KEPUTUSAN BERSAMA KETUA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN. : 42/KPK-BPKP/IV/2007 : Kep-501/K/D6/2007

dokumen-dokumen yang mirip
TENTANG KERJASAMA DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA, KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

KESEPAKATAN BERSAMA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI NOMOR: 01/KB/I-VIII.

KESEPAKATAN BERSAMA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 01/KB/I-VIII.

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

KEPUTUSAN BERSAMA KETUA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA Nomor : KEP Nomor : KEP- IAIJ.

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN KETUA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

" '"".'\. TI;:PIOTHUSUS ~... MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERTAMA

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

2016, No Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi tentang Audit Penyadapan Informasi yang Sah (Lawful Interception) pada Komisi Pemberantasan Ko

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1408, 2013 KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI. Whistleblower System. Pelaksanaan. Pedoman.

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KPK. Gratifikasi. Pelaporan. Penetapan. Pedoman. Perubahan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. Sistem Penanganan Pengaduan. Tindak Pidana Korupsi.

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Kesatu, Wewenang-Wewenang Khusus Dalam UU 8/2010

BAB I PENDAHULUAN. dan telah menjadi kebutuhan secara global. Salah satu upaya yang dilakukan

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

Suplemen Rencana Strategis

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2005 TENTANG PEMERIKSAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

2017, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5698); 2. Undang-Undang N

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 125/PMK.04/2007 TENTANG AUDIT KEPABEANAN MENTERI KEUANGAN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 200/PMK.04/2011 TENTANG AUDIT KEPABEANAN DAN AUDIT CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 200/PMK.04/2011 TENTANG AUDIT KEPABEANAN DAN AUDIT CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN BERSAMA KETUA KOMISI PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI DAN JAKSA AGUNG REPUBLlK INDONESIA

-2- Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik

2 Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembar

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PROFIL INDIKATOR KINERJA DEPUTI BIDANG INVESTIGASI. Sasaran Outcome: Meningkatnya efektivitas hasil pengawasan keinvestigasian

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN TERHADAP UPAYA PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR AUDIT INSPEKTORAT KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT TERPADU DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. PNBP. Pemeriksaan. Wajib Bayar. Pedoman.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

TENTANG KERJASAMA DALAM PENANGANAN HASIL PEMERIKSAAN KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA YA.NG DITEMUKAN PETUNJUK ADANYA TINDAK PIDANA KORUPSI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN TERHADAP UPAYA PENGHAPUSAN DISKRIMINASI RAS DAN ETNIS

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTAHANAN. INPRES. Korupsi. Monitoring. Percepatan.

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP. 13 TAHUN 2012

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT JENDERAL

PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KESEPAKATAN BERSAMA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR : 02/KB/I-VII.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

Komisi Pemberantasan Korupsi. Peranan KPK Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEPALA KEPOLISIAN DAERAH BALI DENGAN KEPALA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERWAKILAN PROVINSI BALI

BAB I PENDAHULUAN. Korupsi merupakan salah satu bentuk fraud yang berarti penyalahgunaan

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PEDOMAN PENUGASAN BIDANG INVESTIGASI

-2- pembangunan nasional di pusat maupun di daerah sebagaimana penjabaran dari Nawa Cita demi mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepr

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

PERTEMUAN 14: BENTUK DAN LAPORAN AUDIT

BAB III METODE PENELITIAN sampai dengan Desember peneliti untuk melakukan pengumpulan data.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dibahas dalam bab sebelumnya yang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pada pertengahan April 2016, Gubernur Daerah Khusus Istimewa (DKI)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Perwakilan. Organisasi. Tata Kerja.

PENEGAKAN HUKUM. Bagian Keempat, Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 3.4 Penyidikan Oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2012, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan yang selanjut

PERTEMUAN 15: PENYELESAIAN HUKUM. B. URAIAN MATERI Tujuan Pembelajaran 15: Menjelaskan upaya hukum untuk penyelesaian investigasi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 86 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR AUDIT APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP) KABUPATEN BADUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

NOMOR : 101 TAHUN 2007 NOMOR : B/5576/VII/2007/Datro NOMOR : B-3845/0.1/GP/06/2007 NOMOR : Kep-41B/PPLH-R.eg.4/06/2007 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2003 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 192 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

Transkripsi:

KEPUTUSAN BERSAMA KETUA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR NOMOR : 42/KPK-BPKP/IV/2007 : Kep-501/K/D6/2007 TENTANG KERJASAMA DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI KETUA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN Menimbang: a. bahwa dalam rangka mengefektifkan upaya-upaya pemberantasan tindak pidana korupsi perlu dilakukan peningkatan kerjasama antara Komisi Pemberantasan Korupsi dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Bersama Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi dan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan tentang Kerjasama dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Mengingat: 1. Undang-undang RI Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 2. Undang-undang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undangundang Nomor 20 Tanun 2001 tentang Perubahan atas Undangundang RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4150); 3. Undang-undang Rl Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 137; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4250 ); 4. Peraturan Pemerintah RI Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258); 5. Keputusan Presiden RI Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005. MEMUTUSKAN: Menetapkan: KEPUTUSAN BERSAMA KETUA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI DAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN TENTANG KERJASAMA DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Keputusan Bersama ini, yang dimaksud dengan: (1) Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi selanjutnya disebut KPK adalah lembaga sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; (2) Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan selanjutnya disebut BPKP adalah lembaga sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005; (3) Tindak Pidana Korupsi untuk selanjutnya disingkat TPK adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 20 Tahun 2001; (4) Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981; (5) Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981; (6) Kasus berindikasi tindak pidana korupsi yang strategis, signifikan dan cukup material adalah sebagaimana diatur dalam pasal 11 Undang-Undang Nomor 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; (7) Audit investigatif adalah serangkaian langkah audit untuk menentukan ada atau tidak adanya kerugian keuangan pada kasus yang berindikasi melawan hukum; (8) Laporan Hasil Audit Investigatif (LHAI) adalah hasil akhir dari pelaksanaan audit investigatif yang diatur sesuai ketentuan yang berlaku di BPKP; (9) Laporan Hasil Penghitungan Kerugian Keuangan Negara (LHPKKN) adalah hasil akhir dari pelaksanaan bantuan penghitungan kerugian keuangan negara yang diatur sesuai ketentuan yang berlaku di BPKP. BAB II LINGKUP KERJASAMA Pasal 2 Lingkup kerjasama antara KPK dan BPKP dalam pemberantasan tindak pidana korupsi meliputi: a. Bantuan audit investigatif. b. Penyerahan kasus yang berindikasi tindak pidana korupsi. c. Bantuan penghitungan kerugian keuangan negara. d. Pemberian keterangan ahli. e. Program Pencegahan Korupsi. f. Sosialisasi Program Anti Korupsi. g. Pendidikan dan pelatihan. h. Pertukaran informasi terkait kasus tindak pidana korupsi. BAB III BANTUAN AUDIT INVESTIGA TIF Pasal 3 Dalam hal KPK menangani kasus atau perkara TPK, BPKP dapat diminta melakukan audit investigatif. Pasal 4 (1) Dalam melaksanakan permintaan audit investigatif dari KPK sebagaimana dimaksud pada Pasal 3, surat tugas BPKP kepada Auditan harus memuat kalimat audit permintaan KPK dan tembusan surat tugas disampaikan kepada KPK. (2) Dalam hal BPKP menghadapi kendala dalam memperoleh bukti atau informasi yang diperlukan, KPK memfasilitasi untuk mendapatkan bukti atau informasi

tersebut. (3) Sebelum LHAI dari hasil audit investigatif BPKP diterbitkan, BPKP dan KPK mengadakan gelar kasus bersama mengenai terpenuhi atau tidaknya dugaan tindak pidana korupsi dalam kasus tersebut dan dituangkan dalam Berita Acara Kesepakatan. Pasal 5 Dalam hal hasil gelar kasus TPK bersama menyimpulkan bahwa: a. Dugaan tindak pidana korupsi telah terpenuhi, maka BPKP menyerahkan LHAI kepada KPK untuk diproses lebih lanjut secara hukum. b. Dugaan tindak pidana korupsi belum cukup, maka BPKP akan melengkapinya baik sendiri dan atau bersama-sama KPK. c. Dugaan tindak pidana korupsi tidak terpenuhi (non tindak pidana korupsi), maka BPKP dan KPK akan membahas langkah-langkah korektif yang perlu direkomendasikan kepada manajemen. BAB IV PENYERAHAN KASUS BERINDIKASI TINDAK PIDANA DARI BPKP KEPADA KPK Pasal 6 (1) Apabila dalam melaksanakan tugas audit investigatif, BPKP menemukan kasus berindikasi TPK, BPKP dapat menyerahkan kasus tersebut kepada KPK. (2) Penyerahan kasus sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan setelah BPKP dan KPK mengadakan gelar kasus bersama. (3) Pada akhir gelar kasus bersama sebagaimana dimaksud ayat (2), BPKP dan KPK membuat kesepakatan mengenai terpenuhi atau tidaknya dugaan TPK dalam kasus tersebut dan dituangkan ke dalam Berita Acara Kesepakatan. Pasal 7 Dalam hal hasil gelar kasus bersama menyimpulkan bahwa: a. Dugaan TPK telah terpenuhi, maka BPKP menyerahkan laporan hasil audit investigatif kepada KPK untuk ditindaklanjuti. b. Dugaan TPK belum cukup, maka BPKP akan melengkapinya sendiri atau dapat meminta bantuan KPK melalui mekanisme yang disepakati bersama. BAB V BANTUAN PENGHITUNGAN KERUGIAN KEUANGAN NEGARA Pasal 8 (1) Dalam proses penyidikan, KPK dapat meminta bantuan BPKP untuk menghitung kerugian keuangan negara. (2) Permintaan bantuan menghitung kerugian keuangan negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah KPK dan BPKP mengadakan gelar kasus bersama. (3) Pada akhir gelar kasus sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), KPK dan BPKP membuat kesepakatan mengenai dapat atau tidaknya dilakukan bantuan penghitungan kerugian keuangan negara beserta pertimbangan dan saran tindak lanjutnya yang dituangkan dalam Berita Acara Kesepakatan. (4) Dalam hal kesepakatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) belum dapat dicapai, bantuan penghitungan kerugian keuangan negara belum dapat dilakukan oleh BPKP, KPK melengkapi kekurangannya berdasarkan saran tindak lanjut dalam ayat (3) bersama-sama Auditor BPKP. Pasal 9 (1) Dalam hal penugasan sebagaimana dimaksud pada Pasal 8, maka bukti atau informasi yang diperlukan oleh auditor BPKP diperoleh melalui Penyidik KPK.

(2) Dalam hal auditor BPKP membutuhkan bukti tambahan dalam proses perhitungan kerugian keuangan negara, maka informasi tersebut dapat dimintakan kepada penyidik KPK. (3) Sebelum Laporan Hasil Penghitungan Kerugian Keuangan Negara (LHPKKN) diterbitkan. BPKP dan KPK melakukan paparan bersama mengenai nilai kerugian keuangan negara dalam kasus tersebut. BAB VI PEMBERIAN KETERANGAN AHLI Pasal 10 (1) Dalam upaya pengumpulan alat bukti tentang terjadinya TPK, maka KPK dapat meminta bantuan ahli dari BPKP sebagai pemberi keterangan ahli. (2) Pada saat pemberian keterangan ahli di bidang akuntansi dan auditing, ahli dari BPKP harus independen dan objektif. BAB VII PROGRAM PENCEGAHAN KORUPSI Pasal 11 Pelaksanaan kerjasarna Program Pencegahan Korupsi dalam rangka mendorong terciptanya good governance dapat dilakukan melalui: a. Implernentasi dan evaluasi Fraud Control Plan (FCP). b. Kajian sistem pengelolaan keuangan negara. c. Kegiatan dalam rangka menciptakan kawasan bebas korupsi (island of integrity). Pasal 12 Pelaksanaan kerjasama sebagaimana dimaksud pada Pasal 11, diatur sebagai berikut: a. KPK dapat meminta BPKP untuk membantu dalarn penerapan FCP dan kajian sistem pengelolaan keuangan negara pada Instansi Pemerintah, BUMN/BUMD, BHMN, dan BLD. b. Hasil kegiatan FCP dan kajian sistem pengelolaan keuangan negara dilaporkan kepada Pimpinan KPK dan Kepala BPKP. c. KPK dapat meminta BPKP untuk rnelakukan kegiatan dalam rangka terciptanya kawasan bebas korupsi untuk mendorong good governance pada pemerintah pusat dan daerah. BAB VIII SOSlALISASI PROGRAM ANTI KORUPSI Pasal 13 Pelaksanaan kerjasama sosialisasi program anti korupsi diatur sebagai berikut: a. KPK memberikan dukungan informasi dan narasumber pada kegiatan sosialisasi program anti korupsi yang dilaksanakan oleh BPKP. b. KPK dan BPKP dapat melakukan sosialisasi program anti korupsi pada focus group yang menjadi target sosialisasi KPK. c. KPK dan BPKP dapat melakukan monitoring atas hasil sosialisasi program anti korupsi. d. Hasil kegiatan sosialisasi program anti korupsi dilaporkan kepada Pimpinan KPK dan Kepala BPKP. BAB IX PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Pasal 14 Pelaksanaan kerjasama dalam pendidikan dan pelatihan diatur sebagai berikut:

(1) KPK dan BPKP dapat menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan bersama untuk meningkatkan kompetensi personil masing-masing. (2) KPK dan BPKP menyediakan narasumber dan instruktur yang diperlukan untuk kepentingan Pendidikan dan Pelatihan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) KPK dapat memanfaatkan fasilitas Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP sesuai dengan ketentuan yang berlaku. BAB X PERTUKARAN INFOMASI TERKAIT KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI Pasal 15 (1) BPKP dan KPK dapat melakukan tukar menukar informasi yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan kewenangan masing-masing lembaga. (2) Tata cara tukar menukar informasi dilakukan dengan permintaan atau pemberian informasi secara tertulis yang ditandatangani oleh Pejabat BPKP atau Pejabat KPK. (3) KPK dapat memberikan informasi kepada BPKP mengenai laporan pengaduan masyarakat yang berindikasi tindak pidana korupsi dan atau informasi lain yang diperlukan oleh BPKP dalam rangka melakukan audit investigatif. (4) BPKP dapat memberikan informasi kepada KPK mengenai Laporan Hasil Audit BPKP dan atau informasi lain yang diperlukan oleh KPK dalam rangka melakukan penanganan kasus, penyelidikan, penyidikan dan supervisi serta monitor terhadap pemberantasan tindak pidana korupsi. (5) Informasi yang diberikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan (4) bersifat rahasia. BAB XI PERTEMUAN KOORDINASI Pasal 16 (1) Untuk memperlancar dan mengatasi hambatan dalam pelaksanaan kerjasama dilakukan pertemuan koordinasi antara pejabat KPK dan pejabat BPKP sekurangkurangnya 6 (enam) bulan sekali. (2) Pimpinan KPK dapat memberikan akses secara langsung kepada BPKP mengenai perkembangan penanganan kasus berindikasi tindak pidana korupsi yang diserahkan oleh BPKP. (3) Dalam hal BPKP menginginkan penjelasan perkembangan kasus secara tertulis, BPKP dapat meminta secara tertulis kepada KPK. Pasal 17 (1) Koordinasi antara pejabat KPK dan pejabat BPKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dilakukan untuk membahas perkembangan kegiatan dan kendala, antara lain: a. Bantuan audit investigatif. b. Penyerahan kasus yang berindikasi tindak pidana korupsi. c. Bantuan penghitungan kerugian keuangan negara. d. Pemberian keterangan ahli. e. Program Pencegahan Korupsi. f. Sosialisasi Program Anti Korupsi. g. Pendidikan dan pelatihan bagi kedua belah pihak. h. Pertukaran Informasi yang berindikasi tindak pidana korupsi. (2) Hasil koordinasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaporkan secara tertulis kepada Pimpinan KPK dan Kepala BPKP. BAB XII PEMBIAYAAN

Pasal 18 Segala biaya yang timbul sebagai akibat dari pelaksaanan kerjasama antara KPK dan BPKP disepakati bersama oleh kedua belah pihak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 19 (1) Untuk efektifnya pelaksanaan Keputusan Bersama ini, Pimpinan KPK menunjuk Pejabat KPK dan Kepala BPKP menunjuk Deputi Bidang Investigasi untuk melaksanakan Keputusan Bersama ini. (2) Ketentuan lebih lanjut yang diperlukan bagi pelaksanaan Keputusan Bersama ini, akan ditetapkan oleh kedua pejabat yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (1) baik secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri sesuai dengan kewenangan dan bidang tugas masing-masing. Pasal 20 Keputusan bersama ini berlaku 1 (satu) tahun sejak ditandatangani dan dapat diperpanjang sesuai dengan kesepakatan. Pasal 21 Keputusan Bersama ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 30 April 2007 KEPALA BPKP ttd. KETUA KPK ttd. DIDI WIDAYADI TAUFIQURACHMAN RUKI