BAB 17 Agribisnis dan Masa Depan Pengairan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

RINGKASAN EKSEKUTIF HENNY NURLIANI SETIADI DJOHAR IDQAN FAHMI

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROSPEK AGRIBISNIS 2001 DAN EVALUASI PEMBANGUNAN PERTANIAN 2000

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor (2009)

PENGARUH PERUBAHAN TEKNOLOGI TERHADAP PERKEMBANGAN KLASTER PADI ORGANIK KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: A. ARU HADI EKA SAYOGA L2D

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah)

POHON KINERJA DINAS PERTANIAN

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1)

INDEKS. biofuel 63, ceteris paribus 164 constant return to scale 156, 166

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pertumbuhan pasar dalam negeri bagi sektor-sektor nonpertanian

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya adalah Undang-Undang No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

MEMBANGUN SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS DI NUSA TENGGARA BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 2

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian masih sangat penting bagi perekonomian nasional. Hal

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :

BAB I PENDAHULUAN. Swasembada susu nasional saat ini masih sulit tercapai, hal ini terlihat lebih dari 75

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

BAB 1. PENDAHULUAN. Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

Penilaian Kepuasan Penggunaan Alat dan Mesin Dalam Pengembangan Padi (Studi Kasus Kabupaten Ngawi dan Sragen) Sugiyono 1, Rahmat Yanuar 2, Sutrisno 3

RINGKASAN EKSEKUTIF Muhammad Syahroni, E. Gumbira Sa id dan Kirbrandoko.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. salah satu negara berkembang yang mayoritas. penduduknya memiliki sumber mata pencaharian dari sektor pertanian.

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN URUSAN PILIHAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya meningkat, sementara sektor lain mengalami pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

5Kebijakan Terpadu. Perkembangan perekonomian Indonesia secara sektoral menunjukkan. Pengembangan Agribisnis. Pengertian Agribisnis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I.PENDAHULUAN Pada Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II) yang sedang berjalan,

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III Visi dan Misi

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini dan (4) menjadi basis

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

FAKTOR FAKTOR KELEMBAGAAN DALAM EKONOMI PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka pencapaian ketahanan pangan nasional, Pemerintah terus berupaya

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian pada umumnya mengalami fluktuasi. Pertumbuhan ekonomi nasional yang

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 SINTESIS KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

I. PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur. Dengan demikian segala upaya pelaksanaan

BAB V PENUTUP. kehidupan sosial ekonomi masyarakat akan meningkat, ketika masyarakat

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya mata pencaharian penduduk Indonesia bergerak pada sektor

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

SEKTOR PERTANIAN : Dari Stagnasi Menuju Pertumbuhan Tinggi Berkelanjutan. Orasi Ilmiah di Universitas Medan Area Tanggal 8 Mei 2004

I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian adalah salah satu sektor sandaran hidup bagi sebagian besar

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada

kelembagaan irigasi, sehingga kinerjanya berpengaruh pada tingkat manajemen air irigasi akan semakin tinggi konflik kebutuhan air irigasi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, perusahaan harus memiliki kemampuan untuk membedakan dirinya dalam

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia belum memiliki ketahanan pangan yang cukup. Barat unggul di tanaman pangan yang tersebar merata pada seluruh Kabupaten

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, yang menyatakan bahwa kemitraan

Transkripsi:

BAB 17 Agribisnis dan Masa Depan Pengairan Seperti telah dinyatakan dan diterima oleh banyak pihak, sistem agribisnis merupakan lingkungan kegiatan ekonomi yang sangat strategis, berperan besar dalam perekonomian, dan tetap akan menjadi andalan perekonomian pada masa yang akan datang. Oleh karena itu diperlukan suatu kebijakan nasional yang menempatkan pengembangan agribisnis sebagai strategi dasar pemulihan perekonomian sekaligus sebagai langkah untuk menata struktur perekonomian yang lebih kokoh, merata, dan demokratis. Dalam hal ini pengairan akan memiliki posisi vital dalam strategi dasar tersebut. Beberapa aspek teknis menunjukkan tingginya peran air dalam kegiatan produksi agribisnis. Sebagai contoh, untuk menghasilkan setiap liter susu sapi dibutuhkan delapan liter air, baik untuk memenuhi kebutuhan sapi sendiri maupun untuk kebersihan kandang dan keperluan lain, Disamping itu, banyak produk hortikultura, terutama sayur dan buah yang kandungan airnya mencapai lebih dari 60 persen dari berat produk. Belum lagi air untuk agribisnis hilir untuk keperluan pascapanen (pembersihan, dan lain-lain), agroindustri, dan pemasaran. Dalam hal ini, sedemikian pentingnya posisi air dalam proses produksi agribisnis, maka daya saing agribisnis yang salah satunya dicerminkan oleh tinggi rendahnya biaya dan harga jual dan akan juga ditentukan oleh tingkat efisiensi dan efektivitas penggunaan air. Bagi sektor pengairan sendiri, penempatan kebijakan pengembangannya sebagai bagian dari suatu strategi pembangunan yang lebih besar merupakan hal yang sangat penting mengingat sebagian dari pengertian pengairan adalah sebagai sumber daya dan sarana produksi bagi kegiatan ekonomi. Pengembangan pengairan bukan merupakan tujuan akhir tetapi menjadi sarana bagi pengembangan kegiatan ekonomi tersebut sehingga keberhasilan pengairan akan dilihat dari keberhasilan kegiatan yang didukungnya, seperti halnya melihat keberhasilan dukungan irigasi terhadap peningkatan produksi padi pada 15 tahun yang lalu. Dalam hal ini pengairan dan agribisnis memiliki hubungan yang tak terpisahkan.

Agribisnis dan Masa Depan Pengairan Esensi dari agribisnis baik dalam pengertian sistem maupun perusahaan adalah bisnis. Dengan demikian, setiap input yang digunakan dan output yang dihasilkan harus dikelola secara bisnis. Hal tersebut juga berlaku bagi air sebagai sarana produksinya, sehingga aspek efisiensi dan efektivitas menjadi faktor yang sangat menentukan. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan efisiensi dan efektivitas pengairan tersebut. Pertama, efisiensi pemanfaatan. Selama ini, pola pemanfaatan air cenderung dilakukan seolah air tidak terbatas dan costless. Diperlukan peningkatan kesadaran akan pentingnya penetapan biaya atas air dalam proses pemanfaatannya. Di lain pihak, pola pemanfaatan air cenderung dipandang sebagai single-purpose, padahal seharusnya dapat dioptimalkan secara multipurpose seperti irigasi, rumah tangga, dan parawisata. Memang, jika biaya air hanya dibebankan pada satu kegiatan (agribisnis saja misalnya) maka biayanya akan menjadi terlalu mahal sehingga menjadi beban. Kedua, efisiensi distribusi. Basis sistem pengairan di Indonesia didominasi oleh sistem irigasi sawah melalui aliran permukaan. Sudah waktunya untuk dikembangkan sistem distribusi air yang lebih efisien dan lebih meningkatkan ketersediaan air riil. Sistem saluran tertutup, atau teknologi lain dalam penyaluran air, sudah waktunya untuk dikembangkan secara lebih serius. Ketiga, efisiensi pengadaan dan pelestarian. Ketersediaan air semakin lama semakin tidak lagi ada dengan sendirinya. Fluktuasi ketersediaan air antarwaktu merupakan gejala yang semakin lama membutuhkan perhatian serius. Oleh sebab itu, sistem penyimpanan air perlu ditingkatkan efisiensinya. Demikian pula aspek-aspek pelestarian sumber-sumber air menjadi hal yang semakin vital. Keempat, produktivitas air. Seperti sudah dinyatakan sistem pengairan yang dibangun selama ini terutama berdasarkan pada sistem irigasi sawah. Padahal banyak agribisnis lain yang mampu memberi nilai produktivitas yang lebih tinggi, seperti hortikultura, peternakan, dan perikanan. Pola pengairan yang dibutuhkan oleh agribisnis nonsawah tersebut berbeda. Jika diarahkan pada pilihan kegiatan agribisnis yang tepat dengan menggunakan pola dan teknologi distribusi yang tepat pula, maka produktivitas air akan meningkat. Singkatnya, kebijakan pengairan dalam agribisnis pada satu sisi untuk menciptakan efisiensi pemanfaatan, distribusi, pengadaan dan pelestarian sesuai dengan jenis agribisnis yang dilayani. Di sisi lain, kebijakan tersebut juga untuk mendorong perkembangan agribisnis yang hemat air. 68 Suara dari Bogor

Agribisnis dan Masa Depan Pengairan Guna mendukung hal tersebut tampaknya reformasi mendasar diperlukan dalam pengelolaan dan pembangunan pengairan, yaitu dari kebijakan dengan pendekatan yang sentralistik menjadi desentralisasi, dari orientasi pada pemerintah menjadi partisipasi masyarakat lokal, dari pola pembangunan yang berciri mega proyek menjadi proyek yang terkelola oleh sumber daya lokal, dan dari pembiayaan dengan subsidi yang besar menjadi pembangunan dengan rasionalisasi biaya. Aspek-aspek inilah yang harus menjadi wajah masa depan dari kebijakan pengairan, dan menjadi tantangan yang harus segera dijawab oleh siapa pun yang akan menjadi pengelola dan penentu kebijakan. Memang hal tersebut membutuhkan mandat yang lebih besar dari yang dimiliki oleh lembaga yang sekarang ada. Untuk itu suatu lembaga koordinatif, apapun itu namanya, mungkin menjadi alternatif yang menghasilkan kebijakan dan pelaksanaan pembangunan pengairan yang lebih sesuai dengan perkembangan dan tuntutan keadaan. Suara dari Bogor 69

Merefleksi Agribisnis dalam GBHN 1999-2004 Bagian 2