PENGEMBANGAN AGROWISATA BALAI BENIH INDUK HORTIKULTURA KECAMATAN PEKALONGAN KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

I. PENDAHULUAN. tempat kerja, di rumah, maupun di tempat lain. Aktivitas rutin tersebut dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. (RTRW Kab,Bandung Barat)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

III. METODE PENELITIAN. yang harus di kembangkan dalam Pariwisata di Pulau Pasaran.

BAB III METODE PENELITIAN. diteliti oleh penulis. Lokasi penelitian dilakukan di Swalayan surya pusat

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG BALADO PADA UKM PUNDI MAS DI KOTA PALU

BAB II METODE PENELITIAN

agrowisata ini juga terdapat pada penelitian Ernaldi (2010), Zunia (2012), Machrodji (2004), dan Masang (2006). Masang (2006) yang dikutip dari

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. mempelajari antara geografi dan pariwisata. Segi-segi geografi umum yang perlu

BAB III METODE PENELITIAN. diskriptif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. yang sedang diteliti. Penelitian ini menggunakan analisis SWOT dan Importance

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan.

BAB I PENDAHULUAN. wisata dan US$ 300 milyar penerimaan ke seluruh dunia (Pusat Perencanaan dan

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT

Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh : Slamet Heri Winarno

II. TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari: Pari yang berarti penuh, lengkap, berkeliling; Wis

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. negara/wilayah baik alam maupun budaya ini, kini semakin berkembang pesat

BAB. III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Agrotourism. Agro berarti pertanian dan tourism pariwisata/kepariwisataan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Daya Tarik Kawasan Situ Cileunca sebagai Kawasan Wisata

III. METODE PENELITIAN. atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT

III. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilakukan Bulan Januari-April 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. daya tarik wisata budaya yang lebih baik. Dalam pengembangan ini perlu

PENILAIAN DAYA TARIK DAN PENGEMBANGAN OBJEK WISATA PANTAI TANJUNG BELANDANG DI KABUPATEN KETAPANG

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS PADA SOERABI PA IS BANDUNG. Analysis of Bussiness Development Strategic at Soerabi Pa is Bandung

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA ABON PADA UKM MUTIARA DI KOTA PALU Business Development Strategy of Small enterprise Mutiara on Abon Beef at Palu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI. bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011)

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: masyarakat, keamanan yang baik, pertumbuhan ekonomi yang stabil,

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki panorama alam yang indah yang akan memberikan daya tarik

III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Sukawana adalah nama daerah yang terletak sekitar 30 kilometer sebelah

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROWISATA BERBASIS ANALISIS SWOT DI UNIT USAHA AGRO MANDIRI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. (c)foto Satelit Area Wisata Kebun Wisata Pasirmukti

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR AGROWISATA BELIMBING DAN JAMBU DELIMA KABUPATEN DEMAK

Seminar Nasional IENACO ISSN: STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING DESTINASI WISATA DAERAH TERTINGGAL

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri pariwisata saat ini semakin menjadi salah satu industri yang dapat

PERSEPSI WISATAWAN TERHADAP OBJEK WISATA TAMAN PURBAKALA PUGUNG RAHARJO KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN 2015 (JURNAL) Oleh WAYAN JUANA RISKAWATI

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

FAKTOR-FAKTOR INTERNAL PENGEMBANGAN OBJEK WISATA PANTAI LAKBAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA SEBAGAI OBJEK WISATA ANDALAN

Strategi Pengembangan Pariwisata (Wisata Pantai Balekambang) Guna Meningkatkan Kunjungan Wisatawan di Kabupaten Malang

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan kebijakan. dalam pengembangan industri dodol durian.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki potensi besar dalam lingkup pariwisata.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. padat sehingga orang akan mencari sesuatu yang baru untuk menghibur

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Ruang Lingkup Penelitian... 9

Potensi dan Upaya (Isti Rahmawati)

PENILAIAN POTENSI TAMAN WISATA WIRA GARDEN KELURAHAN BATU PUTUK TAHUN 2014 JURNAL. Oleh. Bety Tri Astuti ( )

Economics Development Analysis Journal

KAJIAN EFEKTIFITAS OPERASIONAL TERMINAL MADYOPURO MALANG

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS AYAM RAS PEDAGING PERUSAHAAN KAWALI POULTRY SHOP KABUPATEN CIAMIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini

BAB III METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian: Masterplan Sentul City (Atas); Jalur Sepeda Sentul City (Bawah) Tanpa Skala

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. mengidentifikasi jenis-jenis makanan tradisional, persepsi wisatawan terhadap

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling

BAB III METODE PENELITIAN

Potensi Pantai Joko Tingkir Kabupaten Pemalang untuk Pengembangan Kawasan Wisata

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PRODUK SPARE PARTS PT. UT CABANG PADANG

BAB V ANALISIS PEMASARAN PARIWISATA LAMPUNG

BAB III METODE PENELITIAN. yang terletak di Kecamatan Samarang Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri. Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta

STRATEGI PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI PARIWISATA DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS SWOT

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup

ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL BISNIS STMIK SUMEDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWOT ANALYSIS

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

PENGEMBANGAN AGROWISATA BALAI BENIH INDUK HORTIKULTURA KECAMATAN PEKALONGAN KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Dedeh Ismayanti (1) Nani Suwarni (2) Rahma Kurnia S.U. (3) This study is conducted to determine the development strategy of attractions that exist in the Balai Benih Induk Hortikultura Agro tourism Pekalongan Subdistrict, East Lampung. It used survey method. The object of research was the development of Balai Benih Induk Hortikultura Agro tourism Pekalongan Subdistrict, East Lampung and the subject of research was Balai Benih Induk Hortikultura Agro tourism Pekalongan Subdistrict, East Lampung. Techniques of data analysis were done by using qualitative description, the data obtained would be analyzed using SWOT analysis. The results of this study are: (1) There are four types of alternative agro-tourism development strategy BBIH Pekalongan that needs to be done, namely, strategy SO (Strengths and Opportunities), Strategy WO (Weakness and oppotunities), Strategy ST (Strength and Threats), and Strategy WT (Weakness and Threaths). (2) The success of tourism development is determined by three factors, namely, the availability of objects and tourist attraction, their accessibility facilities are facilities and infrastructure, and the suit is the target of tourism facilities. Keywords: Agro tourism, BBIH, Development, Strategy Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui strategi pengembangan objek wisata pada kawasan agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur. Penelitian menggunakan metode survei. Objek penelitian adalah pengembangan objek wisata Pekalongan dan subjek penelitian yaitu agrowisata BBIH Pekalongan. Teknik analisis data dengan cara deskriptif kualitatif, data akan dianalisis dengan analisis SWOT. Dari hasil penelitian diketahui yaitu: (1) Terdapat empat jenis alternatif strategi pengembangan agrowisata BBIH Pekalongan yang perlu dilakukan yaitu, strategi SO (Strength and Opportunities), strategi WO (Weakness and Oppotunities), strategi ST (Strength and Threats), dan strategi WT (Weakness and Threaths). (2) Keberhasilan pengembangan pariwisata ditentukan oleh 3 faktor yaitu, tersedianya objek dan daya tarik wisata, adanya fasilitas accessibility, dan terjadinya fasilitas amenities. Kata Kunci: Agrowisata, BBIH, Pengembangan, Strategi. 1 Mahasiswa pendidikan Geografi 2 Dosen Pembimbing I 3 Dosen Pembimbing II

1 PENDAHULUAN Dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia tidak terlepas dari kegiatan rutin di tempat kerja, di rumah, maupun di tempat lain. Aktivitas rutin tersebut dapat menimbulkan suatu kejenuhan pada diri manusia. Untuk mengatasi rasa jenuh tersebut, manusia berusaha melakukan kegiatan untuk menghibur diri dan melupakan sejenak kegiatan rutinnya. Salah satu kegiatan yang dilakukan sebagian orang untuk menghilangkan kejenuhan itu adalah rekreasi ataupun berwisata. Seperti pendapat dari Freuler dalam Pendit (1994: 38) Pariwisata dalam artian modern adalah merupakan gejala zaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menumbuh terhadap keindahan alam, kesenangan, dan kenikmatan alam semesta. Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam untuk dikembangkan menjadi obyek wisata yang menarik. Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang memiliki wilayah sangat luas. Usaha di bidang pertanian dalam arti luas mencakup berbagai usaha di bidang kehutanan, perkebunan, perikanan, peternakan, dan hortikultura. Rangkaian kegiatan pertanian dari budi daya sampai pascapanen dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi kegiatan agrowisata. Agrowisata adalah salah satu jenis pariwisata yang dikategorikan oleh Warpani (2007: 13-15). Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) adalah salah satu contoh kawasan agrowisata yang terdapat di Propinsi Lampung, tepatnya di Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur. Kawasan agrowisata ini diresmikan oleh Menteri Pertanian pada tanggal 2 Januari 2006. Kawasan agrowisata Pekalongan memiliki luas 114 hektar. Namun hanya sekitar 64 hektar lahan yang sudah termanfaatkan. Persentase pembagian lahan yang sudah termanfaatkan 50% untuk penangkaran dan 50% lainnya sebagai lahan produksi. Berdasarkan ruang lingkup dan potensi agrowisata menurut Fachruddin (1996: 4), BBIH Pekalogan termasuk dalam jenis agrowisata tanaman pangan dan hortikultura. Terdapat berbagai macam jenis tanaman yang dikembangkan di kawasan agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Pekalongan ini, baik tanaman hias, maupun buah. Di antaranya yaitu durian, jambu air, jambu tokal, rambutan, jagung, mangga, duku, belimbing dan masih banyak lagi yang lainnya. Tidak hanya berwisata agro, kawasan agrowisata Pekalongan pun dapat digunakan sebagai objek wisata alam. Kawasan agrowisata Pekalongan memiliki sebuah danau yang dapat dinikmati wisatawan untuk sedikit relaksasi sembari menikmati nuansa alam yang asri. Danau ini pun dapat digunakan untuk memancing, serta wisata air. Agrowisata ini ramai dikunjungi wisatawan hanya pada saat musim buah tiba, tetapi pada saat tidak musim buah terlihat sepi.

2 Beberapa faktor penyebab kawasan agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Pekalongan ini merupakan suatu jenis objek wisata musiman, yaitu objek dan daya tarik wisata yang belum digali secara baik, upaya pengelola objek wisata yang dilaksanakan dalam rangka pengembangan pariwisata masih sangat terbatas, penilaian potensi wisata secara keseluruhan belum dilakukan secara mendetail. Oleh karena itu, pengembangan potensi wisata di kawasan agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur ini perlu dilakukan. Maka akan dilakukan penelitian dengan judul Pengembangan Objek Wisata Kawasan Agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur. Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji strategi pengembangan objek wisata kawasan agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Menurut Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan untuk maksud penjajagan, deskriptif eksploratif, penjelasan, evaluasi, prediksi, penelitian operasional, pengembangan indikator-indikator. Objek dalam penelitian ini adalah pengembangan objek wisata meliputi potensi wisata yang bersifat panorama alam, potensi wisata yang bersifat sosial dan budaya, potensi wisata yang bersifat bisnis dan ekonomi, fasilitas wisata, dan aksesibilitas di kawasan agrowisata BBIH Pekalongan. Subjek dalam penelitian ini adalah agrowisata BBIH Pekalongan. Terdiri dari wisatawan, pengelola objek, dan juga masyarakat yang ada di sekitar objek agrowisata. Teknik pengambilan sampel untuk wisatawan dan masyarakat sekitar secara sampling aksidental. Adapun jumlah responden yang ditemui pada saat penelitian yaitu untuk wisatawan berjumlah 20 orang, baik laki-laki maupun perempuan. Responden masyarakat sebanyak 15 orang baik laki-laki maupun perempuan, yang ditujukan kepada masyarakat Desa Tulus Rejo. Pengambilan data kepada pihak pengelola ditujukan kepada Kepala Kawasan Agrowisata BBIH, Penanggung Jawab Agrowisata, Petugas Lapangan, dan Petugas Agrowisata yang keseluruhannya berjumlah 4 orang. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu pertama adalah observasi yang dilakukan dengan mengamati kondisi fisik, daya tarik, aksesibilitas, dan tingkat keterjangkauan agrowisata BBIH Pekalongan. Kedua adalah wawancara terstruktur dilakukan untuk memperoleh data dari pengelola mengenai daya tarik serta sarana dan prasarana yang tersedia pada Pekalongan. Ketiga yaitu dokumentasi untuk mendapatkan data berupa kondisi umum kawasan agrowisata BBIH Pekalongan, seperti keadaan sarana dan prasarana, aksesibilitas, peta lokasi, dan daya tarik.

3 Teknik analisis data dilakukan dengan cara deskriptif kualitatif, dimana data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT. Analisis SWOT dilakukan dengan beberapa langkah yaitu mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal, menyusun matrik IFAS, menyusun matrik EFAS, pembuatan matrik SWOT, penentuan matrik grand strategi, dan tahap pengambilan keputusan. HASIL DAN PEMBAHASAN Panorama alam yang terdapat di Pekalongan merupakan suatu potensi yang baik untuk pengembangan objek wisata dan menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Pekalongan. Potensi wisata yang bersifat panorama alam di kawasan agrowisata BBIH Pekalongan yaitu danau buatan serta hamparan kebun buah yang luas dan beraneka ragam. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak pengelola, diketahui bahwa danau ini dapat digunakan untuk memancing, serta wisata air. Namun karena fasilitas yang mendukung sudah rusak maka wisata air kini sudah tidak berjalan lagi. Kelemahan dari danau ini adalah keadaannya yang sedikit kotor dengan sampah daun dan apabila musim kemarau maka danau akan kering tanpa air. Kebun buah yang luas terlihat sebagai pemandangan yang sangat indah, terlebih lagi apabila saat musim buah tiba. Terdapat 25 jenis buah dengan 41 varietas yang dikembangkan di kawasan agrowisata BBIH Pekalongan ini. Jenis tumbuhan unggulannya yaitu durian. Potensi wisata yang bersifat sosial dan budaya yang sudah dikembangkan di kawasan agrowisata BBIH Pekalongan sejauh ini belum ada. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan tidak adanya nilai-nilai budaya tradisional atau modern, hasil kerajinan tangan dan arsitektur bangunan asli daerah Lampung yang dikembangkan oleh pihak pengelola, disebabkan oleh masih terfokusnya kegiatan BBIH pada bidang pertaniannya seperti produksi bibit, bukan ke wisata agronya. Potensi bersifat bisnis dan ekonomi yang terdapat di kawasan agrowisata BBIH Pekalongan yaitu produksi kripik singkong, penjualan bibit bunga dan buah oleh masyarakat, dan adanya kantin yang dikembangkan atau dikelola oleh masyarakat di dalam Pekalongan. Ketiga hal tersebut termasuk dalam potensi yang bersifat bisnis dan ekonomi karena berhubungan dengan usaha perdagangan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap pengelola diketahui bahwa wisatawan yang datang ke agrowisata BBIH merupakan wisatawan lokal dari Kabupaten Lampung Timur. Namun, banyak pembeli bibit buah serta bunga yang datang jauh dari luar Kabupaten Lampung Timur. Fasilitas yang terdapat di kawasan Agrowisata BBIH Pekalongan yaitu aula, kantor, kebun buah, danau buatan, mushola, pusat pembibitan, shelter, area parkir, tempat

4 pembelian karcis, wc umum, dan pos penjaga. Fasilitas tersebut sebenarnya sudah cukup lengkap, namun saat ini keadaannya kurang terawat dengan baik. Beberapa fasilitas terlihat rusak. Hal ini karena kurangnya tenaga yang menangani masalah fasilitas yang berkaitan dengan wisata, karena orientasi utama dari BBIH adalah segi agrikulturnya. Jarak yang ditempuh dari Bandarlampung sebagai ibu kota propinsi menuju lokasi kawasan agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Pekalongan ini sekitar 65 Km dan berjarak 20 Km dari kota Sukadana sebagai ibu kota kabupaten Lampung Timur. Dari Bandarlampung membutuhkan waktu sekitar 90 menit untuk sampai di lokasi agrowisata ini. Lokasi ini mempunyai letak yang cukup strategis, dengan transportasi yang lancar dan aman, serta dekat dengan pasar Pekalongan. Letak Pekalongan tidak berada di pinggir jalan utama dan agrowisata ini memiliki kebun buah yang cukup luas, maka para wisatawan yang hendak berkunjung ke kawasan agrowisata BBIH Pekalongan dapat menggunakan kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat. Dengan adanya pengembangan objek wisata Pekalongan dapat membuka lapangan pekerjaan, mengurangi pengangguran, menambah penghasilan masyarakat sekitar, yang secara langsung akan mengakibatkan taraf hidup meningkat. Hal ini dapat dibuktikan dengan di sepanjang jalan menuju Pekalongan terdapat puluhan nursery (toko tanaman buah dan bunga) yang merangkap penangkaran berbagai bibit. Berbagai bibit tanaman, bahkan pohon yang sudah jadi, siap dijajakan kepada wisatawan. Juga berbagai macam bunga, berbagai tanaman penghijauan, dan berbagai tanaman obat herbal. Dibalik berbagai macam dampak positif, tidak menutup kemungkinan terdapat pula dampak negatif. Pengaruh perilaku dan moral masyarakat dengan adanya kunjungan wisatawan dikhawatirkan menjadi dampak negatif dari pengembangan objek wisata kawasan agrowisata BBIH Pekalongan. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat sekitar objek wisata itu merupakan konsekuensi dari dampak pembangunan atau pengembangan pariwisata. Secara konsepsual perubahan-perubahan yang terjadi itu merupakan akibat munculnya karena proses akulturasi antara kebudayaan masyarakat sekitar objek wisata dengan kebudayaan luar yang dibawa para wisatawan yang berkunjung. Penduduk setempat mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya pengembangan obyek wisata, karena penduduk setempat mau tidak mau terlibat langsung dalam aktifitas yang berkaitan dengan kepariwisataan di daerah tersebut. Peran masyarakat sekitar kawasan agrowisata BBIH Pekalongan antara lain masyarakat bekerja sebagai karyawan tetap atau paruh waktu di objek wisata tersebut, bertindak sebagai tuan rumah yang ramah, produsen cindera mata yang memiliki ke khasan dari obyek tersebut dan turut menjaga keamanan lingkungan sekitar sehingga

5 membuat wisatawan yakin, tenang, aman selama mereka berada di Pekalongan. Pemerintah juga memiliki peran penting dalam pengembangan Pekalongan. Pemerintah berperan sebagai pengambil keputusan tertinggi dan juga berperan untuk mempromosikan kawasan agrowisata BBIH Pekalongan. Analisis Strategi Pengembangan Objek Wisata Langkah pertama adalah mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan, serta faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman. Kekuatan (strengths): letaknya yang strategis dan mudah dijangkau, terdapat 25 jenis dengan 41 varietas buah di agrowisata BBIH, merupakan jenis wisata agro satusatunya di Propinsi Lampung yang sudah diresmikan oleh pemerintah, biaya wisata yang terjangkau, dan terdapat empat paket wisata, salah satunya yaitu paket wisata ilmiah (pengenalan tanaman buah dan belajar pembuatan bibit buahbuahan). Kelemahan (weakness): tidak ada potensi yang bersifat sosial dan budaya yang dikembangkan, beberapa sarana dan prasarana yang kondisinya kurang baik atau rusak, kurangnya sarana akomodasi (penginapan dan rumah makan/restoran), fasilitas bermain untuk wisatawan berupa sepeda air untuk di danau/wisata air dan dokar untuk keliling daerah agrowisata yang sudah pernah difungsikan sekarang ini keadaannya rusak, kurangnya promosi tentang kawasan agrowisata BBIH Pekalongan, dan tidak satu rute dengan objek wisata lain di Kabupaten Lampung Timur. Peluang (oppourtunies): BBIH Pekalongan dapat menjadi daerah tujuan wisata agro, adanya minat serta dukungan masyarakat dan pemerintah dalam rencana pengembangan potensi agrowisata BBIH Pekalongan, penghasilan masyarakat di sekitar daerah bertambah sehingga meningkatkan taraf hidup masyarakat, membuka lapangan pekerjaan, sehingga mengurangi pengangguran, dapat meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD), dan jalan yang semakin ramai sehingga banyak yang lewat. Ancaman (threats): pengaruh perilaku dan moral masyarakat dengan adanya kunjungan wisatawan, tenaga teknis atau terampil di lapangan dari segi kuantitas maupun kualitas masih terbatas, sugesti wisatawan bahwa kabupaten Lampung Timur kurang aman, cuaca atau musim yang tidak menentu, hama tanaman yang dapat merusak kualitas tanaman, dan adanya objek wisata lain yang jauh lebih menarik. Langkah kedua adalah membuat Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS). Tahap-tahap dalam menyusun tabel IFAS dengan menentukan faktor yang menjadi kekuatan (Strength) serta kelemahan (Weakness) objek wisata Kawasan Agrowisata BBIH Pekalongan, sebelumnya dilakukan dulu menentukan bobot dari masing-

6 masing faktor. Adapun cara menentukan bobot setiap indikator dari faktor-faktor internal maupun eksternal yaitu dengan cara menurut Rangkuti (2009). Dari matrik IFAS diperoleh hasil yang menyatakan bahwa, kekuatan bernilai 3,84 dan kelemahan bernilai 1,50. Angka tersebut sebagai acuan dalam penentuan matrik grand strategi yang akan dimasukkan sebagai nilai strength (kekuatan) pada kuadran II dan weakness (kelemahan) pada kuadran III. Langkah yang ketiga adalah membuat Matrik Faktor Strategi Eksternal (EFAS). Tahap dalam menyusun tabel EFAS dengan menentukan faktor yang menjadi peluang (Opportunity) serta ancaman (Threats) objek wisata Kawasan Agrowisata BBIH Pekalongan, sebelumnya menentukan bobot dari masing-masing faktor. Adapun cara menentukan bobot setiap indikator dari faktor internal maupun eksternal yaitu dengan cara menurut Freddy Rangkuti (2009). Dari matrik EFAS di atas diperoleh hasil yang menyatakan bahwa, peluang bernilai 3,66 dan ancaman bernilai 1,00. Angka tersebut sebagai acuan dalam penentuan matrik grand strategi yang akan dimasukkan sebagai nilai opportunities (peluang) pada kuadran I dan treasth (ancaman) pada kuadran IV. Langkah selanjutnya adalah menganalisis hasil Internal Factor Analysis System (IFAS) dan Eksternal Factor Analysis System (EFAS) dengan menggunakan matriks SWOT. Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis kawasan agrowisata adalah matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi kawasan agrowisata dalam pengembangan potensi pariwisata dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis. Angka yang didapat dari perhitungan IFAS dan EFAS kemudian dimasukkan ke dalam Matriks Grand Strategi. Langkah yang harus dilakukan yaitu menempatkan jumlah total skor faktor S, W, O, dan T pada posisinya, hal ini dilakukan untuk menentukan posisi kawasan Agrowisata BBIH Pekalongan. Nilai O pada kuadran I yaitu 3,66. Nilai S pada kuadran II yaitu 3,84. Nilai W pada kuadran III yaitu 1,50. Nilai T pada kuadran IV yaitu 1,00. Pada Matriks Grand Strategi diketahui bahwa S dan O sangat besar dibandingkan dengan W dan T sehingga posisi kawasan agrowisata BBIH Pekalongan berada pada kuadran I. Dengan demikian ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan dimana kawasan agrowisata ini memiliki peluang dan kekuatan yang besar maka pengembangan objek wisata kawasan agrowisata BBIH Pekalongan dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan peluang yang ada. Selanjutnya adalah tahap pengambilan keputusan. Pada tahap ini, mengkaji ulang dari empat strategi yang telah dirumuskan dalam tahap analisis. Setelah itu diambillah

7 keputusan dalam menentukan strategi yang paling menguntungkan, efektif dan efisien bagi rencana pengembangan kawasan Agrowisata BBIH Pekalongan berdasarkan Matriks SWOT dan pada akhirnya dapat disusun suatu rencana strategis yang akan dijadikan pegangan dalam melakukan kegiatan selanjutnya. Dari hasil analisis SWOT menghasilkan empat kemungkinan alternatif kebijakan dan strategi pengembangan Kawasan Agrowisata BBIH Pekalongan, yaitu strategi SO (Strength and Opportunities), yaitu strategi yang mengoptimalkan kekuatan (Strength) untuk memanfaatkan peluang (Opportunities); strategi WO (Weakness and Oppotunities), yaitu strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang; strategi ST (Strength and Threats), yaitu strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman; dan strategi WT (Weakness and Threaths), yaitu strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. KESIMPULAN Dari hasil penelitian tentang pengembangan objek wisata agrowisata BBIH Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur tahun 2014, maka hal yang dapat disimpulkan yaitu terdapat empat jenis alternatif strategi pengembangan agrowisata BBIH Pekalongan yang perlu dilakukan yaitu, strategi SO (Strength and Opportunities), Strategi WO (Weakness and Oppotunities), Strategi ST (Strength and Threats), dan Strategi WT (Weakness and Threaths); keberhasilan pengembangan pariwisata ditentukan oleh 3 faktor yaitu, tersedianya objek dan daya tarik wisata, adanya fasilitas accessibility yaitu sarana dan prasarana sehingga memungkinkan wisatawan mengunjungi suatu daerah atau kawasan wisata, dan terjadinya fasilitas amenities yaitu sasaran kepariwisataan yang dapat memberikan kenyamanan kepada masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Rangkuti, Freddy. 2009. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Singarimbun, Masri., Efendi, Sofian. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta : LP3ES. Fachruddin, L., Tirtawinata, Moh. Reza. 1996. Daya Tarik Pengelolaan Agrowisata. Jakarta: Penebar Swadaya. Pendit, Nyoman S. 1994. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta : Pradnya Paramita. Warpani, Suwardjoko P., Warpani, Indira P. 2007. Pariwisata Dalam Tata Ruang Wilayah. Bandung : Penerbit ITB.