BAB IV PELUANG DAN TANTANGAN NU SIDOARJO DALAM USAHA PEMBERDAYAAN CIVIL SOCIETY

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010

Struktur kelembagaan politik, ekonomi dan sosial suatu masyarakat dapat menciptakan atau melanggengkan demokrasi, tetapi dapat pula mengancam dan mele

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. langsung dalam pemelihan presiden dan kepala daerah, partisipasi. regulasi dalam menjamin terselenggaranya pemerintahan

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

BAB II KAJIAN KONSEP CIVIL SOCIETY

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. berbicara dalam konteks pendidikan formal. Mahasiswa dalam peraturan

BAB IV PERAN NAHDLATUL ULAMA DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH KABUPATEN SIDOARJO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Kaderisasi merupakan sebuah proses pencarian bakat atau pencarian sumber

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat

POKOK-POKOK PROGRAM PENGURUS CABANG NAHDLATUL ULAMA JOMBANG MASA KHIDMAT

BAB IV FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT BERKEMBANGNYA ORGANISASI PERSATUAN AL-IHSAN

BAB I PENDAHULUAN. Radio Republik Indonesia (RRI) adalah satu-satunya stasiun radio yang dimiliki oleh

BAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. oleh masyarakat menunjukkan bahwa Indonesia sudah menjadi negara yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Setelah Orde Baru jatuh dikarenakan reformasi maka istilah Good

PAPARAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS

EKSISTENSI KORPRI DAN PELAYANAN PRIMA

PANDUAN WAWANCARA. Identifikasi Informan. Nomor : Nama Informan :

PROGRAM KERJA JANGKA PANJANG DAN JANGKA PENDEK POS BANTUAN HUKUM ADVOKAT INDONESIA (POSBAKUMADIN)

BAB IV. Mekanisme Rekrutmen Politik Kepala Daerah PDI Perjuangan. 4.1 Rekrutmen Kepala Daerah Dalam Undang-Undang

BAB V PENUTUP. 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perjalanan politik di Indonesia selama ini telah menorehkan sejarah panjang

dikirim untuk JAWA POS PERILAKU POLITISI BY ACCIDENT. Oleh Dr. Drs. Muhammad Idrus, S.Psi., M.

INTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI. Skripsi

I. PENDAHULUAN. diperlukan sikap keyakinan dan kepercayaan agar kesulitan yang kita alami. bisa membantu semua aspek dalam kehidupan kita.

Ini Alasan Partai Islam Terseok-Seok

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB V PENUTUP. Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan

BAB VI PENUTUP. Adanya penyelewengan terhadap pelaksanaan khittah Tarbiyah yang lebih

BERSATU MENGATASI KRISIS BANGKIT MEMBANGUN BANGSA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

Itulah hakikat khittah NU yang kemudian dirumuskan dalam Khittah NU oleh Muktamar ke-27 tahun 1984 di Situbondo.

BAB I PENDAHULUAN. nasib menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia). Hal ini tidak terlepas dari

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan hasil kajian, dan analisis dari data-data yang diperoleh

2015 IMPLEMENTASI PENDIDIKAN POLITIK DI ORGANISASI FRONT MAHASISWA NASIONAL CABANG BANDUNG

Sambutan Presiden RI pada ASIAN PARLIAMENTARY ASSEMBLY, Bandung-Jabar, Selasa, 08 Desember 2009

PROGRAM WARGA MADANI: PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT*)

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia selalu saja menarik untuk diwacanakan, dikaji, diteliti, bahkan

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Pada Bab Penutup ini melihat kesimpulan dari data yang diperoleh di

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan umum (Pemilu). Budiardjo (2010: 461) mengungkapkan bahwa dalam

BAB III SETTING PENELITIAN. Timur. Ibu kotanya adalah Sidoarjo. Kabupaten Sidoarjo adalah Kabupaten

RAN HAM SEBAGAI KERANGKA DASAR PROSES REKONSTRUKSI SOSIAL MEMASUKI ERA INDONFSIA BARU. Oleh: Dr Hafid Abbas Dirjen Perlindungan HAM

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama

PENGARUSUTAMAAN GENDER SEBAGAI UPAYA STRATEGIS UNTUK MEWUJUDKAN DEMOKRATISASI DALAM BIDANG EKONOMI. Murbanto Sinaga

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB IV PENUTUP. menjadi peserta pemilu sampai cara mereka untuk hadir tidak hanya sekedar menjadi

BAB V HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara

BAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi yang tidak berpenghasilan tetapi justru mengeluarkan

I. PENDAHULUAN. Selama beberapa periode belakangan ini, pembangunan sosial di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. karena didalamnya terdapat berbagai kepentingan negara dan masyarakat sipil

REFORMASI BIROKRASI SEBAGAI SYARAT PENEGAKAN DAN PEMBERANTASAN KKN OLEH:

I. PENDAHULUAN. Ada kecenderungan bahwa beberapa indikator aparatur didalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kepedulian sebuah Negara terhadap rakyatnya. Di Indonesia sendiri,

Petunjuk Pelaksanaan PROGRAM PRIORITAS DPD PARTAI GOLONGAN KARYA KABUPATEN SERDANG BEDAGAI Oleh : H. ALI MUHAMMAD MADHY

BAB I PENDAHULUAN. Sejak reformasi, masyarakat berubah menjadi relatif demokratis. Mereka

BAB I PENDAHULUAN. melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga negara sangat berperan dalam menentukan masa depan negara.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan mengenai dinamika Partai

Sosok Pendidik Umat Secara Total dan Dijalani Sepanjang Hayat

PROGRAM KERJA KELOMPOK KONTAK TANI NELAYAN ANDALAN (KELOMPOK KTNA) KOTA BUKITTINGGI TAHUN

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

ORASI KETUA DPR-RI PADA ACARA FORUM RAPAT KERJA NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) TAHUN 2009

PARTAI POLITIK OLEH: ADIYANA SLAMET. Disampaikan Pada Kuliah Pengantar Ilmu Politik Pertemuan Ke-15 (IK-1,3,4,5)

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA MELALUI PEMBANGUNAN BKM

KONFERENSI CABANG KE IX HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

KEPUTUSAN KONFERENSI BESAR XVIII GERAKAN PEMUDA ANSOR TAHUN 2012 Nomor : 02/KONBES-XVIII/VI/2012

BAB I PENDAHULUAN. Era Reformasi yang lahir pasca runtuhnya Orde Baru mengemban. tugas yang tidak mudah, salah satunya untuk mencari solusi alternatif

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

TUGAS AKHIR PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI

DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA. Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH.

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 7.1 Kesimpulan. ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia

Sambutan Presiden RI pada Pembukaan Munas IX GM FKPPI tahun 2012, Jakarta, 24 Februari 2012 Jumat, 24 Pebruari 2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andriyana, 2015

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. sekaligus (Abdullah, 2006: 77). Globalisasi telah membawa Indonesia ke dalam

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NO: 1

Good Governance. Etika Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. yang ditanggung negara ini cukup berat, dengan kata lain rakyat dan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki visi, misi dan tujuan yang berbeda. Organisasi adalah sebuah wadah

BAB I PENDAHULUAN. harus memelihara dan melestarikan bumi, mengambil manfaatnya serta

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

Appendix 3: Anggaran Dasar Partai Keadilan Sejahtera

Transkripsi:

BAB IV PELUANG DAN TANTANGAN NU SIDOARJO DALAM USAHA PEMBERDAYAAN CIVIL SOCIETY A. Peluang NU cabang Sidoarjo dalam mewujudkan civil society Dilihat Secara analisis obyektif, Peluang NU dalam pemberdayaan civil society yakni, kecenderungan dunia Internasioanal mendukung berkembangnya masyarakat sipil, era reformasi memberi ruang bagi keterbukaan dan membuka peluang seluas luasnya bagi masyarakat sipil untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan dan pemberdayaan, sistem politik dengan memberikan hak kepada setiap warga negara untuk menentukan pilihan politiknya menempatkan NU pada posisi strategis dan memiliki daya tawar tinggi. 1 NU cabang Sidoarjo juga memiliki kekuatan dalam usaha pemberdayaan masyarakat madani demi terwujudnya civil society yakni,, prinsip-prinsip ajaran NU akomodatif terhadap budaya dan tradisi masyarakat lokal sehingga memungkinkan untuk mudah diterima oleh masyarakat. Memiliki lembaga pesantren yang tetap eksis sebagai lembaga pendidikan dan penjaga tradisi atau khazanah keilmuwan NU, dan kepemimpinan yang bersifat kharismatik dan ketauladanan (Kiai sejauh ini masih menjaga panutan dan tempat bertanya bagi masyarakat), 1 Pengurus cabang NU Sidoarjo, Hasil keputusan Musyawarah Kerja 1, Massa Khidmah 2006-2011, (Ponpes Al Falah Siwalan Panji Buduran, 29 Shafar 1428 H/19 Maret 2007, hal 23 51

52 berkembangnya pemikiran kritis yang tetap berpijak kepada khazanah keilmuwan dan budaya Aswaja di kalangan anak muda dan pesantren. NU yang mengakar kuat di masyarakat pedesaan dengan jumlah penduduk yang cukup besar dan sebagian lagi berada di perkotaan, memiliki pendukung dan simpatisan dalam jumlah yang cukup besar 2 Masyarakat bawah, tradisionalisasi, atau pedesaan yang merupakan basis massa NU, merupakan potensi besar bagi pengembangan NU, NU bersentuhan secara langsung dengan arus bawah sangat berkesempatan untuk memberdayakan mereka dengan kerja-kerja rintisan atau proyek-proyek pengembangan swadaya masyarakat. Baik dilakukan sendiri maupun kerjasama dengan pihak luar. Rintisan-rintisan yang pernah dijalin dengan pihak luar sangat mendukung bagi pengembangan dan pemberdyaan masyarakat. Baik di bidang ekonomi, sosial, keagamaan, maupun bidang yaang lain. Sikap terbuka bagi pihak manapun untuk berdialog dengan NU. Terutama yang mempunyai kepentingan yang sama dalam hal perjuangan, merupakan jalan bagi NU cabang Sidoarjo untuk semakin memantapkan langkahnya dalam mewujudkan cita-citanya. Kebesaran NU tidak bisa lepas dari para kadernya yang saat ini duduk sebagai birokrat atau tokoh penting dalam lembaga-lembaga Negara. Semakin banyaknya kader NU yang diberikan kepercayaan memimpin lembaga-lembaga sosial maupun keagamaan, semakin menambah peluang 2 Ibid.

53 NU dalam mewujudkan civil society. Peran mereka diharapkan mampu menjadi penggerak arus bawah sebagai sasaran gerakan pemberdayaan civil society, tentunya melalui asosiasi-asosiasi yang mereka tempati. Misalnya, dulu waktu diangkatnya Sahal Mahfudz sebagai orang nomor satu di jajaran Majlis Ulama Indonesia. Dengan tampilnya beliau itu, membuka peluang bagi kuatnya sebuah asosiasi keagamaan seperti MUI dalam hubunganya dengan Negara. Tidak seperti ketika orde baru, dimana MUI menjadi legitimator Negara dalam memaksakan kebijakanya dalam hal yang berkaitan dengan Islam. Kiranya peluang semacam ini patut dikembangkan oleh NU, ketika eksistensinya sangat erat dengan realisasi program menuju terciptanya kemaslahatan umat. Dalam bidang politik peluang NU untuk memberdayakan masyarakat sangatlah terbuka lebar, terlebih dengan perubahan paradigma politik bangsa ini. NU yang telah menciptakan rumah sendiri (mendirikan wadah aspirasi politik bagi warganya yang berupa PKB) sebenarnya semakin berpeluang memberdayakan masyarakat. Apa lagi PKB sudah pernah melaksanakan Muhtamarnya yang pertama, dimana PKB siap menjadi partai terbuka, bukan hanya warga Nahdliyin yang diwadahi, namun seluruh lapisan masyarakat siap diterima PKB. Hal ini memberikan kesempatan besar bagi NU untuk merealisasikan pemahaman kebangsaanya kepada semua lapisan masyarakat, terutama tentang pluralisme, disayangkan di tubuh internal PKB pernah terjadi konflik, yang mengakibatkan citra buruk di masyarakat.

54 Akibat perubahan sistem Negara ini pula, NU juga berkesempatan menciptakan ruang-ruang sosial politik, ekonomi, budaya yang mengarah bagi terwujudnya civil society. Yang menjadi ganjalan selama ini, diakui sebagai kelemahan NU adalah masalah ekonomi. Upayaupaya NU dalam bidang ekonomi bukanlah sebuah upaya yang setengahsetengah, terbukti dengan kerja samanya dengan pihak luar. NU semakin memantapkan langkahnya dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat. Langkah ini patut dikembangkan pada sektor-sektor lain, semisal kekuatan. Sebagaimana Negara telah mencanangkanya sebagai salah satu sektor andalan ekonomi bangsa. Ditambah basis massa NU juga ada di pesisir yakni kaum nelayan. Dengan semakin memantapkan langkahlangkah yang sudah ada, NU bisa memberdayakan secara langsung kaum nelayan dengan bekerjasama dengan pihak pemerintah. Selain itu bangsa Indonesia yang saat ini mempunyai banyak persoalan nasional yang sangat membutuhkan penyelesaian secara cepat. NU bisa berusaha tampil memberikan sumbangan dengan cara melibatkan diri secara langsung dalam pemecahan masalah yang bersumber dari kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan warga dan bangsanya. Keterlibatan itu merupakan suatu keharusan yang tidak dapat ditawar lagi.. B. Tantangan NU dalam mewujudkan civil society Kalau di atas disinggung masalah basis massa NU, yakni arus bawah, hal ini juga merupakan tantangan bagi NU. Dimana masyarakat arus

55 bawah, bahkan warga NU sendiri, terkadang kurang bisa merespon apalagi mengikuti dan merealisasikan, ide-ide cemerlang yang terlontar dari para elitnya. Ide-ide yang datang dari Alm. Gus Dur, misalnya, terkadang malah membuat warga NU bingung, apa maunya dengan ide itu? Hal ini disebabkan masih kurang fahamnya pola pikir sebagian warga NU, terutama yang ada di pedesaan dan jangkauan informasinya masih lamban. Di samping itu warga NU mempunyai tingkat fanatisme yang cukup tinggi, yang tidak dibarengi dengan pola pikir yang cukup maju, fanatisme mempunyai potensi besar sekaligus tantangan tersendiri bagi NU. Bila fanatisme ini dalam arti implementasinya pada tempat yang sebenarnya, maka tidaklah persoalan, namun bila penempatanya keliru, maka jawaban atas pertanyaan muncul akibat kekeliruan itu menjadi pekerjaan NU untuk menyelesaikanya. Fanatisme yang keliru ini biasanya terimplementasi pada sikap yang kurang difikir sebelumnya. Asalkan sesuatu yang berasal dari NU, maka pembelaan mati-matian akan dilakukan, bila sesuatu itu dapat serangan, baik opini ataupun serangan fisik, yang pernah terjadi dan sempat disesalkan oleh beberapa pengamat adalah sikap brutal yang dilakukan sebagian warga NU Sidoarjo ketika salah seorang tokohya mendapat serangan opini buruk dari pihak lain, terlepas serangna itu realitas atau tidak, namun pembelaan yang dilakukan telah memberikan dampak buruk bagi proses demokratisasi.

56 Di samping itu, aksi dukung mendukung personil juga merupakan persoalan yang harus dipikir ulang oleh NU, terutama dalam hal kepentingan politik. Aksi dukung mendukung kepentingan politik, bila sudah keterlaluan berakibat menghilangkan esensi organisasi NU sebagai organisasi sosial keagamaan yang selama ini berjuang untuk mewujudkan demokratisasi. Bila hal ini tidak diantisipasi, tak ayal secara esensi NU akan berubah menjadi organisasi politik. Dan selanjutnya substansi organisasi sosial keagamaanya luntur. Rentanya pembalikan arah NU pada persoalan politik praktis tersebut, ditambah NU mendeklarasikan PKB, terlebih bila PKB dapat menghimpun Negara ini. NU yang bergerak pada sosial keagamaan, bisa berganti bertransisi pada kekuasaan yang telah dicapainya. Selain di sebutkan di atas tantangan PCNU Sidoarjo dalam pemberdayaan masyarakat madani demi terwujudnya civil society yakni, pertama modernitas dan globalisasi yang membawa nilai-nilai baru, yang mempengaruhi perilaku. moralitas dan ideologi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Ahlussunnah Wal Jama ah. Modernisasi misalnya, berdampak pada sikap individualisme dan persaingan ketat dalam mempertahankan hidup, yang pada sikap tertentu mempengaruhi sistem hubungan sosioal, kedua berkembangnya petualang politik dengan dukungan dana yang besar dapat memobilisasi simpati dan dukungsn dari massa. 3 3 Pengurus cabang NU Sidoarjo, Hasil keputusan Musyawarah Kerja 1, Massa Khidmah 2006-2011, (Ponpes Al Falah Siwalan Panji Buduran, 29 Shafar 1428 H/19 Maret 2007, hal 23-24.

57 NU cabang Sidoarjo juga memiliki kelemahan dalam usaha pemberdayaan masyarakat madani demi terwujudnya civil society, Pertama, adanya kesenjangan yang cukup berarti antara pelaksanaan programprogram dan rencana yang dirumuskan dalam konferensi Cabang, kesenjangan tersebut terkait dengan lemahnya sikap professional dan manajemen organisasi kelembagaan. Selain itu capacity building para pengurus juga cukup lemah, sehingga memiliki keterbatasan dalam menjalankan fungsi kelembagaan. Kedua, penguasaan konsep operasional dan metode kegiatan, sebagian besar pengurus NU, terutama pada struktur kelembagaan dan lajnah tidak aktif atau tidak berfungsi sebagaimana semestinya. Akibat dari kondisi pada point 2 dan 3 di atas, upaya pemberdyaan terhadap ummat yang berbasis pada kebutuhan riil (pemenuhan kebutuhan hidup) tidak terlaksana dengan baik. Ketiga, tarik menarik kepentingan poiltik masih mewarnai dinamika internal NU. Sehingga, NU rentan dengan berbagai konflik kepentingan. Untuk melaksanakan semua programnya, NU tidak memiliki sumber dana yang memadai. Sehingga, program-program pemberdayaan ummat, khususnya di bidang ekonomi seringkali terabaikan. 4 4 Ibid.

58 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penulis telah melakukan penelitian mengenai peranan Nahdlatul Ulama Sidoarjo dalam pemberdayaan civil society, secara garis besar pemahaman yang dapat disimpulkan dari bab pertama hingga akhir, sebagai jawaban dari rumusan masalah adalah sebagai berikut : 1. Dalam usaha pemberdayaan civil society NU cabang Sidoarjo telah banyak mencanangkan dan merealisasikan program-program kerjanya di semua bidang yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, hal ini mencerminkan bahwa NU cabang Sidoarjo telah berjuang dalam pemberdayaan masyarakat madani demi trewujudnya civil society. Adapun dari program kerja yang belum terlaksana, hal ini akan dibahas pada rapat tahunan akhir anggota sebagai bahan evaluasi ke depanya. 2. Peluang NU cabang Sidoarjo dalam mewujudkan civil society antara lain, pertama basis massa NU yang cukup besar dan duduknya kader NU cabang Sidoarjo dalam birokrasi, legislatif, dan eksekutif, dapat membantu kelancaran gerakan pemberdayaan masyarakat. Peluang kedua, era reformasi memberi ruang bagi keterbukaan dan membuka peluang seluas luasnya bagi masyarakat sipil untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan dan pemberdayaan. Peluang ketiga, NU cabang 58

59 Sidoarjo Memiliki lembaga pendidikan dan pesantren yang tetap eksis sebagai penjaga tradisi atau khazanah keilmuwan NU. 3. Tantangan NU cabang Sidoarjo dalam mewujudkan civil society antara lain, pertama modernitas dan globalisasi yang membawa nilai-nilai baru dapat mempengaruhi perilaku, moralitas dan ideologi yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Ahlussunnah Wal Jama ah. Modernisasi misalnya, berdampak pada sikap individualisme dan persaingan ketat dalam mempertahankan hidup, yang pada sikap tertentu mempengaruhi sistem hubungan sosial. Tantangan kedua, untuk melaksanakan semua programnya NU cabang Sidoarjo tidak memiliki sumber dana yang cukup memadai, sehingga berpengaruh pada pelaksanaan programprogram pemberdayaan umat. Tantangan ketiga, karena sibuknya sebagian pengurus dari masing-masing bidang, kurangya kooordinasi antar pengurus, dan kurangnya keaktifan para pengurus di masingmasing bidang, dapat berpengaruh pada pelaksanaan program-program kerja pemberdayaan umat. B. Saran Hasil dari penelitian ini belum sepenuhnya sempurna, mungkin ada yang tertinggal atau terlupakan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan dan dikaji ulang yang tentunya lebih teliti, kritis dan juga lebih mendetail guna menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat.