BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN PENANGANAN RUAS-RUAS JALAN DI KOTA SAMARINDA

Penyebaran Kuisioner

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PENENTUAN LOKASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN BERKELANJUTAN KABUPATEN BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PRIORITAS PENANGANAN PENINGKATAN JALAN PADA RUAS-RUAS JALAN DI KABUPATEN KAPUAS DENGAN METODE AHP

Mahasiswa / Program Studi Magister / Jurusan Teknik Sipil / Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH

OLEH : TOMI DWICAHYO NRP :

ANALISIS PENENTUAN URUTAN PRIORITAS USULAN KEGIATAN PENINGKATAN JALAN KOTA DI KOTA BANDAR LAMPUNG

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN NASABAH KARTU KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DENGAN METODE FUZZY ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan melakukan dua tahapan utama, yang pertama penelitian yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. PERSETUJUAN SKRIPSI... ii. PENGESAHANDEWAN PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iv

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Persiapan. Pengamatan Pendahuluan. Identifikasi Masalah. Alternatif Pendekatan Masalah. Pengumpulan Data Data Primer Data Sekunder

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan perumahan dan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODE FUZZY ANP DAN TOPSIS

3.2 TAHAP PENYUSUNAN TUGAS AKHIR

PENERAPAN FUZZY ANALYTICAL NETWORK PROCESS DALAM MENENTUKAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI PERBANDINGAN PRIORITAS PENANGANAN JALAN PROVINSI DI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam mengidentifikasikan masalah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

PENENTUAN PRIORITAS PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DASAR NEGERI DI KABUPATEN TABALONG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.2. TAHAP PERANCANGAN DESAIN

PENGGUNAAN METODE PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN LOKASI DERMAGA BONGKAR MUAT ANGKUTAN SUNGAI (STUDI KASUS: KOTA PONTIANAK)

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis kinerja bundaran tidak bersinyal

BAB IV PEMBAHASAN. commit to user

BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN. 3.1 Penerapan AHP dalam Menentukan Prioritas Pengembangan Obyek Wisata Di Kabupaten Toba Samosir

Fasilitas Penempatan Vektor Eigen (yang dinormalkan ) Gaji 0,648 0,571 0,727 0,471 0,604 Jenjang 0,108 0,095 0,061 0,118 0,096

2.3.1 Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Penetapan Kriteria dan Sub Kriteria Pemilihan Pemasok Analytic Hierarchy Process

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAHASISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE KAJIAN

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

3 METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Kata Kunci analytical hierarchy process, analytic network process, multi criteria decision making, zero one goal programming.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan dalam permasalahan.(isikan sesuai dengan masalah di

PEMILIHAN PRIORITAS KOMODITAS AGROWISATA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DI DESA CANDIKUNING II, KEC. BATURITI, KAB. TABANAN.

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Tidak adanya metode khusus yang digunakan oleh Satuan Kerja Sementara Pemeliharaan Jalan Papua Barat dalam menentukan skala prioritas dalam

Penerapan Metode Multi Attribute Decision Making) MADM- (Weighted Product) WP dalam Pemilihan Supplier di PT. XYZ

PEMODELAN PENENTUAN SKALA PRIORITAS PEMELIHARAAN JEMBATAN DI JALAN PANTURA JAWA TIMUR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Konsumen tidak lagi hanya menginginkan produk yang berkualitas, tetapi juga

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN AHP (ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS) UNTUK MEMAKSIMALKAN PEMILIHAN VENDOR PELAYANAN TEKNIK DI PT. PLN (PERSERO) AREA BANYUWANGI

ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI III-1

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

Kata kunci: AHP, Kriteria, Penanganan, Alternatif Gelagar Balok Tipe T, Pile Slab, Gelagar Girder Baja

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN SISWA BERPRESTASI DI SMP MA`ARIF 10 BANGUNREJO LAMPUNG TENGAH MENGGUNAKAN METODE AHP

III. METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN KELAYAKAN LOKASI CABANG BARU USAHA CLOTHING MENGGUNAKAN METODE AHP-TOPSIS

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

III - 1 BAB III METODOLOGI

III. METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pengertian Metode AHP

III. METODE PENELITIAN

SKALA PRIORITAS PENANGANAN GEDUNG SEKOLAH DASAR / MADRASAH IBTIDAIYAH DI KABUPATEN KAPUAS

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Fuzzy AHP. Adapun tahapan penelitian adalah sebagai berikut

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PAKET INTERNET OPERATOR TELEKOMUNIKASI DENGAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS)

ANALISIS PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN KABUPATEN DI KABUPATEN MERANGIN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI III-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan

STUDI PENGEMBANGAN JARINGAN JALAN DI KECAMATAN KAPUAS KABUPATEN SANGGAU DENGAN MENGGUNAKAN METODE MULTI KRITERIA

Aplikasi Fuzzy Analytical Hierarchy Process Dalam Seleksi Karyawan (Studi Kasus: Pemilihan Staf Administrasi Di PT. XYZ)

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)

INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masal

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI. Kebijakan penataan lalu lintas. Penataan lalu lintas dan rambu, Pengaturan parkir dan angkutan umum, Sirkulasi lalu lintas,dll.

pengelolaan dan pemeliharaan jembatan. Dengan menggunakan sistem ini,

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batasan Masalah Rumusan Masalah Tujuan Manfaat dan Ruang Lingkup...

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi di Kabupaten Sragen Provinsi Jawa Tegah. Kabupaten Sragen terdapat 308 jembatan yang menghubungkan dua tempat yang dipisahkan oleh aliran Sungai Bengawan Solo. Letaknya yang berada di jalur Solo-Surabaya membuat Kabupaten Sragen sebagai daerah yang strategis untuk pertumbuhan ekonomi. Gambar 3.1. Peta Wilayah Kabupaten Sragen (Sumber: wikipedia.com) 3.2 Parameter dan Variabel Parameter dan Variabel yang digunakan dalam penelitian ini disajikan pada tabel 3.1: Tabel 3.1 Parameter dan Variabel Prioritas Jembatan Parameter Variabel Keterangan Analisis Sumber Nilai Jembatan Kabupaten Hasil Musrenbang Data Sragen Kecamatan Sekunder Keterangan Analisis Sumber Nilai Nilai Kondisi Jembatan BMS Data Primer Lalulintas Nilai LHR Data Primer Pemanfaatan Jembatan Jumlah manfaat Data Primer Kelas Jalan Ketentuan jalan Data Primer kabupaten 32

33 3.3 Data 3.3.1 Jenis Data a. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil eksperimen dan pengamatan di lapangan. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data hasil pemeriksaan jembatan dengan metode BMS, data LHR, data pemanfaatan jembatan dan data kelas jalan. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari referensi dan informasi penunjang yang berhubungan dengan penelitian yang dilaksanakan. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data daftar jembatan yang diusulkan dalam data Musrenbang Kecamatan, laporan hasil penelitian yang sudah ada, literatur yang berhubungan dengan prioritas penanganan jembatan. 3.3.2 Teknik Mendapatkan Data Data-data diperoleh, dicatat dan digunakan sebagai bahan masukan dalam pembahasan, analisa data dan laporan penelitian. Analisa data adalah cara untuk mengolah angka dan untuk memperoleh kesimpulan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu: a. Survei di lapangan Survei di lapangan ditujukan untuk melakukan pemeriksaan jembatan kondisi terbaru, observasi yang dilakukan adalah: 1) Kondisi jembatan dengan standar BMS yang selanjutnya akan digunakan untuk penentuan nilai kondisi jembatan. 2) Volume LHR dengan pengamatan selama 12 jam. 3) Pemanfaatan jembatan dengan mendokumentasikan lingkungan sekitar yang dilayani oleh jembatan. 4) Kelas jalan dari posisi jembatan dengan melihat ketentuan kelas jalan dari klasifikasi berdasarkan ciri-ciri jalan.

34 b. Kuisioner Kuisioner dimaksudkan untuk memperoleh bobot dari kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya yang digunakan untuk menentukan skala prioritas penanganan jembatan. Dalam kuesioner ini responden diminta untuk membandingkan tingkat kepentingan antar kriteria dan sub kriteria. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Kondisi Jembatan Kriteria kondisi jembatan sangat penting dalam penentuan penanganan jembatan karena jika kerusakan yang sudah ada tidak segera mendapatkan penangan yang tepat maka akan menimbulkan permasalahan yang lebih berat lagi. Sub kriteria kondisi jembatan yang akan digunakan diuraikan menjadi 4 bagian yaitu: Nilai 0, Nilai 1, Nilai 2, Nilai 3. 2) Lalulintas Kriteria volume lalulintas sangat berperan dalam penentuan pengambilan keputusan prioritas penanganan karena volume lalulintas berpengaruh langsung terhadap kelangsungan aktifitas pengguna jalan. Selain itu volume lalulintas juga akan menggambarkan pemerataan kesejahteraan suatu lokasi. Sub kriteria volume lalulintas sesuai LHR kelas jalan klasifikasi kabupaten yang digunakan diuraikan menjadi 4 bagian yaitu: >500, 200-500, 200-50, <50. 3) Pemanfaatan Jembatan Kriteria pemanfaatan jembatan diperlukan dalam prioritas penanganan karena ada beberapa komiditi unggulan yang harus diperhatikan sebagai kemajuan perekonomian masyarakat sekitar. Sub kriteria pemanfaatan jembatan sesuai kondisi lokasi dibagi menjadi 4 bagian yaitu: pertanian, pariwisata, pelayanan publik dan pemukiman. 4) Kelas Jalan Kriteria kelas jalan perlu diperhatikan karena kelas jalan menyangkut tentang fungsi dari setiap kelas jalan terhadap pelayanan penggunaanya. Sub kriteria kelas jalan sesuai yang ditangani dibawah

35 DPU Kabupaten dibagi menjadi 4 bagian yaitu: kolektor primer, lokal primer, jalan strategis dan jalan desa. Adapun responden untuk mengisi kuisioner adalah: 1) Kabid Bina Marga 2) Kasi Survey Dan Pendataan Bina Marga 3) Kabid Fisik Dan Prasarana Bappeda 4) Kabid Sosial Budaya Bappeda 5) Kasi Pembangunan, Peningkatan Dan Pemeliharaan Jalan dan Jembatan 6) Kasubbid Perhubungan Dan Prasarana Fisik Bappeda 7) Kasubbid Tata Ruang Dan SDA Bappeda 8) Kasubbid Pertanian Bappeda 9) Camat Kabupaten Sragen c. Pengambilan data dari instansi terkait Pengambilan data dari instansi terkait dimaksudkan untuk menunjang data sekunder yang dibutuhkan selama penelitian. Pegumpulan studi literatur dari berbagai sumber buku baik tesis, jurnal dan buku panduan yang menunjang penelitian. Data yang diambil dari instansi terkait adalah dari data Musrenbang Kecamatan. Data ini pula yang akan dijadikan sebagai sampel penelitian. Dikarenakan lokasi penelitian terletak pada wilayah yang cukup luas dengan karakteristik wilayah yang satu tidak sama dengan karakteristik wilayah yang lain maka digunakan Area/Cluster Sampling. Area/Cluster Sampling yaitu merupakan suatu teknik pengambilan sampel berdasarkan pembagian suatu wilayah.

36 Bagan skema penetuan prioritas pemeliharaan jembatan ditunjukan pada Gambar 3.2. Nilai 0 Kerusakan Nilai 1 Nilai 2 Nilai 3 >500 Volume Lalulintas 200-500 50-200 Prioritas Pemeliharaan < 50 Pertanian Pemanfaatan Jembatan Pariwisata Pelayanan publik Pemukiman Kolektor Primer Kelas Jalan Lokal Primer Jalan Strategis Jalan Desa Gambar 3.2. Skema Hirarki Penetuan Skala Prioritas Pemeliharaan Jembatan

37 3.3.3 Rancangan Penelitian Sebelum penelitian, tahap studi penelitian yang dilakukan adalah mencari teori-teori yang ada pada buku untuk menunjang penelitian. Pencarian literatur dari berbagai sumber juga dilakukan pada tahap awal. Adapun prosedur penelitian sebagai berikut: a. Tahap Pertama Tahap pertama sebagai tahap persiapan dan penyediaan alat sebelum penelitian dimulai. Pada tahap ini tujuannya agar penelitian dapat berjalan dengan lancar. Peralatan penelitian yang digunakan antara lain meteran 5-30 m, kamera digital, senter. b. Tahap Kedua Tahap kedua adalah tahap pemeriksaan jembatan-jembatan. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi bangunan atas, bangunan bawah dan aliran sungai/timbunan. Pemeriksaan jembatan yaitu pemeriksaan inventaris, rutin dan detail. Selain itu pemeriksaan lalulintas, lingkungan juga dilakukan pada jembatan. c. Tahap Ketiga Tahap ketiga ini adalah mengumpulkan data primer berdasarkan hasil pemeriksaan kondisi eksisting, LHR, jumlah pemanfaatan jembatan dan kelas jalan. d. Tahap Keempat Tahap keempat berupa perhitungan analisis data berdasarkan metode FAHP dan TOPSIS dengan mengacu pada hasil dari pembagian kuesioner kepada responden yang berada dalam dinas/instansi yang berbeda. Selanjutnya akan didapatkan urutan prioritas penanganan jembatan. e. Tahap Kelima Tahap kelima adalah kesimpulan dan saran.

38 Bagan alir penelitian jembatan di Kabupaten Sragen ditunjukan pada Gambar 3.3. Mulai Penentuan lokasi Data Sekunder: - Data Musrenbang Kecamatan - Data literatur dan studi pustaka Persiapan alat Survey lapangan dan Diskusi Data primer: Kuisioner, Nilai Kondisi, LHR, Pemanfaatan, Kelas Jalan Analisa data Kesimpulan, Saran Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5 Selesai Gambar 3.3. Diagram Penelitian Persamaan dan hubungan rencana penelitian dengan penelitian yang sudah ada adalah: 1. Ferry Hariman, dkk (2007) dalam jurnalnya Evaluasi Dan Program Pemeliharaan Jembatan Dengan Metode BMS DI. Yogyakarta, perbedaan yang mendasar untuk menentukan skala prioritas pemeliharaan jembatan adalah pada metode yang digunakan untuk menentukan urutan pemeliharaan yaitu dengan melakukan perhitungan keuntungan finansial terbesar apabila jembatan itu dilakukan pemeliharaan.

39 2. Muhammad Edwin, dkk (2010) dalam jurnalnya Penentuan Urutan Prioritas Usulan Penanganan Jembatan Provinsi Sumatera Selatan Provinsi Sumatera Selatan dan Tri Wiyono (2011), Thesis: Sistem Penentuan Prioritas Penanganan Pemeliharaan Jembatan Di Kabupaten Karanganyar, perbedaan yang mendasar untuk menentukan skala prioritas pemeliharaan jembatan adalah pada metode yang digunakan pada penelitian Muhammad Edwin dan Tri Wiyono yaitu AHP konvensional, pemilihan kriteria, sistem pemeliharaan jembatan serta permasalahan yang diambil. 3.4 Analisis Analisis data yang digunakan untuk mengetahui kebijakan prioritas pemeliharaan jembatan meliputi AHP, FAHP dan TOPSIS. 3.4.1 Uji Konsistensi Perbandingan Berpasangan Dengan AHP Metode pertama yang digunakan adalah AHP, metode ini digunakan untuk mengontrol konsistensi perbandingan kriteria. Langkah-langkah metode AHP dapat disusun sebagai berikut: Step1: Menetapkan kriteria Mendefinisikan permasalahan dan penentuan tujuan. Step 2: Penilaian Kriteria Menyusun masalah kedalam hierarki sehingga permasalahan yang kompleks dapat ditinjau dari sisi yang detail dan terukur. Step 3: Pembobotan dan Nilai Eigen Maksimal Penyusunan prioritas untuk tiap elemen masalah pada hierarki. Proses ini menghasilkan bobot atau kontribusi elemen terhadap pencapaian tujuan. Step 4: Uji Konsistensi Melakukan pengujian konsitensi terhadap perbandingan antar elemen yang didapatan pada tiap tingkat hierarki.

40 3.4.2 Pembobotan Kriteria Dengan FAHP Metode yang digunakan untuk menganalisa pembobotan kriteria adalah Fuzzy AHP. Langkah-langkah metode FAHP dapat disusun sebagai berikut: Step 1: Menyusun struktur permasalahan yang dihadapi Langkah menyusun struktur permasalahan sama seperti pada metode AHP dimana hirarki memiliki tujuan utama permasalahan, kriteria dan sub kriteria, serta alternatif. Step 2: Menguji konsistensi matriks Uji konsistensi matriks dilakukan dengan cara AHP yang sudah dijelaskan sebelumnya. Hal ini dilakukan agar matriks perbandingan berpasangan yang dibentuk konsisten. Step 3: Mengevaluasi perbandingan berpasangan fuzzy Setelah memperoleh matriks yang konsisten, selanjutnya dilakukan perbandingan berpasangan fuzzy. Dalam melakukan perbandingan berpasangan fuzzy, digunakan skala TFN. Step 4: Extent Analysis Metode extent analisis diperkenalkan oleh Chang pada tahun 1996 untuk menghitung nilai sintesis pada perbandingan berpasangan fuzzy. 3.4.3 Penentuan Urutan Penanganan Jembatan Dengan TOPSIS Setelah didapatkan nilai bobot untuk masing-masing criteria dengan metode FAHP, kemudian dilakukan perhitungan dengan menggunakan metode TOPSIS. Langkah-langkah metode TOPSIS dapat disusun sebagai berikut: Step 1: Keputusan matrik dinormalisasi. Step 2: Membuat tertimbang normalisasi matrik Step 3: Menentukan solusi idealpositif (PIS) dan solusi idealnegatif (NIS) Step 4: Menghitung koefisien kedekatan setiap alternatif Step 5: Membandingkan nilai CCI peringkat alternatif ditentukan

41 Bagan alir pengolahan data urutan prioritas pemeliharaan jembatan di Kabupaten Sragen ditunjukan pada Gambar 3.4. Mulai Penyusunan Menetapkan kriteria Pembobotan Kriteria 1. Susunan permasalahan yang dihadapi Menentukan Matrik Awal Menghitung Nilai Eigen maksimal Koreksi pembobotan CR < 0,1 tidak ya ya CI = 0 Perbandingan berpasangan konsisten tidak Menentukan Perbandingan berpasangan fuzzy dengan TFN dari matrik awal 2. Menguji konsistensi matrik dengan AHP Menghitung Nilai fuzzy syntethic extent Menghitung Derajat kemungkinan Membandingkan derajat kemungkinan antar kriteria Menghitung nilai vektor bobot Menormalisasi nilai vektor bobot A 3. Pembobotan kriteria dengan fuzzy AHP

42 A Menghitung nilai total integeral setiap alternatif Menormalisasi nilai integeral Menormalisasi matrik bobot Menghitung nilai solusi ideal (+) dan (-) Membandingkan jarak solusi ideal (+) dan (-) Menghitung nilai preference tiap alternatif Hasil perangkingan pemeliharaan jembatan Selesai 4. Peringkingan pemeliharaan jembatan metode Topsis Gambar 3.4. Diagram FAHP dan TOPSIS 3.4.4 Penerapan Bobot Sub Kriteria Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Kondisi Jembatan Perhitungan untuk menerapkan bobot sub kriteria kondisi jembatan diuraikan menjadi 4 bagian yaitu: Nilai 0, Nilai 1, Nilai 2, Nilai 3, sehingga perhitungan bobot diperoleh dengan menyesuaikan kondisi jembatan pada nilai tertentu, sebagai berikut:

43 - Jika nilai jembatan berada pada kondisi nilai 0, maka pada kondisi nilai 0 diberikan angka 1 tapi apabila kondisi jembatan tidak pada kondisi nilai 0 maka kondisi nilai 0 diberi angka 0. - Jika nilai jembatan berada pada kondisi nilai 1, maka pada kondisi nilai 1 diberikan angka 1 tapi apabila kondisi jembatan tidak pada kondisi nilai 1 maka kondisi nilai 1 diberi angka 0. - Jika nilai jembatan berada pada kondisi nilai 2, maka pada kondisi nilai 2 diberikan angka 1 tapi apabila kondisi jembatan tidak pada kondisi nilai 2 maka kondisi nilai 2 diberi angka 0. - Jika nilai jembatan berada pada kondisi nilai 3, maka pada kondisi nilai 3 diberikan angka 1 tapi apabila kondisi jembatan tidak pada kondisi nilai 3 maka kondisi nilai 3 diberi angka 0. b. Lalulintas Perhitungan bobot sub kriteria volume lalulintas dapat diuraikan menjadi 4 bagian yaitu: >500, 200-500, 200-50, <50, sehingga perhitungan bobot diperoleh dengan menyesuaikan kondisi jembatan pada nilai tertentu, sebagai berikut: - Jika LHR berada pada kondisi nilai >500, maka pada nilai >500 diberikan angka 1 tapi apabila kondisi jembatan tidak pada nilai >500 maka nilai >500 diberi angka 0. - Jika LHR berada pada kondisi nilai 200-500, maka pada nilai 200-500 diberikan angka 1 tapi apabila kondisi jembatan tidak pada nilai 200-500 maka nilai 200-500 diberi angka 0. - Jika LHR berada pada kondisi nilai 200-50, maka pada nilai 200-50 diberikan angka 1 tapi apabila kondisi jembatan tidak pada nilai 200-50 maka nilai 200-50 diberi angka 0. - Jika LHR berada pada kondisi nilai <50, maka pada nilai <50 diberikan angka 1 tapi apabila kondisi jembatan tidak pada nilai <50 maka nilai <50 diberi angka 0.

44 c. Pemanfaatan Jembatan Pada jembatan tersebut diperoleh bobot sebagai berikut: - Diperbaikinya prasarana jembatan tersebut dapat memperlancar akses masyarakat dibidang Pertanian maka diberi angka 1 tapi jika tidak diberi angka 0. - Diperbaikinya prasarana jembatan tersebut dapat memperlancar akses masyarakat di bidang Pariwisata maka diberi angka 1 tapi jika tidak diberi angka 0. - Diperbaikinya prasarana jembatan tersebut dapat memperlancar akses masyarakat di bidang Pelayanan Publik maka diberi angka 1 tapi jika tidak diberi angka 0. - Diperbaikinya prasarana jembatan tersebut dapat memperlancar akses masyarakat di bidang Pemukiman maka diberi angka 1 tapi jika tidak diberi angka 0. d. Kelas Jalan Pada jembatan tersebut diperoleh bobot sebagai berikut: - Jembatan tersebut berada di kelas jalan kolektor primer maka diberi angka 1 tapi jika tidak diberi angka 0. - Jembatan tersebut berada di kelas jalan lokal primer maka diberi angka 1 tapi jika tidak diberi angka 0. - Jembatan tersebut berada di kelas jalan startegis maka diberi angka 1 tapi jika tidak diberi angka 0. - Jembatan tersebut berada di kelas jalan desa maka diberi angka 1 tapi jika tidak diberi angka 0.

45 Bagan alir analisa data rumusan masalah jembatan di Kabupaten Sragen ditunjukan pada Gambar 3.5. Mulai Penentuan Sampel Data kerusakan jembatan ya Nilai kondisi: 0 2 tidak Nilai kondisi: 3 tidak Nilai kondisi: 4 5 ya Baik s/d rusak ringan Rusak berat Kritis/runtuh Bandingkan LHR dan lebar jembatan Daftar Jembatan: Penggantian Cukup lebar tidak ya Terlalu sempit Skala Prioritas Daftar Jembatan: Pelebaran/ penggandaan Rumusan masalah 1 Selesai Gambar 3.5. Diagram Analisa Data Rumusan masalah 2