BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tekhnologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada perilaku dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PEGAWAI DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

SATUAN ACARA PENYULUHAN

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. terkadang tidak disadari penderitanya sebelum memeriksakan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi/left ventricle

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian kerena payah jantung, infark miocardium, stroke, atau gagal. ginjal (Pierece, 2005 dalam Cahyani 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tyas Kusuma Dewi, 2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kel.Wumialo, Kel.Dulalowo Timur, Kel.Dulalowo, Kel.Liluwo, Kel.Pulubala dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan degenerasi organ tubuh yang dipengaruhi gaya hidup. Gaya

.

BAB I PENDAHULUAN. killer) diantara pembunuh lainnya seperti diabetes, hiperkolesterolemia dan

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter


FORMULIR PERMOHONAN PENELITIAN HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI BLUD PUSKESMAS KECAMATAN KEBON JERUK JAKARTA BARAT

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. bermaksud mengadakan penelitian dengan judul HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG GAGAL GINJAL KRONIK

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

WIJI LESTARI J

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.


BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB 3 Kerangka Teori dan Kerangka Konsep

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Suryati, A..2005, Faktor Resiko Hipertensi, Jurnal keperawatan, Universitas Muhammadiah Jakarta, Edisi Maret 2008

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. batas-batas tekanan darah normal yaitu 120/80 mmhg. Penyebab hipertensi

SATUAN ACARA PENYULUHAN( SAP ) OLEH: I KADEK SASTRAWAN Kp

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. risiko PJK kelompok usia 45 tahun di RS Panti Wilasa Citarum

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja ini dilakukan di SMAN 15 Semarang yang beralamat di Jl. Kedungmundu Raya No. 34 Semarang pada tanggal 21 September 2013. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menggunakan kuesioner yang diberikan kepada 57 siswa yang terdiri dari kelas X sebanyak 21 siswa, kelas XI sebanyak 18 siswa dan kelas XII sebanyak 18 siswa. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menyajikan hubungan antara pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja di SMAN 15 Semarang. 2. Karakteristik Responden a. Umur Karakteristik responden berdasarkan umur dalam penelitian ini berkisar antara 14-17 tahun dengan rata-rata umur responden 16 ± 0.881 dengan umur terendah responden yaitu 14 tahun dan umur tertinggi responden yaitu 17 tahun. b. Jenis kelamin Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dalam penelitian ini yaitu responden berjenis kelamin laki-laki 23 orang (40,4%) dan berjenis kelamin perempuan 34 (59,6%). Jenis kelamin responden dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di SMAN 15 Semarang September 2013 (n = 57) Variabel Frekuensi (n) Persentase (%) Laki-Laki 23 40.4 Perempuan 34 59,6 Total 57 100 c. Strata pendidikan Jumlah responden terbanyak dari kelas X sejumlah 21 responden (36,8%) sedangkan untuk jumlah responden dari kelas XI berjumlah 18 responden (31,6%) dan kelas XII berjumlah 18 responden (31,6%). Strata pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini. Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Strata Pendidikan di SMAN 15 Semarang September 2013 (n = 57) Variabel Frekuensi (n) Persentase (%) Kelas X 21 36,8 Kelas XI 18 31,6 Kelas XII 18 31,6 Total 57 100 d. Tekanan darah Tekanan darah sistolik dalam penelitian ini berkisar antara 100-120 mmhg dengan rata-rata tekanan sistolik 115.61 ± 5.981 dengan tekanan sistolik terendah adalah 100 mmhg dan tekanan sistolik tertinggi adalah 120 mmhg. Tekanan darah diastolik dalam penelitian ini berkisar antara 60-90 mmhg dengan rata-rata tekanan diastolik 77.54 ± 7.387 dengan tekanan diastolik terendah adalah 60 mmhg dan tekanan diastolik tertinggi adalah 90 mmhg.

3. Pengetahuan Remaja Tentang Hipertensi Pengetahuan remaja tentang hipertensi dapat dilihat dari aspek defenisi, penyebab, faktor penyebab, tanda dan gejala, komplikasi, pengobatan dan pencegahan hipertensi. Adapun distribusi frekuensi jawaban remaja dapat dilihat pada Tabel dibawah ini. a. Pengetahuan responden berdasarkan aspek pengertian hipertensi Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel pengetahuan Aspek Pengertian Hipertensi No. Aspek Pengertian Benar Salah 1 Tekanan darah disebut normal jika tekanan darah 120/80 mmhg 31 54.4 26 45.6 2 Tekanan darah 140/90 mmhg disebut tekanan darah tinggi 32 56.1 25 43.9 Tabel 4.3 didapatkan hasil bahwa 31 responden (54.4%) menjawab benar tentang tekanan darah disebut normal jika tekanan darah 120/80 mmhg dan 32 responden (56.1%) menjawab benar tentang tekanan darah 140/90 mmhg disebut tekanan darah tinggi. Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan remaja tentang defenisi hipertensi termasuk kategori baik. b. Pengetahuan responden berdasarkan aspek penyebab Tabel 4.4 diperoleh hasil bahwa sebanyak 30 responden (52.6%) menjawab benar tentang penyebab tekanan darah tinggi adalah kecuali menghindari stres dan sebanyak 30 responden (52.6%) menjawab salah tentang salah satu penyebab tekanan darah tinggi adalah gaya hidup seseorang seperti mengkonsumsi makanan siap saji.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel pengetahuan Aspek Penyebab Hipertensi No. Aspek Penyebab Benar Salah 1. Penyebab tekanan darah tinggi adalah kecuali menghindari stres 30 52.6 27 43.9 2. Salah satu penyebab tekanan darah tinggi adalah gaya hidup seseorang seperti mengkonsumsi makanan siap saji 27 47.4 30 52.6 c. Pengetahuan responden berdasarkan aspek faktor penyebab hipertensi Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel Pengetahuan Aspek Faktor Penyebab Hipertensi No. Aspek Faktor Penyebab Hipertensi Benar Salah 1. Faktor penyebab tekanan darah tinggi yang bisa dirubah adalah kecuali faktor keturunan (riwayat hipertensi) 22 38.6 35 61.4 2. Faktor penyebab tekanan darah tinggi yang tidak dapat dirubah adalah umur dan jenis kelamin 3. Faktor penyebab tekanan darah tinggi yang dapat diubah adalah obesitas dan stres 4. Salah satu penyebab tekanan darah tinggi adalah obesitas atau kegemukan. Cara untuk mencegah obesitas/ kegemukan adalah kecuali mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak 29 50.9 28 49.1 28 49.1 29 50.9 23 40.4 34 59.6 Tabel 4.5 diperoleh hasil bahwa sebanyak 35 responden (61.4%) menjawab salah tentang faktor penyebab tekanan darah tinggi yang bisa dirubah adalah kecuali faktor keturunan (riwayat hipertensi), 29 responden (50.9%) menjawab benar tentang faktor penyebab tekanan darah tinggi

yang tidak dapat diubah adalah umur dan jenis kelamin, 29 responden (50.9%) menjawab salah tentang faktor penyebab tekanan darah tinggi yang dapat diubah adalah obesitas dan stress dan 34 responden (59.6%) responden menjawab salah tentang salah satu penyebab tekanan darah tinggi adalah obesitas/kegemukan. Cara untuk mencegah obesitas adalah kecuali mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak. d. Pengetahuan responden berdasarkan aspek tanda dan gejala hipertensi Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel Pengetahuan Aspek Tanda dan Gejala Hipertensi Aspek Tanda dan Gejala Tanda dan gejala tekanan darah tinggi adalah sakit kepala, perdarahan hidung, mual dan muntah Benar Salah 20 35.1 37 64.9 Tabel 4.6 diperoleh hasil bahwa sebanyak 37 responden (64.9%) menjawab salah tentang tanda dan gejala tekanan darah tinggi adalah sakit kepala, perdarahan hidung, mual dan muntah. e. Pengetahuan responden berdasarkan aspek komplikasi hipertensi Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel Pengetahuan Aspek Komplikasi Hipertensi No. Aspek komplikasi Benar Salah 1. Tekanan darah tinggi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke 26 45.6 18 31.6 2. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan berbagai komplikasi salah satunya adalah gagal ginjal 31 54.4 39 68.4 Tabel 4.7 diperoleh hasil bahwa sebanyak 26 responden (45.6%) menjawab benar tentang tekanan darah tinggi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke dan 39 responden (68.4%) menjawab salah

tentang tekanan darah tinggi dapat menyebabkan berbagai komplikasi salah satunya adalah gagal ginjal. f. Pengetahuan responden berdasarkan aspek pengobatan hipertensi Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Jawaban Lansia pada Variabel Pengetahuan Aspek Pengobatan Hipertensi No. Aspek Pengobatan Benar Salah 1. Penanganan yang dianjurkan bagi penderita obesitas atau kegemukan adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat kecuali menghindari aktivitas fisik/olahraga 26 45.6 31 54.4 2. Cara untuk mengurangi asupan garam adalah kecuali menambah garam jika makanan kurang asin 3. Penanganan tekanan darah tinggi dapat dilakukan dengan cara mengkonsumsi obat anti tekanan darah tinggi 24 42.1 33 54.4 34 59.6 23 40.4 Tabel 4.8 diperoleh hasil bahwa sebanyak 31 responden (54.4%) menjawab salah tentang penanganan yang dianjurkan bagi penderita obesitas atau kegemukan adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat kecuali menghindari aktivitas fisik/olahraga, 33 responden (54.4%) menjawab salah tentang cara untuk mengurangi asupan garam adalah kecuali dengan menambahkan garam jika makanan kurang asin, dan 34 responden (59.6%) menjawab benar tentang penanganan tekanan darah tinggi dilakukan dengan cara mengkonsumsi obat anti tekanan darah tinggi. g. Pengetahuan responden berdasarkan aspek pencegahan hipertensi Tabel 4.9 diperoleh hasil bahwa sebanyak 29 responden (50.9%) menjawab benar tentang pencegahan tekanan darah tinggi dapat dilakukan dengan diet rendah garam dan 30 responden (52.6%) menjawab salah

tentang batasan dalam konsumsi natrium/garam yang dianjurkan dalam sehari yaitu sekitar 1 sendok teh. Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel Pengetahuan Aspek Pencegahan Hipertensi No. Aspek Pencegahan Benar Salah 1. Pencegahan tekanan darah tinggi dapat dilakukan dengan diet. Diet yang dianjurkan bagi penderita tekanan darah tinggi adalah diet rendah garam 29 50.9 28 49.1 2. Batasan dalam konsumsi natrium/garam yang dianjurkan dalam sehari yaitu sekitar 1 sendok teh 27 47.4 30 52.6 Pengetahuan responden dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu baik, cukup dan kurang, yang dapat dilihat pada Tabel 4.10 dibawah ini. Tabel 4.10 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Hipertensi pada Remaja di SMAN 15 Semarang September 2013 (n=57) Kategori Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%) Baik 31 54.4 Cukup 17 29.8 Kurang 9 15.8 Total 57 100 Tabel 4.10 diperoleh hasil bahwa responden yang menjawab baik sebanyak 31 responden (54,4%), responden yang menjawab cukup sebanyak 17 responden (29,8%) dan responden yang menjawab kurang sebanyak 9 responden (15.8%).

4. Sikap Remaja Tentang Pencegahan Hipertensi Sikap remaja tentang pencegahan hipertensi dapat dilihat pada aspek menerma (receiving), aspek menanggapi (responding), aspek menghargai (valuing), dan aspek bertanggung jawab (responsible). Adapun distribusi jawaban remaja dapat dilihat pada Tabel dibawah ini. a. Sikap responden berdasarkan aspek menerima (receiving) Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel Sikap Aspek Menerima (receiving) No. Aspek Menerima (Receiving) Setuju Tidak Setuju 1. Merokok tidak akan menyebabkan tekanan darah tinggi 29 50.9 28 49.1 2. Perlu menjaga berat badan agar tetap ideal dan tidak terjadi obesitas/ kegemukan 3. Perlu membaca informasi tentang pencegahan tekanan darah tinggi agar dapat terhindar dari penyakit tekanan darah tinggi 35 61.4 22 38.6 33 57.9 24 42.1 4. Harus relaksasi setiap kali stres 32 56.1 25 43.9 Tabel 4.11 diperoleh hasil bahwa aspek menerima untuk jawaban setuju lebih tinggi. Sebanyak 29 responden (50.9%) setuju bahwa merokok menyebabkan tekanan darah tinggi, 35 responden (61.4%) setuju untuk perlu menjaga berat badan agar tetap ideal dan tidak terjadi obesitas/kegemukan, 33 responden (57.9%) setuju untuk perlu membaca informasi tentang pencegahan hipertensi, 32 responden (56.1%) setuju untuk harus relaksasi setiap kali stres.

b. Sikap responden berdasarkan aspek menanggapi (responding) Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel Sikap Aspek Menanggapi (Responding) No. Aspek Menanggapi Setuju Tidak Setuju (Responding) 1. Tekanan darah 140/90 mmhg disebut sebagai tekanan darah tinggi 29 50.9 28 49.1 2. Riwayat tekanan darah tinggi pada keluarga sangat mendukung terjadinya tekanan darah tinggi 3. Tidak harus menghindari makanan berlemak untuk mencegah peningkatan kolesterol 4. Melakukan kontrol kesehatan untuk mengontrol tekanan darah 5. Menghentikan kebiasaan merokok untuk mencegah risiko tekanan darah tinggi 27 47.4 30 52.6 28 49.1 29 50.9 37 64.9 20 35.1 32 56.1 25 43.9 Tabel 4.12 diperoleh hasil bahwa 29 responden (50.9%) setuju bila tekanan darah 140/90 mmhg disebut tekanan darah tinggi. 30 responden (52.6%) tidak setuju bila riwayat tekanan darah tinggi pada keluarga sangat mendukung terjadinya tekanan darah tinggi. 29 responden (50.9%) tidak setuju bila tidak harus menghindari makanan berlemak untuk mencegah peningkatan kolesterol. 37 responden (64.9%) setuju untuk melakukan kontrol kesehatan untuk mengontrol tekanan darah. 32 responden (56.1%) setuju harus menghentikan kebiasaan merokok untuk mencegah risiko tekanan daraqh tinggi. c. Sikap responden berdasarkan aspek bertanggung jawab (responsible) Tabel 4.13 diperoleh hasil bahwa yang menjawab setuju lebih tinggi dari pada yang tidak setuju. 32 responden (56.1%) menjawab setuju kalau tekanan darah tinggi tidak akan menyebabkan gangguan pada mata, ginjal,

jantung dan otak. 29 responden (50.9%) setuju kalau tidak harus menghindari minuman beralkohol untuk mencegah risiko tekanan darah tinggi. 31 responden (54.4%) setuju untuk perlu meningkatkan aktivitas fisik antara 30-45 menit sebanyak >3x/minggu. 28 responden (49.1%) setuju kalau diet rendah garam dapat mencegah terjadinya peningkatan tekanan darah. 35 responden (61.4%) setuju untuk perlu menghindari makanan siap saji/instan agar dapat terhindar dari penyakit tekanan darah tinggi. Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel Sikap Aspek Bertanggung Jawab (Responsible) No. Aspek Bertanggung Jawab (Responsible) 1. Tekanan darah tinggi tidak akan menyebabkan gangguan pada mata, ginjal, jantung dan otak 2. Tidak harus menghindari minuman beralkohol untuk mencegah risiko tekanan darah tinggi Setuju n % Tidak setuju n % 32 56.1 25 43.9 29 50.9 28 49.1 3. Meningkatkan aktivitas fisik antara 30-45 menit sebanyak >3x/minggu 31 54.4 26 45.6 4. Diet rendah garam dapat mencegah terjadinya peningkatan tekanan darah 28 49.1 29 50.9 5. Menghindari makanan siap saji/ instan agar saya terhindar dari penyakit tekanan darah tinggi 35 61.4 22 38.6 d. Sikap responden berdasarkan aspek menghargai (valuing) Tabel 4.14 diperoleh hasil bahwa 33 responden (57.9%) setuju bahwa informasi tentang pencegahan tekanan darah sangat penting. 36 responden (63.2%) tidak setuju kalau olahraga dapat membakar lemak di dalam tubuh.

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel Sikap Aspek Menghargai (Valuing) No. Aspek Menghargai (Valuing) Setuju Tidak Setuju 1. Informasi tentang pencegahan tekanan darah tinggi sangat penting 33 57.9 24 42.1 2. Olahraga tidak dapat membakar lemak di dalam tubuh 21 36.8 36 63.2 Sikap responden dapat dikategorikan menjadi dua kategori yaitu mendukung dan tidak mendukung, yang dapat dilihat pada Tabel 4.15 dibawah ini. Tabel 4.15 Distribusi Sikap Responden Tentang Pencegahan Hipertensi pada Remaja di SMAN 15 Semarang September 2013 (N=57) Kategori Sikap Frekuensi (n) Persentase (%) Mendukung 30 53 Tidak Mendukung 27 47 Total 57 100 Tabel 4.15 diperoleh hasil bahwa responden yang mendukung sebanyak 30 responden (53%) dan tidak mendukung sebanyak 27 responden (47%). 5. Praktik Remaja Dalam Pencegahan Hipertensi Praktik remaja dalam pencegahan hipertensi dapat dilihat pada aspek tindakan terpimpin, aspek tindakan secara mekanisme, dan aspek adopsi. Adapun distribusi jawaban remaja dapat dilihat pada Tabel dibawah ini. a. Praktik responden berdasarkan aspek tindakan terpimpin Tabel 4.16 diperoleh hasil bahwa sebanyak 35 responden (61.4%) menjawab ya untuk berolahraga untuk menjaga berat badan agar tidak obesitas/gemuk, 31 responden (54.4%) menjawab tidak untuk kurangi konsumsi garam dalam makanan, 29 responden (50.9%) menjawab tidak

untuk menjaga tekanan darah dengan merokok, dan 38 responden (66.7%) menjawab tidak untuk perbanyak konsumsi kopi karena dapat menurunkan tekanan darah. Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel Sikap Aspek Tindakan Terpimpin No. Aspek Tindakan Terpimpin Ya Tidak 1. Olahraga untuk menjaga berat badan agar tidak obesitas/gemuk 35 61.4 22 38.6 2. Kurangi konsumsi garam dalam makanan 26 45.6 31 54.4 3. Menjaga tekanan darah dengan merokok 28 49.1 29 50.9 4. Perbanyak konsumsi caffein/kopi karena dapat menurunkan tekanan darah 19 33.3 38 66.7 b. Praktik responden berdasarkan aspek tindakan secara mekanisme Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel Sikap Aspek Tindakan Secara Mekanisme No. Aspek Tindakan Secara Mekanisme Ya n % 1. Kurangi konsunsi makanan siap saji/instan karena dapat meningkatkan kolesterol Tidak n % 25 43.9 32 56.1 2. Melakukan kontrol kesehatan untuk menjaga tekanan darah 3. Mengkonsumsi gorengan dan makanan bersantan karena baik untuk kesehatan 4. Setiap berbelanja, memilih produk dengan natrium/kadar garam rendah 32 56.1 25 43.9 22 38.6 35 61.4 29 50.9 28 49.1 Tabel 4.17 diperoleh hasil bahwa sebanyak 32 responden (56.1%) menjawab tidak untuk mengurangi konsumsi makanan siap saji/instan

karena dapat meningkatkan kolesterol, 32 responden (56.1%) menjawab ya untuk melakukan kontrol kesehatan untuk menjaga tekanan darah, 35 responden (61.4%) menjawab tidak untuk mengkonsumsi gorengan dan makanan bersantan karena baik untuk kesehatan, 29 responden (50.9%) menjawab ya untuk setiap berbelanja memilih produk dengan kadar garam rendah. c. Praktik responden berdasarkan aspek adopsi Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Jawaban Remaja pada Variabel Sikap Aspek Adopsi No. Aspek Adopsi Ya Tidak 1. Mengatur pola makan agar berat badan tetap ideal 39 68.4 18 31.6 2. Melakukan relaksasi setiap kali stres 27 47.4 30 52.6 3. Mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak karena tidak dapat menyebabkan obesitas/kegemukan 4. Memperbanyak konsumsi buah dan sayuran karena banyak mengandung serat dan mineral 29 50.9 28 49.1 30 52.6 27 47.4 5. Menghindari stres dengan tidak marah 39 68.4 18 31.6 6. Olahraga setiap kali ada waktu senggang untuk meningkatkan daya tahan tubuh 7. Makan secukupnya dan tidak berlebihan untuk menjaga berat badan tetap ideal 40 70.2 17 29.8 37 64.9 20 35.1 Tabel 4.18 diperoleh hasil bahwa yang menjawab ya lebih tinggi yaitu sebanyak 39 responden (68.4%) mengatur pola makan agar berat badan tetap ideal, 27 responden (47.4%) melakukan relaksasi setiap kali stres, 29 responden (50.9%) mengkonsumsi makanan yang mengandung

lemak karena tidak dapat menyebabkan obesitas/kegemukan, 30 responden (52.6%) memperbanyak konsumsi buah dan sayur karena banyak mengandung serat dan mineral, 39 responden (68.4%) menghindari stres dengan tidak marah, 40 responden (70.2%) berolahraga setiap kali ada waktu senggang untuk meningkatkan daya tahan tubuh, 37 responden (64.9%) makan secukupnya dan tidak berlebihan untuk menjaga berat badan tetap ideal. Praktik responden dikategorikan menjadi dua kategorik yaitu baik dan buruk, yang dapat dilihat pada Tabel 4.19 dibawah ini. Tabel 4.19 Distribusi Praktik Responden Tentang Pencegahan Hipertensi pada remajadi SMAN 15 Semarang September 2013 (n=57) Kategorik Praktik Frekuensi (n) Persentase (%) Baik 38 67 Buruk 19 33 Total 57 100 Tabel 4.19 diperoleh hasil bahwa responden yang memiliki praktik baik sebanyak 38 responden (67%) dan responden yang memiliki praktik buruk sebanyak 19 responden (33%). 6. Hubungan Pengetahuan Terhadap Praktik Pencegahan Hipertensi Gambar 4.1 menunjukan bahwa ada kecenderungan semakin baik pengetahuan tentang hipertensi, diikuti semakin baik pula praktik pencegahan hipertensi. Hal ini juga didukung dengan uji statistik nonparametrik rank spearman didapatkan nilai p 0.000 artinya hubungan antara pengetahuan terhadap praktik pencegahan hipertensi dengan tingkat korelasi yang sedang (r = 0.528).

Gambar 4.1 Hubungan Pengetahuan Terhadap Praktik Pencegahan Hipertensi Pada Remaja di SMAN 15 Semarang September 2013 (n = 57) 7. Hubungan Sikap Terhadap Praktik Pencegahan Hipertensi Gambar 4.2 menunjukan bahwa ada kecenderungan semakin mendukung sikap remaja dalam pencegahan hipertensi, diikuti semakin baik pula praktik pencegahan hipertensi pada remaja. Hal ini juga didukung dengan hasil uji statistik nonparametrik rank spearman didapatkan nilai p 0.000 artinya ada hubungan antara sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi dengan tingkat korelasi sedang (r = 0.562).

Gambar 4.2 Hubungan Sikap Terhadap Praktik Pencegahan Hipertensi pada Remaja di SMAN 15 Semarang September 2013 (n = 57) B. Pembahasan 1. Pengetahuan Remaja Tentang Hipertensi Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa nilai terendah pengetahuan adalah 16 dan yang tertinggi adalah 31 dengan rata-rata 23.47 ± 4.425. berdasarkan hasil kategori pengetahuan remaja tentang hipertensi, remaja yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 31 responden (54.4%), pengetahuan cukup sebanyak 17 responden (29.8%) dan pengetahuan kurang sebanyak 9 responden (15.8%), sehingga dapat disimpulkan jumlah remaja yang memiliki pengetahuan baik lebih besar dari pada remaja yang memiliki pengetahuan cukup dan kurang. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ginting (2006) tentang hubungan antara pengetahuan dengan cara pencegahan hipertensi pada lansia, yang diperoleh hasil jumlah lansia yang berpengetahuan baik sebesar 63.9%. Pengetahuan akan mendasari

kepercayaan tentang suatu objek dan akan membentuk suatu kebiasaan, hal inilah yang kemudian akan memunculkan kemauan yang dimunculkan dalam sikap dan perilaku (Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan tentang pencegahan hipertensi yang baik pada remaja terbanyak pada aspek defenisi tekanan darah 140/90 mmhg disebut tekanan darah tinggi sebanyak 32 responden (56.1%), aspek penyebab tekanan darah tinggi adalah kecuali menghindari stres sebanyak 30 responden (52.6%), aspek pengobatan hipertensi yaitu penanganan tekanan darah tinggi dapat dilakukan dengan cara mengkonsumsi obat anti tekanan darah tinggi sebanyak 34 responden (59.6%). Ada remaja yang mempunyai pengetahuan cukup dan kurang disebabkan karena kurangnya informasi yang didapatkan oleh remaja tentang hipertensi. Menurut Notoatmodjo (2007) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain sumber informasi, sosial budaya dan ekonomi, lingkungan, pengalaman, dan usia. Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah tingkat pendidikan. Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka dia akan lebih mudah menerima hal-hal baru yang pada akhirnya semakin banyak pula pengetahuan yang mereka miliki. Sebaliknya jika tingkat pendidikan rendah maka akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menyatakan siswa yang pengetahuannya baik pada kelas XII sebanyak 11 siswa (61.1%), kelas XI sebanyak 12 siswa (66.7%) dan kelas X sebanyak 8 siswa (38.1%). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi melalui panca indera seseorang (penginderaan) terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku

seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). 2. Sikap Remaja Tentang Pencegahan Hipertensi Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa nilai terendah sikap adalah 16 dan yang tertinggi adalah 32 dengan rata-rata 24.65 ± 3.917. Berdasarkan hasil kategori sikap remaja terhadap pencegahan hipertensi, remaja yang mendukung terhadap pencegahan hipertensi sebanyak 30 responden (53%) dan remaja yang tidak mendukung terhadap pencegahan hipertensi sebanyak 27 responden (47%), sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah remaja yang memiliki sikap mendukung lebih tinggi dari pada remaja yang memiliki sikap yang tidak mendukung. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosidi (2010) tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap keluarga dengan perilaku perawatan pada penderita hipertensi yang mengatakan bahwa jumlah responden yang memiliki sikap tidak mendukung lebih tinggi dibandingkan responden yang memiliki sikap mendukung. Sikap terhadap pencegahan hipertensi yang mendukung pada remaja terbanyak pada aspek menerima (receiving) sebanyak 35 responden (61.4%) perlu menjaga berat badan agar tetap ideal dan tidak terjadi obesitas/kegemukan. Aspek menanggapi (responding) sebanyak 37 responden (64.9%) perlu melakukan kontrol kesehatan untuk mengontrol tekanan darah. Aspek menghargai (valuing) sebanyak 33 responden (57.9%) merasa informasi tentang pencegahan tekanan darah sangat penting. Aspek bertanggung jawab (responsible) 35 responden (61.4%) perlu menghindari makanan siap saji/instan agar terhindar dari penyakit tekanan darah tinggi. Menurut WHO dalam Notoatmodjo (2007) bahwa sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu objek. Sikap positif seseorang terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam

tindakan nyata. Menurut Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa sikap seseorang akan dipengaruhi oleh kepercayaan, keyakinan, kehidupan emosional, dan kecenderungan untuk berperilaku yang semua itu adalah komponen dari sikap. Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Menifestasi sikap tidak dapat secara langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap juga merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2003). 3. Praktik Remaja Dalam Pencegahan Hipertensi Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa nilai terendah praktik adalah 15 dan yang tertinggi adalah 30 dengan rata-rata 23.60 ± 4.250. Berdasarkan hasil kategori praktik pencegahan hipertensi, remaja yang mempunyai praktik baik terhadap pencegahan hipertensi sebanyak 38 responden (67%) dan remaja yang mempunyai praktik buruk terhadap pencegahan hipertensi sebanyak 19 responden (33%), sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah remaja yang memiliki praktik baik lebih tinggi dari pada remaja yang memiliki praktik buruk terhadap pencegahan hipertensi. Praktik terhadap pencegahan hipertensi yang baik pada remaja terbanyak pada aspek tindakan terpimpin sebanyak 35 responden (61.4%) berolahraga untuk menjaga berat badan agar tidak obesitas. Aspek tindakan secara mekanisme sebanyak 32 responden (56.1%) melakukan kontrol kesehatan untuk menjaga tekanan darah. Aspek adopsi sebanyak 40 responden (70.2%) berolahraga setiap kali ada waktu senggang untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ginting (2006) tentang hubungan antara pengetahuan dengan cara pencegahan

hipertensi pada lansia diperoleh hasil sebanyak 75% lansia mempunyai tindakan yang baik terhadap pencegahan hipertensi. Menurut Notoatmodjo (2007) terbentuknya perilaku dimulai pada domain kognitif (pengetahuan). Jika pengetahuan remaja tentang hipertensi baik maka secara otomatis praktik yang dilakukan untuk mencegah hipertensi itu akan baik pula dan begitupun sebaliknya jika pengetahuan tentang hipertensi kurang maka praktik yang dilakukan akan kurang maksimal. Praktik remaja dalam pencegahan hipertensi ini sesuai dengan pendapat Becker (dalam Notoatmodjo, 2003) yang menyatakan bahwa perilaku kesehatan adalah hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Termasuk didalamnya adalah untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih makanan, sanitasi dan sebagainya. 4. Hubungan Pengetahuan Terhadap Praktik Pencegahan Hipertensi Analisis hasil penelitian antara pengetahuan remaja dengan praktik pencegahan hipertensi menunjukan bahwa nilai koefesien korelasi spearman rho = 0, 814 dan p value = 0.000 < 0.05 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan praktik pencegahan hipertensi pada remaja. Grafik hubungan pengetahuan remaja terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja menggambarkan garis linear positif yang berarti semakin baik pengetahuan semakin baik pula praktik pencegahan hipertensi. Hal ini sesuai dengan Notoatmodjo (2003) bahwa pengetahuan adalah faktor penting yang mempengaruhi perilaku dan sesuai juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosidi (2012) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga dengan perilaku perawatan pada penderita hipertensi. Menurut Notoatmodjo (2010) faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku salah satunya adalah pengetahuan. Jika

seseorang mempunyai pengetahuan yang baik tentang hipertensi maka dia akan dapat mempraktikkan apa yang diketahui atau dinilai baik tersebut. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Andrian (2011) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang komplikasi hipertensi dengan perilaku pencegahan stroke. 5. Hubungan Sikap Terhadap Praktik Pencegahan Hipertensi Analisis hasil penelitian hubungan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja menunjukan bahwa nilai koefesien korelasi spearman rho 0.838 dan hasil p value 0.000 < 0.05 yang berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan praktik pencegahan hipertensi pada remaja. Grafik hubungan sikap dengan praktik pencegahan hipertensi menggambarkan garis linear positif yang menandakan bahwa semakin baik sikap remaja semakin baik pula praktik pencegahan hipertensi pada remaja. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosidi (2011) tentang hubungan tingkat pengetahuan dan sikap keluarga dengan perilaku perawatan pada penderita hipertensi. Hasil yang didapatkan bahwa ada hubungan antara sikap keluarga dengan perilaku perawatan pada penderita hipertensi. Sikap menunjukan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus yang merupakan reaksi yang emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2003). Hasil penelitian yang menunjukan adanya hubungan antara sikap remaja dengan praktik pencegahan hipertensi, hal ini menunjukan bahwa responden memiliki sikap mendukung yang dipengaruhi oleh pengetahuan, dimana sikap dapat ditunjukan oleh seseorang tentang adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Sikap merupakan reaksi yang bersifat emosionel terhadap stimulus sosial.

C. Implikasi Keperawatan Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan tenaga kesehatan lebih memahami tentang pentingnya pencegahan hipertensi sejak dini serta diharapkan lebih aktif dalam melakukan penyuluhan-penyuluhan tentang bahaya hipertensi tidak hanya dikalangan usia dewasa maupun lansia tetapi juga remaja. Dari hasil penelitian terdapat hubungan antara pengetahuan terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja. Oleh karena itu, diharapkan tenaga kesehatan terutama perawat lebih aktif dalam melakukan penyuluhan guna meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya remaja dalam melakukan pencegahan hipertensi. Perawat diharapkan khususnya perawat yang ada di komunitas bisa mengaplikasikan tindakan keperawatan yang tepat sesuai dengan hasil penelitian dengan meningkatkan pengetahuan remaja. Pada sikap perlu diperbaiki pandangan remaja dalam pencegahan hipertensi bahwa dengan pencegahan hipertensi maka dapat mencegah terjadinya komplikasi seperti stroke, gagal ginjal, dan lain-lain. Dalam hal ini perawat berperan penting dalam usaha promosi kesehatan baik di lingkungan masyarakat maupun disekolah-sekolah untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang pentingnya melakukan pencegahan hipertensi sejak dini. D. Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu: 1. Peneliti tidak secara langsung melakukan observasi dan wawancara mendalam untuk menggali informasi lebih dalam mengenai praktik remaja dalam pencegahan hipertensi. Peneliti mengukur praktik pencegahan hipertensi berdasarkan kuesioner tertutup. 2. Penelitian ini hanya dilaksanakan di 1 SMA saja yaitu SMAN 15 Semarang, sehingga tidak dapat mewakili seluruh remaja yang ada di semarang.