BAB I PENDAHULUAN. Posisi komunikasi dan pembangunan ibarat dua sisi mata uang yang

dokumen-dokumen yang mirip
11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 1/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 01 TAHUN 2006 TENTANG

RKPD Tahun 2015 Pendahuluan I -1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

RANCANGAN AKHIR RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

TENTANG PROSEDUR PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PROSEDUR PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SOLOK,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 3 TAHUN : 2006

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MUSI RAWAS. Mesin Pemotong Rumput. iii RENCANA KERJA 2015

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 60 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

BAB VIII PENUTUP BAB VIII PENUTUP

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIJUNJUNG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN ( MUSRENBANG )

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2014

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. berwenang menetapkan dokumen perencanaan. Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN 2004) yang kemudian

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

1.1 Latar Belakang I - 1. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010

BAB I P E N D A H U L U A N

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak Tahun

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat sebagai elemen penting dalam proses. penyusunan rencana kerja pembangunan daerah.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

BAB I P E N D A H U L U A N

PERUBAHAN JUKNIS MUSRENBANG KOTA SURAKARTA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lingga Tahun

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2008 NOMOR 5 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

GUBERNUR SULAWESI BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. tepat melalui serangkaian pilihan pilihan, dan juga merupakan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

LAMPIRAN XXI KEPUTUSAN BUPATI BOGOR NOMOR : TANGGAL : RENCANA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN

BAB I P E N D A H U L U A N

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI PENUKAL ABAB LEMATANG ILIR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Pembangunan Kota (RKPK) Banda Aceh Tahun 2011 I - 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN MUSI RAWAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN KELURAHAN DAN KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 1A TAHUN 2014

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2018 BAB I PENDAHULUAN

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posisi komunikasi dan pembangunan ibarat dua sisi mata uang yang saling mendukung dan tidak bisa dipisahkan. Secara konseptual, komunikasi dan pembangunan memandang perubahan sebagai proses sosial yang tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat. Semula konsep ini merupakan istilah untuk menunjukkan situasi keterbelakangan masyarakat akibat proses pembangunan, namun lambat laun menjadi entitas penting dalam kemajuan masyarakat. Pada konteks ini, komunikasi dipandang sebagai sarana, alat atau saluran penyampaian ide dan gagasan pembangunan. Tidak sedikit proses pembangunan menghadapi kegagalan dalam menumbuhkan partisipasi masyarakat, hanya karena kurangnya aspek komunikasi dalam penerapannya. Sebaliknya, pembangunan sendiri dalam konsep komunikasi memiliki andil dalam perumusan konsep baru seiring dengan perubahan sosial dalam masyarakat. Berbagai perilaku komunikasi dalam masyarakat seringkali dipengaruhi oleh perkembangan masyarakat sebagai dampak dari perubahan yang demikian cepat. Dengan demikian, komunikasi memegang posisi kunci dalam menyukseskan setiap program pembangunan (Dila, 2012 : 25). Menurut Surna Tjahja Diningrat dalam Iskandar (2002 : 43) memberikan pengertian pembangunan sebagai kegiatan-kegiatan yang direncanakan dalam mengolah sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan 1

memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang digunakan untuk kelangsungan hidup manusia. Peran pemerintah dalam proses pembangunan menurut Siagian (2000: 76) adalah stabilisator, selaku inovator, selaku modernisator, selaku pelopor dan pelaksana sendiri kegiatan pembangunan tertentu. Pembangunan dalam suatu negara sangat berkaitan erat dengan pemerintah dalam perumusan kebijakan maupun implementasi kebijakan. Administrasi negara dalam hal ini pemerintah tidak hanya menyelenggarakan tugas rutin saja tetapi juga menyelenggarakan tugas-tugas pembangunan. Salah satu tahapan penting dalam pembangunan adalah perencanaan. Arti pentingnya perencanaan ini dikemukakan oleh Waterson dalam Bryant dan White (1989 : 121), perencanaan mencakup penghematan sumber-sumber daya langka oleh otoritas yang dibentuk masyarakat banyak. Oleh karena itu perencanaan harus mencakup upaya-upaya yang terorganisasi, sadar, dan kontiniu untuk menemukan alternatif-alternatif terbaik yang dapat ditempuh guna mencapai tujuan-tujuan yang khusus. Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) merupakan mekanisme perencanaan pembangunan di daerah yang melibatkan partisipasi dari masyarakat. Penyelenggaraan Musrenbang merupakan salah satu tugas Pemerintah Daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Pembangunan tidak akan bergerak maju apabila salah satu saja dari tiga komponen tata pemerintahan (pemerintah, masyarakat, swasta) tidak berperan atau berfungsi. Karena itu, Musrenbang juga merupakan forum pendidikan bagi warga agar menjadi bagian aktif dari 2

tata pemerintahan dan pembangunan. Kata musyawarah berasal dari Bahasa Arab yang menggambarkan bagaimana warga saling berdiskusi memecahkan masalah, konflik dan juga problem di masyarakat. Kata Musrenbang identik dengan diskusi di masyarakat tentang kebutuhan pembangunan daerah. Musrenbang adalah mekanisme perencanaan sebuah institusi perencana yang ada di daerah dan sebagai mekanisme untuk mempertemukan usulan/kebutuhan masyarakat (bottom up planning) dengan apa yang akan diprogram pemerintah (top down planning). Musrenbang dilaksanakan dalam rangka melaksanakan amanat Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Daerah, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tatacara Penyusunan Rencana Pembangunan, Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah, Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib menyusun Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) sebagai pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN/RPJMD), serta Surat Edaran Bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala BAPPENAS dan Menteri Dalam Negeri Nomor 0008/M.PPN/01/ 2007-050/264.A/SJ, tanggal 16 Januari 2008 perihal Petunjuk Teknis 3

Penyelenggaraan Musrenbang Tahun 2008. Peraturan tersebut mengamanatkan bahwa perencanaan pembangunan daerah dilakukan berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing guna mewujudkan integrasi, sinkronisasi dan sinergitas pembangunan antar (stakeholders) pemangku kepentingan. Konsep musyawarah menunjukkan bahwa forum Musrenbang bersifat partisipatif dan dialogis. Inti dari Musrenbang adalah partisipasi aktif warga. Musrenbang memiliki kelebihan antara lain: i) memberikan kepastian kerangka institusional bagi perencanaan komprehensif yang terpadu dan berjenjang, ii) meningkatkan sinergi dan koordinasi diantara perangkat pemerintah daerah dan antara pusat dan daerah, iii) memberikan peluang yang luas bagi partisipasi masyarakat, dan iv) meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya daerah (Ma rif, 2010 : 59). Musrenbang daerah diselenggarakan melalui urutan proses yaitu Tahap I: Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nagari (Musrenbangnag), Tahap II: Musyarawarah Perencanaan Pembangunan Kecamatan (Musrenbangcam), Tahap III: Musyawarah Perencanaan Pembangunan Kabupaten/Kota (Musrenbangkab). Musrenbang nagari adalah forum dialogis antara pemerintah dengan pemangku kepentingan dari suatu isu/persoalan, kebijakan, peraturan, atau program pembangunan yang sedang dibicarakan di nagari. Pada musrenbang nagari, pemerintah nagari dan warga berembug dalam menyusun program tahunan di nagari, musrenbang nagari menjadi media dialog dan penyepakatan penyusunan program dan kegiatan pembangunan di nagari, baik yang ditangani secara swadaya, melalui pos 4

bantuan daerah, menjadi bagian Renja SKPD Nagari, maupun diajukan untuk ditangani oleh SKPD lain yang relevan dengan usulan yang ada. Musrenbang Kecamatan adalah forum musyawarah tahunan para pemangku kepentingan/stakeholders di tingkat kecamatan untuk mendapatkan masukan mengenai kegiatan prioritas pembangunan di wilayah kecamatan terkait yang didasarkan pada masukan dari hasil Musrenbang nagari, serta menyepakati rencana kegiatan lintas nagari di kecamatan yang bersangkutan. Masukan itu sekaligus sebagai dasar penyusunan Rencana Pembangunan Kecamatan yang akan diajukan kepada SKPD yang berwewenang sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah pada tahun berikutnya. Musrenbang kecamatan merupakan suatu proses pembahasan, penilaian dan penentuan urutan prioritas rencana pembangunan yang berasal dari masyarakat dan dari pemerintah di tingkat kecamatan. Musrenbang Kabupaten/Kota merupakan forum lanjutan yang ditujukan untuk menghasilkan kesepakatan dan komitmen diantara para pelaku pembangunan atas program, kegiatan dan anggaran tahunan daerah, dimana pengambilan keputusan dilakukan secara partisipatif dengan berpedoman pada dokumen perencanaan pembangunan daerah Idealnya pelaksanaan Musrenbang melibatkan masyarakat/stakeholder mulai dari tahapan Proses, Penentuan, dan Pelaksanaan termasuk stakeholder yang secara bersama-sama memikirkan bagaimana membiayai dan mengimplementasikan hasil Musrenbang. Musrenbang adalah sebuah mekanisme yang benar-benar menjadi wadah dalam mempertemukan apa 5

yang dibutuhkan masyarakat dan bagaimana Pemerintah merespon hal tersebut. Namun dalam praktiknya pelaksanaan Musrenbang di berbagai daerah memiliki sejumlah kekurangan yang hampir sama, seperti: i) tidak mampu menjangkau seluruh isu strategis pada tataran lokal, ii) kinerja koordinasi antar lembaga pemerintah dan masyarakat belum terpadu, konsisten dan konstruktif, iii) belum adanya jaminan pengawalan atas partisipasi masyarakat hingga pengambilan keputusan, dan iv) sinkronisasi antara alokasi program pembangunan dan kebutuhan masyarakat tidak sepenuhnya terjamin (Ma rif, dkk, 2010 : 53). Samsul Ma rif, dkk, Tahun 2010 dalam risetnya melakukan evaluasi mengenai efektivitas pelaksanaan Musrenbang di Kota Semarang menunjukkan bahwa dari keempat faktor yang digunakan dalam menilai keefektivan pelaksanaan Musrenbang yaitu pada tingkat kepuasan stakeholder tingkat kepuasan top down dipengaruhi lebih banyak faktor jika dibandingkan dengan tingkat kepuasan bottom up, namun dampak ketidakpuasan masyarakat (bottom up) terhadap pelaksanaan Musrenbang itu sendiri lebih besar dibanding dengan dampak ketidakpuasan top down. Merujuk pada hasil penelitian tersebut, terlihat bahwa proses perencanaan pembangunan yang disampaikan kepada masyarakat selama ini lebih mementingkan isi pesan ketimbang bentuk komunikasi. Hal ini membawa implikasi pada hilangnya arti dan makna pesan. Diperlukannya komunikasi partisipatif yang efektif dalam proses perencanaan pembangunan yang akan menentukan langkah-langkah dan cara melakukannya. 6

Komunikasi partisipatif yang efektif adalah suatu proses komunikasi dimana terjadi komunikasi dua arah atau dialogis, sehingga menghasilkan suatu pemahaman sama terhadap pesan yang disampaikan (Satriani, 2011 : 36). Partisipasi masyarakat dalam pembangunan menurut Slamet (2003 : 41), dapat diartikan sebagai keikutsertaan masyarakat dalam pembangunan, ikut serta dalam pemanfaatannya dan menikmati hasil-hasil pembangunan. Partisipasi ini menurut Kuswartojo (2004 : 57), dapat dimulai dari tahap menentukan mana yang akan dituju dan apa yang akan dihasilkan, yang biasanya disebut dengan tahap rumusan kebijakan dan rencana. Selanjutnya diikuti dengan partisipasi pada tahap menentukan cara untuk mencapai tujuan dan mempertaruhkan sumber daya agar tujuan dapat tercapai. Sehingga pada akhirnya partisipasi akan sampai pada tahap mencapai kesamaan pandangan tentang bagaimana memantau dan menilai hasilnya. Dengan demikian secara umum dapat dikatakan bahwa partisipasi dapat dimulai dari tahap perumusan kebijakan dan penyusunan rencana, tahap implementasi sampai tahap pemantauan/pengawasan dan evaluasi. Menurut Slamet (2003 : 42), syarat untuk berpartisipasi dapat digolongkan dalam tiga golongan, yaitu adanya kesempatan untuk membangun dalam pembangunan, adanya kemampuan untuk memanfaatkan kesempatan, dan adanya kemauan dan kemampuan untuk berpartisipasi. Pemerintah Kabupaten Sijunjung melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah secara rutin menyelenggarakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan setiap tahunnya. Dalam pelaksanaannya pemerintah menyampaikan informasi berupa tata cara pengajuan usulan 7

pembangunan, besaran anggaran serta isu-isu strategis daerah melalui dialog bersama antar aparatur pemerintah dengan masyarakat. Ini dilakukan supaya masyarakat memperoleh pengetahuan dan ide serta pemahaman dalam pengajuan usulan pembangunan yang ada di daerah mereka agar usulan tersebut dapat dituangkan dalam RKPD dan APBD sehingga pembangunan yang mereka inginkan dapat terwujud. Melihat jalannya Musrenbang yang selama ini terselenggara di Kabupaten Sijunjung, hampir seluruh unsur masyarakat ikut berpartisipasi dalam mensukseskan pembangunan di daerah mereka dengan hadir dalam proses Musrenbang di Nagari masing-masing. Dalam prakteknya tidak semua usulan pembangunan yang diajukan dapat dituangkan dalam RKPD dan APBD, karena keterbatasan anggaran pemerintah daerah dan begitu banyaknya prioritas usulan pembangunan yang diajukan. Sebagian besar masyarakat paham dan mengerti hal ini terjadi dikarenakan keterbatasan anggaran pemerintah daerah dan begitu banyak prioritas usulan dari tiap-tiap nagari, ini dibuktikan dengan mereka selalu mengikuti dan menghadiri pelaksanaan Musrenbang yang diselenggarakan setiap tahun di daerahnya. Namun tidak dipungkiri beberapa kalangan masyarakat masih ada yang merasa tidak puas terhadap hasil tersebut karena beranggapan pembangunan yang diselenggarakan tidak sesuai dengan program yang mereka usulkan dan mereka secara langsung menyampaikannya dalam forum Musrenbang tersebut. Melihat hal ini, peneliti beranggapan bahwa komunikasi partisipatif yang terjadi antara aparatur pemerintah dengan masyarakat selama ini berjalan dengan cukup baik, berhasil atau tidaknya pesan yang disampaikan oleh aparat pemerintah 8

tergantung pada karakteristik dari masing-masing individu masyarakat itu sendiri. Karena setiap manusia mempunyai karakteristik individu yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lainnya. Berbagai faktor telah diketahui dapat mempengaruhi partisipasi dalam pelaksanaan suatu program pembangunan. Penelitian tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Musrenbang di Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang yang dilakukan oleh Joseph Motte Tahun 2005 menunjukkan karakteristik penduduk meliputi; umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, serta latar belakang organisasi berpengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam menetapkan fasilitator, menyusun jadwal dan agenda Musrenbang, mempersiapkan bahan dan materi Musrenbang, mengumumkan secara terbuka tentang jadwal dan tempat Musrenbang, serta melakukan musyawarah/rembug dusun/rw. Menurut Mikkelsen (2001 : 63) karakteristik individu dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah beban keluarga, dan jumlah serta pengalaman berkelompok. Umur merupakan faktor yang mempengaruhi partisipasi, semakin tua seseorang relatif berkurang kemampuan fisiknya dan keadaan tersebut mempengaruhi partisipasi sosial. Suryaningrat (1998 : 87) menyatakan bahwa semakin tua umur seseorang maka penerimaannya terhadap hal-hal baru semakin rendah hal ini karena orang yang masuk dalam golongan tua cenderung selalu bertahan dengan nilai-nilai lama sehingga diperkirakan sulit menerima hal-hal yang sifatnya baru. Tingkat pendidikan mempengaruhi penerimaan 9

seseorang terhadap sesuatu hal yang baru. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah baginya untuk menerima hal-hal baru yang ada di sekitarnya. Menurut Slamet (2003 : 53), tingkah laku individu berhubungan erat atau ditentukan oleh ciri-ciri sosiologis seperti umur, jenis kelamin, pengetahuan, pekerjaan, dan penghasilan. Secara teoritis, terdapat hubungan antara ciri-ciri individu dengan tingkat partisipasi, seperti usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, lamanya menjadi anggota masyarakat, besarnya pendapatan dan keterlibatan dalam kegiatan pembangunan akan sangat berpengaruh pada partisipasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk mengikuti proses partisipasi adalah pengetahuan dan keahlian, pekerjaan masyarakat, tingkat pendidikan dan buta huruf, jenis kelamin dan kepercayaan terhadap budaya tertentu. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti merasa penting untuk meneliti sejauh mana hubungan antara karakteristik individu masyarakat peserta Musrenbang dengan efektivitas komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Musrenbang di Nagari Muaro Sijunjung Kabupaten Sijunjung dimana peneliti menganggap dapat menjadi jawaban atas gap yang terjadi antara penyampaian pesan dari pemerintah dengan penerimaan pesan oleh masyarakat atas informasi usulan pembangunan dalam pelaksanaan Musrenbang selama ini. Alasan peneliti meneliti di Kabupaten Sijunjung, karena peneliti merupakan bagian dari Aparatur Pemerintah Kabupaten Sijunjung itu sendiri yang nantinya hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi aparatur pemerintahan di Kabupaten Sijunjung 10

dalam memperbaiki pelaksanaan Musrenbang kedepannya. Penelitian ini akan mengkaji hubungan efektivitas komunikasi partsipatif dengan karakteristik individu partisipan dengan judul Hubungan Karakteristik Individu Dengan Efektivitas Komunikasi Partisipatif Dalam Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nagari (Studi Pada Nagari Muaro Kabupaten Sijunjung) 1.2 Rumusan Masalah Pelaksanaan Musrenbang di Kabupaten Sijunjung dimulai dari tahap Musrenbang Nagari, Musrenbang Kecamatan dan Musrenbang Kabupaten. Kabupaten Sijunjung merupakan salah satu dari 19 (sembilan belas) Kabupaten/Kota di bagian Selatan Propinsi Sumatera Barat meliputi 8 Kecamatan, 61 Nagari dan 1 desa dengan 263 Jorong. 8 Kecamatan di Kabupaten Sijunjung terdiri Kecamatan Kamang Baru, Kecamatan Tanjung Gadang, Kecamatan Sijunjung, Kecamatan Lubuk Tarok, Kecamatan IV Nagari, Kecamatan Kupitan, Kecamatan Koto VII, Kecamatan Sumpur Kudus. Karena keterbatasan waktu dan biaya, peneliti hanya melakukan penelitian terhadap pelaksanaan Musrenbang Nagari dan hanya pada satu Nagari saja yaitu Nagari Muaro Sijunjung di Kecamatan Sijunjung. Penelitian dilakukan pada Musenbang Nagari karena pada forum inilah komunikasi partisipatif terlihat nyata dalam mempertemukan narasumber (aparat pemerintah) dan partisipan (masyarakat) guna memusyawarahkan/merembugkan ide, gagasan dan usulan pembangunan. Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian dan analisis untuk mengetahui apakah proses komunikasi yang terjadi antara sumber pesan dengan penerima pesan 11

mampu menghasilkan perubahan dalam tataran indikator efektivitas komunikasi pada masyarakat partisipan Musrenbangnag sehingga pada akhirnya mereka mampu menyampaikan ide/gagasan usulan kebutuhan pembangunan di daerah mereka agar sepenuhnya tertuang ke dalam RKPD dan APBD dalam rangka pencapaian sasaran utama, yaitu untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Dalam penelitian ini, beberapa faktor yang berhubungan dengan efektivitas komunikasi adalah karakteristik partisipan yang berupa umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan konsumsi media karena pada prinsipnya komunikasi yang baik memerlukan kesamaan pemahaman atas informasi antara narasumber dengan partisipan sehingga efektivitas komunikasi dapat terwujud. Berdasarkan hal tersebut, maka masalah penelitian diuraikan dengan rumusan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah efektivitas komunikasi partisipatif yang terjadi antara narasumber dengan partisipan dalam pelaksanaan Musrenbang di Nagari Muaro Sijunjung Kabupaten Sijunjung? 2. Bagaimanakah hubungan antara umur dengan efektivitas komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Musrenbang di Nagari Muaro Sijunjung Kabupaten Sijunjung? 3. Bagaimanakah hubungan antara jenis kelamin dengan efektivitas Sijunjung Kabupaten Sijunjung? 4. Bagaimanakah hubungan antara tingkat pendidikan dengan efektivitas 12

Sijunjung Kabupaten Sijunjung? 5. Bagaimanakah hubungan antara jenis pekerjaan dengan efektivitas Sijunjung Kabupaten Sijunjung? 6. Bagaimanakah hubungan antara konsumsi media dengan efektivitas Sijunjung Kabupaten Sijunjung? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini, memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Menjelaskan efektivitas komunikasi partisipatif yang terjadi antara narasumber dengan partisipan dalam pelaksanaan Musrenbang di Nagari Muaro Sijunjung Kabupaten Sijunjung? 2. Menjelaskan hubungan antara umur dengan efektivitas komunikasi partisipatif dalam pelaksanaan Musrenbang di Nagari Muaro Sijunjung Kabupaten Sijunjung? 3. Menjelaskan hubungan antara jenis kelamin dengan efektivitas Sijunjung Kabupaten Sijunjung? 4. Menjelaskan hubungan antara tingkat pendidikan dengan efektivitas Sijunjung Kabupaten Sijunjung? 5. Menjelaskan hubungan antara jenis pekerjaan dengan efektivitas Sijunjung Kabupaten Sijunjung? 13

6. Menjelaskan hubungan antara konsumsi media dengan efektivitas Sijunjung Kabupaten Sijunjung? 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini di harapkan bermanfaat dan memberikan sumbangan pemikiran atau masukan-masukan terhadap pengembangan ilmu komunikasi terutama yang berkaitan dengan komunikasi pembangunan. 1.4.2 Manfaat Praktis Sementara secara praktis diharapkan berguna bagi Pemerintah Kabupaten Sijunjung dalam penyelenggaraan Musrenbang yang lebih baik dan lebih mementingkan aspirasi dan masukan dari masyarakat/stakeholder dalam merencanakan kegiatan pembangunan yang ada di daerahnya masing-masing. 14