemasan menghambat belajar dan kinerja mereka secara serius, khususnya pada saat ujian. Banyak siswa yang gelisah bila menghadapi ujian atau situasi evaluasi tertentu. Akan tetapi, beberapa siswa masih terus merasa cemas mengenai ujian, sehingga dibawah tekanan ujian mereka mengerjakannya dengan kurang baik. Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik. Konsep kecemasan memegang peranan yang sanagt mendasar dalam teori-teori tentang stress dan penyesuaian diri (Lazarus, 1996). Kecemasan merupakan manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur yang dimiliki individu. Kegelisahan atau kecemasan menghadapi ujian didefinisikan sebagai perasaan tidak menyenangkan atau keadaan emosional yang mempengaruhi sisi psikologis serta perilaku, dan hal tersebut dialami saaat menghadapi ujian-ujian formal atau situasi-situasi evaluative lain. Kekhawatiran dan respon-respon dari dalam diri, seperti berkeringat, gangguan lambung, jantung yang berdebar-debar, sudah menjadi ciri khasnya. (Woldkwski & Jaynes 2004:130). 5

Spielberger (1966) membedakan kecemasan atas dua bagian; kecemasan sebagai suatu sifat (trait axinitiy) yaitu kecenderungan pada diri seseorang untuk merasa terancam oleh sejumlah kondisi yang sebenarnya tidak berbahaya, dan kecemasan sebagai suatu keadaan (state axinity), yaitu suatu keadaan atau kondisi emosional sementara pada diri seseorang yang ditandai dengan perasaan tegang dan kekhawatiran yang dihayati secara sadar serta bersifat subjektif, dan meningginnya aktivitas system saraf otonom. Sebagai suatu keadaan, kecemasan biasanya berhubungan dengan situasi-situasi lingkungan yang khusus, misalnya situasi tes. (Drs.Slameto 2010: hal) Atkinson dkk (2001:212) menyebutkan bahwa kecemasan adalah perasaan tidak menyenangkan, yang ditandai dengan istilah-istilah seperti kekhawatiran, keprihatinan, dan rasa takut yang kadang-kadang dialami dalam tingkatan yang berbeda-beda. Serupa dengan pernyataan tersebut, Hurlock (1997:221) mendefinisikan kecemasan sebagai keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan sakit yang mengancam atau yang dibayangkan, yang ditandai dengan kekhawatiran, ketidakenakan, dan prarasa yang tidak baik, yang tidak dapat dihindari oleh seseorang. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa kecemasan merupakan suatu perasaan takut atau khawatir terhadap sesuatu yang tidak jelas yang kadang-kadang dialami oleh seseorang dalam tingkatan yang berbeda-beda. Menurut Sudrajat dalam Mayasari, penyebab terjadinya kecemasan tergantung situasi dan kondisinya, antara lain di sekolah, misalnya terlalu 6

tingginya target kurikulum, iklim pembelajaran yang tidak kondusif, padatnya pemberian tugas, kurang bersahabatnya sikap dan perlakuan guru, penerapan disiplin sekolah yang ketat,kurang nyamannya iklim sekolah, serta sarana dan prasarana belajar yang sangat terbatas juga merupakan faktor pemicu terbentuknya kecemasan pada siswa yang bersumber dari faktor manajemen sekolah. Faktor lain yang dapat menimbulkan kecemasan menghadapi ujian adalah lantaran prosedur ujian yang digunakan oleh guru. Bagaimana ujian direncanakan, disusun, pengaturan waktu, memiliki pengaruh kuat dalam tingkat kegelisahan siswa yang menerimanya. Batasan-batasan dan tekanan waktu membuatnya stres, terutama pada siswa yang lebih suka melakukannya dengan lambat dan berhatihati. Memberitahu siswa bahwa sebuah ujian adalah untuk mengukur kemampuan, bisa menggiring mereka menjadi gelisah karena merisaukan hasil ujian mereka. Beberapa siswa kehilangan kepercayaan diri dan konsentrasinya ketika menghadapi serangkaian soal-soal ujian yang tampak sangat sulit begi mereka. 2.2 Komponen-Komponen Kecemasan Kecemasan merupakan suatu perasaan yang tidak meyenangkan dan suatu rasa cemas yang mencengkam, keadaan khawatir akan masa depan atau akan terjadi sesuatu yang tidak diharapkan atau adanya pertentangan dalam diri sehingga rasa cemas itu akan mencengkam dengan menimbulkan reaksi fisik yang juga akan mengganggu. 7

Menurut Dacey (200 : 147), dalam mengenali gejala kecemasan dapat ditinjau melalui tiga komponen, yaitu : a). Komponen psikologis adalah reaksi yang tamapak pada pada gejala-gejala psikologis berupa kegelisahan, gugup, tegang, cemas, rasa tidak aman, takut, cepat terkejut. b). Komponen fisiologis yaitu tubuh terutama pada organ-organ berupa jantung berdebar, keringat dingin pada telapak tangan, tekanan darah meninggi (mudah emosi), sentuhan dari luar berkurang, gerakan peristaltik bertambah, gejala fisik (otot), gejala sensorik, gejala respiratori, gejala gastrointertinal, gejala urogenital. c). Komponen Sosial : sebuah perilaku yang ditunjukkan oleh individu di lingkungannya. Perilaku itu dapat berupa : tingkah laku (sikap) dan gangguan tidur. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada saat mengalami kecemasan seseorang dapat mengalami dua reaksi yaitu berubahnya keadaan fisik dan keaadaan psikiologis sehiingga menyebabkan perilakunya tidak efektif. 2.3 Tingkat Kecemasan Gejala kecemasan ada dalam bermacam-macam bentuk dan kompleksitasnya, namun biasanya cukup mudah dikenali. Seseorang yang mengalami kecemasan cenderung untuk terus menerus merasa khawatir akan keadaan yang buruk yang akan menimpa dirinya atau diri orang lain yang dikenalnya dengan baik. 8

Stuart dan Sundeen (1995) membagi kecemasan menjadi 4 tingkatan yaitu : a) Kecemasan Ringan Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Respon Fisiologis: Sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar Respon Kognitif : mampu menerima ransangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif Respon perilaku dan Emosi : tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang-kadang meninggi b). Kecemasan sedang Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun/individu lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain. Respon Fisiologis : Sering nafas pendek, tekanan darah naik, mulut kering, diare/konstipasi, gelisah Respon Kognitif : rangsang luar tidak mampu diterima, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya Respon Prilaku dan Emosi : gerakan tersentak-sentak (meremas tangan) bicara banyak dan lebih cepat, perasaan tidak nyaman 9

c). Kecemasan berat Pada kecemasan berat lahan persepsi menjadi sempit. Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal yang lain. Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan/tuntutan. Respon Fisiologis : Sering nafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur Respon Kognitif : lapang persepsi sangat menyempit, tidak mampu menyelesaikan masalah Respon Prilaku dan Emosi : perasaan ancaman meningkat, verbalisasi cepat, blocking. d). Panik Pada tingkat ini persepsi sudah terganggu sehingga individu sudah tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi pengarahan/tuntunan. Respon Fisiologis : nafas pendek, rasa tercekik dan berdebar, sakit dada, pucat, hipotensi, tidak dapat menahan buang air kecil Respon Kognitif : tidak dapat berfikir lagi Respon Prilaku dan Emosi : mengamuk dan marah, ketakutan, berteriak-teriak, blocking, persepsi kacau Sukmadinata (2003:18) mengungkapkan bahwa kecemasan dan kekhawatiran memiliki nilai positif, asalkan intensitasnya tidak begitu kuat, sebab kecemasan dan ringan dapat menjadi motivasi. Kecemasan dan kekhawatirn yang 10

sangat kuat bersifat negatif, sebab dapat menimbulkan baik secara psikis maupun fisik. Jadi, pada dasarnya kecemasan dalam tingkat rendah dan sedang berpengaruh positif terhadap penampilan belajar siswa, salah satunya dapat meningkatkan motivasi belajar, sebaliknya akan memberikan pengaruh yang buruk apabila kemasan berada pada taraf yang tinggi. 2.4 Kecemasan Menghadapi Ujian Tingkatan kecemasan individu tergantung pada situasi, beratnya impuls yang datang dan kemampuan untuk mengendalikan diri dalam menghadapi persoalan. Proses terbentuknya kecemasan ujian dapat digambarkan dengan urutan. Adanya stimulus berupa bayangan ancaman atau bahaya potensial yang muncul saat menghadapi ujian, kemudian memicu kecemasan dan menyebabkan siswa terseret dalam pikiran yang mencemaskan. Sebab awal dari kecemasan itu adalah tanggapan pikiran dalam mempersepsikan stimulus yang diterima oleh siswa saat ujian. Kecemasan menghadapi ujian (ulangan semester), khususnya pada mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa, khususnya matematika. Adapun aspek kecemasan menghadapi ujian yaitu manifestasi kognitif, afektif, dan perilaku motorik yang tidak terkendali dan somatika yang tak terkendali. Adapun penjelasan tentang aspek dan indikator kecemasan menghadapi ujian adalah sebagai berikut. 2.4.1 Manifestasi kognitif yang tidak terkendali Manifestasi kognitif yang tidak terkendali adalah munculnya kecemasan sebagai akibat dari cara berpikir siswa yang tidak terkondisikan yang seringkali 11

memikirkan tentang malapetaka atau kejadian buruk yang akan terjadi dalam menghadapi ujian. Secara kognitif, individu tersebut terus menerus mengkhawatirkan segala macam masalah yang mungkin terjadi dan sulit sekali berkonsentrasi atau mengambil keputusan dan apabila ia dapat mengambil keputusan, hal ini akan menghasilkan kekhawatiran lebih lanjut, individu juga akan mengalami kesulitan tidur atau isomnia. Sulit konsentrasi dalam menghadapi ujian adalah suatu aktivitas berpikir siswa yang tidak bisa focus terhadap masalah yang akan diselesaikannya dalam menghadapi ujian. Sulit konsentrasi dalam ujian ditunjukkan dengan kesulitan dalam membaca dan memahami pertanyaan ujian, kesulitan berpikir secara sistematis, kesulitan mengingat kata kunci dan konsep saat menjawab pertanyaan essai atau uraian. Bingung adalah perasaan yang timbul saat siswa harus mengambil suatu keputusan yang sulit dalam menjawab soal ujian oleh karena terdapat beberapa alternatif jawaban yang menurutnya benar atau salah karena pikirannya.dalam kondisi pikiran yang bingung tersebut sehingga tidak dapat memilih jawaban yang benar. Mental blocking adalah hambatan secara mental / psikologis yang menyelubungi pikiran siswa saat ujian sehingga tidak bisa berpikir dengan tenang. Manifestasi (kemunculan) mental blocking ditunjukkan dengan pertanda bahwa saat membaca pertanyaan ujian, tiba-tiba pikiran seperti kosong (blank) dan kemungkinan tidak mengerti alur jawaban yang benar saat ujian atau bahkan lebih cemas lagi karena kehabisan waktu dalam pengerjaan soal ujian. 12

2.4.2 Manifestasi afektif yang tidak terkendali Manifestasi afektif yang tidak terkendali adalah kecemasan muncul sebagai akibat siswa merasakan perasaan yang berlebihan saat menghadapi ujian yang diwujudkan dalam bentuk perasaan khawatir, gelisah dan takut dalam menghadapi ujian terutama pada mata pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa. Adanya emosi dalam individu tidak tenang dan mudah tersinggung, sehingga memungkinkan ia depresi. Menurut kamus The concise of Oxford English Dictionary, rasa khawatir adalah perasaan tidak nyaman akan kesulitan hidup yang sedang dialami atau yang dibayangkan akan terjadi. Khawatir dalam menghadapi ujian adalah perasaan terganggu akibat bayangan/pikiran buruk yang dibuat oleh siswa sendiri dan dibayangkan akan terjadi saat menghadapi ujian. Bayangan dan pikiran buruk yang dimaksud yaitu merasa khawatir apabila soal ujian terlalu sulit untuk dijawab, perkiraan antara apa yang dipelajari tidak keluar dalam ujian. Takut adalah suatu perasaan tidak berani menghadapi sesuatu yang pada perasaannya akan mendatangkan bencana bagi siswa saat menghadapi ujian (Zainal,2011). Rasa takut tersebut membuat siswa menjadi tidak berdaya untuk berpikir dengan baik karena selalu dibayangi oleh bencana yang dibayangkan karena kemungkinan tidak bisa mendapatkan nilai yang memuaskan, takut tidak lulus, dan takut duduk paling depan sehingga tidak bisa tenang dalam ujian. Gelisah adalah perasaan tidak tentram yang dialami siswa saat ujian sehingga membuatnya tidak percaya diri untuk bisa menghadapi ujian dengan baik (Poerwadarmita, 1986).Rasa gelisah dalam menghadapi ujian muncul karena 13

siswa tidak bisa menemukan jawaban soal yang sulit, waktu yang disediakan dirasa tidak cukup dan merasa gelisah ketika ada siswa yang sudah mendahului selesai mengerjakan soal ujian. 2.4.3 Perilaku motorik yang tidak terkendali Perilaku motorik yang tidak terkendali adalah gerakan tidak menentu seperti gemetar dan tegang pada otot yang dirasakan oleh siswa ketika menghadapi ujian. Secara motorik, gemetar sampai dengan kegoncangan tubuh yang berat. Individu sering gugup dan mengalami kesukaran dalam berbicara. Gemetar adalah suatu gerakan yang dilakukan tanpa sengaja, karena merasakan suatu ancaman ketika menghadapi ujian seperti diharuskan untuk menjawab soal dengan cepat, diharuskan duduk di depan dan keterbatasan waktu yang tersedia saat ujian. Semua gerakan ini tanpa disadari dan dapat mempengaruhi tangan, lengan, kepala, wajah, pita suara dan kaki. 2.4.4 Somatik yang tak terkendali Secara somatik, reaksi fisik atau biologis dapat berupa gangguan pernapasan ataupun gangguan pada anggota tubuh seperti; jantung berdebar, berkeringat, tekanan darah meningkat, dan gangguan pencernaan, bahkan terjadi kelelahan dan pingsan Pada umumnya kategori kecemasan menghadapi ujian diklasifikasikan menjadi tiga tingkat, yaitu sangat cemas yang artinya siswa tidak dapat mengendalikan manifestasi kognitif, afektif dan perilaku motoriknya; cukup cemas yang artinya siswa agak merasa cemas dalam menghadapi ujian; dan tidak cemas artinya siswa dapat mengendalikan manifestasi kognitif, afektif dan 14

perilaku motoriknya. Tingkatan tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sudjana (1996). 2.5 Pengertian Ujian Dalam konteks akademis, ujian adalah tes yang bertujuan untuk menentukan kemampuan seseorang. Dilihat dari cara pelaksanaannya, maka melakukan ujian (evalusai) itu dapat di bedakan menjadi tiga cara:lisan, tertulis, gabungan antara tertulis dan lisan. (Soekartawi, 1995:84) Ujian lisan Manfaat evaluasi lisan adalah pengajar dapat mengetahui secara pasti tingkat kemampuan siswa di dalam memahami bahan ajar yang di berrikan. Disisi lain kelemahan cara ini adalah disamping cara lisan memerlukan waktu yang relatif lama, maka dangan cara evaluasi lisan ini justru menumbulkan persoalan kalau bahan yang di ajukan atau di tanyakan menjadi tidak terkontrol, sehingga ada kesan bahwa pengajar yang menguji bertindak tidak adil. Ujian tertulis Sebaliknya apada ujian tertulis (mengerjakan uraian atau essay), dapat dilakasanakan secara singkat tetapi memeriksanya memerlukan waktu yang relatif lama. Namun ada pula macam ujian tertulis yang disusun sedemikian rupa sehingga macam ujian ini menjadi relatif evektif, yitu antara lain: (a) jawaban singkat, (b) menyelesaikan kalimat, (c) mengingat kembali hal-hal penting, (d) mengisi istilah-istilah penting, (e) uraian (essay). 15

Model ujian tertulis dari (a) sampai dengan (e) disebut dengan tes objektif. Dalam terminologi kependidikan, ada pula yang membedakannya menjdai dua macam, yaitu :Ujian yang berupa uraian (essay test) dan Uraian objektif (objektif test). Ujian Pilihan Ganda Ujian pilihan berganda ada dua macam, yaitu : a) Memilih satu jawaban yang paling benar dari dua alternatif pilihan; Memilih satu diantara dua pilihan ini dikenal dengan true and false questions.jadi siswa harus memilih jawaban benar atau salah, atau ya atau tidak, dimana peluang benar atau alah untuk masing-masing jawaban adalah 50 persen. Beberapa kelebihan cara ini adalah diperlukan waktu dan keterampilan dalam membuat pertanyaan, karena pertanyaan yang ditulis harus jelas menghendaki jawaban satu diantara dua alternatif. Kelebihan lain cara ini adalah pengajar lebih mudah melakukan penilaian dan waktu yang diperlukan untuk menilai juga relatif singkat. Sebaliknya, kelemahan cara ini antara lain adalah bila siswa tidak belajar dengan baik, maka peluang untuk menjawab dengan kira-kira (menduga saja, apakah jawabannya benar atau tidak) adalah 50 persen. Dengan kata lain, siswa terlalu besar mengambil risiko bila ia menjawab dengan cara menduga. b) Memilih satu jawaban yang paling benar lebih dari dua alternatif pilihan (biasanya lima alternatif pilihan) 16

Cara ini sering disebuut dengan pilihan berganda atau pultiple choice test. Cara ini juga populer dan banyak dipakai karena soal semacam ini banyak mempunyai kelebihan, antara lain : 1) Pengajar dapat lebih mudah mengoreksinya 2) Efisien bila dilihat dari waktu yang relatif singkat untuk memriksanya. 3) Dapat dipakai untuk menguji tingkat pemahaman siswa terhadap sesuatu objek yang dipandang berbeda dari berbagai sumber. 4) Untuk membantu siswa yang merasa kesulitan kalau ujiannya tertulis, atau merasa kesulitan kalau ujiannya lisan. 5) Bila ujiannya selesai, siswa dan pengajar dapat mendiskusikan jawaban yang salah, sehingga menyenangkan untuk dipakai sabagai bahan untuk diskusi. Di samping kelebihan yang dimiliki oleh cara ini, juga pada pilihan berganda ini terdapat kelemahan-kelemahan sehingga cara ini tidak dipakai oleh para pengajar. Kelemahan-kelemahan tersebut yaitu antara lain: 1) Sering membuat para siswa menjadi tambah bingung, bila ia tidak jeli memilih jawaban yang benar 2) Bagi siswa yang malas berpikir, maka cara ini lebih mendorong siswa untuk menjawab dengan kira-kira saja, padahal peluang salah adalah besar sekali (50 persen) 17

3) Memerlukan keahlian dalam membuat pertanyaan. Biasanya, makin berpengalaman anda menjadi pengajar, maka justru makin sulit anda membuat soal, sebab anda mengetahui persis akibatnya bila soal tersebut adalah soal yang tidak baik. 2.6 Fungsi dan Tujuan Pelaksanaan Ujian Menurut Hamalik (2008:211) Ujian atau evaluasi pada umumnya mengandung fungsi dan tujuan sebagai berikut : Pertama, untuk menentukan angka kemajuan hasil belajar para siswa.angkaangka yang diperoleh dicantumkan sebagai laporan kepada orang tua, untuk kenaikan kelas, dan penentuan kelulusan para siswa. Kedua, untuk menempatkan para siswa ke dalam situasi belajar mengajar yang tepat dan serasi dengan tingkat kemampuan, minat, dan berbagai karakteristik yang dimiliki oleh setiap siswa. Ketiga, untuk mengenal latar belakang siswa (psikologis, fisik, dan lingkungan), yang berguna, baik dalam hubungan dengan fungsi kedua maupun untuk menentukan sebab-sebab kesulitan belajar para siswa.informasi yang diperoleh dapat digunakan untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan pendidikan guna mengatasi kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi. Keempat, sebagai umpan balik bagi guru yang pada girilannya dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan program remedial bagi para siswa. 18

2.7 Hakikat Matematika Banyak orang yang mempertukarkan antara matematika dengan aritmetika atau berhitung.padahal, matematika memiliki cakupan yang lebih luas daripada aritmetika.aritmetika hanya merupakan bagian dari matematika. Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap sulit oleh para siswa. Rusel mendefinisikan bahwa matematika sebagai suatu studi yang dimulai dari pengkajian bagian-bagian yang sangat dikenal menuji arah yang tidak dikenal. Arah yang dikenal itu tersusun baik (konstuktif), secara bertahap menuju arah yang rumit (kompleks) dari bilangan bulat ke bilangan pecah, bilangan rill ke bilangan kompleks, dari penjumlahan dan perkalian kediferensial dan integral, dan menuju matematika yang lebih tinggi. Pakar lain, Soedjadi memendang bahwa matematika merupakan ilmu yang bersifat abstrak, aksiomatik, dan deduktif. (Uno & Kuadrat 2009:108). Menurut Johnson dan Myklebust (1967:44) Matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi toritisnya adalah untuk memudahkan berpikir. Lerner (1988:430) Mengemukakan bahwa matematika disamping sebagai bahasa simbolis juga merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas. Kline dalam Abdurrahman (2003:252) juga mengemukakan bahwa matematika merupakan bahasa simbolis dan cirri utamnya adalah penggunaan 19

cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. Selanjutnya Paling mengemukakan bahwa matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara menggunakan informasi, manggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam melihat dan menggunakan hubungan-hubungan. Dari berbagai pandangan dan pengertian di atas, dapat di simpulkan bahwa matematika adalah suatu bahasa simbolis dan juga suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktik, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan mengkomunikasikan ide mengenai elemen dan kuantitas. 2.8 Solusi Untuk Mengurangi Kecemasan Dalam Menghadapi Ujian Dalam proses belajar mengajar kita tidak dapat melepasakan diri dari tes ataupun ujian. Selain untuk evaluasi, ujian juga merupakan salah satu cara pengajar untuk motivasi dan membimbing siswa dalam belajar. Ujian ataupun ulangan merupakan salah satu sumber kecemasan bagi seseorang. Adalah normal ketika siswa kadang merasa cemas atau khawatir saat menghadapi kesulitan di sekolah, seperti saat akan mengerjakan soal ujian atau ulangan. Berikut adalah beberapa cara guru yang bisa digunakan untuk mencegah dan mengurangi timbulnya kegelisahan para siswa dalam menghadapi ujian meurut Woldkwski & Jaynes (2004:130) : 20

1) Menggunakan persaingan dengan sangat berhati-hati. Maksudnya yaitu tidak seorang pun menyukai kekalahan, terutama ketika ia kelihatan buruk, dan ia tahu bahwa ia akan kalah bahkan sebelum memulainya. 2) Pasitikanlah bahwa petunjuk-petunjuknya jelas. Yaitu menuliskan terlebih dahulu petunjuk ujian di atas papan atau di lembar ujian, jangan diberikan secara lisan. 3) Hindarkan tekanan dan batas-batas waktu yang tidak perlu. Setiap siswa memerlukan cara ini agar bisa menyelesaikan ujian-ujian penting dalam batasbatas waktu yang di tentukan. 4) Mengajukan ujian-ujian dengan dorongan, bukan ancaman. Para guru bisa membantu siswa untuk merasa lebih santai dan percaya diri ketika mereka menghadapi ujian sebagai kesempatan-kesempatan yang mana para siswa sudah dipersiapkan dengan baik dan mereka bisa berprestasi lebih baik. 5) Buatlah persiapan untuk bukti ujian. Karena tujuan utama pelaksanaan ujian adalah untuk memberi siswa kesempatan untuk membuktikan penguasaan belajar mereka dengan sebaik-baiknya. Adapun beberapa hal yang dapat dilakukan siswa lakukan sebelum, selama dan sesudah ujian untuk mengurangi kecemasan menghadapi ujian (Arief Furchan, 2009). 1) Gunakan teknik belajar untuk dapat menguasai materi yang akan diujikan secara kognitif. Penguasaan ini akan membantu siswa mendekati ujian dengan rasa percaya diri, dan bukan rasa cemas yang berlebihan. 21

2) Bersikap positif ketika belajar. Berfikir keberhasilan, bukan kegagalan. Dan menganggap ujian itu sebagai suatu kesempatan untuk menunjukkan seberapa jauh anda telah memahami materi yang diujikan. 3) Masuklah ke ruang ujian dengan kondisi cukup istirahat dan makan cukup. Tidur dengan cukup di malam menjelang ujian. Makan makanan yang ringan dan bergizi sebelum ujian. 4) Tetap santai ketika ujian berlangsung. Menarik nafas pelan-pelan dan dalamdalam. Ini dapat membatu memusatkan perhatian pada pernyataan positif seperti saya dapat mengerjakan ini. 5) Mengikuti rencana belajar yang sudah dibuat untuk menghadapi ujian. Jangan panic meskipun seandainya ujian itu ternyata sulit. Tetaplah dengan rencana belajar yang telah dibuat. 6) Jangan mempedulikan siswa lain yang menyelesaikan ujian terlebih dahulu daripada anda. Gunakan waktu yang anda perlukan untuk berusaha sebaik mungkin. 7) Sesudah menyelesaikan ujian itu dan menyerahkan jawaban anda, lupakanlah ujian itu sementara. Tak ada lagi yang dapat anda lakukan sampai hasil ujian itu dikembalikan kepada anda. Alihkan perhatian dan usaha anda pada tugas dan ujian baru yang akan datang. 8) Ketika hasil ujian itu dikembalikan kepada anda, analisalah hasil itu untuk mengetahui dimana kekurangan dan kelebihan anda dalam ujian tersebut. Belajarlah dari kesalahan dan keberhasilan anda. Terapkan pengetahuan ini 22

ketika anda mengikuti ujian berikutnya. Untuk berhasil dalam ujian, seharusnya menguasai materi ujian itu. 23