BAB 1 PENDAHULUAN. telah menempatkan dokter dalam peran sebagai pelaku ekonomi, yakni sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. yang profit maupun yang non profit, mempunyai tujuan yang ingin dicapai melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 menyatakan bahwa rumah sakit. merupakan pelayanan kesehatan yang paripurna (UU No.44, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat menjadi lebih selektif dalam memilih jasa pelayanan dari suatu rumah

Perbedaan jenis pelayanan pada:

TESIS Untuk memenuhi persyaratan Mencapai derajat Sarjana S 2. Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Administrasi Rumah Sakit

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan swasta semakin menuntut pelayanan yang bermutu. Tidak dapat dipungkiri pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang bergerak di bidang pelayanan

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. jasa pelayanan kesehatan seperti rumah sakit untuk memberikan informasi, fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Namun seiring berkembangnya zaman, rumah sakit pada era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. padat modal dan padat teknologi, disebut demikian karena rumah sakit memanfaatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. pentingnya kesehatan sebagai hak azasi manusia. Sehat merupakan kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi pelayanan publik dewasa ini semakin mendapat tekanan dari

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan pasien adalah suatu perasaan pasien yang timbul akibat kinerja

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan tantangan yaitu peningkatan persaingan dalam berbagai upaya. Salah

BAB 1 : PENDAHULUAN. yaitu pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. (1,2)

BAB 1 PENDAHULUAN. Promosi kesehatan menurut Piagam Ottawa (1986) adalah suatu proses yang

SKRIPSI. GAMBARAN KUNJUNGAN PASIEN RAWAT JALAN PADA 10 BESAR ANGKA KUNJUNGAN PASIEN DI POLIKLINIK RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dengan tingginya standar tingkat pendidikan, keadaan sosial ekonomi

Analisis Hubungan Karakteristik Pasien Dengan Kepuasan Pelayanan Rawat Jalan Semarang Eye Center (SEC) Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang

BAB I PENDAHULUAN. memenuhinya serta meminimalkan kesalahan yang membuat pasien kecewa.

BAB I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan telah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

pendidikan dan penelitian yang erat hubungannya dengan kehidupan menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan dorongan atau motivasi kepada pasien untuk menjalin ikatan dan

BAB I PENDAHULUAN. perbekalan kesehatan adalah pelayanan obat dan perbekalan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Mulut yang merupakan pusat rujukan, pendidikan dan penelitian (Peraturan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen pada hakekatnya adalah proses pengambilan keputusan dalam. kemampuan manajemen menggunakan informasi tersebut.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang Undang Nomor 24 tahun 2011 mengatakan bahwa. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu tempat untuk melakukan upaya peningkatan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RAWAT JALAN EKSEKUTIF DI RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menuntut tiap organisasi profit dan non profit untuk saling berkompetisi

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan aktivitasnya sehari-hari (Noor, 2001). World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuknya perilaku dapat dibedakan menjadi perilaku tertutup dan terbuka

BAB I PENDAHULUAN. yang memberikan jasa atau pelayanan di sektor kesehatan. merupakan sektor ekonomi terbesar dalam masyarakat maju (Heizer, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. penting guna menunjang aktifitas sehari-hari. Demi terpenuhinya. kesehatan. Undang Undang Nomor 44 tahun 2009 mendefinisikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, pelayanan prima merupakan elemen utama di rumah

BAB I PENDAHULUAN. paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PE DAHULUA. Universitas Indonesia. Analisis hubungan bauran..., Tri Yuliana, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan-kebutuhan baru sebagai kebutuhan dasar mutu layanan. Salah satu

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN. A. Kedudukan Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

EFISIENSI RUMAH SAKIT DI SUKOHARJO DENGAN METODE DATA ENVELOPMENT ANALYSIS (DEA)

BAB 1 PENDAHULUAN. Promosi Kesehatan di Rumah Sakit (PKRS) merupakan upaya

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 3 SERI D

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat (Haliman dan Wulandari, 2012).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. juga untuk keluarga pasien dan masyarakat umum. (1) Era globalisasi yang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Berkembangnya jumlah rumah sakit di Indonesia menjadikan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun dengan menggunakan media komunikasi. dan ketegangan, antara lain komunikasi yang bersifat menghibur hubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga masyarakat guna mendapatkan derajat kesehatan setinggi-tingginya

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peranan komunikasi menjadi lebih penting dalam pemberian asuhan

BAB I PENDAHULUAN. diolah sebagai bahan pembuat laporan pelayanan rumah sakit. Rumah sakit

jaminan kesehatan nasional. (Kemenkes, 2015).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

Perbedaan puskesmas dan klinik PUSKESMAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk Usaha, Bidang Usaha, dan Perkembangan Usaha. Klinik Bhakti Mulya Tangerang merupakan salah satu perusahaan bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit sebagai suatu organisasi dibidang jasa pelayanan kesehatan harus. persaingan bisnis yang semakin kompetitif tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia untuk dapat

HUBUNGAN WAKTU PELAYANAN REKAM MEDIS DI TPPRJ DENGAN KEPUASAN PASIEN POLIKLINIK BEDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR MALANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan instansi penyedia layanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. konsumen menjadi salah satu sumber informasi mengenai produk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjang aktifitas sehari-hari. Manusia melakukan berbagai upaya demi

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan efektivitas kerja yang positif bagi pegawai. Adanya kepemimpinan yang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola hubungan dokter dan pasien telah mengalami pergeseran dari zaman ke zaman. Hubungan antara dokter dan pasien yang dulunya menganut pola paternalistik berubah menjadi hubungan yang bersifat kontraktual. Kondisi dan situasi saat ini telah menempatkan dokter dalam peran sebagai pelaku ekonomi, yakni sebagai penyedia layanan jasa. Apabila jasa yang diberikan tidak memuaskan pasien, maka pasien pun berhak untuk menyampaikan keluhan bahkan sampai pada tuntutan hukum ke pengadilan (Subijanto, 2009). Meningkatnya sarana pelayanan kesehatan non-medis yang evidence basednya tidak diketahui, ternyata diserbu oleh masyarakat awam misalnya pengobatan alternatif di berbagai tempat di Indonesia, hal ini menunjukkan indikasi adanya fenomena penurunan minat orang sakit untuk memeriksakan dirinya ke dokter. Fenomena tersebut dipengaruhi oleh tingginya biaya kesehatan maupun berkurangnya kepercayaan masyarakat pada pelayanan tenaga kesehatan. Saat ini semakin banyak pula masyarakat Indonesia yang pergi ke luar negeri untuk berobat karena sudah tidak lagi percaya akan kompetensi tenaga kesehatan di Indonesia. Sebuah kajian menyimpulkan bahwa kepercayaan pada pelayanan kesehatan ternyata sangat dipengaruhi oleh mutu hubungan dokter dengan pasien (Calnan et.al, 2004).

Akhmadi (2008), mengungkapkan fenomena rendahnya pemanfaatan unit pelayanan kesehatan berpengaruh terhadap tercapainya hidup sehat. Berdasarkan Data Singapore Medicine yang dikutip oleh Akhmadi (2008), mengungkapkan dari 374.000 pasien manca negara, sekitar 90 % pasiennya dari Indonesia khusus untuk berobat ke Rumah Sakit Mount Elizabeth. Nadesul (2008) mengungkapkan pilihan masyarakat untuk berobat ke luar negeri karena kurangnya sarana medik, rendahnya tingkat kepercayaan pasien, komunikasi yang belum efektif antara dokter dengan pasien, pelayanan yang kurang ramah dan minimnya teknologi dan sumber daya. Komunikasi yang efektif antara dokter dengan pasien adalah terciptanya rasa nyaman dengan terapi medis yang diberikan dokter pada pasien. Faktor perilaku dokter terhadap pasiennya, kemampuan dokter untuk mendapatkan dan menghormati perhatian pasien, tersedianya informasi yang tepat dan timbulnya empati serta membangun kepercayaan pasien ternyata merupakan kunci yang menentukan dalam kenyamanan yang baik dengan terapi medis pada pasien dalam pelayanan kesehatan. Hasil penelitian (Stewart, 1999; Stewart, 2000) mengungkapkan bahwa komunikasi yang lebih baik antara dokter dan pasien di rumah sakit menunjukkan hubungan emosional dan kesehatan fisik yang lebih baik, penurunan gejala yang lebih bermakna dan kontrol yang lebih baik pada berbagai penyakit kronis. Salah satu institusi penyelenggara pelayanan kesehatan untuk mendukung peningkatan status kesehatan adalah rumah sakit. Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit menyatakan bahwa rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang bertujuan menyelenggarakan pelayanan kesehatan per orangan secara paripurna, lebih difokuskan pada upaya promosi kesehatan (promotif) dan

pencegahan (preventif) dengan tidak mengabaikan upaya kuratif-rehabilitatif yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Pemerintah bertanggungjawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat (UU No.44, 2009). Jacobalis (2000); Dawud (1999), menyatakan saat ini pola pengelolaan rumah sakit telah mengalami perubahan, terutama berkaitan dengan peningkatan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Salah satu perubahan tersebut adalah adanya pergeseran paradigma rumah sakit sebagai lembaga usaha not for profit menjadi lembaga usaha sosio-economic (suatu lembaga yang selain memperhatikan faktor keuangan juga harus tetap memperhatikan pelayanan pada pasien miskin sebagai fungsi sosial), sehingga memaksa manajemen rumah sakit harus menyesuaikan dengan perubahan tersebut. Sumber daya manusia dalam organisasi pelayanan kesehatan adalah tenaga medis dan paramedis. Salah satu tenaga medis yang sangat berperan besar dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat pada sarana pelayanan kesehatan seperti rumah sakit adalah dokter. Peran dokter dalam kondisi dan situasi saat ini lebih berperan sebagai pelaku ekonomi, yakni sebagai penyedia layanan jasa. Ketika jasa yang diberikan tidak sesuai dengan harapan pasien, maka pasien berhak untuk menyampaikan keluhan bahkan sampai pada tuntutan hukum ke pengadilan. Hal ini terkait dengan maraknya tuntutan malpraktik di masyarakat yang menunjukkan salah satu gambaran komunikasi yang kurang efektif antara masyarakat

dengan profesi kesehatan atau tenaga kesehatan, lebih spesifik lagi antara pasien dengan dokter (Subijanto, 2009). Peran pasien telah berubah dari pasif menjadi asertif dalam upaya memperoleh informasi medis dan pembuatan keputusan medis. Kondisi seperti ini membutuhkan penguasaan komunikasi bagi seorang komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan kepada komunikannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Mantra (1990); Effendy (2003) dan Widjaya (2000), yang menyimpulkan bahwa terjadinya proses komunikasi ditunjukkan oleh beberapa unsur yang terdiri dari komunikator, pesan, media, komunikan, efek dan umpan balik. Dengan adanya umpan balik dapat diketahui apakah proses komunikasi berjalan efektif atau tidak Demikian juga pendapat Komalawati (2000), yang menyimpulkan bahwa pada hakekatnya hubungan antar manusia tidak dapat terjadi tanpa melalui komunikasi, dalam hal ini termasuk hubungan antara dokter dengan pasien dalam pelayanan medis. Komunikasi menjadikan tujuan atau pesan sebagai milik bersama, sehingga terjadi saling pengertian antar pihak dalam suatu kegiatan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan komunikasi. Kegiatan komunikasi antara dokter dengan pasien dapat disimpulkan sebagai interaksi dalam komunikasi. Interaksi dalam komunikasi dapat dibedakan atas tiga kategori, yaitu komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok kecil dan komunikasi publik. Muhammad (2005), menyatakan bahwa komunikasi interpersonal merupakan proses pertukaran informasi di antara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya yang menggambarkan efektif atau tidaknya komunikasi.

Devito (1997) dalam (Effendy, 2003), menyatakan efektivitas komunikasi interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan, yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berlangsungnya komunikasi interpersonal yang baik sangat terkait dengan faktor personal dan faktor situasional komunikan dengan komunikator, dalam hal ini antara pasien dengan dokter. Hubungan dokter dan pasien telah disadari merupakan bagian penting dalam aspek mutu pelayanan kesehatan. Komunikasi dokter dan pasien telah terbukti membawa pengaruh pada kepatuhan pengobatan, meningkatkan kepuasan pasien dan akhirnya akan membawa manfaat bagi keluaran pengobatan (Roberts, 2002; Lee et al., 2008; Thorne et al., 2008). Rumah Sakit. Umum Pusat H. Adam Malik Medan (RSUP.HAM Medan) merupakan Rumah Sakit Kelas A sesuai dengan SK Menkes No.335/Menkes/SK/VIII/1990. Rumah sakit ini menghadapi persaingan dengan pelayanan kesehatan lainnya yang jumlahnya semakin meningkat seperti praktek dokter, klinik 24 jam, praktek bidan dan rumah sakit swasta. Berdasarkan catatan rekam medik dan marketing RSUP.HAM Medan, konsumen utama rumah sakit adalah masyarakat dengan penghasilan menengah ke bawah, karyawan perusahaan besar, menengah dan kecil, peserta asuransi kesehatan: Jamsostek, Askes dan asuransi lainnya. Kegiatan kunjungan pasien rawat jalan tahun 2009 sampai dengan tahun 2010, seperti ditunjukkan pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Kunjungan Rawat Jalan di RSUP. HAM Medan Tahun 2009-2010 No Kunjungan Pasien Tahun Keterangan 2009 2010 (%) 1 SMF. Penyakit dalam 7.853 7.504 (4.65) 2 SMF. Anak 7.941 7.140 (11.22) 3 SMF. Obstetri dan Ginekologi 973 950 (2.42) 4 SMF. Bedah 2.345 2.373 1.18 5 SMF. THT 1.835 1.656 (10.81) 6 SMF. Mata 6.799 6.699 (1.49) 7 SMF. Syaraf 1.392 1.397 0.36 8 SMF: Jiwa 2.650 2.911 8.97 9 SMF: Gigi dan Mulut 2.296 2.193 (4.70) 10 SMF: Kulit dan Kelamin 2.549 2.072 (23.02) 11 SMF: Kardiologi 3.288 3.143 (4.61) 12 SMF: Paru 3.243 4.482 27.64 13 SMF: Bedah Syaraf 227 238 4.62 Sumber : Data Bagian Rekam Medis RSUP.HAM Medan Tahun 2011 Data di atas menunjukkan kunjungan pasien rawat jalan dari tahun 2009 sampai tahun 2010 per tahunnya berfluktuasi naik dan turun. Kunjungan pasien rawat jalan yang mengalami peningkatan berdasarkan poli, yaitu Staf Medis Fungsional (SMF) bedah, syaraf, jiwa, paru dan bedah syaraf dan selebihnya mengalami penurunan pada seluruh unit SMF. Salah satu peneyebab menurunnya jumlah kunjungan pasien rawat jalan diduga terkait dengan belum efektifnya komunikasi antara dokter dengan pasien. Survei pendahuluan di RSUP H. Adam Malik Medan diperoleh informasi melalui kotak saran tentang keluhan pasien rawat jalan sehubungan dengan pelayanan dokter di instalasi rawat jalan. Keluhan pasien pada instalasi rawat jalan yang masuk ke kotak saran berjumlah 69 surat pada periode bulan Januari hingga Maret 2011, terdiri atas: 80% menyatakan tidak puas pelayanan dokter baik dokter umum maupun spesialis di poliklinik rawat jalan, karena dokter terlambat datang, sehingga pasien harus menunggu lebih 1 jam, 78% menyatakan kehadiran dokter tidak sesuai jadwal

praktek yang ada, 65% menyatakan dokter kurang ramah, dan 95% menyatakan waktu komunikasi dan konsultasi dengan dokter sangat minim. Hasil rekapitulasi surat keluhan pasien ini juga menunjukkan indikasi bahwa komunikasi interpersonal antara dokter dengan pasien belum efektif dalam melayani pasien di RSUP. HAM Medan. Hal ini sejalan dengan pendapat Gibson, et.al. (1996), menyatakan bahwa beberapa alat komunikasi paling umum dan biasa digunakan dalam perusahaan adalah kotak saran, pertemuan kelompok, dan prosedur penyampaian keluhan atau pertimbangan. Hasil penelitian Karyati (2006), mengungkapkan bahwa berdasarkan mutu pelayanan medik dokter di RSI Sultan Agung Semarang menyimpulkan ada hubungan interpersonal dokter dengan minat kunjungan ulang. Demikian juga penelitian Rinaldy (2005), mengungkapkan bahwa komunikasi interpersoanal antara perawat dengan pasien di puskesmas berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pasien. Mengingat dokter sebagai sumber daya manusia terpenting dalam menjalankan operasional suatu rumah sakit dan kontribusi yang diberikan dokter sangat menentukan kualitas pelayanan di rumah sakit, maka dokter dituntut untuk memiliki kemampuan intelektual, interpersonal, kemampuan teknis dan moral. Oleh karena itu pelayanan kesehatan yang diberikan dokter merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit. Fenomena belum efektifnya komunikasi interpersonal antara dokter dengan pasien dan didukung oleh teori dan beberapa penelitian terdahulu perlu dikaji lebih mendalam tentang Pengaruh Faktor Personal dan Faktor Situasional terhadap

Efektivitas Komunikasi Dokter dengan Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan 1.2 Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah ada pengaruh faktor personal dan faktor situasional terhadap efektivitas komunikasi dokter dengan pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan?. 1.3 Tujuan Penelitian Menganalisis pengaruh faktor personal dan faktor situasional terhadap efektivitas komunikasi dokter dengan pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan. 1.4 Hipotesis Ada pengaruh faktor personal dan faktor situasional terhadap efektivitas komunikasi dokter dengan pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan. 1.5 Manfaat Penelitian 1) Penelitian ini sebagai bahan masukan bagi manajemen Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik Medan dalam pengambilan kebijakan tentang komunikasi interpersonal antara dokter dengan pasien. 2) Penelitian ini menambah khasanah ilmu pengetahuan yang terkait dengan efektivitas komunikasi dokter dengan pasien di rumah sakit.