BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam dunia anak luar biasa istilah tunagrahita kategori ringan memiliki

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah yang umum dipakai dalam pendidikan luar biasa antara lain anak

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita kategori ringan membutuhkan pendidikan sebagaimana anak

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak lepas dan

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tingkat kecerdasan (IQ) berkisar

BAB I PENDAHULUAN. investasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

2015 PEMBELAJARAN TARI TRANG-TRANG KOLENTRANG PADA KEGIATAN EKSTRAKULIKULER DI SD GRIBA 5 ANTAPANI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I PENDAHULUAN. Mendapatkan pendidikan yang layak di Indonesia telah tercantum dalam UUD

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya yang mulai memasuki

PENERAPAN METODE PERMAINAN LARI SAMBUNG MATA PELAJARAN PENJASKES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS 2 A SDN TANGGUL KULON 03 JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tuna

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak berkebutuhan khusus merupakan anak luar biasa yang mempunyai

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Sutjihati Somantri (2005: 107 ) anak tunagrahita sedang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

Modul 3 PPG-Konten Kurikulum 1

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, motorik, kognitif, sosial emosi serta perkembangan bahasa.

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BUSANA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VII SMPLB DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Eksistensi Proyek BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. taraf kelainannya. American Association On Mental Deliciency (AAMD) dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Nera Insan Nurfadillah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita merupakan salah satu anak berkebutuhan khusus yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

BAB I PENDAHULUAN Suhartoyo, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erma Setiasih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. rata-rata dengan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan

BAB I PENDAHULUAN. hal ini tercantum dalam pembukaan Undang-Undang dasar 1945 alinea ke empat

BAB I PENDAHULUAN. membantu mengembangkan seluruh potensi dan kemampuan fisik,

INSTRUMEN PENJARINGAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS. Nama Lengkap. Kecamatan.. Kab/Kota. : Belum Sekolah/Pernah Sekolah (DO) / Sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. menikmati keindahan, mengapresiasi, dan mengungkapkan perasaan keindahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem. Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa :

BAB II KAJIAN TEORI. menyerupai hasil belajar kognitif. Keterampilan adalah kemampuan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PEMBELAJARAN TARI KREASI BALI

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fitri Chintia Dewi, 2013

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sepanjang hayat (Long Life Education), merupakan kalimat yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki tingkat intelektual yang berbeda. Menurut Eddy,

KONSEP PERKEMBANGAN MOTORIK Motorik sebagai istilah umum untuk berbagai bentuk perilaku gerak manusia. Sedangkan psikomotorik khusus digunakan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pendidikan pada dasarnya usaha sadar yang menumbuh

2014 PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDEKATAN SCIENTIFIC UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MATEMATIKA-LOGIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara,

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGURANGAN BERSUSUN MELALUI MEDIA GELAS BILANGAN PADA SISWA TUNAGRAHITA. Sufiana

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Kemampuan Berbahasa Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berhitung merupakan aspek yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. abad kedua puluh satu ini. Dimana didalamnya sarat dengan kompetisi. yang pemenangnya sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan lemahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran Seni Tari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI nomor 22 dan 23 tahun 2006.

Gambar 4.1 Perkembangan Fisik Manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Azzela Mega Saputri, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

Anak Autistik dan Anak Kesulitan Belajar. Mohamad Sugiarmin Pos Indonesia Bandung, Senin 27 April 2009

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau isyarat. Bahasa merupakan simbol-simbol yang disepakati dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengelola pelajaran itu sendiri. Hal tersebut bisa dipahami karena

SANGAT CERDAS, MEMANG BERKEBUTUHAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Bahasa digunakan manusia sebagai sarana komunikasi di dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dea Wulantika Utami, 2013

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

BAB I PENDAHULUAN. sebelum pendidikan dasar yang merupakan upaya pembinaan yang ditujukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

Disampaikan oleh Kusmarwanti, M. Pd. (dari berbagai sumber)

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari membaca mempunyai makna yang. penting. Membaca bukan saja sekedar memandangi lambang-lambang tertulis

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan anak terjadi mulai aspek sosial, emosional, dan intelektual. Salah satu aspek

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

Tinjauan Mata Kuliah Masa TK : perkembangan fisik dan kemampuan anak berlangsung sangat cepat. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik identik denga

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Konsentrasi belajar anak adalah bagaimana anak fokus dalam mengerjakan

II. Deskripsi Kondisi Anak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Taman Kanak- Kanak termasuk jenjang Pendidikan Anak Usia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Anak Tunagrahita Kategori Ringan 1. Pengertian tentang anak tunagrahita kategori ringan Dalam dunia anak luar biasa istilah tunagrahita kategori ringan memiliki berbagai istilah tergantung dari sudut pandang para ahli memberikan definisi tentang anak tunagrahita kategori ringan. Istilah yang umum dipakai dalam pendidikan luar biasa antara lain anak mampu didik, educable, midly, debil dan tunagrahita kategori ringan. Untuk memberikan pengertian anak tunagrahita kategori ringan pada penulisan ini diambil dengan berdasarkan para ahli memandang tetapi mereka memiliki pengertian yang sama dengan anak tunagrahita. Anak tunagrahita kategori ringan merupakan salah satu anak yang mengalami gangguan perkembangan dalam mentalnya dengan memiliki tingkat kecerdasan antara 50-75. Mereka memiliki kemampuan sosialisasi dan motorik yang baik, dan dalam kemampuan akademis masih dapat menguasai sebatas pada bidang tertentu. Mulyono Abdurrahman (1994: 26-27) mengungkapkan bahwa anak tunagrahita kategori ringan adalah anak yang subnormal demikian dipandang masih mempunyai potensi untuk menguasai mata pelajaran ditingkat sekolah dasar. Anak tunagrahita kategori ringan menurut Bratanata S.A (1976: 6) adalah mereka yang masih mempunyai kemungkinan memperoleh pendidikan dalam bidang membaca, menulis, berhitung sampai tingkat tertentu biasanya hanya sampai pada 7

8 kelas V sekolah dasar, serta mampu mempelajari keterampilan-keterampilan sederhana. Penampilan fisik tidak berbeda dengan anak normal lainnya, umumnya sama dengan anak normal. Artinya adalah bahwa anak-anak pada tingkat ini dapat berhasil dalam kurikulum sekolah yang disederhanakan dan cukup mampu dalam penyesuaian sosial. Ahli yang lain Michael Haedman (1990: 9 ) memandang anak tunagrahita kategori ringan dari kapasitas IQ yaitu Educable has IQ s to abaut 70, second fifth grade achievement in shool scsdemic areas, social adjustment will permit some grade of independence in the communyt, occupational sufficiency will permit partial or total self support. Artinya bahwa anak tunagrahita mampu didik memiliki IQ kurang lebih 70 dapat mencapai tingkat kedua sampai dengan tingkat 5. Dalam bidang akademik, dalam bidang penyesuaian social di masyarakat dapat mencapai kemandirian social berdasarkan tingkat tertentu serta dalam bekerja memerlukan bantuan sebagian maupun keseluruhan. Berdasarkan pengertian para ahli tersebut dapat disimpulkan anak tunagrahita kategori ringan adalah anak yang memiliki kemampuan intelektual antara 55-75. Serta memiliki kemampuan yang hampir sama dengan anak normal pada umumnya kecuali pada bidang akademik tertinggal dengan anak normal seusianya. 2. Karakteristik Anak Tunagrahita Kategori Ringan Menurut Samuel A. Kirk karateristik anak tunagrahita kategori ringan dapat dipisahkan dalam karakteristik fisik, intelektual dan akademik.

9 Adapun karakteristik tersebut secara rinci sebagai berikut: a. Karakteristik fisik 1) Tinggi badan, berat badan, koordinasi motorik pada umumnya sama dengan anak normal. 2) Ada diantara anak tunagrahita kategori ringan mengalami hambatan pada penglihatan pendengaran dan koordinasi motorik. 2) Ada anak tunagrahita kategori ringan yang disebabkan oleh kondisi keluarga yang tingkat kesehatannya rendah. b. Karakteristik intelektual Perkembangan anak tunagrahita kategori ringan memiliki hambatan, hambatan tersebut meliputi fungsi intelektual khusus dalam bidang akademik, pengalaman dan kemampuan berbahasa konseptual, persepsi, imajinasi, kreativitas dan kemampuan lain yang berkaitan dengan intelektual. c. Karakteristik Akademik 1) Anak tunagrahita kategori ringan umumnya tidak memiliki kesiapan untuk belajar membaca, menulis, berhitung dan berbicara pada usia sekolah Mereka baru memiliki keterampilan atau kecakapan pada usia 8 tahun atau bahkan lebih hingga belasan tahun. 2) Kemajuan anak tunagrahita kategori ringan dalam bidang akademik pada umumnya sebanding dengan perkembangan mentalnya, yang berarti mereka cenderung berprestasi kurang dalam bidang membaca, kemampuan penalaran

10 berhitungnya juga rendah dan tingkat prestasi optimal kadang-kadang dapat dicapai setingkat anak sekolah dasar kelas VI. 3) Untuk menyesaikan sekolah dasar dapat ditempuh selama 2 atau 3 tahun untuk setiap kelas tergantung dari kemampuan dan kematangan mentalnya. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak tunagrahita kategori ringan adalah mereka memiliki kondisi fisik yang sama dengan anak normal pada umumnya, kemampuan berfikir rendah, perhatian dan daya ingatnya lemah, mengalami kesulitan-kesulitan dalam hal mental seperti emosi, kemandirian dan sebagainya. Namun demikian masih memiliki potensi yang dapat dikembangkan untuk mengurangi ketergantungannya kepada orang lain. B. Tinjauan tentang Pembelajaran Pembelajaran adalah proses interaksi anak didik dengan pendidikan dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidikan agar dapat terjadi proses memperoleh ilmu dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran dan tabiat perilaku serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi berbeda. Dalam konteks pendidikan guru mengajar supaya peserta didik dapat belajar guna menguasai

11 isi pelajaran sehingga mencapai suatu objek yang ditentukan (aspek kognitif) serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik. Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (1994: 284) adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat anak belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil pengertian bahwa pembelajaran adalah segala kegiatan guru yang terprogram dalam desain instruksional yang meliputi alat, metode, media dan sebagainya untuk membuat anak aktif dalam mencapai tujuan, peningkatan pengetahuan dan kemampuan belajarnya. Komponen dalam pembelajaran tari Yapong adalah komponen-komponen pengajaran sebagai dimensi penilaian proses belajar sebagaimana dinyatakan oleh Nana Sudjana (2005: 57), minimal mencakup sebagai berikut: 1. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran tari Yapong anak tunagrahita kategori ringan kelas D V SDLB yaitu untuk menumbuh kembangkan kemampuan seni melalui pembelajaran menari untuk selanjutnya anak dapat menguasai langkah-langkah sederhana dalam menari. Selama ini anak tunagrahita kategori ringan dipandang kurang dalam menerima pelajaran. Kemampuan menguasai teknik tari Yapong diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri terhadap keluarga dan masyarakat.

12 2. Materi Pengajaran Materi pengajaran adalah hal-hal yang diajarkan oleh seorang pengajar kepada seorang siswa (Nana Sudjana, 2005: 67). Dalam menentukan materi pengajaran ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu kemampuan anak dan tujuan yang akan dicapai. Untuk itu, materi pelajaran diperinci serta sistematis agar mudah diterima siswa. Mengidentifikasi materi pokok atau pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar dengan mempertimbangkan: a. Potensi peserta didik. b. Relevansi dengan karakteristik anak. c. Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual peserta didik. d. Kebermanfaatan bagi peserta didik. e. Relevansi dengan kebutuhan peserta didik. f. Alokasi waktu. Dalam pembelajaran tari Yapong, materi yang diajarkan yaitu gerak telapak tangan, gerak jari tangan, gerak pergelangan tangan, gerak lengan, gerak kepala dan leher, gerak kaki, gerak jari kaki, gerak pergelengan kaki, gerak lutut, gerak badan, dan gerak bahu.

13 3. Guru Subjek utama dalam kegiatan belajar mengajar adalah guru dan siswa, keduanya adalah pelaku utama sesuai dengan fungsinya masing-masing yaitu guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik. Menurut Depdikbud (1995: 19), ada 10 kompetensi guru Indonesia yaitu: a. Menguasai landasan pendidikan. b. Menguasai bahan pengajaran. c. Mengelola proses belajar mengajar. d. Mengelola kelas. e. Mengelola interaksi belajar mengajar. f. Menggunakan media. g. Menilai hasil belajar siswa. h. Mengenal fungsi dan program belajar. i. Memahami prinsip dan hasil penelitian untuk keperluan pengajaran. j. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah. Kegiatan belajar mengajar, guru sebagai pelaku dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan fungsinya masing-masing yaitu sebagai pemberi informasi. Menurut Dimyati (2006: 19), guru diharapkan efektif dalam mengajar yaitu menggunakan langkah-langkah dengan menentukan tujuan pembelajaran, memiliki strategi mengajar, mengumpulkan bahan-bahan untuk mengajar, harus menyadari tingkat kesiapan siswa serta merencanakan cara penilaian. Langkah pelaksanaan mengajar tari Yapong yaitu strategi yang dirancang agar tercapai tujuan pengajaran tari Yapong. Langkah sesudah pengajaran yaitu mengukur penilaian hasil belajar tari Yapong.

14 4. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran menurut Nana Sudjana (2005: 78), tari Yapong untuk anak tunagrahita kategori ringan yaitu: a. Metode guru panggul, yaitu metode yang diajarkan guru dengan cara pendekatan guru kepada siswa satu persatu selama proses belajar mengajar berlangsung untuk memberikan koreksi kepada siswa yang belum paham. b. Metode pengulangan, yaitu metode yang digunakan guru dengan mengulangulang tari Yapong apabila guru merasa terdapat kesalahan dalam langkah gerakan tari. c. Metode pemberian tugas, yaitu metode yang digunakan oleh guru berupa pemberian tugas kepada siswa untuk mempelajari gerakan tari selanjutnya diminta mempraktekkan di rumah. d. Metode demonstrasi, yaitu metode yang digunakan oleh guru dalam mengajarkan tari Yapong dengan cara guru mencontohkan gerakan tari dari awal sampai akhir dan siswa mendengarkan serta menyimak. Selanjutnya siswa mempraktekkan. 5. Siswa Menurut Nana Sudjana (2005: 45), siswa merupakan subjek belajar yang diharapkan dapat mempunyai perubahan setelah mendapatkan pengajaran. Dalam pelajaran tari Yapong ini siswa yang belajar mengalami tunagrahita kategori ringan sehingga sulit menangkap pengertian dan mempraktekkan gerakan tari yang diajarkan oleh guru. Dalam penelitian ini, siswa yang mendapat pengajaran tari Yapong yaitu siswa kelas V SDLB yang mengalami tunagrahita kategori ringan. Pada kenyataannya siswa tunagrahita kategori ringan ini emosinya kadang kurang terkendali dan kurang

15 konsentrasi. Diharapkan dengan pembelajaran tari Yapong ini kepercayaan diri siswa dapat ditumbuhkan dan juga dapat mempunyai kemampuan tari. 6. Alat bantu pembelajaran Nana Sudjana (2005: 99), menyatakan bahwa pengajaran dapat terlaksana dengan lancar dan efektif jika didukung oleh alat bantu pengajaran. Dalam pembelajaran tari Yapong ini alat yang digunakan yaitu sarung, mekak, slepang, slepe, jamang Yapong dan bunga mawar daun kecil. 7. Penilaian Penilaian dalam pembelajaran tari Yapong di laksanakan secara terus menerus pada waktu diadakan latihan meliputi: a. Penilaian pada setiap akhir praktek. b. Penilaian pada setiap anak dalam waktu praktek/ penilaian proses. c. Penilaian pada waktu menggerakkan tangan d. Penilaian pada waktu menggerakkan kepala e. Penilaian pada waktu menggerakkan kaki C. Tinjauan tentang Tari 1. Pengertian Tari Unsur utama dalam tari adalah gerak. Gerak dalam tari memiliki makna. Gerak yang dilakukan dalam tari bukan asal gerak, tetapi mengandung keindahan. Tari merupakan bahasa gerak yang indah dan penuh perasaan, Yati Priyati (2007: 40). Sedangkan menurut Sudarsono (1994: 47) tari adalah gerakan berirama sebagai

16 ungkapan jiwa manusia yang didalamnya terdapat unsur keindahan. Tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dengan gerak ritmis yang indah. Keindahan dan makna tari tidak terlepas dari keindahan dan makna kostum, properti, tata rias dan keindahan gerakan. Kostum, properti, tata rias dan gerakan adalah simbol dalam tari. Sedangkan simbol tari adalah makna yang terkandung dalam tari. Simbol tari dapat dilambangkan dengan gerak tari, sebagai contoh tari Yapong. Hal ini bertujuan supaya gerak tariannya dapat dipahami. Untuk menegaskan penari, sebagai gerakan meniru, juga dilengkapi pakaian disesuaikan dengan tema tarian. Apabila disimak secara khusus. Tari membuat seseorang bergerak untuk mengikuti irama tari, gerak tari, maupun unjuk kemampuan dan kemauan kepada umum secara jelas. Tari memberikan penghayatan rasa, empati, simpati dan kepuasan tersendiri terutama bagi penontonnya. Tari pada kenyataannya merupakan penampilan gerak tubuh, oleh karena itu tubuh sebagai media ungkap sangat penting perannya bari tari. Gerakan tubuh dapat dinikmati sebagai bagian dari kemunikasi bahasa tubuh. Dengan demikian tubuh berfungsi menjadi bahasa tari untuk memperoleh makna gerak. Tari merupakan salah satu cabang seni yang mendapat perhatian besar di masyarakat. Ibarat bahasa gerak, tari menjadi alalt ekspresi manusia dalam karya seni. Sebagai sarana atau media komunikasi yang universal, tari menempatkan diri pada posisi yang dapat dinikmati oleh siapa saja dan kapan saja.

17 2. Unsur-unsur Tari Gerak dalam tari adalah gerak yang bertenaga. Tenaga dalam gerak tari merupakan kekuatan yang mengawali, mengendalikan, serta menghentikan gerak. Dengan demikian gerak merupakan unsur dominan pokok dalam tari. Sifat gerak tari ada 2 yaitu: a. Gerak murni yaitu gerak yang ditarikan tanpa mempertimbangkan maksud gerak tari tersebut. Gerakannya mengutamakan keindahan semata. Misalnya gerak pergelangan tangan yang diputar-putar, pinggul yang digoyang, kepala dan dagu yang digerakan kekanan dan ke kiri. b. Gerak maknawi, yaitu gerak yang diungkapkan dengan maksud-maksud tertentu. Misalnya gerak terbang, memukul, menghindar, memetik, menangis, dll. Kesejalanan yang dihubungkan dengan konsep gerak tari masih banyak diperdebatkan. Hal ini terbukti masih belum komplitnya pemahaman tari itu sendiri yang berkembang di masyakarat. Laju pertumbuhan gerakan tari memberikan corak budaya yang lebih variatif, dinamis dan beragam, termasuk pada tari Yapong. 3. Kostum Tari Yapong Keindahan gerakan tari tidak lepas dengan kostum dan properti yang digunakan pada waktu pementasan tari Yapong. Pelaksanaan pembelajaran tari Yapong menggunakan media: a. Sarung b. Mekak c. Slepang

18 d. Slepe e. Jamang Yapong f. Bunga mawar daun kecil Properti seperti tersebut di atas merupakan media yang harus digunakan pada waktu pementasan tari. Selain itu pada pementasan tari juga diiringi dengan musik, baik secara langsung ataupun menggunakan rekaman yang diputar menggunakan tape recorder. D. Kerangka Berpikir Penolakan anak untuk belajar dengan menunjukkan sikap diam, tidak mau mendengarkan instruksi dari guru bahkan ada yang lebih memilih bermain sendiri atau mengganggu temannya tentu akan mengganggu proses belajar mengajar di kelas dan tujuan pembelajaran tidak akan tercapai, jika tidak dicari cara untuk mengatasinya. Penolakan anak untuk belajar tentu disebabkan banyak faktor, salah satunya adalah keterbatasan kemampuannya seperti anak tunagrahita kategori ringan. Anak tunagrahita kategori ringan adalah anak yang memiliki kemampuan mental lebih rendah dibandingkan anak lamban belajar, sedangkan penampilan secara fisik tidak jauh berbeda dengan anak normal pada umumnya. Namun dari segi yang lain anak tunagrahita kategori ringan memiliki hambatan dalam perkembangannya serta memiliki keterbatasan yang kompleks, sehingga dalam usahanya untuk mengikuti pembelajaran yang disampaikan guru sering mengalai hambatan. Hambatan yang dialami anak tunagrahita disebabkan karakteristik yang dimiliki nya, yaitu bahwa anak tunagrahita

19 kategori ringan sukar berfikir abstrak, mudah lupa, kurang dapat berfikir logis, kurang dapat menganalisis, kurang dapat berkonsentrasi dain-lain. Kondisi anak tunagrahita seperti dalam karakteristik di atas tentu sangat menghambat anak dalam segala aktivitas, utamanya kegiatan belajar mengajar, sehingga hal yang terjadi adalah prestasi belajar anak tunagrahita kategori ringan tidaklah bagus. Terkadang ketidakmampuannya untuk belajar disebabkan karena keengganannya untuk belajar, seperti salah satu anak tunagrahita kategori ringan dalam penelitian ini. Anak lebih memilih bermain sendiri atau meninggalkan kelas jika jam belajar sedang berlangsung. Sepertinya ia tidak tertarik untuk belajar dan perhatiannya hanya fokus pada alat-alat permainannya yang ada disekitar anak, sehingga ia asyik dengan permainannya tanpa menghiraukan instruksi gurunya. Kondisi tersebut membuat guru harus berfikir bagaimana caranya agar anak mau belajar, sehingga harus ada stimulasi untuk memancing anak agar memiliki kemauan belajar. Salah satunya adalah memilih media belajar yang tepat dan disukai anak. Media belajar tersebut adalah berupa pelajaran seni tari. Mengingat materi pelajaran tari Yapong termasuk hal yang rumit, diduga dalam pelaksanaan pembelajaran tari Yapong mengalami banyak masalah. Oleh karena itu dalam pembelajaran tari Yapong pada anak tunagrahita kategori ringan perlu dilakukan secara teliti dan berulang-ulang agar siswa mampu melakukannya dengan baik.

20 E. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran tari Yapong pada anak tunagrahita kategori ringan di SLB Bina Siwi Pajangan Bantul yang meliputi metode pembelajaran yang digunakan, langkah-langkah menari, media yang digunakan dalam menari, peranan guru dalam pembelajaran menari, evaluasi dan hasil pembelajaran menari Yapong? 2. Kesulitan apa saja yang dihadapi anak tunagrahita kategori ringan kelas V SDLB di SLB Bina Siwi Pajangan Bantul?