BAB I PENDAHULUAN. hukum dengan cita-cita sosial dan pandangan etis masyarakatnya. 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara hukum, pernyataan tersebut diatur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan hukum dalam mengatur kehidupan masyarakat sudah dikenal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Notaris merupakan pejabat umum yang berwenang untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan perikatan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari dan juga usaha

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang dikarenakan berkembangnya globalisasi kehidupan. Segala

BAB I PENDAHULUAN. negara. Untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan strategi pembangunan hukum nasional. Profesionalitas dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut juga termasuk mengatur hal-hal yang diantaranya hubungan antar

BAB I PENDAHULUAN. unsur yang diatur dalam Pasal 1868 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 1. Dibuat dalam bentuk ketentuan Undang-Undang;

BAB I PENDAHULUAN. notaris merupakan pejabat umum yang mendapatkan delegasi kewenangan. yang tidak memihak dan penasehat hukum yang tidak ada cacatnya

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. hukum diungkapkan dengan sebuah asas hukum yang sangat terkenal dalam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. termasuk bidang hukum, mengingat urgensi yang tidak bisa dilepaskan. melegalkan perubahan-perubahan yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. autentik, yaitu dalam nilai pembuktian, akta autentik ini mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan hukum kepada masyarakat yang memerlukan perlindungan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk Undang Undang yaitu Undang Undang Nomor 30 Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pilar-pilar utama dalam penegakan supremasi hukum dan atau. memberikan pelayanan bagi masyarakat dalam bidang hukum untuk

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD)

BAB I PENDAHULUAN. akan disebut dengan UUJNP, sedangkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. perbankan, pertanahan, kegiatan sosial, pasar modal, dan untuk kepastian

BAB I PENDAHULUAN. ini, ada dua aturan yang wajib dipatuhi oleh seorang Notaris yaitu Undang-

BAB I PENDAHULUAN. sosial, tidak akan lepas dari apa yang dinamakan dengan tanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. maupun hukum tidak tertulis. Hukum yang diberlakukan selanjutnya akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

BAB I PENDAHULUAN. jabatannya, Notaris berpegang teguh dan menjunjung tinggi martabat

BAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum yang berintikan kebenaran dan keadilan. Kepastian dan

umum, ini dikuatkan lagi dengan akta yang dikeluarkan adalah alat bukti pemerintah dalam menjalankan jabatannya.

BAB I PENDAHULUAN. padat ini termasuk salah satu kota besar di Indonesia, walau luasnya yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap interaksi yang dilakukan manusia dengan sesamanya, tidak

BAB I PENDAHULUAN. menjamin kepastian hukum bagi seluruh rakyat Indonesia. tersebut. Sebagai salah satu contoh, dalam hal kepemilikan tanah

BAB I PENDAHULUAN. robot-robot mekanis yang bergerak dalam tanpa jiwa, karena lekatnya etika pada

BAB I PENDAHULUAN. otentik sangat penting dalam melakukan hubungan bisnis, kegiatan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sektor pelayanan jasa publik yang saat ini semakin berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. tertulis untuk berbagai kegiatan ekonomi dan sosial di masyarakat. Notaris

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan pasal..., Ita Zaleha Saptaria, FH UI, ), hlm. 13.

BAB I PENDAHULUAN. bersamaan dengan berkembangnya perekonomian di Indonesia. Hal ini tentu saja

BAB 1 PENDAHULUAN. Jasa yang diberikan Notaris terkait erat dengan persoalan trust (kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 ayat (3). Hukum merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JABATAN NOTARIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Asasi Manusia Republik Indonesia sebagai pelaksana pembinaan dan pengawasan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi hakikat profesinya menuntut agar bukan nafkah hidup itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan

PERANAN DAN FUNGSI MAJELIS PENGAWAS WILAYAH TERHADAP PELAKSANAAN TUGAS JABATAN NOTARIS RUSLAN / D

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan masyarakat yang berpengaruh terhadap kehidupan sosial

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus menjunjung tinggi Kode Etik Profesi Notaris sebagai rambu yang

BAB I PENDAHULUAN. hukum. Tulisan tersebut dapat dibedakan antara surat otentik dan surat dibawah

a. Kepastian hari, tanggal, bulan, tahun dan pukul menghadap; b. Para pihak (siapa-orang) yang menghadap pada Notaris;

BAB I PENDAHULUAN. mengatur hidup manusia dalam bermasyarakat. Didalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. menentukan bahwa dalam menjalankan tugas jabatannya, seorang

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai tujuan membangun negara yang sejahtera (Welfare State), akan

TANGGUNG JAWAB NOTARIS DALAM MENJALANKAN TUGAS PROFESINYA. Oleh : Elviana Sagala, SH, M.Kn Dosen Tetap STIH Labuhanbatu ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara Hukum. Prinsip dari negara hukum tersebut antara

BAB I PENDAHULUAN. jaminan akan kepastian hukum terhadap perbuatan dan tindakan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. untuk selanjutnya dalam penulisan ini disebut Undang-Undang Jabatan

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan jasa notaris, telah dibentuk Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004

Lex Privatum, Vol. III/No. 2/Apr-Jun/2015

BAB I PENDAHULUAN. Notaris sebagai pejabat umum, sekaligus sebuah profesi, posisinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat. 2 Hukum sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mempunyai peran paling pokok dalam setiap perbuatan-perbuatan

Berdasarkan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut UUJN) disebutkan bahwa y

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 15 Januari Dalam Perubahan Undang-Undang Nomor 30

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah berdirinya Negara Indonesia, para Foundingfathers (para pendiri

A. Latar Belakang Masalah Di ambang abad ke-21 ditandai dengan bertumbuhnya saling

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Peraturan Jabatan Notaris berisi

DAFTAR PUSTAKA , 2010, Majelis Pengawas Notaris Sebagai Pejabat Tata Usaha Negara, PT. Refika Aditama, Bandung.

BAB I PENDAHULUAN. dan ahli dalam menyelesaikan setiap permasalahan-permasalahan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. semula dilakukan oleh Pengadilan Negeri. Berlakunya Undang-Undang. kemudian dirubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang

BAB IV PENUTUP. 1. Peran organisasi profesi Notaris dalam melakukan pengawasan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum. 1. Hal itu

IMPLIKASI YURIDIS LEGALITAS KEWENANGAN (RECHTMATIGHEID) MAJELIS KEHORMATAN DALAM PEMBINAAN NOTARIS SEBAGAI PEJABAT PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) saat ini, membuat masyarakat tidak

NOMOR: 10/LAPSPI- PER/2015 TENTANG KODE ETIK MEDIATOR/AJUDIKATOR/ARBITER PERBANKAN INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengawasan majelis..., Yanti Jacline Jennifer Tobing, FH UI, Universitas Indonesia

BAB III SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang tergabung dalam komunitas tersebut menanggung amanah. yang berat atas kepercayaan yang diembankan kepadanya.

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2. Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5493

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia di dalam. kerjasama yang mengikat antara dua individu atau lebih.

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 22 ayat (2) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang...

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambaha

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kerangka hukum formal yang komprehensif pada 30. September 1999 melalui Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

Lex et Societatis, Vol. III/No. 7/Ags/2015. PROSES PENYIDIKAN TERHADAP PELANGGARAN DALAM PEMBUATAN AKTA OLEH NOTARIS 1 Oleh: Gian Semet 2

SANKSI TERHADAP NOTARIS YANG MENJADI PIHAK TERHADAP AKTA YANG DIBUATNYA SENDIRI

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dapat menghasilkan suatu peristiwa-peristiwa tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keteraturan merupakan kebutuhan manusia yang sangat pokok atau

PERATURAN BADAN ARBITRASE PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : PER 02/BAKTI/ TENTANG KODE ETIK ARBITER

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

ini menjadikan kebutuhan akan tanah bertambah besar. Tanah mempunyai kemakmuran, dan kehidupan. Hal ini memberikan pengertian bahwa

PERUBAHAN KODE ETIK NOTARIS KONGRES LUAR BIASA IKATAN NOTARIS INDONESIA BANTEN, MEI 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asas hukum merupakan jantung dari peraturan hukum. Oleh karena ia merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya suatu peraturan hukum, ini berarti bahwa peraturan-peraturan hukum itu pada akhirnya dapat dikembalikan pada asas-asas tersebut. Selain itu asas hukum mengandung tuntutan etis, maka asas hukum merupakan jembatan antara peraturanperaturan hukum dengan cita-cita sosial dan pandangan etis masyarakatnya. 1 Kepastian hukum merupakan asas hukum yang menjadi salah satu tujuan hukum yang sangat dibutuhkan dalam masyarakat. Notaris sebagai pejabat umum, sekaligus pula sebagai profesi, memiliki peran penting dalam membantu menciptakan kepastian hukum bagi masyarakat. 2 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (UUJN-P) menyatakan bahwa Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya. Notaris dalam menjalankan kewenangan jabatannya memberikan kepastian hukum kepada masyarakat melalui akta otentik yang dibuatnya. 1 2 Satjipto Raharjo, 2004, Ilmu Hukum, cetakan kedelapan, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm 45. Habib Adjie, 2011(b), Hukum Notaris Indonesia, Refika Aditama, Bandung, hlm. 7. 1

2 Notaris dalam melaksanakan tugas jabatannya tidak hanya menjalankan urgensi kewenangan yang diberikan kepadanya tetapi juga menjalankan suatu fungsi sosial yang sangat penting. Sebagai profesi offisium nobille 3 notaris dalam menjalankan jabatan luhur tersebut tidak semata-mata dituntut memiliki keahlian di bidang ilmu kenotariatan, namun perlu memiliki akhlak yang baik sehingga dapat mencerminkan perilaku yang baik dalam setiap aktifitasnya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Mohtar Kusumaatmadja yang menegaskan bahwa suatu pendidikan professional tanpa pendidikan tanggung jawab dan etika professional tidaklah lengkap. Notaris jika mengabaikan halhal yang menyangkut tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya dan profesinya pada umumnya, serta nilai-nilai dan ukuran etika yang seharusnya menjadi pedoman dalam menjalankan profesinya, maka hanya akan menjadi tukang-tukang yang terampil belaka di bidang hukum dan profesinya. 4 Mengingat pentingnya nilai-nilai dan perilaku yang bermartabat dalam menjalankan tugas jabatannya maka Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 (UUJN) dan UUJN-P yang menjadi pedoman dalam melaksanakan tugas jabatan notaris selain memberikan kewenangan, hak dan kewajiban, juga memberikan larangan bagi seorang notaris yang dimaksudkan agar dalam menjalankan amanah yang diembannya notaris menanggalkan perilaku yang dapat merusak citra jabatannya. 3 4 Andi Hamzah, 1986, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm 403. Officium Nobile adalah suatu kewajiban yang mulia, yang terpandang. Mochtar Kusumaatmadja dalam Darji Darmodiharjo dan Shidarta, 2004, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm 265.

3 Salah satu perilaku notaris yang dapat merusak citra jabatannya adalah melakukan perbuatan tercela. Perbuatan tercela yang dilakukan notaris sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c UUJN-P dapat mengakibatkan notaris diberhentikan sementara dari Jabatannya. Hal ini disebabkan perbuatan tercela merupakan larangan dalam profesi notaris karena bertentangan dengan norma agama, kesusilaan, atau kepatutan yang dapat mempengaruhi kehormatan dan martabat jabatan notaris sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 17 ayat (1) UUJN. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia perbuatan tercela merupakan sebuah perbuatan yang hina dan tidak pantas untuk dilakukan. 5 Berdasarkan penjelasan Pasal 9 UUJN-P menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan perbuatan tercela adalah perbuatan yang bertentangan dengan norma agama, norma kesusilaan dan norma adat. Merujuk pada Risalah Rapat Panja Perumusan Undang-Undang tentang Jabatan Notaris, dikatakan bahwa contoh dari perbuatan tercela diantaranya berjudi, mabuk, menyalahgunakan narkoba dan berzina. Sebagai upaya pencegahan terjadinya pelanggaran tersebut di atas dan pelanggaran lainnya dalam menjalankan kewenangannya diperlukan pengawasan secara berkala terhadap notaris. Pengawasan terhadap pelaksanaan jabatan notaris diatur dalam Pasal 67 UUJN-P. 6 Pengawasan terhadap notaris dilakukan oleh Menteri dalam hal ini adalah Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan 5 6 Departemen Pendidikan Nasional, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa, edisi keempat, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm 201. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Risalah Rapat Panja Perumusan Undang- Undang tentang Jabatan Notaris, 9 September 2004.

4 membentuk Majelis Pengawas yang terbagi atas Majelis Pengawas Pusat (MPP), Majelis Pengawas Wilayah (MPW) dan Majelis Pengawas Daerah (MPD). Masing-masing Majelis Pengawas tersebut memiliki tugas dan wewenang secara berjenjang. MPD wajib melaporkan kinerjanya kepada MPW kemudian MPW wajib melaporkan kinerjanya kepada MPP, dan MPP tersebut wajib melaporkan kinerjanya kepada Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. Majelis Pengawas Notaris yang dibentuk Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia sebagai pelaksana pembinaan dan pengawasan terhadap Notaris. 7 Tujuan utama dari suatu pengawasan adalah pencegahan agar tidak terjadi pelanggaran terhadap apa yang telah ditentukan. sehingga notaris mampu melaksanakan segala hak dan kewenangan maupun kewajibannya senantiasa berada pada koridor yang tepat. Kenyataannya pengawasan sering difokuskan hanya pada terjadinya pelanggaran dan pemberian sanksi. Hal tersebutlah yang mendasari penulis untuk mengkaji mengenai Peranan Majelis Pengawas Daerah Kota Yogyakarta Dalam Pencegahan Perbuatan Tercela yang Dilakukan Oleh Notaris sehingga MPD dalam menjalankan fungsi pengawasannya bukan hanya pada tataran pemberian sanksi tetapi juga mengutamakan upaya pencegahan. 7 Habib Adjie, 2011, Majelis Pengawas Notaris sebagai Pejabat Tata Usaha Negara, Refika Aditama Bandung, hlm. 5.

5 B. Rumusan Masalah 1. Mengapa upaya Majelis Pengawas Daerah Kota Yogyakarta dalam pencegahan perbuatan tercela yang dilakukan Notaris belum efektif? 2. Mengapa Majelis Pengawas Daerah bersifat pasif terkait dengan adanya dugaan/indikasi perbuatan tercela oleh Notaris? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Obyektif Tujuan objektif penelitian ini adalah dapat mengetahui dan menganalisis mengenai: a. Peranan Majelis Pengawas Daerah Kota Yogyakarta dalam pencegahan perbuatan tercela yang dilakukan Notaris. b. Tindakan yang dilakukan oleh Majelis Pengawas Daerah dalam menanggapi laporan dari masyarakat mengenai adanya dugaan notaris yang melakukan perbuatan tercela. 2. Tujuan Subyektif Penelitian ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Kenotariatan (MKn) di program Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

6 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat yang dapat diambil, yaitu: 1. Manfaat Teoritis Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum, khususnya di bidang kenotariatan. 2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi Majelis Pengawas Daerah dalam melakukan pencegahan perbuatan tercela yang dilakukan oleh Notaris. E. Keaslian Penelitian Setelah penulis melakukan penelusuran pada berbagai referensi dan hasil penelitian pada perpustakaan Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Perpustakaan Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada, serta Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini. Sepanjang pengetahuan penulis, kajian pada penelitian ini belum pernah diteliti oleh peneliti lain sebelumnya. Pada beberapa penelitian terdapat perbedaan dengan penelitian ini sehingga keaslian dari penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian terdahulu yang memiliki kaitan dengan penelitian ini antara lain yaitu:

7 1. Pengawasan Majelis Pengawas Daerah (MPD) Terhadap Notaris Yang Melakukan Pelanggaran Kode Etik di Kota Surakarta oleh Yoseph Bambang Dwi Atmojo 8 ; Rumusan Masalah : a. Bagaimanakah pelanggaran- pelanggaran kode Etik yang dilakukan notaris di Kota Surakarta? b. Bagaimanakah pengawasan yang dilakukan Majelis Pengawas Daerah kota Surakarta sebagai Pengawas Notaris terhadap notaris yang melakukan pelanggaran kode etik di kota Surakarta? Kesimpulannya bahwa pelanggaran-pelanggaran kode etik di Surakarta selama ini adalah 1) persaingan tidak sehat dengan cara perang tarif dan saling menjelekkan atau menjatuhkan; 2) promosi diri dengan mencantumkan nama dengan gelar, membuat papan nama yang tidak sesuai dengan standar kode etik notaris; 3) bertindak kurang netral kepada kedua belah pihak klien; 4) Sebagian notaris tidak menghadiri rapat-rapat atau pertemuan; 5) Sebagian notaris sebagai saksi dan diduga sebagai tersangka di pengadilan, serta ada notaris yang tidak bersedia hadir sebagai saksi di pengadilan; 6) notaris yang tidak menguasau bidangnya; dan 7) notaris yang melakukan perbuatan tercela (berselingkuh). Pengawasan yang dilakukan oleh MPD yang diatur dalam UUJN No. 30 Tahun 2004 : 1) menyelenggarakan sidang untuk memeriksa adanya dugaan pelanggaran jabatan kode etik notaris; 2) menerima laporan dari masyarakat mengenai 8 Yoseph Bambang Dwi Atmojo, Pengawasan Majelis Pengawas Daerah (MPD) Terhadap Notaris Yang Melakukan Pelanggaran Kode Etik di Kota Surakarta, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2014.

8 adanya dugaan pelanggaran Kode Etik Notaris; 3) memeriksa laporan masyarakat terhadap Notaris, dan memberikan laporan tersebut kepada Majelis Pengawas Wilayah dalam waktu 30 (tigapuluh) hari, dengan tembusan kepada pihak yang melaporkan, notaris yang bersangkutan, Majelis Pengawas Pusat dan Organisasi notaris; 4) melakukan pertemuan atau diskusi rutin dengan anggota perkumpulan; 5) mengundang atau memanggil notaris yang melanggar jabatan notaris; 6) memantau notaris yang bermasalah maupun yang dilaporkan oleh masyarakat. 2. Pengawasan dan Penindakan Majelis Pengawas Daerah (MPD) Terhadap Perilaku Notaris Yang Melakukan Pelanggaran Kode Etik Notaris di Kabupaten Sleman oleh Catur Yudi Heldency 9 ; Rumusan Masalah : a. Bagaimanakah pengawasan MPD Kabupaten Sleman terhadap Perilaku Notaris yang melakukan Pelanggaran Kode Etik Notaris? b. Bagaimanakah penindakan MPD Kabupaten Sleman terhadap Notaris yang terbukti melakukan pelanggaran Kode Etik Notaris tersebut? c. Kendala-kendala apakah yang dialami MPD Kabupaten Sleman dalam menjalankan kewenangannya tersebut? Kesimpulannya adalah pengawasan MPD terhadap perilaku notaris yang melakukan pelanggaran kode etik notaris dengan pengawasan preventif secara maksimal berdasarkan UUJN No. 30 tahun 2004 dan 9 Catur Yudi Heldency, Pengawasan dan Penindakan Majelis Pengawas Daerah (MPD) Terhadap Perilaku Notaris Yang Melakukan Pelanggaran Kode Etik Notaris di Kabupaten Sleman, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2008.

9 aturan Kode Etik Notaris. Sementara itu pengawasan kuratif, berupa penindakan terhadap notaris yang terbukti melakukan pelanggaran belum dilaksanakan secara tegas. Hal ini karena, MPD Sleman masih permisif terhadap pelanggaran notaris yang melakukan promosi jabatan berupa pemasangan papan nama dengan alasan skala prioritas. Yakni menangani pelanggaran perilaku notaris berdasarkan kepada besar kecilnya implikasi yang ditimbulkan di masyarakat. Mengenai kendala yang dialami MPD Kabupaten Sleman dalam menjalankan kewenangannya bersifat internal dan eksternal. Kendala eksternal adalah goodwill pemerintah yang belum serius membentuk lembaga MPD, hal ini terbukti bahwa pembentukan MPD tersebut tidak diimbangi dengan honor keanggotaan MPD yang jauh di bawah normal, sarana dan prasarana, perangkat keras berupa ATK ataupun kendaraan operasional menjadi kendala lainnya. Sementara itu kendala internal adanya ewuh pakewuh mewarnai ketegasan MPD Sleman untuk melakukan penindakan kuratif dalam hal penertiban papan nama yang berbau promosi jabatan. Berdasarkan dua hasil penelitian sebelumnya yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan utama dari penelitian tersebut dengan penelitian yang penulis akan teliti. Perbedaan tersebut terkait dengan permasalahan hukum yang dikaji dan lokasi penelitian. Sementara itu permasalahan hukum yang penulis angkat adalah peranan Majelis Pengawas Daerah dalam pencegahan perbuatan tercela Notaris.