Simulasi dan Analisis Stabilitas Transien dan Pelepasan Beban pada Sistem Kelistrikan PT. Semen Indonesia Pabrik Aceh

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Kestabilan Transien dan Mekanisme Pelepasan Beban di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit (R.U.) VI Balongan Jawa Barat

Analisis Kestabilan Transien Dan Mekanisme Pelepasan Beban Di PT. Pusri Akibat Penambahan Generator Dan Penambahan Beban

Analisis Kestabilan Transien dan Pelepasan Beban Pada Sistem Integrasi 33 KV PT. Pertamina RU IV Cilacap akibat Penambahan Beban RFCC dan PLBC

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

Analisis Kestabilan Transien di PT. PUSRI Akibat Penambahan Pembangkit 35 MW dan Pabrik P2-B Menggunakan Sistem Synchronizing Bus 33 kv

Analisis Kestabilan Transien dan Mekanisme Pelepasan Beban di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit (RU) VI Balongan

Nama : Ririn Harwati NRP : Pembimbing : 1. Prof. Ir. Ontoseno Penangsang, M.Sc, PhD 2. Prof. Dr. Ir. Adi Soeprijanto, MT.

Analisa Stabilitas Transien Pada Sistem Transmisi Sumatera Utara 150 kv 275 kv Dengan Penambahan PLTA Batang Toru 4 X 125 MW

Erik Tridianto, Ontoseno Penangsang, Adi Soeprijanto Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS

Analisis Kestabilan Transien dan Mekanisme Pelepasan Beban di PT. Badak NGL

Analisis Stabilitas Transien dan Perancangan Pelepasan Beban Sistem Kelistrikan Distrik II PT. Medco E&P Indonesia, Central Sumatera

ANALISIS KESTABILAN TRANSIEN BERBASIS CRITICAL CLEARING TIME PADA PT. PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG

PERHITUNGAN CCT (CRITICAL CLEARING TIME) UNTUK ANALISIS KESTABILAN TRANSIENT PADA SISTEM KELISTRIKAN 500KV JAWA-BALI

Analisis Stabilitas Transien di PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang Akibat Penggantian Sebuah Unit Pembangkit GTG 18 MW Menjadi STG 32 MW

Analisis Stabilitas Transien dan Pelepasan Beban di Perusahaan Minyak Nabati

DOSEN PEMBIMBING : Prof. Ir Ontoseno Penangsang, M.Sc.Phd Dr. Ardyono Priyadi, ST.M.Eng NAMA : GEDHE ARJANA PERMANA PUTRA NRP :

Analisa Stabilitas Transien dan perancangan pelepasan beban pada Industri Peleburan Nikel PT. Aneka Tambang di Pomaala (Sulawesi Tenggara)

D. Kronologis Gangguan (2)

Strategi Interkoneksi Suplai Daya 2 Pembangkit di PT Ajinomoto Indonesia, Mojokerto Factory

TUGAS AKHIR ANALISIS STABILITAS TRANSIEN DAN PELEPASAN BEBAN DI PT. WILMAR NABATI GRESIK AKIBAT ADANYA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN FASE 2

Analisis Stabilitas Transien dan Perancangan Pelepasan Beban pada Joint Operating Body Pertamina Petrochina East Java (JOB P-PEJ), Tuban.

Analisa Transient Stability dan Pelepasan Beban Pengembangan Sistem Integrasi 33 KV di PT. Pertamina RU IV Cilacap

Analisa Stabilitas Transien pada Sistem Kelistrikan PT. Pupuk Kalimantan Timur (Pabrik KALTIM 1), Akibat Reaktivasi Pembangkit 11 MW.

Analisa Stabilitas Transien dan Perancangan Pelepasan Beban pada Industri Peleburan Nikel PT. Aneka Tambang di Pomaala (Sulawesi Tenggara)

ANALISA STABILITAS TRANSIEN PADA SISTEM KELISTRIKAN PT.CHANDRA ASRI,CILEGON AKIBAT INTEGRASI PLN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sebuah kesatuan interkoneksi. Komponen tersebut mempunyai fungsi

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Cilacap, Jl. Letjen Haryono MT. 77 Lomanis, Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia.

Studi Perhitungan Critical Clearing Time Pada Beban Dinamis Berbasis Controlling Unstable Equilbrium Point

STUDI KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DAN PENGARUH KEDIP TEGANGAN AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN PADA SISTEM KELISTRIKAN DI PT. ISM BOGASARI FLOUR MILLS SURABAYA

Simulasi Perbaikan Transient Dengan Memanfaatkan Reclosing Circuit Breaker Studi Kasus Sistem Kelistrikan PT. Asahimas Flat Glass Tbk

Analisa Stabilitas Transien dan Koordinasi Proteksi pada PT. Linde Indonesia Gresik Akibat Penambahan Beban Kompresor 4 x 300 kw

Analisa Stabilitas Transien dan Koordinasi Proteksi pada PT. Linde Indonesia Gresik Akibat Penambahan Beban Kompresor 4 x 300 kw

ANALISIS KESTABILAN TRANSIEN DAN PELEPASAN BEBAN PADA SISTEM INTEGRASI 33 KV PT. PERTAMINA RU IV CILACAP AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN RFCC DAN PLBC

Analisis Stabilitas Transient Pada Sistem Tenaga Listrik dengan Mempertimbangkan Beban Non-Linear

Studi Kestabilan Sistem dan Pelepasan Beban (Load Shedding) Berdasarkan Standar IEEE di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV

BAB I PENDAHULUAN. pendukung di dalamnya masih tetap diperlukan suplai listrik sendiri-sendiri.

Perhitungan Waktu Pemutus Kritis Menggunakan Metode Simpson pada Sebuah Generator yang Terhubung pada Bus Infinite

Analisis Kestabilan Sistem Daya pada Interkoneksi PT.Ajinomoto Indonesia dan PT.Ajinex Internasional Mojokerto Factory

STUDI PELEPASAN BEBAN PADA SKEMA PERTAHANAN (DEFENCE SCHEME) JARINGAN SISTEM KHATULISTIWA

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

STUDI KOORDINASI RELE ARUS LEBIH DAN PENGARUH KEDIP TEGANGAN AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN PADA SISTEM KELISTRIKAN DI PT. ISM BOGASARI FLOUR MILLS SURABAYA

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENGOPERASIAN SPEED DROOP GOVERNOR SEBAGAI PENGATURAN FREKUENSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PLTU GRESIK

ANALISIS KONTINGENSI SISTEM KELISTRIKAN SULAWESI SELATAN DAN BARAT

Perhitungan CCT (Critical Clearing Time) Berbasis Trajectory Kritis Menggunakan Persamaan Simultan pada Sistem yang Terhubung dengan Smart Grid

STUDI STABILTAS TRANSIEN DI PT PERTAMINA UP IV CILACAP AKIBAT PENAMBAHAN PABRIK BARU

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: B-136

Analisis Kestabilan Sistem Daya pada Interkoneksi PT.Ajinomoto Indonesia dan PT.Ajinex Internasional Mojokerto Factory

BAB I PENDAHULUAN. konsumen. Suplai daya listrik dari pusat-pusat pembangkit sampai ke konsumen

Perhitungan CCT (Critical Clearing Time) Berdasarkan Trajectory Kritis Menggunakan Hilangnya Sinkronisasi pada Sistem 3 Generator 9 Bus

Koordinasi Proteksi Sebagai Upaya Pencegahan Terjadinya Sympathetic Trip Di Kawasan Tursina, PT. Pupuk Kaltim

Studi koordinasi Proteksi pada Joint Operating Pertamina-Petrochina di Tuban akibat Integrasi Sukowati Plant

Tugas Mingguan Peserta OJT Angkatan 13 Th. 2009

BAB I PENDAHULUAN. penerangan dan juga proses produksi yang melibatkan barang-barang elektronik dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peralatan listrik. Berbagai peralatan listrik tersebut dihubungkan satu

Analisis Stabilitas Transien Dan Perancangan Pelepasan Beban Pada Sistem Kelistrikan Tabang Coal Upgrading Plant (TCUP) Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempertahankan frekuensi nominalnya. peningkatan kualitas sistem kelistrikannya agar didapatkan sistem yang dapat bekerja

ANALISIS STABILITAS TRANSIEN DAN MEKANISME PELEPASAN BEBAN AKIBAT PENAMBAHAN PEMBANGKIT 1x26,8 MW PADA SISTEM KELISTRIKAN PT.

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

TUGAS AKHIR - TE

PENGARUH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) TERHADAP PERILAKU SISTEM TENAGA LISTRIK SULAWESI SELATAN DALAM KEADAAN TRANSIEN

ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 13 BUS

PENGEMBANGAN KURVA P-V UNTUK GI 500 kv DALAM RANGKA MENGANTISIPASI VOLTAGE COLLAPSE. Rusda Basofi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERBAIKAN STABILITAS DINAMIK TENAGA LISTRIK DENGAN POWER SYSTEM STABILIZER (PSS)

e-journal Teknik Elektro dan Komputer (2014), ISSN

ANALISIS SISTEM TENAGA. Analisis Gangguan

Pengontrolan Sistem Eksiter Untuk Kestabilan Tegangan Di Sistem Single Machine Infinite Bus (SMIB) Menggunakan Metode PID

EVALUASI KOORDINASI RELE PENGAMAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV DI GARDU INDUK GARUDA SAKTI, PANAM-PEKANBARU

PERANCANGAN SOFTWARE APLIKASI UNTUK PERKIRAAN STABILITAS TRANSIEN MULTIMESIN MENGGUNAKAN METODE KRITERIA SAMA LUAS

ANALISIS KARAKTERISTIK SISTEM TENAGA LISTRIK SAAT MANUVER DENGAN SIMULASI ELECTRICAL TRANSIENT ANALYSIS PROGRAM (ETAP)

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE LINE TO GROUND

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Stabilitas Transien dan Perancangan Pelepasan Beban pada Joint Operating

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

Koordinasi Proteksi Tegangan Kedip dan Arus Lebih pada Sistem Kelistrikan Industri Nabati

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan masyarakat, baik pada sektor rumah tangga, penerangan,

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern saat ini, tenaga listrik memegang peranan penting dalam

ANALISIS PENGOPERASIAN SPEED DROOP GOVERNOR SEBAGAI PENGATURAN FREKUENSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PLTU GRESIK

SIMULASI PENGENDALIAN PRIME MOVER KONVENSIONAL

SIMULASI PELEPASAN BEBAN DENGAN MENGGUNAKAN RELE FREKUENSI PADA SISTEM TENAGA LISTRIK CNOOC SES LTD.

KOORDINASI PROTEKSI TEGANGAN KEDIP DAN ARUS LEBIH PADA SISTEM KELISTRIKAN PT. WILMAR NABATI, GRESIK JAWA TIMUR

ANALISIS KESTABILAN TRANSIEN DAN MEKANISME PELEPASAN BEBAN DI PT. PERTAMINA RU IV CILACAP AKIBAT INTEGRASI DENGAN PLN

Studi Koordinasi Proteksi Sistem Kelistrikan di Project Pakistan Deep Water Container Port

ANALISIS PENGGUNAAN POWER SYSTEM STABILIZER (PSS) DALAM PERBAIKAN STABILITAS TRANSIEN GENERATOR SINKRON

Studi Aliran Daya Optimum Mempertimbangkan Kestabilan Transien Sistem Menggunakan Simulasi Domain Waktu

STUDI ALIRAN DAYA PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV YANG TERINTERKONEKSI DENGAN DISTRIBUTED GENERATION (STUDI KASUS: PENYULANG PM.6 GI PEMATANG SIANTAR)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 13 BUS DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM ETAP POWER STATION 7.

BAB IV ANALISA DATA. 4.1 ETAP (Electrical Transient Analyzer Program) Vista, 7, dan 8. ETAP merupakan alat analisa yang komprehensif untuk

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: B-97

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

Manajemen Gangguan Jaringan Distribusi 20 kv Kota Surabaya berbasis Geographic Information System (GIS) menggunakan Metode Algoritma Genetika

KOORDINASI PROTEKSI TEGANGAN KEDIP DAN ARUS LEBIH PADA SISTEM KELISTRIKAN INDUSTRI NABATI

Analisis Keandalan Sistem Distribusi Menggunakan Program Analisis Kelistrikan Transien dan Metode Section Technique

Studi Hubung Singkat pada Beban Pemakaian Sendiri Sistem Pembangkitan di PT Indonesia Power UBP Kamojang

BAB I PENDAHULUAN. putaran tersebut dihasilkan oleh penggerak mula (prime mover) yang dapat berupa

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PERKULIAHAN (GBPP)

I. PENDAHULUAN. untuk menunjang kehidupan manusia sekarang ini. Di era globalisasi sekarang ini

STUDI ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT MENGGUNAKAN PEMODELAN ATP/EMTP PADA JARINGAN TRANSMISI 150 KV DI SULAWESI SELATAN

Transkripsi:

B-468 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. (016) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) Simulasi dan Analisis Stabilitas Transien dan Pelepasan Beban pada Sistem Kelistrikan PT. Semen Indonesia Pabrik Aceh David Firdaus, Ontoseno Penangsang, dan Ni Ketut Aryani Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail: aing.davidfirdaus@gmail.com, zenno_379@yahoo.com, ketut.aryani@gmail.com Abstrak PT. Semen Indonesia adalah perusahaan BUMN penghasil semen terbesar dimana akan melakukan perencanaan pembangunan pabrik Semen Aceh. Dalam perencanaannya, sistem kelistrikan pada pabrik Semen Aceh akan menggunakan dua sumber yakni PLN pada sistem kelistrikan alternatif 1 dan Generator 30 MW dan Generator x5 MW pada sistem kelistrikan alternatif sehingga perlu dilakukan studi stabilitas transien untuk mengetahui kestabilan sistem saat terjadi transien. Pada tugas akhir ini difokuskan pada analisis kestabilan transien meliputi kestabilan tegangan, kestabilan frekuensi dan kestabilan sudut rotor saat terjadi generator outage, motor starting dan hubung singkat. Dari hasil simulasi sistem kelistrikan alternatif, menunjukkan bahwa pada kasus lepasnya generator mengakibatkan frekuensi sistem tidak stabil. Untuk mengembalikan kestabilan sistem, pada kasus lepasnya generator (841BG0) memerlukan pelepasan beban tahap dengan melepas 5.0% dari total beban (9,97 MW). Saat kasus hubung singkat pada level tegangan 0,4 kv tidak terlalu berpengaruh pada kestabilan meskipun mengakibatkan tegangan turun sesaat dan dapat kembali pada keadaan semula. Selain itu pada kasus hubung singkat dilevel tegangan 6,3 kv, setiap nilai level tegangan akan turun setelah terjadi hubung singkat 3 fasa pada level tegangan 6,3 kv, namun setelah CB5-831MV081 open maka nilai tegangan sesaat menjadi 108,359% dan akan kembali steady state pada 97,09%. Pada kasus motor starting, penurunan tegangan terendah sempat mencapai titik terendah pada 65,79% dan stabil pada 91,456%. Kata Kunci kestabilan transien, transien, pelepasan beban. S I. PENDAHULUAN uatu sistem dikatakan stabil ketika terdapat keseimbangan antara daya mekanik pada penggerak utama generator dengan daya output listrik. Dalam keadaan setimbang maka generator berputar pada kecepatan sinktron. Daya output listrik sangat dipengaruhi oleh fluktuasi beban dimana ketika terjadi kenaikan atau penurunan beban maka harus diikuti oleh perubahan daya mekanik yang dihasilkan oleh prime mover. Apabila prime mover tidak mampu menyesuaikan dengan kondisi beban akan mengakibatkan kondisi sistem menjadi tidak stabil. Stabilitas transien berhubungan dengan besar secara tiba-tiba seperti hubung singkat, pemutusan saluran secara tiba-tiba melalui Circuit Breaker (CB), serta pemindahan beban secara tiba-tiba. Apabila besar terjadi dan tidak segera dihilangkan, maka percepatan atau perlambatan sudut rotor akan terjadi dan dapat mengakibatkan generator lossing synchronism. Gangguan transien sangat mempengaruhi stabilitas dari suatu sistem kelistrikan pada industri-industri besar seperti PT. Semen Indonesia Aceh sehingga pada sistem kelistrikan PT. Semen Indonesia Aceh perlu dilakukan studi analisis stabilitas transien untuk mengetahui kestabilan sistem saat terjadi transien. Pada tugas akhir ini difokuskan pada analisis kestabilan transien meliputi kestabilan tegangan dan kestabilan frekuensi untuk sistem kelistrikan alternatif 1 dan kestabilan tegangan, frekuensi serta kestabilan sudut rotor untuk sistem kelistrikan alternatif saat terjadi generator outage, motor starting dan hubung singkat serta analisis mekanisme pelepasan beban yang handal untuk mengatasi jika diperlukan. II. KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI 0 KV Kestabilan Sistem Tenaga Kestabilan sistem tenaga listrik secara luas dapat didefinisikan sebagai kemampuan dari satu sistem tenaga listrik untuk tetap berada dalam kondisi seimbang dalam operasi normal dan dapat memperoleh kembali kondisi seimbang setelah sistem mengalami. Berdasarkan Paper IEEE definition and classification of power system stability, kestabilan sistem tenaga listrik dibagi menjadi tiga kategori yaitu []: 1. Kestabilan sudut rotor [1] Kestabilan sudut rotor adalah kemampuan dari beberapa mesin sinkron yang saling terinterkoneksi pada suatu sistem tenaga untuk mempertahankan kondisi sinkron.. Kestabilan frekuensi [] Kestabilan ini berkaitan dengan kemampuan dari sistem untuk mempertahankan kestabilan frekuensi akibat pada sistem yang mengakibatkan ketidakseimbangan antara pembangkitan dan beban. 3. Kestabilan tegangan [] Kestabilan tegangan dapat diartikan sebagai kemampuan dari sistem tenaga listrik untuk mempertahankan kestabilan nilai tegangannnya di semua bus pada sistem dalam kondisi operasi normal maupun setelah terjadi. Kestabilan Transien Kestabilan transien merupakan kemampuan dari sistem tenaga listrik untuk mempertahankan kondisi sinkron ketika sistem mengalami transien [1].

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. (016) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) B-469 Gangguan transien ini berupa besar yang terjadi pada sistem seperti hubung singkat, lepasnya pembangkit, motor starting serta penambahan beban secara tiba-tiba. Pelepasan Beban [3] Jika terjadi pada sistem yang menyebabkan besarnya suplai daya yang dihasilkan oleh pembangkit tidak mencukupi kebutuhan beban misalnya karena adanya pembangkit yang lepas (trip), maka untuk mencegah terjadinya ketidakstabilan sistem perlu dilakukan pelepasan beban (load shedding). Keadaan yang kritis pada sistem dapat dideteksi melalui frekuensi sistem yang menurun dengan cepat. Pelepasan beban dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : 1. Pelepasan beban secara manual. Pelepasan beban secara otomatis III. SISTEM KELISTRIKAN PT. SEMEN ACEH masing 30 MW (841BG01) sebagai swing dan x5 MW sebagai voltage control pada sistem kelistrikan alternatif. Sedangkan pada sistem kelistrikan alternative 1, sistem suplai terhubung dengan grid PLN sebesar 3091 MVasc 150 kv. Total seluruh pembangkitan pada PT. Semen Aceh sebesar 4,38 MW dengan total beban sebesar 39, 39 MW. IV. SIMULASI DAN ANALISIS TRANSIEN Studi kasus simulasi stabilitas transien TABEL 1. KASUS DAN DESKRIPSI ANALISIS KESTABILAN TRANSIEN Kasus Keterangan Waktu (s) Studi Kasus Alternatif 1 SC 0.4 kv SC 6.3 kv Hubung singkat 3 fasa pada bus 831LV08.1 831LV08.1-CB1 open Hubung singkat 3 fasa pada bus 831LV08. 831LV08.-CB1 open Hubung singkat 3 fasa pada bus 831MV08.1 831MV08.1-CB5 open Hubung singkat 3 fasa pada bus 831MV08. 831MV08.-CB5 open MS start 341FN01M01 start Studi Kasus Alternatif Gen Out Generator 841BG0 trip Gen Out LS SC 0.4 kv SC 6.3 kv Generator 841BG0 trip Load shedding tahap 1 Load shedding tahap Hubung singkat 3 fasa pada bus 831LV08.1 831LV08.1-CB1 open Hubung singkat 3 fasa pada bus 831LV08. 831LV08.-CB1 open Hubung singkat 3 fasa pada bus 831MV08.1 831MV08.1-CB5 open Hubung singkat 3 fasa pada bus 831MV08. 831MV08.-CB5 open.3.3.3.3.451.77 MS start 341FN01M01 start.3.3.3.3 Simulasi kasus generator outage kasus generator outage. 1) Studi kasus Gen Out TABEL. RESPON SUDUT ROTOR UNTUK KASUS GEN OUT Gen ID Sudut rotor Sudut rotor setelah 841BG0 Outage Outage 841BG03 1.77 O 6.64 O Gambar 1. Single Iine diagram alternatif PT. Semen Aceh Pada gambar 1. ditunjukkan single line diagram sistem kelistrikan alternatif PT. Semen Indonesia Pabrik Aceh. Sedangkan single line diagram sistem kelistrikan alternatif 1 hanya berbeda dari sisi suplai generator pada alternatif diganti dengan sumber PLN 150kV dan tegangan primer trafo 3 winding. Sistem kelistrikan PT. Semen Aceh terdiri dari beberapa level tegangan yaitu 150kV, 6.3kV dan 0.4kV untuk sistem kelistrikan alternatif 1 dan 11kV, 6.3 kv dan 0.4kV untuk sistem kelistrikan alternatif. Sistem suplai terdiri dari 3 unit steam turbin generator dengan kapasitas masing - TABEL 3. RESPON FREKUENSI UNTUK KASUS GEN OUT setelah 100 Tidak stabil TABEL 4. RESPON TEGANGAN UNTUK KASUS GEN OUT setelah Main Sistem 99.9997 Tidak stabil 831MV01 831LV05 99.774 96.8178 Tidak stabil Tidak stabil tidak stabil dan harus dilakukan mekanisme pelepasan beban untuk mempertahankan kestabilan sistem.

B-470 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. (016) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) ) Studi kasus Gen Out LS Pada kasus ini disimulasikan lepasnya generator 841BG0 dari sistem dan dilanjutkan dengan mekanisme load shedding. Mekanisme load shedding yang digunakan berdasarkan pada standar ANSI/IEEE C37.106-1987. Gambar. Respon frekuensi sistem saat generator 841BG0 lepas dari sistem dan dilanjutkan dengan load shedding tahap Pada gambar. dapat dianalisis bahwa : a. Garis biru ( load shedding) sistem turun secara signifikan hingga pada detik ke 30 menjadi 98.7% sehingga diperlukan load shedding untuk mengembalikan kestabilan sistem. b. Garis orange (load shedding tahap 1) Load shedding tahap 1 dilakukan saat frekuensi sistem turun mencapai 98.83% Maka load shedding tahap 1 dilakukan saat.451 detik dengan melepas 10% total beban (4.4 MW). c. Garis abu (load shedding tahap ) Load shedding tahap dilakukan saat frekuensi sistem turun mencapai 98.16%. Maka load shedding tahap dilakukan saat.77 detik dengan melepas 15% total beban 9.97 MW). Setelah dilakukan load shedding tahap frekuensi stabil di 99.56% atau 49.78 Hz. tahap maka pada level setiap tegangan bus akan stabil pada 100,189%. Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa tegangan sistem masih dalam batas standar PLN (+5% dan -10%) sehingga tegangan sistem dapat dikatakan stabil. Dari hasil analisis respon sudut rotor, frekuensi dan tegangan sistem dapat disimpulkan sistem dapat kembali stabil untuk kasus generator 841BG0 lepas dari sistem setelah dilakukan load shedding tahap ke. Kuantitas beban yang harus dilepas adalah 9.97 MW atau 3.51% dari total beban. Simulasi kasus short circuit kasus Short Circuit. 1) Simulasi kasus SC 0.4 kv (831LV081) alternatif 1 TABEL 9. RESPON FREKUENSI UNTUK KASUS SC 0.70 KV SC maksimum steasy State 100 100 100 TABEL 10. RESPON TEGANGAN UNTUK KASUS SC 70 KV minimum steady state Main Sistem 98.9403 99.3498 100.046 831MV01 831LV05 97.649 99.6814 99.076 95.9175 99.8414 96.8819 masih aman karena frekuensi dan tegangan masih dalam kondisi aman. ) Simulasi kasus SC 6.3 kv (831MV081) alternatif 1 TABEL 1. RESPON FREKUENSI UNTUK KASUS SC KV SC maksimum steasy State 100 100 100 TABEL 13. RESPON TEGANGAN UNTUK KASUS SC KV Gambar 3. Respon sudut rotor sistem saat generator 841BG0 lepas dari sistem dan dilanjutkan dengan load shedding tahap Pada gambar 3. dapat dilihat respon sudut rotor generator 841BG0 dan 841BG03. Sudut rotor generator 841BG0 saat 1.77 o dan berubah menjadi 0 o. Pada sudut rotor 841BG03 saat 1,77 dan berubah menjadi 8.41. minimum saat SC steady state Main Sistem 99.9999 94.7189 100.056 831MV01 831LV05 99.7907 96.8185 93.9664 89.3593 99.85 96.895 masih aman karena frekuensi, tegangan, dan sudut rotor generator masih dalam kondisi aman. 3) Studi kasus SC 0.4 kv (831LV081) alternatif TABEL 8. RESPON SUDUT ROTOR UNTUK KASUS SC 70 KV Gen ID Sudut rotor Sudut rotor setelah 841BG0 1.77 o 1.78 o 841BG03 1.77 o 1.78 o TABEL 9. RESPON FREKUENSI UNTUK KASUS SC 0.70 KV Gambar 4. Respon tegangan sistem saat generator 841BG0 lepas dari sistem dan dilanjutkan dengan load shedding tahap Pada gambar 4. dapat dilihat respon tegangan pada berbagai level tegangan. Sebelum tegangan berada pada 96,818% dan level terendah didapatkan turun hingga 88,478% sedangkan untuk level tertinggi didapatkan 100,478 o. Setelah dilakukan load shedding SC maksimum steasy State 100 100.183 100.064 TABEL 10. RESPON TEGANGAN UNTUK KASUS SC 70 KV minimum saat SC steady state Main Sistem 99.9997 93.4757 100.063

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. (016) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) B-471 831MV01 831LV05 99.774 96.818 9.6149 87.5541 99.843 96.905 masih aman karena frekuensi, tegangan, dan sudut rotor generator masih dalam kondisi aman. 4) Studi kasus SC 6.3 kv (831MV081) alternatif tegangan sistem masih dapat dikatakan stabil. Dari hasil analisis respon sudut rotor, frekuensi dan tegangan untuk kasus hubung singkat pada bus 831MV081. Simulasi kasus motor starting kasus motor starting. 1) Simulasi kasus M start alternatif 1 TABEL 11. RESPON FREKUENSI UNTUK KASUS MSTART motor starting minimum saat motor starting steasy State 100 99.83 99.897 Gambar 5. Respon sudut rotor sistem saat generator 841BG0 lepas dari sistem dan dilanjutkan dengan load shedding tahap Pada gambar 5 dapat dilihat respon sudut rotor generator 841BG0 dan 841BG03. Sudut rotor generator 841BG0 saat 1.77 o dan berosilasi hingga mencapai nilai puncak 7,66 o. Nilai steady state rotor generator 841BG0 dan 841BG03 menjadi 0,3 setelah. Gambar 6. Respon frekuensi saat terjadi hubung singkat 3 fasa pada bus 831MV081 dan CB5-831MV081 open mengatasi Pada gambar 6. dapat dilihat respon frekuensi sistem saat mengalami hubung singkat pada bus 831MV081. Saat terjadi hubung singkat 3 fasa pada bus 831MV081 pada detik ke, frekuensi sistem naik mencapai 100.986%. Hal ini diakibatkan karena membukanya CB5-831MV081 mengakibatkan hilangnya beban yang berada di bawah bus 831MV081 sehingga besarnya daya pembangkitan lebih besar dari daya yang dibutuhkan beban. mencapai kondisi steady state pada 100,38%. Berdasarkan standar ANSI/IEEE C37.106-1987 dimana untuk operasi kontinu frekuensi dikatakan stabil jika nilainya antara 99.17-100.83%, maka frekuensi sistem sudah stabil. Gambar 8. Respon tegangan saat motor M53FN11 starting Pada gambar 8. dapat dilihat respon tegangan pada saat motor 341FN01M01 starting. Pada bus 341FN01M01 nilai tegangan adanya motor starting 101,93%. Namun setelah terjadi motor starting pada detik ke tegangan akan turun sampai 7,0% kemudian akan kembali steady state pada nlai 91,57%. Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa tegangan sistem masih dalam batas standar PLN (+5% dan -10%) sehingga tegangan sistem dapat dikatakan stabil. Dari hasil analisis respon sudut rotor, frekuensi dan tegangan sistem dapat disimpulkan sistem dapat kembali stabil untuk kasus motor starting. Dari hasil analisis respon frekuensi dan tegangan untuk kasus motor starting. ) Simulasi kasus M start alternatif Gambar 9. Respon sudut rotor sistem saat motor 341FN01M01 start Pada gambar 9. dapat dilihat respon sudut rotor generator 841BG0 dan 841BG03. Sudut rotor 841BG0 dan 841BG03 saat 7,09, saat terjadi turun hingga 1, dan mencapai kondisi steady state pada 7,09 Gambar 7. Respon tegangan saat terjadi hubung singkat 3 fasa pada bus 831MV081 dan CB5-831MV081 open mengatasi Pada gambar 7. dapat dilihat respon tegangan pada berbagai level tegangan. Nilai adalah 96,817%. Setelah terjadi hubung singkat 3 fasa pada bus 831MV081 maka didapatkan nilai terendah dicapai pada 6,36% dan nilai tertinggi dicapai pada nilai 108,359%. Kemudian sistem akan kembali stabil pada nilai 97,09% sehingga berdasarkan batas standar PLN (+5% dan - 10%) hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa Gambar 10. Respon frekuensi saat motor 341FN01M01 start Pada gambar 10. dapat dilihat respon frekuensi sistem saat motor 341FN01M01 starting. Saat motor 341FN01M01 starting pada detik ke, frekuensi sistem turun mencapai 97,913%. Hal ini dikarenakan pada saat

B-47 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. (016) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) motor starting, motor menyerap daya yang sangat besar dalam beberapa detik. mencapai kondisi steady state pada 99,567%. Berdasarkan standar ANSI/IEEE C37.106-1987 dimana untuk operasi kontinu frekuensi dikatakan stabil jika nilainya antara 99.17-100.83%, maka frekuensi sistem sudah stabil. 5. Pada kasus hubung singkat sistem kelistrikan Alternatif dilevel tegangan 6,3kV, setiap level tegangan nilai akan turun setelah terjadi hubung singkat 3 fasa pada level tegangan 6,3kV, namun setelah CB5-831MV081 open maka nilai tegangan sesaat menjadi 108,359% dan akan kembali steady state pada 97,09%. 6. Pada kasus motor starting, pada sistem kelistrikan Alternatif 1 penurunan tegangan terendah sempat pada 7,0% dan sistem kembali stabil pada 91,57% serta pada Alternatif penurunan tegangan terendah sempat pada 65,79% dan sistem kembali stabil pada 91,456%. Gambar 11. Respon tegangan saat motor 341FN01M01 start Pada gambar 11. dapat dilihat respon tegangan pada saat motor 341FN01M01 starting. Pada bus 341FN01M01 nilai tegangan adanya motor starting 101,89%. Namun setelah terjadi motor starting pada detik ke tegangan akan turun sampai 65,79% kemudian akan kembali steady state pada nlai 91,456%. Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa tegangan sistem masih dalam batas standar PLN (+5% dan -10%) sehingga tegangan sistem dapat dikatakan stabil. Dari hasil analisis respon frekuensi dan tegangan untuk kasus motor starting. V. KESIMPULAN/RINGKASAN 1. Pada kasus lepasnya generator mengakibatkan sistem menjadi tidak stabil. Untuk mengembalikan kestabilan sistem akibat lepasnya satu generator (841BG0) memerlukan pelepasan beban tahap.. Pada kasus hubung singkat sistem kelistrikan Alternatif 1 di level tegangan 6,3kV (831MV081), sistem tetap dalam keadaan stabil. 3. Pada kasus hubung singkat sistem kelistrikan Alternatif 1 di level tegangan 0,4kV (831LV081), sistem tetap dalam keadaan stabil. 4. Pada kasus hubung singkat sistem kelistrikan Alternatif dilevel tegangan 0,4kV, setiap level tegangan nilai akan turun setelah terjadi hubung singkat 3 fasa pada level tegangan 0,4kV, namun setelah CB1-831LV081 open maka nilai tegangan sesaat menjadi 99,513% dan akan kembali steady state pada 96,905%. DAFTAR PUSTAKA [1] Kundur, Prabha, Power System Stability and Control, McGraw- Hill Companies Inc, 1994. [] IEEE/CIGRE Joint Task Force on Stability Terms and Definitions, Definition and Classification of Power System Stability, IEEE Transactions on Power System, Vol. 19, No., May 004. [3] Marsudi, Djiteng, Operasi Sistem Tenaga Listrik, Yogyakarta: Graha Ilmu, 006. BIOGRAFI David Firdaus, dilahirkan di Probolinggo, 1 September 199. Anak kedua dari 3 bersaudara. Pendidikan berawal dari TK Taruna Dra. Zulaeha pada tahun 1997-1999. Kemudian melanjutkan ke SD Taruna Dra.Zulaeha pada tahun 1999-005. Setelah itu ia melanjutkan pendidikannya ke SMP Taruna Dra. Zulaeha pada tahun 005-008, setelah lulus ia diterima sebagai murid SMA Taruna Dra. Zulaeha pada tahun 008-011. Pada tahun yang sama ia masuk ke Jurusan D3 Teknik Elektro Industri - PENS hingga lulus tahun 014. Kemudian ia melanjutkan studi Program Sarjana di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya lewat program Lintas Jalur dan mengambil bidang studi Teknik Sistem Tenaga.