III. METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengelolaan pengadaan paprika, yaitu pelaku-pelaku dalam pengadaan paprika,

III. METODE PENELITIAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE FUZZY ANP DAN TOPSIS

BAB III METODE PENELITIAN. lokasi penelitian secara sengaja (purposive) yaitu dengan pertimbangan bahwa

BAB 2 LANDASAN TEORI Analytial Hierarchy Process (AHP) Pengertian Analytical Hierarchy Process (AHP)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALYTIC NETWORK PROCESS (ANP)

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

RIWAYAT HIDUP ABSTRAK ABSTRACK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

PENERAPAN METODE ANP DALAM MELAKUKAN PENILAIAN KINERJA KEPALA BAGIAN PRODUKSI (STUDI KASUS : PT. MAS PUTIH BELITUNG)

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB III METODE PENELITIAN. Obyek pada penelitian ini adalah CV. Bagiyat Mitra Perkasa. Lokasi

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS PENENTUAN RATING RISIKO PROYEK PT. XYZ METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROSES (AHP)

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Kegiatan MRP adalah strategi alternatif yang memberikan solusi untuk mencapai keunggulan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto. Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, terdiri atas kata oikos dan

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

BAB II LANDASAN TEORI. pengambilan keputusan baik yang maha penting maupun yang sepele.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

BAB III ANP DAN TOPSIS

ANALISIS DATA Metode Pembobotan AHP

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di

BAB II LANDASAN TEORI

Sistem Penunjang Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing dan Penguji Skipsi Dengan Menggunakan Metode AHP

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN: USULAN PENILAIAN PROMOSI JABATAN DENGAN METODE ANALYTICAL NETWORK PROCESS (ANP) DAN RATING SCALE DI PT.

PENENTUAN KOMODITAS UNGGULAN PERTANIAN DENGAN METODE ANALY TICAL HIERARCHY P ROCESS (AHP) Jefri Leo, Ester Nababan, Parapat Gultom

Pengertian Metode AHP

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

II. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Rantai Pasokan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODE PENELITIAN

Fasilitas Penempatan Vektor Eigen (yang dinormalkan ) Gaji 0,648 0,571 0,727 0,471 0,604 Jenjang 0,108 0,095 0,061 0,118 0,096

JURNAL ILMIAH TEKNIK INDUSTRI

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk

Analisa Pemilihan Kualitas Android Jelly Bean Dengan Menggunakan Metode AHP Pendekatan MCDM

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB II LANDASAN TEORI

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

Pertemuan 5. Pemodelan Sistem Penunjang Keputusan (DSS) Dengan Analytic Hierarchical Proces (AHP).

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 2 Analytical Network Process (ANP)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN

Sistem Pengukuran Kinerja Sumber Daya Manusia Mengunakan Metode ANP-TOPSIS

ANALISIS LOKASI CABANG TERBAIK MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS

PENDEKATAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PENENTUAN URUTAN PENGERJAAN PESANAN PELANGGAN (STUDI KASUS: PT TEMBAGA MULIA SEMANAN)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian dan Fokus penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Jawa Timur tepatnya Kota

Pemodelan Sistem Penunjang Keputusan (DSS) Dengan Analytic Hierarchical Proces (AHP).

BAB 3 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

BAB II. KAJIAN PUSTAKA. perumahan yang terletak di jalan Kedungwringin Patikraja, Griya Satria Bukit

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

PENENTUAN STRATEGI UNTUK MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN DI PT. SMS FINANCE MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCY PROCESS)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III MENENTUKAN PRIORITAS DALAM AHP. Wharton School of Business University of Pennsylvania pada sekitar tahun 1970-an

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan tahapan atau langkah-langkah yang dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE

METODE PENELITIAN. Kata Kunci analytical hierarchy process, analytic network process, multi criteria decision making, zero one goal programming.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Konsumen tidak lagi hanya menginginkan produk yang berkualitas, tetapi juga

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PENERAPAN PERBANDINGAN METODE AHP-TOPSIS DAN ANP-TOPSIS MENGUKUR KINERJA SUMBER DAYA MANUSIA DI GORONTALO

PENERAPAN FUZZY ANALYTICAL NETWORK PROCESS DALAM MENENTUKAN PRIORITAS PEMELIHARAAN JALAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK

PENERAPAN METODE ANALYTICAL NETWORK PROCESS (ANP) PADA PEMILIHAN WISATA PANTAI UNTUK DIKEMBANGKAN DI GUNUNG KIDUL

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) UNTUK PENENTUAN NILAI EKONOMI LAHAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI Pengertian Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) Metode Analytic Hierarchy Process (AHP) merupakan teori umum

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PENILAIAN DESA DALAM PROGRAM DESA MAJU INHIL JAYA. Muh. Rasyid Ridha

II. TINJAUAN PUSTAKA

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

IMPLEMENTASI METODE AHP UNTUK REKOMENDASI TEMPAT KOST PADA APLIKASI KOST ONLINE

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Transkripsi:

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual PT Saung Mirwan melihat bahwa sayuran Edamame merupakan salah satu sayuran yang memiliki prospek yang cerah. Peluang pasar luar dan dalam negeri masih terbuka lebar karena di dalam negeri, komoditas ini masih terdengar awam. Komoditas ini sering diekspor ke luar negeri seperti Negara Jepang. Kondisi ini membuat, sayuran Edamame memiliki peluang untuk lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia, yang mengakibatkan permintaan terhadap sayuran Edamame menunjukkan peningkatan. Peningkatan produksi sayuran harus didukung dengan suatu sistem yang dapat mendukung produktivitas untuk mendapatkan keunggulan kompetitif. Sistem tersebut adalah manajemen rantai pasokan. Anggota rantai pasokan sayuran Edamame PT Saung Mirwan terdapat dua jenis anggota, yaitu anggota primer dan anggota sekunder. Anggota yang akan dilibatkan dalam penelitian ini adalah anggota primer. Anggota primer pada rantai pasokan komoditas sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan adalah petani sayuran Edamame sebagai pemasok, perusahaan atau PT Saung Mirwan sebagai pengolah, ritel sebagai konsumen. Manajemen rantai pasokan komoditas sayuran Edamame tidak menutup kemungkinan untuk mengatasi ketidakpastian kualitas dan kuantitas komoditas sayuran Edamame. Ketidakpastian terhadap sesuatu akan menjadi risiko yang dapat mengakibatkan kerugian usaha dalam mencapai keunggulan kompetitif untuk mempertahankan usaha komoditas sayuran Edamame. Penilaian risiko akan difokuskan kepada anggota primer rantai pasokan sayuran Edamame yang memiliki nilai prioritas yang paling tinggi. Risiko yang akan dikaji adalah risiko yang memiliki nilai prioritas paling tinggi diantara risiko operasional, risiko pemasaran, dan risiko keuangan. Risiko tersebut akan dianalisis dan dibentuk rancangan sistem penunjang keputusan risiko rantai pasokan komoditas sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan. Risiko yang telah dianalisis perlu dikelola dengan baik

26 untuk mencapai keunggulan kompetitif yang pada akhirnya membantu dalam keberlanjutan usaha. Keunggulan kompetitif yang dimaksud adalah keunggulan dalam hal kualitas dan biaya. Dengan adanya keunggulan kompetitif mampu menciptakan ketahanan dan keberlanjutan usaha komoditas sayuran Edamame PT Saung Mirwan. Diagram kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4. Peluang permintaan sayuran Edamame yang terus meningkat Peluang pasar yang sangat luas Peningkatan produksi sayuran Edamame Manajemen rantai pasokan sayuran Edamame PT Saung Mirwan: anggota primer Ketidakpastian kualitas dan kuantitas sayuran Edamame Penilaian risiko pada anggota rantai pasok sayuran Edamame PT Saung Mirwan yang memiliki nilai prioritas paling tinggi (nilai prioritas paling tinggi dengan metode AHP dan ANP) Manajemen risiko yang memiliki nilai prioritas paling tinggi (AHP dan ANP) Rancangan model sistem penunjang keputusan Keunggulan kompetitif Ketahanan usaha Gambar 4. Kerangka Pemikiran Konseptual

27 3.2. Tahapan Penelitian Berdasarkan Gambar 5, tahapan penelitian secara rinci terdiri dari: 1. Identifikasi minat penelitian dan pemilihan topik penelitian. 2. Studi pustaka dan diskusi. 3. Proposal penelitian yang meliputi pendahuluan, tinjauan pustaka, dan metodologi penelitian. 4. Ijin dan penjajakan penelitian merupakan kegiatan pra survey. 5. Pengumpulan data, baik data primer maupun data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara dengan bantuan kuesioner kepada anggota primer rantai pasokan sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan (petani Edamame sebagai pemasok, perusahaan atau PT Saung Mirwan sebagai pengolah, ritel sebagai konsumen). Wawancara dengan responden ahli bertujuan untuk melakukan penilaian risiko (risiko yang memiliki nilai prioritas paling tinggi) komoditas sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan. 6. Input data ke program SuperDecisions ANP version 2.0.8 dan Microsoft Excel 2007. 7. Pengolahan data primer identifikasi rantai pasokan sayuran Edamame dengan menggunakan analisis deskriptif. Menentukan prioritas dari anggota rantai pasok sayuran Edamame dalam manajemen risiko rantai pasok menggunakan metode Analytic Hierarchy Process dan Analytic Network Process. Pengolahan data primer identifikasi risiko rantai pasok sayuran Edamame dengan analisis deskriptif berdasarkan proses manajemen risiko (identifikasi risiko, pengukuran risiko, pemetaan risiko, pengolahan risiko atau penanganan risiko). Identifikasi risiko dan penanganan risiko menggunakan metode Non Numeric Multi Criteria Decision Making (MCDM), Order Weighted Average (OWA). Pengolahan data sekunder mengenai Edamame dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. 8. Merumuskan faktor-faktor risiko dan peubah penentu yang dibutuhkan dalam penilaian risiko rantai pasokan. Cara yang dilakukan melalui

28 wawancara dengan pakar. Faktor risiko akan distrukturisasi secara hirarki sehingga dapat menggambarkan keterkaitan antar faktor. 9. Merumuskan basis aturan untuk menerjemahkan hasil penilaian risiko. Rekomendasi yang berasal dari para ahli (pakar) dan pelaku usaha. Studi pustaka dan diskusi Identifikasi minat penelitian dan pemilihan topik penelitian Proposal penelitian Ijin dan penjajakan penelitian Pengumpulan data Analisis anggota primer rantai pasokan Sayuran Edamame Identifikasi rantai pasokan Analisis risiko Identifikasi risiko dan penanganan risiko yang memiliki nilai prioritas paling tinggi pada anggota pimer yang memiliki nilai prioritas paling tinggi Penilaian pakar (Non Numeric MCDM) dan Teknik agregasi OWA Pembuatan rule base Input data identifika si rantai pasok Analisis deskriptif Input data identifikasi risiko Pengukuran probabilitas dan dampak risiko Pemetaan risiko Rancangan awal sistem penunjang keputusan Analisis deskriptif risiko Kesimpulan dan saran Gambar 5. Tahapan Penelitian

29 3.3. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan selama tiga bulan dimulai dari Bulan Desember 2011 - Februari 2012. Tempat penelitian dilaksanakan di Bogor, tepatnya di PT Saung Mirwan yang terletak di Desa Sukamanah, Kampung Pasir Muncang, Kecamatan Megamendung - Bogor, dengan objek penelitian adalah sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan. Pemilihan tempat penelitian dilakukan secara sengaja karena PT Saung Mirwan merupakan perusahaan agribisnis yang memiliki banyak pengalaman di bidang hortikultura, yaitu sayuran dan bunga. Selain itu, PT Saung Mirwan merupakan perusahaan yang telah memperkenalkan sayuran Edamame di sekitar Bogor dan sekitarnya. Sayuran Edamame dipilih karena permintaan sayuran Edamame dalam tiga tahun terakhir (tahun 2009-2011) paling besar dibandingkan dengan Lettuce dan Ceysin (keduanya merupakan komoditas yang diminta juga oleh pihak ritel), sayuran Edamame diproduksi secara rutin, dan merupakan komoditas utama PT Saung Mirwan di bidang ritel. 3.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data/Informasi Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari penelitian yang dilakukan. Data primer diperoleh dengan melakukan observasi, wawancara dengan bantuan kuesioner, dan wawancara secara langsung dengan anggota rantai pasokan komoditi sayuran Edamame. Data sekunder berupa studi pustaka dari data lain yang berkaitan dengan topik penelitian ini yang diperoleh dari jurnal, buku, website, disertasi, skripsi yang berhubungan dengan perkembangan sayuran Edamame, risiko rantai pasokan, manajemen risiko rantai pasokan sayuran Edamame, dan data penjualan sayuran Edamame periode tahun 2009-2011 pada PT Saung Mirwan. Metode pengumpulan data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Observasi adalah salah satu instrumen pengumpulan data dengan cara pengamatan dan pencatatan secara teliti dan sistematis mengenai gejala-

30 gejala (fenomena) yang sedang diteliti. Obyek yang akan diamati adalah lahan sayuran Edamame, sayuran Edamame, proses budidaya sayuran Edamame. 2. Wawancara adalah pengumpulan data dengan bertanya jawab langsung antara petugas (peneliti) dengan responden. Wawancara dilakukan kepada petani sayuran Edamame, pemangku jabatan di PT Saung Mirwan (Direktur utama, Wakil Direktur, Manajer, Kepala Bagian), dan pihak ritel. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang dibagikan kepada responden untuk diisi dan kemudian dikembalikan kepada peneliti. Kuesioner akan dibagikan kepada petani, pemangku jabatan di PT Saung Mirwan (Direktur utama, Wakil Direktur, Manajer, Kepala Bagian), dan pihak ritel. Kuesioner dibagi menjadi empat jenis, yaitu a. kuesioner untuk mengidentifikasi rantai pasokan sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT.Saung Mirwan (untuk petani, PT Saung Mirwan, dan ritel), b. kuesioner untuk menentukan prioritas dari anggota rantai pasok sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan dalam manajemen risiko rantai pasok, c. kuesioner untuk mengidentifikasi risiko rantai pasokan sayuran Edamame, dan d. kuesioner untuk penilaian risiko rantai pasokan sayuran Edamame. a. Kuesioner Identifikasi Rantai Pasokan sayuran Edamame (petani, PT Saung Mirwan, dan ritel) Kuesioner untuk petani berisi identitas responden, identitas usaha, dan aspek budaya. Identitas responden berisi pertanyaan yang berkaitan dengan data kepribadian responden yang terdiri dari nama, alamat (kecamatan dan desa), nomor telepon atau handphone yang dapat dihubungi, dan latar belakang pendidikan responden. Identitas usaha berisi pertanyaan yang berkaitan dengan usaha yang dilakukan atau yang dimiliki, dan kurun waktu lamanya menjalankan usaha. Aspek budidaya berisi pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai pola budidaya, tahapan budidaya Edamame, sumber bibit yang diperoleh, sistem pemesanan bibit, mekanisme pembayaran bibit, kesesuaian tahapan budidaya Edamame

31 yang dilakukan dengan Good Agricultural Practise (GAP), dan gambaran mengenai hubungan antara petani Edamame dengan PT Saung Mirwan. Kuesioner untuk pemangku jabatan PT Saung Mirwan hanya diberikan kepada bidang produksi dan komersial karena bidang tersebut yang memiliki hubungan langsung dengan topik penelitian. Divisi dari Bidang Produksi yang dilibatkan adalah Divisi kemitraan. Kuesioner untuk Divisi Kemitraan berisi identitas responden dan aspek kemitraan. Identitas responden berisi pertanyaan yang berkaitan dengan data kepribadian responden yang terdiri dari nama, alamat (kecamatan dan desa), nomor telepon atau handphone yang dapat dihubungi, latar belakang pendidikan responden, pekerjaan, dan jabatan. Aspek kemitraan berisi pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai jenis dan bentuk kemitraan yang dilakukan dengan petani Edamame, tujuan kemitraan, sistem transaksi, risiko yang terjadi dalam menjalin kemitraan dengan petani Edamame, tahapan budidaya Edamame, sumber bibit yang diperoleh, gambaran mengenai hubungan kemitraan antara petani Edamame dengan PT Saung Mirwan, kesulitan dan cara mengatasi kesulitan dalam melakukan hubungan kemitraan dengan petani. Divisi dari Bidang Komersial yang dilibatkan adalah Divisi pemasaran, pengemasan, dan pengadaan. Kuesioner untuk Divisi Pemasaran berisi identitas responden dan aspek pemasaran. Aspek pemasaran berisi pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai tujuan pemasaran, bentuk kerjasama yang dilakukan dengan pihak ritel, bauran strategi pemasaran, bauran pemasaran, sistem pemesanan dan mekanisme pembayaran antara PT Saung Mirwan dengan pihak ritel, cara pendistribusian Edamame ke ritel, gambaran mengenai hubungan kerjasama antara PT Saung Mirwan dengan pihak ritel, kesulitan dan cara mengatasi kesulitan dalam pemasaran Edamame pada PT Saung Mirwan.

32 Kuesioner untuk Divisi Pengemasan berisi identitas responden dan aspek pengemasan. Aspek pengemasan berisi pertanyaanpertanyaan yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai penanganan pascapanen Edamame, kemasan Edamame PT Saung Mirwan, proses pengemasan Edamame, kesulitan dan cara mengatasi kesulitan dalam pengemasan Edamame pada PT Saung Mirwan. Kuesioner untuk Divisi Pengadaan berisi identitas responden dan aspek pengadaan. Aspek pengadaan berisi pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai pemasok Edamame, pendistribusian Edamame dari pemasok ke PT Saung Mirwan, sistem pengadaan Edamame yang selama ini dilakukan, sistem pemesanan dan mekanisme pembayaran Edamame antara petani ke PT Saung Mirwan, gambaran mengenai hubungan kerjasama antara PT Saung Mirwan dengan pemasok Edamame, permasalahan dan cara mengatasi permasalahan dalam pengadaan Edamame pada PT Saung Mirwan selama ini. Kuesioner untuk ritel berisi identitas responden, identitas usaha, aspek pemasaran, aspek kemitraan, aspek pengadaan, dan aspek pengemasan. Identitas responden berisi pertanyaan yang berkaitan dengan data kepribadian responden yang terdiri dari nama, alamat (kecamatan dan desa), nomor telepon atau handphone yang dapat dihubungi, jenis kelamin, umur responden, latar belakang pendidikan responden, pekerjaan, dan jabatan. Identitas usaha berisi pertanyaan yang berkaitan dengan profil perusahaan (nama perusahaan, alamat perusahaan, bentuk perusahaan, visi dan misi perusahaan) dan kegiatan perusahaan. Aspek pemasaran berisi pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai tujuan pemasaran, bentuk kerjasama yang dilakukan antara pihak ritel dengan PT Saung Mirwan, bauran strategi pemasaran, bauran pemasaran, dan pendapat pihak ritel mengenai kualitas Edamame PT Saung Mirwan.

33 Aspek kemitraan berisi pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai jenis dan bentuk kemitraan yang dilakukan dengan PT Saung Mirwan, tujuan kemitraan, sistem transaksi, risiko yang terjadi dalam menjalin kemitraan dengan PT Saung Mirwan, gambaran mengenai hubungan kemitraan antara pihak ritel dengan PT Saung Mirwan, kesulitan dan cara mengatasi kesulitan dalam melakukan hubungan kemitraan dengan PT Saung Mirwan. Aspek pengadaan berisi pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai pemasok Edamame, sistem pengadaan Edamame yang selama ini dilakukan, permasalahan dan cara mengatasi permasalahan dalam pengadaan Edamame pada ritel. Aspek pengemasan berisi pertanyaan-pertanyaan yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai pendapat ritel tentang kualitas pengemasan Edamame PT Saung Mirwan. b. Kuesioner untuk menentukan prioritas dari anggota rantai pasok sayuran Edamame. Kuesioner untuk menentukan prioritas dari anggota rantai pasok sayuran Edamame dalam manajemen risiko rantai pasok ditujukkan kepada PT Saung Mirwan, terdiri dari identitas responden dan penentuan prioritas dari anggota rantai pasok sayuran Edamame PT Saung Mirwan dalam manajemen risiko rantai pasok. c. Kuesioner Identifikasi Risiko Rantai Pasokan sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan Kuesioner identifikasi risiko ditujukkan kepada PT Saung Mirwan terdiri dari identitas responden dan risiko. Identitas responden berisi pertanyaan yang berkaitan dengan data kepribadian responden yang terdiri dari nama, alamat (kecamatan dan desa), nomor telepon atau handphone yang dapat dihubungi, jenis kelamin, umur responden, latar belakang pendidikan responden, pekerjaan, dan jabatan.

34 Responden memberikan penilaian terhadap frekuensi dan dampak terjadinya risiko dengan skala Sangat Tinggi (ST=5), Tinggi (T=4), Sedang/Netral (S/N=3), Rendah (R=2), Sangat Rendah (SR=1). Setelah itu, responden mengidentifikasi upaya manajemen risiko yang telah dilakukan, hasil dari upaya tersebut, serta pihak-pihak lain yang diharapkan dapat membantu mengantisipasi atau mengeliminasi risiko. d. Kuesioner Penilaian Risiko Rantai Pasokan sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan Kuesioner penilaian risiko ditujukkan kepada pakar untuk mengetahui nilai agregasi risiko. Responden pakar atau ahli memberikan penilaian terhadap frekuensi dan dampak terjadinya risiko dengan skala Sangat Tinggi (ST=5), Tinggi (T=4), Sedang/Netral (S/N=3), Rendah (R=2), Sangat Rendah (SR=1). Pakar mengidentifikasi upaya manajemen risiko yang dapat dilakukan serta pihak-pihak lain yang diharapkan dapat membantu mengantisipasi atau mengeliminasi risiko. 3.5. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel berdasarkan non probability sampling. Pengambilan sampel non probability sampling dilakukan secara purposive sampling dan convenience sampling. Purposive sampling atau judgement sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu atau pengambilan sampel yang disesuaikan untuk menjawab tujuan dan maksud penelitian dengan mempertimbangkan kriteria tertentu. Kriteria dari sampel yang dipilih adalah bagian dari kemitraan PT Saung Mirwan, sampel yang mengetahui dan terlibat dalam aliran komoditas, finansial, dan informasi yang terjadi dalam rantai pasokan sayuran Edamame PT Saung Mirwan. Convenience sampling adalah teknik penentuan sampel dengan memilih unit-unit analisis dengan cara yang dianggap sesuai oleh peneliti. Responden identifikasi rantai pasokan sayuran Edamame terdiri dari petani Edamame sebagai pemasok, PT Saung Mirwan sebagai pengolah, dan ritel sebagai konsumen. Responden untuk menentukan prioritas dari anggota rantai pasok adalah PT Saung Mirwan. Responden identifikasi risiko rantai

35 pasokan adalah pihak yang berkepentingan di PT Saung Mirwan. Responden ahli adalah tiga orang pemangku jabatan di PT Saung Mirwan. 3.6. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Excel 2007 dan SuperDecisions ANP version 2.0.8, sedangkan bentuk analisis data yang digunakan adalah: 3.6.1 Analisis Deskriptif Analisis deskriptif adalah alat analisis yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu stastistik hasil penelitian, tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan (generik/inferensia). Analisis deskriptif berfungsi untuk menggambarkan atau mendeskripsikan obyek yang diteliti sebagaimana adanya. Analisis data secara deskriptif dilakukan untuk menggambarkan keadaan umum rantai pasokan sayuran Edamame dan menggambarkan aspek-aspek risiko operasional sayuran Edamame. 3.6.2 Metode AHP (Analytic Hierarchy Process) Metode Analytic Hierarchy Process digunakan untuk mengetahui nilai prioritas tertinggi atau terbesar dari anggota rantai pasokan sayuran Edamame yang diintroduksi oleh PT Saung Mirwan (petani, PT Saung Mirwan, dan ritel) dan untuk mengetahui nilai prioritas tertinggi atau terbesar dari risiko rantai pasokan sayuran Edamame (risiko operasional, risiko pemasaran, dan risiko keuangan). Adapun tahapan yang dilakukan dalam AHP adalah: 1. Penyusunan Prioritas Setiap elemen yang terdapat dalam hirarki harus diketahui bobot relatifnya satu sama lain. Tujuan adalah untuk mengetahui tingkat kepentingan pihak-pihak yang berkepentingan dalam permasalahan terhadap kriteria dan struktur hirarki atau sistem secara keseluruhan. Langkah pertama yang dilakukan dalam menentukan prioritas kriteria adalah menyusun perbandingan berpasangan, yaitu membandingkan dalam bentuk berpasangan seluruh kriteria untuk setiap sub sistem hirarki. Perbandingan

36 tersebut kemudian ditransformasikan dalam bentuk matriks perbandingan berpasangan untuk analisis numerik. Misalkan terhadap sub sistem hirarki dengan kriteria C dan sejumlah n alternatif dibawahnya, A i sampai A n. Perbandingan antar alternatif untuk sub sistem hirarki itu dapat dibuat dalam bentuk matriks n x n, seperti pada Tabel 3. Tabel 3. Matriks Perbandingan Berpasangan C A 1 A 2 A n A 1 a 11 a 12 a 1n A 2 a 21 a 22 a 2n : : : : A m a m1 a m2 a mn Nilai a 11 adalah nilai perbandingan elemen A 1 (baris) terhadap A 1 (kolom) yang menyatakan hubungan: a. Seberapa jauh tingkat kepentingan A 1 (baris) terhadap kriteria C dibandingkan dengan A 1 (kolom) atau b. Seberapa jauh dominasi A 1 (baris) terhadap A 1 (kolom) atau c. Seberapa banyak sifat kriteria C terdapat pada A 1 (baris) dibandingkan dengan A 1 (kolom). Nilai numerik yang dikenakan untuk seluruh perbandingan diperoleh dari skala perbandingan 1 sampai 9 yang telah ditetapkan oleh Saaty, seperti pada Tabel 4. Contoh Pairwise Comparison Matrix pada suatu level of hierarchy, yaitu: Baris 1 kolom 2: Jika K dibandingkan L, maka K sedikit lebih penting/cukup penting dari L yaitu sebesar 3, artinya K moderat pentingnya daripada L, dan seterusnya.

37 Tabel 4. Skala Perbandingan Fundamental Intensitas Kepentingan Definisi Keterangan 1 Sama Penting Dua kegiatan berkontribusi sama terhadap tujuannya 3 Sedikit Lebih Penting Pengalaman dan penilaian suatu kegiatan sedikit berkontribusi atas yang lain 5 Lebih Penting Pengalaman dan penilaian suatu kegiatan berkontribusi sangat kuat atas yang lain, menunjukkan dominasinya dalam praktek 7 Sangat Lebih Penting 9 Mutlak Lebih Penting 2, 4, 6, 8 Untuk kompromi antara nilai-nilai di atas Suatu kegiatan yang favorit berkontribusi sangat kuat atas yang lain; menunjukkan dominasinya dalam praktek Bukti yang menguntungkan satu kegiatan di atas yang lain merupakan kemungkinan urutan afirmasi tertinggi Kadang-kadang perlu melakukan interpolasi penilaian kompromi secara numerik karena tidak ada istilah yang pas untuk menggambarkan hal tersebut Resiprokal Kebalikan Jika elemen i memiliki salah satu angka dari skala perbandingan 1 sampai 9 yang telah ditetapkan oleh Saaty ketika dibandingkan dengan elemen j, maka j memiliki kebalikannya ketika dibandingkan dengan elemen i Rasio Rasio yang didapat langsung dari pengukuran

38 2. Eigen value dan Eigen vector Apabila pengambil keputusan sudah memasukkan persepsinya atau penilaian untuk setiap perbandingan antara kriteriakriteria yang berada dalam satu level (tingkatan) atau yang dapat diperbandingkan maka untuk mengetahui kriteria mana yang paling disukai atau paling penting, disusun sebuah matriks perbandingan di setiap level (tingkatan). Di bawah ini adalah definisi-definisi yang berkaitan dengan eigen value dan eigen vector, yaitu antara lain: a. Matriks Matriks adalah sekumpulan elemen berupa angka/simbol tertentu yang tersusun dalam baris dan kolom berbentuk persegi. Suatu matriks biasanya dinotasikan dengan huruf kapital ditebalkan (misal matriks A, dituliskan dengan A). b. Vektor dari n dimensi Suatu vector dengan n dimensi merupakan suatu susunan elemenelemen yang teratur berupa angka-angka sebanyak n buah, yang disusun baik menurut baris, dari atas ke bawah (disebut vektor baris atau Row Vector dengan ordo 1 x n) maupun menurut kolom, dari kiri ke kanan (disebut vektor kolom atau Colomn Vector dengan ordo n x 1). Himpunan semua vektor dengan n komponen dengan entry riil dinotasikan dengan R n. c. Eigen value dan Eigen Vector Definisi : Jika A adalah matriks n x n maka vector tak nol x di dalam R n dinamakan Eigen Vector dari A jika Ax kelipatan skalar λ, yakni Ax = λx.(4) Skalar λ dinamakan eigen value dari A dan x dikatakan eigen vektor yang bersesuaian dengan λ. 3. Uji Konsistensi Indeks dan Rasio Salah satu utama model AHP yang membedakannya dengan model-model pengambilan keputusan yang lainnya adalah syarat konsistensi mutlak. Dengan model AHP yang memakai persepsi

39 decision maker sebagai inputnya maka ketidakkonsistenan mungkin terjadi karena manusia memiliki keterbatasan dalam menyatakan persepsinya secara konsisten terutama kalau harus membandingkan banyak kriteria. Berdasarkan kondisi ini maka decision maker dapat menyatakan persepsinya tersebut akan konsisten nantinya atau tidak. Apabila CI bernilai nol, maka matriks pairwise comparison tersebut konsisten. Batas ketidakkonsistenan yang telah ditetapkan oleh Thomas L. Saaty ditentukan dengan menggunakan Rasio Konsistensi (CR), yaitu perbandingan indeks konsistensi dengan nilai Random Indeks (RI). Rasio konsistensi dapat dirumuskan sebagai berikut:...(5) Bila matriks pairwise comparison dengan nilai CR < 0.100 maka ketidakkonsistenan pendapat dari decision maker masih dapat diterima, jika CR > 0.100 maka penilaian perlu diulang. 3.6.3 Metode Analytical Network Process (ANP) Metode ANP digunakan untuk manghitung bobot kinerja rantai pasok dengan memperhatikan tingkat ketergantungan antar kelompok atau cluster. Perhitungan ANP dapat diselesaikan juga dengan menggunakan software Super Decisions. Adapun tahapan yang dilakukan dalam ANP adalah: 1. Pembuatan Konstruksi Model Langkah pertama adalah membuat model yang akan dievaluasi dan menentukan satu set lengkap jaringan kelompok (komponen) dan elemen-elemen yang relevan dengan tiap kriteria kontrol. Selanjutnya untuk masing-masing kriteria kontrol, tentukan semua elemen di tiap kelompok dan hubungkan mereka sesuai dengan pengaruh ketergantungan dari luar dan dari dalam kelompok. Hubungan tersebut menunjukkan adanya aliran pengaruh antar elemen. Anak panah yang menghubungkan suatu kelompok dengan kelompok yang lain menunjukkan pengaruh elemen suatu kelompok terhadap elemen kelompok yang lain. Selain itu, kelompok dari elemen memiliki loop di dalam diri mereka sendiri jika

40 elemen-elemennya saling bergantung satu sama lain. Selanjutnya hasil kuesioner dari beberapa responden digabung untuk menentukan ada tidaknya hubungan saling ketergantungan antar kriteria. 2. Pembuatan Matriks Perbandingan Berpasangan antar Kelompok/Elemen Pada tahap kedua ini, dipilih kelompok dan elemen-elemen yang akan dibandingkan sesuai dengan kriteria kontrol (apakah mereka mempengaruhi kelompok dan elemen lain yang berkaitan dengan kriteria kontrol atau dipengaruhi oleh kelompok dan elemen lainnya). Gunakan jenis pertanyaan yang sama untuk membandingkan elemen dalam kelompok, yang berkaitan dengan elemen spesifik dalam suatu kelompok (kriteria kontrol); pasangan elemen mana yang berpengaruh lebih besar? Gunakan jenis pertanyaan yang sama untuk membandingkan kelompok. Kemudian, gunakan skala perbandingan fundamental pada Tabel 4, lakukan perbandingan berpasangan berikut matriks antara kelompok/elemen untuk menurunkan eigen vector dan untuk membentuk supermatriks. Perbandingan berpasangan yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Perbandingan Kelompok Melakukan perbandingan berpasangan pada kelompok yang mempengaruhi masing-masing kelompok yang saling terhubung, yang berkaitan dengan kriteria kontrol yang diberikan. Bobot yang diperoleh dari proses ini akan digunakan untuk memberikan bobot pada elemen-elemen yang sesuai dengan kolom blok dari supermatriks. Tetapkan nol bila tidak ada pengaruh. b. Perbandingan Elemen Melakukan perbandingan berpasangan pada elemen-elemen dalam kelompok mereka sendiri berdasarkan pengaruh mereka pada setiap elemen dalam kelompok lain yang saling terhubung (atau elemen-elemen dalam kelompok mereka sendiri).

41 c. Perbandingan untuk Alternatif Membandingkan semua alternatif yang berkaitan dengan masing-masing elemen di dalam komponen. Perbandingan berpasangan dilakukan dengan membuat matriks perbandingan berpasangan, dengan nilai aij merepresentasikan nilai kepentingan relatif dari elemen pada baris (i) terhadap elemen pada kolom (j); misalkan aij = wi / wj. Jika ada n elemen yang dibandingkan, maka matriks perbandingan A didefinisikan sebagai : 3. Pembuatan Supermatriks Vektor prioritas yang berasal dari matriks perbandingan berpasangan dimasukkan sebagai sub kolom dari kolom yang sesuai pada supermatriks. Supermatriks merepresentasikan prioritas pengaruh dari elemen di sebelah kiri matriks terhadap elemen di atas matriks. Hasil dari proses ini adalah unweighted supermatrix (supermatriks yang tidak tertimbang). Kemudian, weighted supermatrix (supermatriks yang tertimbang) diperoleh dengan mengalikan semua elemen di blok dari unweighted supermatrix dengan bobot kelompok yang sesuai. Weighted supermatrix, dimana masing-masing kolom dijumlahkan jadi satu, dikenal sebagai kolom matriks stokastik. Weighted supermatrix kemudian dinaikkan sampai batas kekuatan untuk memperoleh prioritas akhir dari semua elemen dalam matriks limit yang disebut juga limiting supermatrix. Kemudian, hasil sintesis dari prioritas ini dinormalkan untuk memilih alternatif prioritas tertinggi. Di bawah ini merupakan struktur umum dari supermatriks.

42 Masing-masing kolom dalam Wij adalah eigen vector yang menunjukkankepentingan dari elemen pada komponen ke-i dari jaringan pada sebuah elemen pada komponen ke-j. Beberapa masukan yang menunjukkan hubungan nol pada elemen mengartikan tidak terdapat kepentingan pada elemen tersebut. Jika hal tersebut terjadi maka elemen tersebut tidak digunakan dalam perbandingan berpasangan untuk menurunkan eigen vector. Jadi yang digunakan adalah elemen yang menghasilkan nilai kepentingan bukan nol (Saaty, 2006). i dan j menunjukkan cluster yang dipengaruhi dan mempengaruhi, dan n adalah elemen dari cluster yang bersangkutan. Komponen dari sub-matriks dalam Wij adalah merupakan skala rasio yang diturunkan dari perbandingan pasangan yang dilakukan pada elemen di dalam cluster itu sendiri sesuai dengan pengaruhnya pada setiap elemen pada cluster yang lain atau elemenelemen dalam cluster yang sama. Hasilnya yang berupa unweighted supermatrix kemudian ditransformasikan menjadi suatu matriks yang penjumlahan dalam kolom menghasilkan angka satu untuk mendapatkan supermatriks stokastik. Bobot yang diperoleh digunakan untuk membobot elemen-elemen pada blok-blok kolom cluster yang sesuai dari supermatrik, yang akan menghasilkan weighted supermatrix yang juga stokastik. Sifat stokastik diperlukan dengan alasan-alasan yang akan dijelaskan di bawah ini. Suatu elemen dapat mempengaruhi elemen kedua secara langsung dan tidak langsung melalui pengaruhnya pada elemen ketiga dan kemudian dengan pengaruh dari elemen ketiga pada elemen kedua, sehingga setiap kemungkinan dari elemen ketiga harus diperhitungkan. Hal ini tertangkap dengan mengalikan matriks terbobot pangkat dua. Namun, elemen ketiga juga mempengaruhi elemen keempat, yang selanjutnya mempengaruhi elemen kedua. Pengaruh-pengaruh ini bisa diperoleh dari pangkat tiga weighted supermatrix. Selama proses berjalan secara berkesinambungan, akan didapatkan deret tak

43 terbatas dari matriks pengaruh yang dinyatakan dengan W k, k=1, 2,. 4. Uji Konsistensi Index dan Rasio Untuk kedua tahap tersebut sama dengan pada pengukuran kinerja menggunakan AHP. 3.6.4 Analisis Risiko Analisis risiko secara deskriptif berdasarkan analisis manajemen risiko yaitu identifikasi risiko dengan teknik Non Numeric Multi Expert Multi Criteria Decision Making (ME-MCDM). Pengukuran risiko ratarata skor pendapat responden menggunakan modus yang selanjutnya dipetakan pada peta risiko. Selanjutnya analisis risiko untuk mendapatkan model risiko menggunakan teknik ME-MCDM untuk penilaian risiko dari responden ahli. Teknik agregasi risiko menggunakan metode Ordered Weighted Averaging (OWA). Tingkatan risiko dihubungkan dengan basis pengetahuan menggunakan basis aturan. Rumus hubungan ini menggunakan logika IF-THEN dengan format umum sebagai berikut IF (Tingkat Risiko) THEN (rekomendasi 1, rekomendasi 2,...). Metode penilaian risiko merujuk pada Santoso (2005). Jika dampak risiko sangat tinggi dan kemungkinan risiko sangat tinggi maka tingkat risiko pada suatu bagian akan menjadi sangat tinggi. Skala penilaian penurunan mutu ditentukan berdasarkan lima tingkatan yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. 3.6.5 Tahapan Penilaian Risiko Tahapan penilaian risiko diawali dengan penilaian risiko oleh pakar. Setelah penilaian pakar, tentukan Bj sebagai urutan nilai dari terbesar hingga nilai terkecil. Jumlah pakar yang ditetapkan dalam penilaian adalah tiga orang dengan batasan risiko merujuk Yager dalam Hadiguna (2010) yaitu sebagai berikut: Q A (k) = S b(k) b (1) = Int [1 + 1 * ( 5 1) / 3], dimana k= 1,2,3 b (1) = Int [1 + 1 * 4/ 3]

44 Perbandingan secara bebas dilakukan antara nilai aktual dengan preferensi pengambil keputusan dengan cara menghitung nilai tingkat kepentingan setiap peubah penentu menggunakan rumus 3 yaitu: Pi = Maxj...r [ Q j ^ Bj] Nilai agregasi risiko merupakan hubungan antara kemungkinan terjadinya risiko dan dampak risiko.tujuan manajemen risiko rantai pasokan Sayuran Edamame adalah mendapatkan tindakan manajerial untuk mengatasi dampak risiko tersebut. Tindakan manajerial diperoleh melalui pengetahuan para praktisi di lapang dan pakar. Rangkuman tindakan manajerial tersebut dapat diolah menjadi sebuah rule base. Hubungan antara tingkat risiko dan kumpulan tindakan-tindakan manajerial akan menghasilkan tindakan-tindakan manajerial yang sesuai dengan tingkat risiko. Agregasi tingkatan risiko yang diperoleh akan dihubungkan dengan basis pengetahuan menggunakan rule base. Prosedur penilaian risiko dilakukan secara bertahap yaitu sebagai berikut: 1. Memasukkan hasil penilaian kemungkinan risiko dan dampak risiko untuk setiap elemen. Penilaian berdasarkan skala penilaian risiko. Data penilaian risiko diperoleh berdasarkan pendapat tiga orang ahli (pakar). 2. Melakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai risiko dari setiap faktor risiko untuk setiap pengambil keputusan ke-j (V ij ) pada semua variabel (peubah) risiko. Rumus yang digunakan dalam perhitungan Yager dalam Santoso (2005) adalah: P ik =Min[NegI(q j) vp ik( q j) ] 3. Menentukan bobot faktor nilai pengambil keputusan (pakar) dengan formula: b (k) = Int [1 + k * ( q 1) / r] 4. Menentukan nilai gabungan dari seluruh nilai pakar dengan metode OWA= Pi= Maxj...r [ Q j ^ Bj] 5. Melakukan proses perhitungan dari tahap 2 sampai tahap 4 dilakukan secara berulang sampai didapat agregasi secara total.