KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371 Faksimile: 022-7216444, 021-5228372 E-mail: geologi@bgl.esdm.go.id Laporan singkat hasil pemeriksaan bencana alam gerakan tanah yang terjadi di Kecamatan Talegong, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, sebagai berikut : 1. Lokasi dan Waktu Kejadian : Lokasi bencana alam gerakan tanah di Kecamatan Talegong, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat ini terjadi di beberapa tempat yaitu ; a. Di 3 (tiga) titik Jalan raya Pangalengan Talegong Garut, di Kp. Genteng, Desa Sukalaksana, secara geografis berada pada 107 32' 22" BT dan 07 16' 26" LS terjadi pada hari Jum at, tanggal 12 Februari 2010, pukul 11.00, setelah turun hujan deras. b. Kp. Cilamping, Kp. Karees 1, dan Kp. Kidang, Ds. Sukalaksana, terjadi pada hari Jum at, tanggal 12 Februari 2010, setelah turun hujan deras. c. Kp. Pasir Angin dan jembatan penghubung antar kampung Pasir Angin Kubang Pojok, Ds. Sukalaksana, terjadi pada hari Sabtu, tanggal 13 Februari 2010, setelah turun hujan deras. d. Kp. Cipacar, Ds. Sukalaksana, secara geografis berada pada 107 32' 26" BT dan 07 16' 32,7" LS terjadi pada hari Minggu, tanggal 14 Februari 2010, setelah turun hujan deras selama 3 jam. e. Kp. Kubang, Ds. Sukalaksana, terjadi pada hari Minggu, tanggal 14 Februari 2010, pukul 17.00, setelah turun hujan deras selama 3 jam. f. Kp. Pamoyanan, Ds. Sukalaksana, terjadi pada hari Kamis, tanggal 18 Februari 2010, setelah turun hujan deras. g. Di Jalan raya Pangalengan Talegong Garut, di Kp. Pasirhirung, di penggalian pasir di Kp. Datarbelendung, Kp. Warunggantung, dan jalan desa di Kp. Ciwaru, Desa Sukamulya, terjadi sejak 30 Januari 2010 hingga saat penyelidikan. 2. Dampak Gerakan Tanah : Di Desa Sukalaksana, Kec. Talegong: Badan jalan Jalan raya Pangalengan Talegong Garut di Kp. Genteng tertimbun material longsoran dan lalu lintas terputus, pada saat pemeriksaan material longsoran sudah dibersihkan namun lalu lintas belum bisa dilalui, Tanah seluas 1400 m 2 di Kp. Cilamping tertimbun longsoran, 57 KK di Kp. Karees 1, dan pemukiman di Kp. Kidang terancam longsor susulan, 1 (satu) orang meninggal dunia dan sawah seluas 1 Ha di Kp. Pasir Angin Kaler tertimbun longsoran, dan saluran irigasi sepanjang 100 m rusak, Sebanyak 24 KK di Kp. Cipacar terancam longsor susulan, Lahan pesawahan seluas 5 Ha di Kp. Kubang tertimbun longsoran, Sebanyak 36 KK di Kp. Pamoyanan terancam longsor susulan, Di Desa Sukamulya, Kec. Talegong: 1 (satu) orang meninggal dunia di Kp. Pasirhirung, 1 (satu) orang meninggal dunia di Kp. Datarbelendung, 2 (dua) rumah tertimbun longsoran di Kp. Warunggantung, Jalan desa tertimbun longsoran di Kp. Ciwaru.
3. Kondisi Daerah Penyelidikan : Bentang alam secara umum daerah bencana dan sekitarnya merupakan daerah perbukitan G. Cantigi dengan kemiringan lereng mencapai > 40, pada ketinggian 1500 m dpl. Di lereng perbukitan paling atas sampai lereng bagian tengah merupakan areal perkebunan teh, pohon pinus, kebun campuran, dan pesawahan. Pemukiman Desa Sukalaksana dan Desa Sukamulya tersebar dari lereng atas sampai lereng bagian bawah. Kedua desa ini terletak di kaki G. Cantigi. Terdapat banyak rembesan air di daerah ini, terutama pada musim hujan, rembesan air muncul pada tebing di atas pemukiman. Ketersediaan air permukaan tidak terlalu sulit karena terdapat S. Cilaki dan S. Cipacar yang selalu berair sepanjang musim dan terdapat mata air dari G. Cantigi yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari dan mengairi lahan pertanian. Daerah Sukalaksana dan sekitarnya disusun oleh lava andesitan dari G. Huyung (Qhl), perselingan lava, breksi, dan tuf (Qwb), dan tuf, breksi tuf dan lava (QTv) (Peta Geologi Lembar Garut-Pameungpeuk, P3G, 1992). Tanah penutup/pelapukan berupa lempung pasiran dan pasir lempungan berwarna coklat-kemerahan, lunak, plastisitas sedang, mudah luruh oleh air, ketebalan mencapai > 4 m. Berdasarkan Peta Prakiraan Potensi Terjadi Gerakan Tanah Provinsi Jawa Barat Bulan Februari 2010 (Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi), daerah bencana dan sekitarnya termasuk Zona Potensi Terjadi Gerakan Tanah Menengah - Tinggi, artinya artinya daerah ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan, dan gerakan tanah lama dapat aktif kembali. 4. Kondisi Gerakan Tanah : 3 (tiga) titik gerakan tanah di Jalan raya Pangalengan Talegong Garut di Kp. Genteng, Ds. Sukalaksana berupa longsoran bahan rombakan dari arah G. Cantigi, lebar mahkota 10-25 m, tinggi tebing longsoran mencapai > 30 m, panjang material longsoran 30 200 m. Gerakan tanah di Kp. Cilamping, Kp. Bitung, Kp. Karees 1, dan Kp. Kidang, Ds. Sukalaksana berupa retakan dan longsoran bahan rombakan dari arah G. Cantigi. Gerakan tanah di Kp. Pasir Angin Kaler, Ds. Sukalaksana berupa longsoran bahan rombakan dari arah G. Cantigi, lebar mahkota mencapai 50 m, tinggi tebing longsoran mencapai 200 m, panjang material longsoran mencapai 100 m. Gerakan tanah di Kp. Cipacar, Kp. Kubang, dan Kp. Pamoyanan, Ds. Sukalaksana berupa retakan dan longsoran bahan rombakan dari arah G. Cantigi. Gerakan tanah di Kp. Pasirhirung, Kp. Datarbelendung, Kp. Warunggantung, dan Kp. Ciwaru, Desa Sukamulya berupa longsoran bahan rombakan dan retakan
5. Faktor penyebab terjadinya tanah longsor diperkirakan karena : Curah hujan yang tinggi sebelum dan saat kejadian sebagai pemicu terjadinya gerakan tanah. Getaran gempa bumi pada tanggal 2 September tahun 2009 lalu memicu munculnya retakan yang berkembang menjadi longsoran. Kemiringan lereng yang terjal sehingga masa tanah mudah bergerak. Sistem drainase (saluran air) yang kurang memenuhi persyaratan, sehingga air melimpah dan menjenuhi lereng. Alih fungsi hutan pada lereng atas G. Cantigi dengan terdapatnya lahan pesawahan basah, perkebunan dan pemukiman. Adanya bidang lemah berupa kontak antara tanah pelapukan yang bersifat sarang dengan batuan dasar yang masif, kedap air yang membentuk aliran di bawah permukaan tanah. 6. Mekanisme Gerakan Tanah : Curah hujan yang tinggi dan lama mengakibatkan kandungan air dalam tanah meningkat sehingga tekanan air pori dalam tanah meningkat, bobot masa tanah menjadi bertambah, daya ikat antar butiran tanah (kohesi) berkurang, sehingga tanah menjadi jenuh air. Adanya batuan dasar yang kedap air dapat berfungsi sebagai bidang gelincir gerakan tanah sehingga memperkecil tahanan geser tanah maka lereng menjadi tidak stabil dan bergerak mencari keseimbangan baru maka terjadi gerakan tanah berupa longsoran dan retakan. 7. Rekomendasi : Mengingat daerah bencana tersebut terletak pada zona kerentanan gerakan tanah menengah - tinggi maka untuk mencegah gerakan tanah susulan direkomendasikan beberapa alternatif upaya teknik penanganan, sebagai berikut: Di Daerah Pemukiman; Masyarakat yang beraktivitas di sekitar lokasi bencana agar meningkatkan kewaspadaan dan mengungsi terutama pada saat turun hujan dengan intensitas yang tinggi dan durasi yang lama. Jika sawah dipertahankan, maka permukiman direlokasi ke tempat aman. Jika permukiman dipertahankan, maka pertanian lahan basah diubah menjadi pertanian lahan kering, perselingan tanaman berakar kuat dan dalam. Tetap menjaga fungsi hutan pada lereng bagian atas G. Cantigi dan ditanami tanaman yang berakar kuat dan dalam untuk mengikat tanah/batuan supaya lereng menjadi stabil. Segera dilakukan perbaikan sistem drainase/saluran air permukaan di lereng atas agar air bisa keluar dari lereng. Hal ini untuk memperlancar aliran air permukaan agar air tidak masuk dan menjenuhi tanah serta untuk mencegah terjadinya longsoran susulan. Segera dilakukan penutupan retakan dengan tanah liat dan dipadatkan untuk mencegah masuknya air melalui retakan. jika retakan bertambah lebar segera mengungsi dan melaporkan ke PEMDA. Merelokasi pemukiman yang tertimbun longsoran, pemukiman yang searah dengan arah pergerakan retakan dan pemukiman di sekitar tebing yang mengalami longsoran-longsoran kecil.
Alternatif lahan relokasi dari Pemerintah Daerah setempat adalah di Kp. Legonsari, Desa Sukamulya, untuk penyelidikan lebih lanjut daerah relokasi yang aman dari bencana gerakan tanah pada waktu yang akan datang, agar berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi/ Badan Geologi, KESDM. Di Jalur Jalan Pangalengan Talegong Garut; Memperbanyak saluran air pembuangan melalui sub drain/gorong-gorong yang memotong/di bawah badan jalan untuk menghindari melimpahnya aliran air. Selain itu perlu bronjong batu bertingkat untuk penahan tebing dan menghindari erosi. Memperkuat tebing di atas dan bawah badan jalan yang labil dengan membangun dinding penahan dengan pondasi sampai ke batuan dasar yang stabil. Pemukiman yang berada di atas dan bawah badan jalan segera direlokasi, untuk penentuan daerah relokasi yang aman dari bencana gerakan tanah pada waktu yang akan datang agar berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi/ Badan Geologi, KESDM. Mengembalikan fungsi lahan di atas dan bawah badan jalan menjadi lahan yang ditanami tanaman yang berakar kuat dan dalam untuk mengikat tanah/batuan supaya lereng menjadi stabil. Daerah jalur jalan ini tergolong labil sehingga perlu kewaspadaan, antara lain dengan memberikan tanda berupa pemasangan rambu lalulintas peringatan bahaya longsor agar masyarakat pengguna jalan berhati-hati. Laporan singkat ini bisa diunduh di www.vsi.esdm.go.id. Demikian laporan singkat ini kami sampaikan terima kasih atas perhatiannya. a.n. Kepala Badan Geologi Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi u.b. Kepala Bidang Pengamatan Dan Penyelidikan Gunungapi Ir. Moch.Hendrasto, MSc. NIP 195910231987031002
Gb.1. Peta Lokasi Bencana Gerakan Tanah
Gb. 2. Peta Geologi Daerah Bencana dan Sekitarnya
Gb. 3. Peta Potensi Gerakan Tanah
Foto 1. Memperlihatkan salah satu titik longsoran di Jalan raya Pangalengan Talegong Garut di Kp. Genteng, Ds. Sukalaksana. Foto 2. Memperlihatkan titik longsoran di Kp. Pasir Angin, Ds. Sukalaksana yang menyebabkan 1 (satu) orang meninggal dunia.
Foto 3. Memperlihatkan daerah di Kp.Cipacar, Ds. Sukalaksana yang terancam longsoran susulan dari G. Cantigi. Terlihat tata guna lahan yang kurang sesuai seperti pesawahan basah, dan kebun. Foto 4. Memperlihatkan tanah pelapukan yang tebal, lunak dengan lolos air tinggi (kiri) dan batuan dasar yang kedap air (kanan). Kontak keduanya merupakan bidang lemah yang menyebabkan lereng menjadi tidak stabil dan longsor.
Gb. 4. Peta Situasi Gerakan Tanah