KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

dokumen-dokumen yang mirip
GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT

GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA

KEJADIAN GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG PADA TANGGAL 20 APRIL 2008 DI KECAMATAN REMBON, KABUPATEN TANA TORAJA, PROVINSI SULAWESI SELATAN

BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

GERAKAN TANAH DI KABUPATEN KARANGANYAR

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan

KEJADIAN GERAKAN TANAH DI INDONESIA PERIODE MEI-AGUSTUS 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BENCANA GERAKAN TANAH DI INDONESIA

LANDSLIDE OCCURRENCE, 2004 STRATEGI MITIGASI DAN SIFAT GERAKAN TANAH PENYEBAB BENCANA DI INDONESIA. BENCANA GERAKAN TANAH 2005 dan 2006

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kerentanan longsor yang cukup besar. Meningkatnya intensitas hujan

KEJADIAN BENCANA GERAKAN TANAH TAHUN 2007

POTRET BENCANA BANJIR BANDANG DI WASIOR. Djadja, Agus Solihin, Agus Supriatna Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

- : Jalur utama Bandung-Cirebon BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV STUDI LONGSORAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. berpotensi rawan terhadap bencana longsoranlahan. Bencana longsorlahan akan

ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH KABUPATEN GARUT BAGIAN SELATAN, PROVINSI JAWA BARAT. Eka Kadarsetia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenuh air atau bidang luncur. (Paimin, dkk. 2009) Sutikno, dkk. (2002) dalam Rudiyanto (2010) mengatakan bahwa

I. Pendahuluan Tanah longsor merupakan sebuah bencana alam, yaitu bergeraknya sebuah massa tanah dan/atau batuan menuruni lereng akibat adanya gaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Daerah

LAPORAN EVALUASI AWAL BENCANA TANAH LONGSOR DESA BANARAN, KECAMATAN PULUNG, KABUPATEN PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kondisi geologi menyimpan potensi kebencanaan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

Perancangan Perkuatan Longsoran Badan Jalan Pada Ruas Jalan Sumedang-Cijelag KM Menggunakan Tiang Bor Anna Apriliana

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Kelud di Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang, Provinsi Jawa Timur.

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

GERAKAN TANAH DI CANTILLEVER DAN JALUR JALAN CADAS PANGERAN, SUMEDANG Sumaryono, Sri Hidayati, dan Cecep Sulaeman. Sari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam sebagai salah satu fenomena alam dapat terjadi setiap saat,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2014), jumlah penduduk di

KEADAAN UMUM 3.1 Lokasi, Administrasi, dan Transportasi 3.2 Geologi dan Bahan Induk

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Pasirmunjul, Kabupaten Purwakarta, masuk ke dalam zona

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

Bab I Pendahuluan I.1. Latar Belakang Penelitian

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

PENYELIDIKAN STABILITAS LERENG PADA JALUR JALAN KRUI-LIWA, KABUPATEN LIWA, PROVINSI LAMPUNG. Rachman SOBARNA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR LAHAN DI KECAMATAN DAU, KABUPATEN MALANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN GEOMORFOLOGI

RESUME HASIL KEGIATAN PEMETAAN GEOLOGI TEKNIK PULAU LOMBOK SEKALA 1:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang rawan terkena bencana geologi,

Bab I. Pendahuluan. I Putu Krishna Wijaya 11/324702/PTK/07739 BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN TEKNIS PEMETAAN ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator

24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013

KEJADIAN GERAKAN TANAH DI INDONESIA PERIODE APRIL JULI 2010 Y. ARIFIANTI, W.I. RETNONINGTYAS

TINJAUAN PUSTAKA. Longsor. Gerakan tanah atau lebih dikenal dengan istilah tanah longsor adalah

II. PENGAMATAN 2.1. VISUAL

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB III METODE PENELITIAN

Pemeriksaan lokasi bencana gerakan tanah Bagian 1: Tata cara pemeriksaan

Bencana Benc Longsor AY 11

Telepon: , , Faksimili: ,

BAPPEDA Kabupaten Probolinggo 1.1 LATAR BELAKANG

AKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

DEFINISI. Thornbury, 1954 : Proses akibat gaya gravitasi secara langsung.

BAB I PENDAHULUAN. alam tidak dapat ditentang begitu pula dengan bencana (Nandi, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. Bencana geologi merupakan bencana yang terjadi secara alamiah akibat

2016 STUDI PARAMATERIK PENGARUH INTENSITAS CURAH HUJAN TERHADAP JARAK JANGKAUAN DAN KECEPATAN LONGSOR BERDASARKAN MODEL GESEKAN COLOUMB SEDERHANA

BAB III PENGENDALIAN LONGSOR Identifikasi dan Delineasi Daerah Rawan Longsor

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Sub DAS Kayangan. Sub DAS (Daerah Aliran Sungai) Kayangan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ANALISA KESTABILAN LERENG METODE SLICE (METODE JANBU) (Studi Kasus: Jalan Manado By Pass I)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia,

BAB I PENDAHULUAN. bencana alam agar terjamin keselamatan dan kenyamanannya. Beberapa bentuk

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pemodelan fisik menunjukkan bahwa konfigurasi elektroda yang sensitif

METODOLOGI. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian identifikasi dan penentuan faktor-faktor utama penyebab tanah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bencana alam menimbulkan resiko atau bahaya terhadap kehidupan

Pengenalan Gerakan Tanah

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan

BAB V ARAHAN RELOKASI

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Menurut seorang ilmuwan kuno yang bernama Eratosthenes Geografi berasal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, terutama Pulau Jawa. Karena Pulau Jawa merupakan bagian dari

IV. Hasil dan Pembahasan. pada Gambar 2 dan data hasil pengamatan disajikan pada Tabel 3.

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Oleh : Ir. Beny Harjadi, MSc Drs. Agus Wuryanta, MSc Arina Miardini, S.Hut Edi Sulasmiko Agus Sugianto

BAB II KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab V Korelasi Hasil-Hasil Penelitian Geolistrik Tahanan Jenis dengan Data Pendukung

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR. pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan sifat-sifat bumi,

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)

Transkripsi:

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI JALAN DIPONEGORO NO. 57 BANDUNG 40122 JALAN JEND. GATOT SUBROTO KAV. 49 JAKARTA 12950 Telepon: 022-7212834, 5228424, 021-5228371 Faksimile: 022-7216444, 021-5228372 E-mail: geologi@bgl.esdm.go.id Laporan singkat hasil pemeriksaan bencana alam gerakan tanah yang terjadi di Kecamatan Talegong, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, sebagai berikut : 1. Lokasi dan Waktu Kejadian : Lokasi bencana alam gerakan tanah di Kecamatan Talegong, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat ini terjadi di beberapa tempat yaitu ; a. Di 3 (tiga) titik Jalan raya Pangalengan Talegong Garut, di Kp. Genteng, Desa Sukalaksana, secara geografis berada pada 107 32' 22" BT dan 07 16' 26" LS terjadi pada hari Jum at, tanggal 12 Februari 2010, pukul 11.00, setelah turun hujan deras. b. Kp. Cilamping, Kp. Karees 1, dan Kp. Kidang, Ds. Sukalaksana, terjadi pada hari Jum at, tanggal 12 Februari 2010, setelah turun hujan deras. c. Kp. Pasir Angin dan jembatan penghubung antar kampung Pasir Angin Kubang Pojok, Ds. Sukalaksana, terjadi pada hari Sabtu, tanggal 13 Februari 2010, setelah turun hujan deras. d. Kp. Cipacar, Ds. Sukalaksana, secara geografis berada pada 107 32' 26" BT dan 07 16' 32,7" LS terjadi pada hari Minggu, tanggal 14 Februari 2010, setelah turun hujan deras selama 3 jam. e. Kp. Kubang, Ds. Sukalaksana, terjadi pada hari Minggu, tanggal 14 Februari 2010, pukul 17.00, setelah turun hujan deras selama 3 jam. f. Kp. Pamoyanan, Ds. Sukalaksana, terjadi pada hari Kamis, tanggal 18 Februari 2010, setelah turun hujan deras. g. Di Jalan raya Pangalengan Talegong Garut, di Kp. Pasirhirung, di penggalian pasir di Kp. Datarbelendung, Kp. Warunggantung, dan jalan desa di Kp. Ciwaru, Desa Sukamulya, terjadi sejak 30 Januari 2010 hingga saat penyelidikan. 2. Dampak Gerakan Tanah : Di Desa Sukalaksana, Kec. Talegong: Badan jalan Jalan raya Pangalengan Talegong Garut di Kp. Genteng tertimbun material longsoran dan lalu lintas terputus, pada saat pemeriksaan material longsoran sudah dibersihkan namun lalu lintas belum bisa dilalui, Tanah seluas 1400 m 2 di Kp. Cilamping tertimbun longsoran, 57 KK di Kp. Karees 1, dan pemukiman di Kp. Kidang terancam longsor susulan, 1 (satu) orang meninggal dunia dan sawah seluas 1 Ha di Kp. Pasir Angin Kaler tertimbun longsoran, dan saluran irigasi sepanjang 100 m rusak, Sebanyak 24 KK di Kp. Cipacar terancam longsor susulan, Lahan pesawahan seluas 5 Ha di Kp. Kubang tertimbun longsoran, Sebanyak 36 KK di Kp. Pamoyanan terancam longsor susulan, Di Desa Sukamulya, Kec. Talegong: 1 (satu) orang meninggal dunia di Kp. Pasirhirung, 1 (satu) orang meninggal dunia di Kp. Datarbelendung, 2 (dua) rumah tertimbun longsoran di Kp. Warunggantung, Jalan desa tertimbun longsoran di Kp. Ciwaru.

3. Kondisi Daerah Penyelidikan : Bentang alam secara umum daerah bencana dan sekitarnya merupakan daerah perbukitan G. Cantigi dengan kemiringan lereng mencapai > 40, pada ketinggian 1500 m dpl. Di lereng perbukitan paling atas sampai lereng bagian tengah merupakan areal perkebunan teh, pohon pinus, kebun campuran, dan pesawahan. Pemukiman Desa Sukalaksana dan Desa Sukamulya tersebar dari lereng atas sampai lereng bagian bawah. Kedua desa ini terletak di kaki G. Cantigi. Terdapat banyak rembesan air di daerah ini, terutama pada musim hujan, rembesan air muncul pada tebing di atas pemukiman. Ketersediaan air permukaan tidak terlalu sulit karena terdapat S. Cilaki dan S. Cipacar yang selalu berair sepanjang musim dan terdapat mata air dari G. Cantigi yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari dan mengairi lahan pertanian. Daerah Sukalaksana dan sekitarnya disusun oleh lava andesitan dari G. Huyung (Qhl), perselingan lava, breksi, dan tuf (Qwb), dan tuf, breksi tuf dan lava (QTv) (Peta Geologi Lembar Garut-Pameungpeuk, P3G, 1992). Tanah penutup/pelapukan berupa lempung pasiran dan pasir lempungan berwarna coklat-kemerahan, lunak, plastisitas sedang, mudah luruh oleh air, ketebalan mencapai > 4 m. Berdasarkan Peta Prakiraan Potensi Terjadi Gerakan Tanah Provinsi Jawa Barat Bulan Februari 2010 (Badan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi), daerah bencana dan sekitarnya termasuk Zona Potensi Terjadi Gerakan Tanah Menengah - Tinggi, artinya artinya daerah ini dapat terjadi gerakan tanah jika curah hujan di atas normal, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan, dan gerakan tanah lama dapat aktif kembali. 4. Kondisi Gerakan Tanah : 3 (tiga) titik gerakan tanah di Jalan raya Pangalengan Talegong Garut di Kp. Genteng, Ds. Sukalaksana berupa longsoran bahan rombakan dari arah G. Cantigi, lebar mahkota 10-25 m, tinggi tebing longsoran mencapai > 30 m, panjang material longsoran 30 200 m. Gerakan tanah di Kp. Cilamping, Kp. Bitung, Kp. Karees 1, dan Kp. Kidang, Ds. Sukalaksana berupa retakan dan longsoran bahan rombakan dari arah G. Cantigi. Gerakan tanah di Kp. Pasir Angin Kaler, Ds. Sukalaksana berupa longsoran bahan rombakan dari arah G. Cantigi, lebar mahkota mencapai 50 m, tinggi tebing longsoran mencapai 200 m, panjang material longsoran mencapai 100 m. Gerakan tanah di Kp. Cipacar, Kp. Kubang, dan Kp. Pamoyanan, Ds. Sukalaksana berupa retakan dan longsoran bahan rombakan dari arah G. Cantigi. Gerakan tanah di Kp. Pasirhirung, Kp. Datarbelendung, Kp. Warunggantung, dan Kp. Ciwaru, Desa Sukamulya berupa longsoran bahan rombakan dan retakan

5. Faktor penyebab terjadinya tanah longsor diperkirakan karena : Curah hujan yang tinggi sebelum dan saat kejadian sebagai pemicu terjadinya gerakan tanah. Getaran gempa bumi pada tanggal 2 September tahun 2009 lalu memicu munculnya retakan yang berkembang menjadi longsoran. Kemiringan lereng yang terjal sehingga masa tanah mudah bergerak. Sistem drainase (saluran air) yang kurang memenuhi persyaratan, sehingga air melimpah dan menjenuhi lereng. Alih fungsi hutan pada lereng atas G. Cantigi dengan terdapatnya lahan pesawahan basah, perkebunan dan pemukiman. Adanya bidang lemah berupa kontak antara tanah pelapukan yang bersifat sarang dengan batuan dasar yang masif, kedap air yang membentuk aliran di bawah permukaan tanah. 6. Mekanisme Gerakan Tanah : Curah hujan yang tinggi dan lama mengakibatkan kandungan air dalam tanah meningkat sehingga tekanan air pori dalam tanah meningkat, bobot masa tanah menjadi bertambah, daya ikat antar butiran tanah (kohesi) berkurang, sehingga tanah menjadi jenuh air. Adanya batuan dasar yang kedap air dapat berfungsi sebagai bidang gelincir gerakan tanah sehingga memperkecil tahanan geser tanah maka lereng menjadi tidak stabil dan bergerak mencari keseimbangan baru maka terjadi gerakan tanah berupa longsoran dan retakan. 7. Rekomendasi : Mengingat daerah bencana tersebut terletak pada zona kerentanan gerakan tanah menengah - tinggi maka untuk mencegah gerakan tanah susulan direkomendasikan beberapa alternatif upaya teknik penanganan, sebagai berikut: Di Daerah Pemukiman; Masyarakat yang beraktivitas di sekitar lokasi bencana agar meningkatkan kewaspadaan dan mengungsi terutama pada saat turun hujan dengan intensitas yang tinggi dan durasi yang lama. Jika sawah dipertahankan, maka permukiman direlokasi ke tempat aman. Jika permukiman dipertahankan, maka pertanian lahan basah diubah menjadi pertanian lahan kering, perselingan tanaman berakar kuat dan dalam. Tetap menjaga fungsi hutan pada lereng bagian atas G. Cantigi dan ditanami tanaman yang berakar kuat dan dalam untuk mengikat tanah/batuan supaya lereng menjadi stabil. Segera dilakukan perbaikan sistem drainase/saluran air permukaan di lereng atas agar air bisa keluar dari lereng. Hal ini untuk memperlancar aliran air permukaan agar air tidak masuk dan menjenuhi tanah serta untuk mencegah terjadinya longsoran susulan. Segera dilakukan penutupan retakan dengan tanah liat dan dipadatkan untuk mencegah masuknya air melalui retakan. jika retakan bertambah lebar segera mengungsi dan melaporkan ke PEMDA. Merelokasi pemukiman yang tertimbun longsoran, pemukiman yang searah dengan arah pergerakan retakan dan pemukiman di sekitar tebing yang mengalami longsoran-longsoran kecil.

Alternatif lahan relokasi dari Pemerintah Daerah setempat adalah di Kp. Legonsari, Desa Sukamulya, untuk penyelidikan lebih lanjut daerah relokasi yang aman dari bencana gerakan tanah pada waktu yang akan datang, agar berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi/ Badan Geologi, KESDM. Di Jalur Jalan Pangalengan Talegong Garut; Memperbanyak saluran air pembuangan melalui sub drain/gorong-gorong yang memotong/di bawah badan jalan untuk menghindari melimpahnya aliran air. Selain itu perlu bronjong batu bertingkat untuk penahan tebing dan menghindari erosi. Memperkuat tebing di atas dan bawah badan jalan yang labil dengan membangun dinding penahan dengan pondasi sampai ke batuan dasar yang stabil. Pemukiman yang berada di atas dan bawah badan jalan segera direlokasi, untuk penentuan daerah relokasi yang aman dari bencana gerakan tanah pada waktu yang akan datang agar berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi/ Badan Geologi, KESDM. Mengembalikan fungsi lahan di atas dan bawah badan jalan menjadi lahan yang ditanami tanaman yang berakar kuat dan dalam untuk mengikat tanah/batuan supaya lereng menjadi stabil. Daerah jalur jalan ini tergolong labil sehingga perlu kewaspadaan, antara lain dengan memberikan tanda berupa pemasangan rambu lalulintas peringatan bahaya longsor agar masyarakat pengguna jalan berhati-hati. Laporan singkat ini bisa diunduh di www.vsi.esdm.go.id. Demikian laporan singkat ini kami sampaikan terima kasih atas perhatiannya. a.n. Kepala Badan Geologi Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi u.b. Kepala Bidang Pengamatan Dan Penyelidikan Gunungapi Ir. Moch.Hendrasto, MSc. NIP 195910231987031002

Gb.1. Peta Lokasi Bencana Gerakan Tanah

Gb. 2. Peta Geologi Daerah Bencana dan Sekitarnya

Gb. 3. Peta Potensi Gerakan Tanah

Foto 1. Memperlihatkan salah satu titik longsoran di Jalan raya Pangalengan Talegong Garut di Kp. Genteng, Ds. Sukalaksana. Foto 2. Memperlihatkan titik longsoran di Kp. Pasir Angin, Ds. Sukalaksana yang menyebabkan 1 (satu) orang meninggal dunia.

Foto 3. Memperlihatkan daerah di Kp.Cipacar, Ds. Sukalaksana yang terancam longsoran susulan dari G. Cantigi. Terlihat tata guna lahan yang kurang sesuai seperti pesawahan basah, dan kebun. Foto 4. Memperlihatkan tanah pelapukan yang tebal, lunak dengan lolos air tinggi (kiri) dan batuan dasar yang kedap air (kanan). Kontak keduanya merupakan bidang lemah yang menyebabkan lereng menjadi tidak stabil dan longsor.

Gb. 4. Peta Situasi Gerakan Tanah