DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

dokumen-dokumen yang mirip
DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN SISTEM PERTANIAN BERBASIS TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2013

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/Permentan/OT.140/3/2015 TENTANG

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN GANGGUAN DAN KONFLIK USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2017

PENERAPAN SERTIFIKASI PERKEBUNAN LESTARI

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi...

PENGAWALAN INTEGRASI JAGUNG DI LAHAN PERKEBUNAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2017

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN LADA BERKELANJUTAN TAHUN 2015

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN PEKEBUN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2014

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN PEDOMAN TEKNIS PENANGANAN GANGGUAN DAN KONFLIK USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2018

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN PEKEBUN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2013

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

PEDOMAN TEKNIS PEMBERDAYAAN PEKEBUN TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR BERKELANJUTAN TAHUN 2015

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN

TA 2014 DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

Desa Hijau. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE) SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SL-PHT) TAHUN 2013

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA BELANJA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA MELALUI KPPN DAN BUN UNTUK TRIWULAN YANG BERAKHIR 31 MARET2016 (dalam rupiah)

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2011 DIREKTUR PERBIBITAN TERNAK ABUBAKAR

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perkebunan memegang peranan penting dalam meningkatkan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN SAGU TAHUN 2013

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN DAN PENYEGAR

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN JAMBU METE TAHUN 2013

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

LAKIP (LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH) DIREKTORAT PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA TAHUN 2012 KATA PENGANTAR

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016

GUBERNUR BENGKULU PERATURAN DAERAH PROVINSI BENGKULU NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PETUNJUK TEKNIS PETANI PENGAMAT TAHUN 2018

Focus Group Discussion Pertama: Penyusunan Kajian Kritis Penguatan Instrumen ISPO

DAMPAK PENERAPAN RSPO (ROUNDTABLE ON SUSTAINABLE PALM OIL) TERHADAP VOLUME PENJUALAN EKSPOR CPO DAN PENDAPATAN DI PERUSAHAAN PERKEBUNAN NEGARA SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

-2- Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3455); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Perbendaharaan Negara (Lembaga N

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN TAHUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Tahun

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim dan Rempah di Lahan Kering Tahun

DUKUNGAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN

PENINGKATAN PRODUKSI, PRODUKTIVITAS DAN MUTU TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 27/PJ/2017

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 036/HK.150/C/01/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGUATAN DESA MANDIRI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 33/Permentan/OT.140/7/2006 TENTANG PENGEMBANGAN PERKEBUNAN MELALUI PROGRAM REVITALISASI PERKEBUNAN

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

Notulensi. Peserta (Daerah dan Pusat) Prov. DKI Jakarta, Aceh, Lampung dan Bengkulu. Nama. Penanggung Jawab Sekretaris Badan Ketahanan Pangan

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL,

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

II Tahun Anggaran 2013

Transkripsi:

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PENERAPAN STANDAR PERKEBUNAN BESAR/RAKYAT BERKELANJUTAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat, hidayah serta karunia-nya bahwa Pedoman Teknis Sosialisasi Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO) untu kebun Plasma dapat diselesaikan. Pedoman teknis ini disusun sebagai referensi dalam melaksanakan kegiatan Pembinaan Usaha Perkebunan Berkelanjutan khususnya dalam melaksanakan Sosialisasi ISPO Plasma. Secara garis besar Pedoman Teknis ini berisi judul kegiatan, latar belakang dilaksanakannya kegiatan, sasaran nasional, tujuan, simpul kritis, prinsip pendekatan pelaksanaan kegiatan, indikator kinerja, monitoring evaluasi dan pelaporan, pembiayaan dan penutup. Pedoman Teknis ini merupakan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pembinaan kepada petugas dinas provinsi yang membidangi perkebunan dan instansi pemerintah terkait lainnya di provinsi maupun di kabupaten/kota dan petugas perusahaan perkebunan kelapa sawit. Kami menyadari bahwa Pedoman Teknis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik serta

masukan yang konstruktif untuk perbaikan dan penyempurnaan sebagai referensi pelaksanaan kegiatan. Jakarta, Desember 2012 Direktur Jenderal Perkebunan Ir. Gamal Nasir, MS NIP. 19560728 198603 1 001

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI 1. Monitoring dan Evaluasi Penerapan Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia 1 2. Sosialisasi Pedoman ISPO Pada Perkebunan Kelapa Sawit Pola Plasma 15

PEDOMAN TEKNIS MONITORING DAN EVALUASI PENERAPAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERKELANJUTAN INDONESIA (INDONESIAN SUSTAINABLE PALM OIL/ISPO) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan perkebunan kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat signifikan selama 2 (dua) dekade terakhir. Pada tahun 2011, tanaman kelapa sawit sudah dikembangkan di 21 provinsi di Indonesia dengan pola pengusahaan Perkebunan Besar Negara(PTPN), Perkebunan Besar Swasta (PBS), dan Perkebunan Rakyat (PR). Dalam melaksanakan pembangunan perkebunan kelapa sawit, pelaku usaha masih banyak yang belum menerapkan sistem pembangunan berkelanjutan dengan memperhatikan 3 aspek (3P), yaitu Profit (ekonomi), People (sosial), dan Planet (lingkungan hidup). Pelaku usaha cenderung hanya mempertimbangkan aspek ekonomi (Profit), sedangkan aspek sosial (People) dan lingkungan hidup (Planet) belum berjalan seperti yang diharapkan. 1

Hal tersebut telah mendapat perhatian dan kritik dari berbagai pihak/masyarakat, baik dalam negeri maupun internasional, khususnya negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, Australia, dan LSM dengan melakukan kampanye negatif minyak kelapa sawit (CPO) Indonesia di pasar internasional. Untuk itu pelaku usaha perkebunan kelapa sawit dituntut untuk melakukan pengelolaan kebun secara berkelanjutan yang memenuhi beberapa persyaratan (prinsip dan kriteria). Direktorat Jenderal Perkebunan telah menyusun Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustanable Palm Oil /ISPO) yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/OT.140/3/2011 tanggal 29 Maret 2011. Peraturan tersebut merupakan pedoman dan wajib (mandatory) bagi semua perusahaan perkebunan kelapa sawit dalam memproduksi minyak sawit dan paling lambat tanggal 31 Desember 2014 sudah mendapat sertifikat ISPO. Sebagai tindak lanjut dari peraturan tersebut, Menteri Pertanian telah membentuk Komisi ISPO yang bertugas untuk memfasilitasi pelaksanaan sertifikasi ISPO, antara lain memberi pengakuan (approval) kepada perusahaan Lembaga Sertifikasi (LS) 2

independen yang sudah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) di bidang manajemen mutu dan manajemen lingkungan. Komisi ISPO telah memberikan pengakuan terhadap 7 perusahaan LS untuk melakukan penilaian (assessment) sertifikasi ISPO, yaitu PT. Sucofindo, PT. Mutuagung Lestari, PT. TUV Nord, PT. TUV Rheinland Indonesia, PT. SAI Global Indonesia, PT. Mutu Hijau Indonesia, PT. Agri Mandiri Lestari, dan PT. Mutu Satrategis Berkelanjutan Indonesia. Perusahaan perkebunan kelapa sawit (kebun dan pabrik kelapa sawit/pks) yang sudah mendapat Kelas I atau Kelas II atau Kelas III berdasarkan hasil Penilaian Usaha Perkebunan (PUP) dapat secara langsung mengajukan permohonan sertifikat ISPO kepada LS. Perusahaan LS akan memberikan sertifikat ISPO kepada perusahaan perkebunan kelapa sawit (pemohon) bila dinilai telah dapat memenuhi persyaratan ISPO (7 Prinsip dan Kriteria). Berdasarkan hasil PUP tahun 2009, ada sekitar 820 perusahaan perkebunan kelapa sawit yang sudah memenuhi prasyarat. Perusahaan tersebut tersebar di 21 provinsi. Pada tahun 2012 dan 2013 diharapkan sebanyak 400 perusahaan sudah mengajukan permohonan sertifikat ISPO. Untuk mengetahui perkembangan penerapan ISPO 3

dan permasalahan yang dihadapi, maka pada tahun 2013 pemerintah c.q. Ditjen Perkebunan mengalokasikan dana APBN melalui kegiatan Tugas Pmbantuan kepada Dinas Perovinsi yang membidangi perkebunan untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi penerapan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan Indonesia (ISPO). B. Sasaran Nasional - Terlaksananya monitoring dan evaluasi penerapan Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO) di daerah penghasil minyak sawit; - Tersedianya daftar perusahaan perkebunan kelapa sawit yang sudah menerapkan ISPO, yang sudah mengajukan permohonan sertifikat ISPO dan sudah memenuhi pra syarat untuk mengajukan permohonan sertifikat ISPO; - Meningkatnya produksi, produktivitas, dan mutu hasil perkebunan kelapa sawit. C. Tujuan Kegiatan ini bertujuan untuk : 1. Memantau dan mengevaluasi penerapan ISPO oleh perusahaan perkebunan kelapa 4

sawit (PTPN dan PBS) sehingga dapat berjalan seperti yang diharapkan; 2. Mengumpulkan data dan informasi tentang perkembangan perusahaan perkebunan kelapa sawit (PTPN dan PBS) yang sudah mendapat sertifikat ISPO; 3. Mengumpulkan data dan informasi tentang perusahaan perkebunan kelapa sawit (PTPN dan PBS) yang sudah megajukan permohonan sertifikat ISPO; 4. Mengumpulkan data dan informasi tentang perusahaan perkebunan kelapa sawit (PTPN dan PBS) yang sudah memenuhi pra syarat untuk mengajukan permohonan sertifikat ISPO; II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan 1. Daerah sasaran kegiatan Monitoring dan Evaluasi Penerapan ISPO adalah provinsi-provinsi sentra produksi tanaman kelapa sawit yang mempunyai kebun Plasma; 2. Kelompok sasaran kegiatan Monitoring dan Evaluasi Penerapan ISPO adalah : - Pelaku usaha perkebunan kelapa sawit (PTPN dan PBS); 5

B. Materi - Petugas dinas provinsi dan kabupaten/kota yang membidangi perkebunan. Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Penerapan ISPO dilakukan dengan menyusun Pedoman Teknis (Ditjen Perkebunan) serta Petunjuk Teknis dan Petunjuk Pelaksanaan (Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan). III. PELAKSANAAN A. Ruang Lingkup Ruang lingkup kegiatan Monitoring dan Evaluasi Penerapan ISPO adalah sebagai berikut: 1. Monitoring dan Evaluasi Penerapan ISPO merupakan kegiatan yang dibiayai dengan APBN yang dialokasikan melalui kegiatan Tugas Pembantuan (TP) Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian; 2. Dilaksanakan dalam bentuk koordinasi dan kunjungan lapangan untuk memonitor dan mengevaluasi penerapan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/ OT.140/3/2011 tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm 6

Oil/ISPO) oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit (PTPN dan PBS). B. Pelaksana Kegiatan Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Penerapan ISPO dilaksanakan oleh Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha, Ditjen Perkebunan dan Dinas Provinsi yang membidangi Perkebunan, dengan tugas masing-masing sebagai berikut: 1. Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha, Ditjen perkebunan - Menyusun Pedoman Teknis; - Melakukan koordinasi dengan Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan; - Melakukan pengawalan monitoring dan evaluasi penerapan ISPO oleh perusahaan perkebunan kelapa sawit (PTPN dan PBS); - Menyusun laporan akhir kegiatan. 2. Dinas Provinsi yang membidangi Perkebunan - Menyusun Petunjuk Teknis Monitoring dan Evaluasi Penerapan ISPO; - Melakukan konsultasi/koordinasidengan Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha, Ditjen Perkebunan; 7

- Melakukan koordinasi dengan Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan dan instansi/lembaga terkait di provinsi dan kabupaten/kota; - Melakukan koordinasi dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit (PTPN dan PBS) di provinsi dan kabupaten/kota; - Melaksanakan kunjungan lapangan untuk memonitor dan mengevaluasi perusahaan perkebunan kelapa sawit (PTPN dan PBS) yang sudah mendapat sertifikat ISPO, sudah mengajukan permohonan sertifikat ISPO, dan yang sudah memenuhi pra syarat untuk mengajukan permohonan sertifikat ISPO; - Menyusun laporan Monitoring dan Evaluasi Penerapan ISPO dan menyampaikannya ke Direktorat Pascapanen, Ditjen Perkebunan. C. Lokasi, Jenis dan Volume 1. Monitoring dan Evaluasi Penerapan ISPO dilaksanakan di 21 provinsi seperti pada tabel berikut: 8

No. Provinsi 1 Aceh 2 Sumatera Utara 3 Riau 4 Sumatera Barat 5 Jambi 6 Sumatera Selatan 7 Bengkulu 8 Lampung 9 Bangka Belitung 10 Kalimantan Barat 11 Kalimantan Selatan 12 Kalimantan Tengah 13 Kalimantan Timur 14 Sulawesi Selatan 15 Sulawesi Barat 16 Sulawesi Tengah 17 Sulawesi Tenggara 18 Papua 19 Papua Barat 20 Banten 21 Jawa Barat Jumlah 2. Jenis belanja kegiatan di setiap provinsi terdiri atas: - Belanja Bahan (Kode Akun 521211); - Belanja Bahan Non Operasional Lainnya (Kode Akun 521219); 9

- Belanja Jasa Lainnya (Kode Akun 521219); dan - Belanja Perjalanan Lainnya (Kode Akun 524119). D. Simpul Kritis Simpul kritis pada kegiatan Monitoring dan Evaluasi Penerapan ISPO di daerah adalah : a. Koordinasi dilakukan antara Direktorat Jenderal Perkebunan, Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota yang membidangi Perkebunan, instansi pemerintah terkait, perusahaan perkebunan kelapa sawit (PTPN dan PBS). b. Direktorat Jenderal Perkebunan wajib melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dan anggaran dana Tugas Pembantuan Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan. c. Pengelola anggaran dana Tugas Pembantuan pada Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan wajib mengkoordinasikan perencanaan, pengelolaan, monitoring dan evaluasi serta pelaporan pelaksanaan dana Tugas Pembantuan di wilayahnya. d. Direktorat Jenderal Perkebunan wajib menyusun Pedoman Umum (Pedum) 10

Pelaksanaan Kegiatan dalam rangka memberikan bimbingan administrasi, teknis operasional, dan pengendalian pelaksanaan di tingkat provinsi. e. Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan wajib menyusun Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis) dalam rangka memberikan bimbingan administrasi, teknis operasional, pengendalian pelaksanaan kegiatan, monitoring, evaluasi, dan laporan capaian kinerja pelaksanaan kegiatan. f. Mekanisme pelaporan pelaksanaan dana Tugas Pembantuan dilakukan secara berkala (bulanan, triwulan dan akhir) dan berjenjang, yaitu dari provinsi menyampaikan laporan ke pusat. IV. PEMBINAAN, PENGENDALIAN,PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN 1. Pembinaan pelaku usaha perkebunan kelapa sawit dilakukan secara berkelanjutan sehingga mereka mampu menerapkan Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (ISPO). 2. Tanggung jawab teknis pelaksanaan berada pada Dinas yang membidangi Perkebunan di Kabupaten/Kota. 11

3. Tanggung jawab koordinasi pembinaan berada pada Dinas yang membidangi Perkebunan di tingkat Provinsi. 4. Tanggung jawab program dan kegiatan berada pada Direktorat Pasacapanen dan Pembinaan Usaha, Direktorat Jenderal Perkebunan. 5. Pengendalian melalui jalur struktural dilakukan oleh Bidang/Seksi yang menangani pengelolaan perkebunan kelapa sawit pada Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan. 6. Pengendalian kegiatan dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (P2K) dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) di Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan. 7. Pengawasan dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku agar penyelenggaraan kegiatan dapat menerapkan prinsip-prinsip partisipatif, transparansi dan akuntabel. 8. Pengawasan dilakukan oleh Pemerintah melalui aparat pengawas fungsional (Inspektorat Jenderal, Badan Pengawas Daerah maupun Lembaga Pengawas lainnya) dan oleh masyarakat. 12

V. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN 1. Kegiatan monitoring, evaluasi dan pelaporan dilaksanakan dengan memperhatikan SK Menteri Pertanian RI tentang SIMONEV serta harus dilakukan pada saat sebelum dimulai kegiatan (exante), saat dilakukan kegiatan (on-going) dan setelah dilakukan kegiatan (ex-post). 2. Monitoring, evaluasi dan pelaporan dilakukan secara berjenjang dan dilaporkan ke Pusat, mencakup: - Perkembangan pelaksanaan kegiatan sesuai indikator kinerja; - Perkembangan pelaksanaan kegiatan (realisasi fisik dan keuangan); - Permasalahan yang dihadapai dan upaya penyelesaian yang dilakukan; - Format pelaporan menggunakan format yang telah disepakati dan dituangkan dalam Petunjuk Teknis. VI. PEMBIAYAAN Kegiatan ini dibiayai dengan dana APBN (Tugas Pembantuan Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian) yang dialokasikan pada DIPA Dinas Provinsi yang membidangi Perkebunan Tahun Anggaran 2013. 13

VII. PENUTUP Penyusunan Pedoman Teknis Monitoring dan Evaluasi Penerapan Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO) Tahun Anggaran 2013 dimaksudkan sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dalam kegiatan Monitoring dan Evaluasi Penerapan ISPO. Pedoman Teknis ini akan ditindak lanjuti dengan penyusunan Petunjuk Teknis (Juknis) di tingkat Provinsi. Dengan adanya Pedoman Teknis ini, maka diharapkan kegiatan Monitoring dan Evaluasi Penerapan ISPO Tahun Anggaran 2013 dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 14

PEDOMAN TEKNIS SOSIALISASI PEDOMAN ISPO PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT POLA PLASMA I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan perkebunan kelapa sawit di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat signifikan selama 2 (dua) dekade terakhir. Pada tahun 2011, tanaman kelapa sawit sudah dikembangkan di 21 provinsi di Indonesia dengan pola pengusahaan Perkebunan Besar Negara (PTPN), Perkebunan Besar Swasta (PBS), dan Perkebunan Rakyat (PR). Pada pola kemitraan, perusahaan perkebunan kelapa sawit, selain membangun kebun Inti juga membangun kebun Plasma. Ada berbagai pola pembangunan kebun plasma, antara lain Perkebunan Inti Rakyat (PIR-BUN), PIR- TRANS, PIR-TRANS KKPA, Revitalisasi, dan Kebun Masyarakat (20%) yang wajib dibangun oleh perusahaan yang mempunyai Izin Perusahaan Perkebunan (IUP) setelah tahun 2007. Dalam melaksanakan pembangunan perkebunan kelapa sawit, pelaku usaha belum sepenuhnya menerapkan sistem 15

pembangunan yang ramah lingkungan, seperti penanaman kelapa sawit pada areal yang terjal dan daerah aliran sungai (DAS), pembabatan hutan lindung, penggunaan agrokimia (pupuk dan pestisida), pembukaan lahan dengan pembakaran, dan lain-lain yang bisa berdampak negatif terhadap manusia dan lingkungan hidup. Pelaku usaha perkebunan kelapa sawit cenderung hanya mempertimbangkan aspek ekonomi, sedangkan aspek sosial dan lingkungan belum berjalan seperti yang diharapkan. Hal tersebut telah mendapat perhatian dan kritik dari berbagai pihak/masyarakat baik dalam negeri maupun internasional khususnya negara-negara maju seperti Uni Eropa dan LSM. Hal tersebut juga digunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk melakukan kampanye negatif minyak sawit (CPO) di pasar internasional. Untuk mencegah dampak negatif tersebut, maka pelaku usaha perkebunan kelapa sawit dituntut untuk melakukan pengelolaan kebun dengan cara yang ramah lingkungan agar tercapai perkebunan kelapa sawit berkelanjutan yang memenuhi beberapa persyaratan (prinsip dan kriteria) yang dituangkan dalam Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO). 16

Direktorat Jenderal Perkebunan telah menyusun Pedoman ISPO untuk perusahaan besar perkebunan kelapa sawit dan sudah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pertanian No. 19/Permentan/OT.140/ 3/2011 tanggal 29 Maret 2011. Peraturan tersebut wajib dilaksanakan oleh perusahaan dan paling lambat tanggal 31 Desember 2014, seluruh perusahaan perkebunan kelapa sawit sudah menerapkan ispo. Perusahaan yang sudah mendapat Kelas I atau Kelas II atau Kelas III berdasarkan hasil penilaian usaha perkebunan (PUP) dapat mengajukan permohonan sertifikat ISPO kepada Lembaga Sertifikasi yang sudah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) dan mendapat pengakuan (approval) dari Komisi ISPO. Kepada perusahaan perkebunan kelapa sawit (pemohon) yang berdasarkan hasil penilaian (assessment) dapat memenuhi prinsip dan kriteria ISPO diberikan sertifikat ISPO. Secara teknis kebun kelapa sawit Plasma tidak berbeda dengan kebun Inti karena dibangun oleh perusahaan mitra (PTPN dan PBS). Namun demikian kondisi kebun Plasma dapat berubah, terutama setelah alih kredit (konversi). Hal tersebut mengingat pengelolaan kebun oleh petani peserta tidak sepenuhnya mengikuti teknis pengelolaan 17

kebun yang diterapkan oleh perusahaan mitra (pola mitra usaha mandiri). Mengingat Kebun Plasma juga merupakan pemasok bahan baku (tandan buah segar/tbs) ke pabrik kelapa sawit (PKS) pada kebun inti/mitra, maka kebun Plasma perlu dikelola secara berkelanjutan. Pedoman ISPO untuk Kebun Plasma telah disusun oleh Ditjen Perkebunan. Pedoman tersebut sudah disesuaikan dengan kemampuan dan keterampilan petani serta pendampingan yang dapat diberikan oleh perusahaan mitra. Dalam rangka penerapan ISPO untuk kebunkebun plasma maka perlu terlebih dahulu dilakukan Sosialisasi Pedoman ISPO Plasma untuk memberi pemahaman kepada stakeholder terkait khususnya petugas dinas provinsi dan kabupaten/kota yang membidangi perkebunan, petugas lembaga/instansi pemerintah terkait, petugas perusahaan kelapa sawit (PTPN dan PBS) yang mempunyai kebun Plasma, petani/kelompok tani peserta Plasma, asosiasi petani kelapa sawit, dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Sosialisasi akan dilaksanakan pada tahun anggaran 2013 di daerah. 18

B. Sasaran Nasional - Terlaksananya sosialisasi Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO) untuk kebun plasma kepada stakeholder perkelapasawitan; - Tersedianya daftar stakeholder perkebunan kelapa sawit yang sudah mengikuti sosialisasi ISPO Plasma; - Tersampaikannya pemahaman yang jelas oleh stakeholder tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (ISPO) Plasma; - Meningkatnya produksi, produktivitas, dan mutu hasil perkebunan kelapa sawit khususnya kebun plasma. C. Tujuan Kegiatan ini bertujuan untuk : 1. Memberikan pemahaman yang jelas bagi stakeholder tentang Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (ISPO) untuk kebun plasma; 2. Melakukan pembinaan kepada petugas Dinas yang membidangi perkebunan di provinsi dan kabupaten, petugas 19

perusahaan yang memiliki kebun plasma/mitra dan kelompok tani/koperasi yang beranggotakan petani plasma; 3. Meningkatkan kesadaran pelaku usaha perkebunan kelapa sawit dalam menerapkan pengelolaan perkebunan kelapa sawit berkelanjutan sesuai peraturan dan perundangan yang berlaku di Indonesia. II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan 1. Daerah sasaran kegiatan Sosialisasi Pedoman ISPO Plasma adalah provinsiprovinsi sentra produksi tanaman kelapa sawit yang mempunyai kebun plasma. Sosialisasi dilaksanakan setelah petugas dinas yang membidangi perkebunan di provinsi mengikuti pertemuan Sosialisasi ISPO di pusat. 2. Kelompok sasaran kegiatan Sosialisasi Pedoman ISPO Plasma adalah : - Pelaku usaha perkebunan kelapa sawit (PTPN dan PBS) yang memiliki kebun plasma; - Petugas dinas provinsi dan kabupaten/kota yang membidangi perkebunan; 20

B. Materi - Kelompok tani/koperasi yang menaungi petani plasma; - Petugas dari instansi terkait, seperti Biro Pembangunan (Pemerintah Provinsi), Dinas Kehutanan, Kanwil Badan Pertanahan Nasional (BPN), Badan Lingkungan Hidup (BLH), Kanwil Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Perguruan Tinggi, LSM, dan lain-lain. Kegiatan Sosialisasi Pedoman ISPO Plasma dilakukan dengan melaksanakan sosialisasi Pedoman ISPO untuk kebun plasma/mitra yang telah disusun oleh Direktorat Jenderal Perkebunan. Materi sosialisasi ISPO Plasma meliputi: 1. Kebijakan Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (ISPO); 2. Persyaratan dan Mekanisme Sertifikasi ISPO untuk kebun plasma/mitra; 3. Prinsip dan Kriteria ISPO untuk kebun plasma/mitra. 21

III. PELAKSANAAN A. Ruang Lingkup Ruang lingkup kegiatan Sosialisasi ISPO Plasma adalah sebagai berikut: 1. Sosialisasi ISPO Plasma merupakan kegiatan yang dibiayai dengan APBN yang dialokasikan melalui kegiatan Tugas Pembantuan (TP) Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian; 2. Dilaksanakan dalam bentuk sosialisasi Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO) untuk kebun plasma/mitra kepada stakeholder perkelapasawitan di daerah. B. Pelaksana Kegiatan Kegiatan Sosialisasi ISPO Plasma dilaksanakan oleh Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha, Ditjen Perkebunan dan Dinas Provinsi yang Membidangi Perkebunan, dengan tugas masing-masing sebagai berikut: 1. Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha, Ditjen perkebunan - Menyusun Pedoman Teknis; - Melakukan koordinasi dengan Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan; 22

- Menyiapkan materi sosialisasi; - Menunjuk nara sumber pada sosialisasi; - Melakukan pengawalan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan sosialisasi; - Menyusun laporan akhir kegiatan. 2. Dinas Provinsi yang Membidangi Perkebunan - Menyusun Petunjuk Teknis Sosialisasi ISPO Plasma; - Membentuk Panitia Pelaksana Pertemuan Sosialisasi ISPO Plasma; - Melakukan konsultasi/koordinasi dengan Direktorat Pascapanen dan Pembinaan Usaha, Ditjen Perkebunan; - Menyiapkan/mengadakan perlengkapan pertemuan, akomodasi dan konsumsi; - Memperbanyak materi sosialisasi; - Melakukan koordinasi dengan Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan dan instansi/lembaga terkait di provinsi; - Mengundang peserta pertemuan Sosialisasi ISPO Plasma; - Menunjuk moderator pada pertemuan Sosialisasi ISPO Plasma; 23

- Mengundang nara sumber Pertemuan Sosialisasi ISPO Plasma; - Melaksanakan pertemuan Sosialisasi ISPO bagi petugas Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan serta instansi terkait di tingkat provinsi, petugas perusahaan perkebunan kelapa sawit yang memiliki kebun plasma, dan kelompok tani/koperasi yang menaungi petani plasma; - Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan Sosialisasi ISPO Plasma; - Menyusun laporan pelaksanaan Sosialisasi ISPO Plasma dan menyampaikannya ke Direktorat Pascapanen, Ditjen Perkebunan. C. Lokasi, Jenis dan Volume 1. Sosialisasi ISPO Plasma dilaksanakan di 21 provinsi (dengan peserta berasal dari 131 kabupaten) seperti pada tabel berikut: No. Provinsi Jumlah Kabupaten 1 Aceh 13 2 Sumatera Utara 10 3 Riau 5 4 Jambi 9 24

No. Provinsi Jumlah Kabupaten 5 Sumatera Selatan 10 6 Sumatera Barat 5 7 Bengkulu 7 8 Lampung 9 9 Bangka Belitung 6 10 Kalimantan Barat 10 11 Kalimantan Timur 13 12 Kalimantan Selatan 7 13 Kalimantan Tengah 10 14 Jawa Barat 1 15 Sulawesi Selatan 2 16 Sulawesi Barat 2 17 Sulawesi Tengah 4 18 Sulawesi Tenggara 2 19 Banten 2 20 Papua 2 21 Papua Barat 2 Jumlah 131 2. Jenis belanja kegiatan di setiap provinsi terdiri atas: - Belanja Bahan (Kode Akun 521211); - Belanja Bahan Non Operasional Lainnya (Kode Akun 521219); - Belanja Jasa Profesi (Kode Akun 522115); 25

- Honor Yang Terkait Dengan Output Kegiatan (Kode Akun 521213); - Belanja Jasa Lainnya (Kode Akun 521219); dan - Belanja Perjalanan Lainnya (Kode Akun 524119). D. Simpul Kritis Simpul kritis pada kegiatan Sosialisasi Pedoman ISPO Plasma adalah: a. Direktorat Jenderal Perkebunan melakukan koordinasi dengan Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota yang membidangi Perkebunan, lembaga/ instansi pemerintah terkait, perusahaan perkebunan kelapa sawit (PTPN dan PBS) yang mepunyai kebun Plasma, asosiasi petani kelapa sawit, petani/kelompok tani peserta Plasma, dan LSM. b. Direktorat Jenderal Perkebunan wajib melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan dan anggaran dana Tugas Pembantuan Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan. c. Pengelola anggaran dana Tugas Pembantuan pada Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan wajib mengkoordinasikan perencanaan, 26

pengelolaan, monitoring dan evaluasi serta pelaporan pelaksanaan dana Tugas Pembantuan di wilayahnya. d. Direktorat Jenderal Perkebunan wajib menyusun Pedoman Umum (Pedum) Pelaksanaan Kegiatan dalam rangka memberikan bimbingan administrasi, teknis operasional, dan pengendalian pelaksanaan di tingkat provinsi. e. Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan wajib menyusun Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis) dalam rangka memberikan bimbingan administrasi, teknis operasional, pengendalian pelaksanaan kegiatan, monitoring, evaluasi, dan laporan capaian kinerja pelaksanaan kegiatan. f. Mekanisme pelaporan pelaksanaan dana Tugas Pembantuan dilakukan secara berkala (bulanan, triwulan dan akhir) dan berjenjang, yaitu dari provinsi menyampaikan laporan ke pusat. 27

IV. PEMBINAAN, PENGENDALIAN,PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN 1. Pembinaan pelaku usaha perkebunan kelapa sawit dilakukan secara berkelanjutan sehingga mereka mampu menerapkan Pedoman Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (ISPO) khususnya untuk kebun plasma. 2. Tanggung jawab teknis pelaksanaan berada pada Dinas yang membidangi Perkebunan di Kabupaten/Kota. 3. Tanggung jawab koordinasi pembinaan berada pada Dinas yang membidangi Perkebunan di tingkat Provinsi. 4. Tanggung jawab program dan kegiatan berada pada Direktorat Pasacapanen dan Pembinaan Usaha, Direktorat Jenderal Perkebunan. 5. Pengendalian melalui jalur struktural dilakukan oleh Bidang/Seksi yang menangani pengelolaan perkebunan kelapa sawit pada Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan. Pengendalian kegiatan dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (P2K) dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) di Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan. 6. Pengawasan dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku agar 28

penyelenggaraan kegiatan dapat menerapkan prinsip-prinsip partisipatif, transparansi dan akuntabel. Pengawasan dilakukan oleh Pemerintah melalui aparat pengawas fungsional (Inspektorat Jenderal, Badan Pengawas Daerah maupun Lembaga Pengawas lainnya) dan oleh masyarakat. V. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN 1. Kegiatan monitoring, evaluasi dan pelaporan dilaksanakan dengan memperhatikan SK Menteri Pertanian RI tentang SIMONEV serta harus dilakukan pada saat sebelum dimulai kegiatan (exante), saat dilakukan kegiatan (on-going) dan setelah dilakukan kegiatan (ex-post). 2. Monitoring, evaluasi dan pelaporan dilakukan secara berjenjang dan dilaporkan ke Pusat, mencakup: - Perkembangan pelaksanaan kegiatan sesuai indikator kinerja; - Perkembangan pelaksanaan kegiatan (realisasi fisik dan keuangan); - Permasalahan yang dihadapai dan upaya penyelesaian yang dilakukan; - Format pelaporan menggunakan format yang telah disepakati dan dituangkan dalam Petunjuk Teknis. 29

VI. PEMBIAYAAN Kegiatan ini dibiayai dengan dana APBN (Tugas Pembantuan Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian) yang dialokasikan pada DIPA Dinas Provinsi yang membidangi Perkebunan Tahun Anggaran 2013. VII. PENUTUP Penyusunan Pedoman Teknis Sosialisasi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia (Indonesian Sustainable Palm Oil/ISPO) Plasma Tahun Anggaran 2013 dimaksudkan sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dalam kegiatan Sosialisasi ISPO Plasma. Pedoman Teknis ini akan ditindak lanjuti dengan penyusunan Petunjuk Teknis (Juknis) di tingkat Provinsi. Dengan adanya Pedoman Teknis ini, maka diharapkan kegiatan Sosialisasi ISPO Plasma Tahun Anggaran 2013 dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 30