Pembela Hak Asasi Perempuan tentang DEKLARASI ASEAN TENTANG HAK ASASI MANUSIA

dokumen-dokumen yang mirip
Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2015 TANGGAL 22 JUNI 2015 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA TAHUN BAB I

DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

4. Metoda penerapan Konvensi No.111

Mengatasi diskriminasi etnis, agama dan asal muasal: Persoalan dan strategi penting

Proposal LRCT tentang Rancangan Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan Perlindungan Hak-Hak Pekerja. Law Reform Commission of Thailand (LRCT)

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG KABUPATEN RAMAH HAK ASASI MANUSIA

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014

K189 Konvensi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Tangga, 2011

R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997

Asesmen Gender Indonesia

PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER

Mengenal Konvensi PBB 1990 tentang Perlindungan Hak-Hak Seluruh Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

STATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN

15A. Catatan Sementara NASKAH KONVENSI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

R-111 REKOMENDASI DISKRIMINASI (PEKERJAAN DAN JABATAN), 1958

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002

MENYUSUN INDIKATOR YANG BERPERSPEKTIF GENDER

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH

Standar Perburuhan Internasional yang mendukung kebebasan berserikat, dialog sosial tripartit, perundingan bersama dan SDG

Deklarasi Dhaka tentang

Perempuan dan Sustainable Development Goals (SDGs) Ita Fatia Nadia UN Women

RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK

2015, No Mengingat : perlu dilanjutkan dengan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia Tahun ; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagai

BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN

-2- Selanjutnya, peran Pemerintah Daerah dalam memberikan pelindungan kepada Pekerja Migran Indonesia dilakukan mulai dari desa, kabupaten/kota, dan p

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pengertian Anak dan Pentingnya Mendefinisikan Anak Secara Konsisten dalam Sistem Hukum 1 Oleh: Adzkar Ahsinin

DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

Kebijakan Gender AIPP Rancangan September 2012

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA

Discrimination and Equality of Employment

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

RESUME PARAMETER KESETARAAN GENDER DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

23 Oktober Kepada Yth: Ibu Retno L.P. Marsudi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia

Konvensi Internasional tentang Perlindungan Hak Semua Pekerja Migran dan Anggota Keluarganya 1 PEMBUKAAN

9 Kebutuhan dan Rekomendasi Utama Orang Muda (Young People) Indonesia terkait ICPD PoA

Prinsip Pertanggungjawaban Sosial Daimler

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

AGENDA PIAGAM GLOBAL TENTANG HAK ASASI MANUSIA DI KOTA

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN

KOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia

DEKLARASI PERSERIKATAN BANGSA BANGSA TENTANG HAK HAK MASYARAKAT ADAT

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA,

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981

PENEGAKAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

2017, No Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011

PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

K156 Konvensi Pekerja dengan Tanggung Jawab Keluarga, 1981

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

MULAI BERLAKU : 3 September 1981, sesuai dengan Pasal 27 (1)

DISKRIMINASI TERHADAP PEREMPUAN: KONVENSI DAN KOMITE. Lembar Fakta No. 22. Kampanye Dunia untuk Hak Asasi Manusia

MAKALAH. CEDAW: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. Oleh: Antarini Pratiwi Arna, S.H., LL.M

Tujuan 5: Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK

2. Rencana pengembangan Insan IMC selalu didasari atas bakat dan kinerja.

R-166 REKOMENDASI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA, 1982

PEDOMAN PERILAKU BAGI MITRA BISNIS

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

Bahan Diskusi Sessi Kedua Implementasi Konvensi Hak Sipil Politik dalam Hukum Nasional

SIARAN PERS 1/6. Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Sepakati Musrenbang Inklusif dengan Lebih Melibatkan Penyandang Disabilitas dan Kelompok Rentan

10. KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA

Kesetaraan gender di tempat kerja: Persoalan dan strategi penting

K111 DISKRIMINASI DALAM PEKERJAAN DAN JABATAN

Perlindungan sosial untuk pekerja migran di ASEAN. Celine Peyron Bista Kantor Regional ILO untuk Asia dan Pasifik Jakarta, 29 September 2016

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA

Annex 1: Kovenan Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman kebutuhan kelompok dan individu masyarakat, tak terkecuali

Kode Etik PT Prasmanindo Boga Utama

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA

Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DIDAERAH

STRATEGI PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

K105 PENGHAPUSAN KERJA PAKSA

KOVENAN INTERNASIONAL HAK-HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA

BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

Indorama Ventures Public Company Limited. Kode Etik Pemasok

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

Transkripsi:

Pembela Hak Asasi Perempuan tentang DEKLARASI ASEAN TENTANG HAK ASASI MANUSIA PRINSIP Kaukus Perempuan Asia Tenggara tentang ASEAN1, yang juga dikenal sebagai Kaukus Perempuan, berkomitmen untuk menegakkan dan memastikan terwujudnya tiga Prinsip berikut : Hak Asasi Manusia Untuk Semua Di atas Semuanya, khususnya bagi perempuan dan anak perempuan yang rentan, terpinggirkan, kurang beruntung; Memastikan adanya Pertanggungjawaban/ Akuntabilitas Negara terhadap Perempuan dan Suku-Suku Bangsa Asia Tenggara melalui proses dan struktur yang independen, transparan, efektif dan responsif yang konsisten dengan kewajiban hak asasi manusia Negara-negara Anggota untuk melindungi, meningkatkan, memenuhi dan mewujudkan hak asasi perempuan. Ini meliputi kewajiban ekstrateritorial dan pengakuan terhadap keutamaan hak asasi manusia atas dan di atas kewajiban-kewajiban lainnya; Partisipasi dan Keterwakilan Perempuan yang bermakna dan substantif di ASEAN yang inklusif dan keterwakilan berbagai dan beraneka sektor masyarakat yang ditujukan untuk menghapus diskriminasi dan memastikan kesetaraan substantif seluruh perempuan di Asia Tenggara. STANDAR PEDOMAN Dalam masukan yang diberikan untuk penyusunan Deklarasi Hak Asasi Manusia ASEAN (AHRD), Kaukus Perempuan mengusulkan Standar Pedoman berikut : 1. Mengingat dan menegaskan kembali penghormatan terhadap seluruh prinsip hak asasi manusia internasional termasuk keuniversalan, ketidakterbagian, kesalingtergantungan dan kesalingterkaitan seluruh hak asasi dan kebebasan mendasar manusia; [terjemahan alternatif: Mengingat dan menegaskan kembali penghormatan terhadap seluruh prinsip hak asasi manusia internasional termasuk prinsip bahwa seluruh hak asasi dan kebebasan mendasar manusia berlaku di mana-mana, tidak dapat 1 Kaukus Perempuan telah mengidentifikasi tema dan persoalan berikut sebagaimana diinformasikan oleh berbagai kelompok feminis dan hak asasi perempuan di Asia Tenggara: Undang-Undang tentang Kekerasan Terhadap Perempuan, Partisipasi Politik, Partisipasi Ekonomi, Migrasi dan Hukum yang Diskriminatif. dibagi, di mana hak yang satu saling tergantung dan saling terkait dengan hak yang lain]; 2. Menekankan kewajiban negara anggota sebagai pemangku kewajiban dalam melaksanakan uji tuntas (due diligence) menuju pelaksanaan standar hak asasi manusia secara efektif. 3. Menyadari kewajiban seluruh negara anggota untuk menegakkan aturan hukum dan berpegang teguh pada prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik dan demokrasi 2 ; 4. Menegaskan kembali prinsip hak untuk hidup dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabat manusia sebagai hak yang tidak dapat dialihkan dan tidak dapat dikesampingkan di bawah hukum internasional dan [menegaskan kembali ] kewajiban negara anggota untuk meningkatkan keadilan sosial; 5. Menyadari kebutuhan untuk mengadopsi pendekatan yang berpusat pada masyarakat 3 bagi kepentingan yang lebih besar dari masyarakat ASEAN; khususnya sehubungan dengan yang berikut ini: 1. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia 2. Konvensi Penghapusan Diskriminasi Terhadap Perempuan 3. Konvensi Hak Anak 4. Landasan Aksi Beijing 5. Deklarasi Wina tentang Hak Asasi Manusia dan Program Aksi 6. Deklarasi ASEAN tentang Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan 7. Mandat dan Kerangka Acuan Komisi ASEAN untuk Peningkatan dan Perlindungan Hak Perempuan dan Anak 8. Deklarasi tentang Pemajuan Perempuan di Wilayah ASEAN 9. Deklarasi ASEAN Melawan Perdagangan Orang Khususnya Perempuan dan Anak 10. Deklarasi tentang Penghapusan Kesejahteraan dan Pembangunan Perempuan dan Anak ASEAN 2 Demokrasi harus dipahami sebagai peningkatan swa tata kelola berdasarkan kedaulatan rakyat, kesetaraan politik seluruh warga negara, dan proses pemilihan umum yang bebas dan adil. 3 Yang dimaksud dengan pendekatan yang bertitik tolak pada masyarakat adalah adanya peran serta, keterwakilan dan pengikutsertaan masyarakat sipil dalam segala hal terkait dengan pelestarian, penguatan dan pembangunan Masyarakat ASEAN. 2

11. Deklarasi ASEAN tentang Perlindungan dan Peningkatan Hak Tenaga Kerja Migran 12. Konstitusi Negara-Negara Anggota ASEAN 13. Instrumen-instrumen internasional lainnya tentang Hak Asasi Manusia HAK ASASI MANUSIA Kaukus Perempuan mendorong komite penyusun rancangan untuk mempertimbangkan dimasukkannya, antara lain, Hak-Hak Asasi berikut: 1. Kesetaraan dan Non-Diskriminasi a. Semua perempuan dan laki-laki dilahirkan bebas dan setara dalam martabat dan hak, dengan jaminan menjalankan hak-hak mereka dengan sebebasnya dan sepenuhnya di lingkup publik maupun di lingkup privat. Perempuan dan laki-laki harus bekerja bahumembahu dalam semangat solidaritas. b. Tidak seorangpun boleh didiskriminasi baik secara langsung maupun tidak, oleh pelaku pemerintah maupun swasta, atas dasar apapun, seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, orientasi seksual, aliran politik atau lainnya, asal usul bangsa atau sosial, status sosial dan ekonomi, status perkawinan, usia, kecacatan, kesukuan, agama, kewarganegaraan, bahasa, kelahiran atau kondisi lainnya. c. Negara harus menjamin perlindungan dan manfaat hukum yang setara bagi semua orang. d. Negara harus mengakui identitasidentitas yang saling bersinggungan yang mengakibatkan diskriminasi berkali-kali lipat, dan dampak historis dari undangundang, kebijakan dan praktik yang diskriminatif yang mengakibatkan ketimpangan status antara laki-laki dan perempuan untuk mengambil pendekatan kesetaraan substantif. Negara tidak hanya wajib memastikan adanya kesetaraan dalam kesempatan melainkan juga kesetaraan hasil melalui cara-cara termasuk namun tidak terbatas pada tindakan-tindakan khusus yang bersifat sementara dan tindakan tersebut tidak boleh dianggap sebagai diskriminasi sebagaimana dimaksud dalam klausul 1 (b). 2. Negara mempunyai kewajiban untuk melindungi, meningkatkan dan memenuhi semua hak asasi manusia dengan standar uji tuntas, termasuk kewajiban untuk meniadakan, mengurangi dan menanggulangi kejadian diskriminasi beserta konsekuensinya oleh orang pribadi maupun badan. 3. Dengan mengakui efek berbahaya kekerasan terhadap perempuan dan andil kekerasan sebagai penghalang dalam menikmati hak untuk hidup secara bermartabat, Negara melembagakan mekanisme yang mencegah, mengadili, menghukum, dan memberikan pemulihan terhadap hak yang telah dilanggar untuk setiap pelanggaran hak asasi manusia oleh pelaku negara maupun pelaku bukan negara baik di lingkup privat maupun di lingkup publik. 4. Setiap orang mempunyai hak untuk masuk ke ruang publik, mendapatkan perlindungan sosial, sumber daya keuangan, informasi dan teknologi melalui pintu masuk yang jika tidak dibuka dapat diperkarakan di pengadilan, adil dan setara. a. Setiap orang mempunyai hak untuk mendapatkan sumber daya alam seperti lahan/ tanah, sungai beserta anak sungainya dan sumber daya alam lainnya serta hak untuk mendapatkan pelayanan umum yang diturunkan dari hak untuk mendapatkan sumber daya alam seperti hak untuk mendapatkan pelayanan air bersih, listrik dan transportasi. b. Setiap orang mempunyai hak atas kedaulatan pangan. 4 c. Setiap orang mempunyai hak untuk mendapatkan layanan perlindungan sosial seperti perawatan kesehatan yang terjangkau dan efektif, termasuk layanan kesehatan seksual dan reproduksi, perumahan yang layak dan terjangkau serta pendidikan baik formal, informal maupun tradisional. d. Setiap orang mempunyai hak untuk mendapatkan sumber daya keuangan seperti pinjaman dari bank, hipotek dan bentuk-bentuk kredit keuangan lainnya khususnya bagi kelompok-kelompok miskin dan terpinggirkan dan hak untuk mendapatkan ganti rugi akibat kerugian yang ditimbulkan oleh proyek-proyek pembangunan dan ketidakseimbangan dampak perubahan iklim. e. Setiap orang mempunyai hak untuk mendapatkan informasi dalam semangat tata kelola yang baik, pertanggungjawaban dan transparansi. f. Setiap orang mempunyai hak untuk mendapatkan dan memperoleh manfaat dari teknologi inovatif, terutama yang telah dikembangkan dengan sumber daya publik. 4 Yang dimaksud dengan kedaulatan pangan adalah hak warga masyarakat atas pangan yang sehat dan layak dari segi budaya yang dihasilkan dengan cara-cara yang sehat dari segi ekologi serta berkelanjutan, dan hak warga masyarakat untuk menentukan sistem dan kebijakan pangan dan pertanian mereka sendiri untuk melawan perdagangan yang tidak adil. 3

5. Setiap orang mempunyai hak yang setara untuk mendapatkan keadilan yang meliputi keadilan prosedural dan keadilan substantif dalam sistem peradilan formal maupun informal, dengan prinsip-prinsip kesetaraan dan non-diskriminasi di hadapan hukum, khususnya di antara kaum miskin dan kurang beruntung, dan jalan masuk kaum ini untuk mendapatkan mekanisme yang adil, efektif, dan bertanggung jawab bagi perlindungan hak asasi mereka. 6. Setiap orang dewasa mempunyai hak untuk mendapatkan pekerjaan yang layak; hak untuk bebas memilih pekerjaan, hak untuk mendapatkan perlindungan dari pengangguran, hak untuk mendapatkan kondisi kerja yang aman, setara dan memuaskan; hak untuk mendapatkan upah yang layak untuk hidup dan tunjangan yang memadai terutama bagi pekerja perempuan. Negara harus memastikan adanya upaya perlindungan sosial yang memadai dan efektif bagi orang dewasa yang bekerja dalam pekerjaan informal dan menerapkan tindakan yang tepat untuk menghapus diskriminasi terhadap perempuan dalam lapangan kerja guna menjamin kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. 7. Setiap orang mempunyai hak untuk bebas dari segala bentuk kekerasan, eksploitasi dan bentuk-bentuk penganiayaan lainnya, termasuk yang diarahkan kepada pembela hak asasi perempuan dan perwakilan media, baik di lingkup publik maupun di lingkup privat. Segala bentuk kekerasan terhadap perempuan merupakan pelanggaran hak asasi manusia. 8. Setiap orang mempunyai hak untuk mengkomunikasikan gagasan, pendapat dan aspirasinya kepada orang lain, pihak Negara maupun pihak bukan Negara dengan bebas dan aman baik di lingkup publik maupun di lingkup privat, menggunakan bahasa dan medium apapun. Negara harus memastikan adanya arus informasi yang bebas dan mengupayakan perluasan ranah publik pengetahuan. 9. Setiap orang mempunyai hak atas kebebasan berserikat dan berorganisasi secara kolektif. 10. Setiap orang mempunyai hak untuk berpartisipasi secara bermakna dalam semua bidang kehidupan sosial dan masyarakat termasuk dalam proses politik, proses negosiasi perdamaian dan proses pengambilan keputusan baik di lingkup publik maupun di lingkup privat. 11. Setiap orang mempunyai hak untuk dilindungi keutuhan dan kedaulatan pribadinya, dan hak untuk mendapatkan perdamaian dan keamanan. 12. Perempuan dan laki-laki mempunyai hak dan peran yang sama dalam segala hal yang berkaitan dengan hubungan pernikahan dan keluarga dan terutama wajib memastikan, atas dasar kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, hak dan tanggung jawab yang sama sebagai orang tua, terlepas dari status perkawinan mereka, dalam hal-hal yang berkaitan dengan anak-anak mereka; dalam semua kasus, kepentingan anak harus diutamakan. 13. Setiap orang mempunyai hak untuk mempunyai nama dan kewarganegaraan. Hak asasi manusia ini tidak boleh secara negatif dipengaruhi oleh perkawinan. Negara harus memastikan agar masyarakat adat, pendatang dari luar negeri yang menikah dengan penduduk negeri, anak-anak dari perkawinan campuran, anak yatim piatu, penduduk yang terpaksa menjadi pengungsi di negerinya sendiri dan pengungsi yang datang dari luar negeri secara resmi didokumentasikan dan diberikan kewarganegaraan. 14. Setiap orang mempunyai hak untuk bebas bepergian. 15. Setiap individu dan masyarakat mempunyai hak untuk menentukan kehendaknya sendiri. a. Setiap individu bebas untuk mengambil keputusan atas identitas dan tubuhnya sendiri termasuk kebebasan dalam menjalankan hak seksual dan reproduksi, kebebasan dalam menjalin hubungan dengan orang lain, kebebasan dalam bepergian atau berpindah kelompok dan kebebasan dalam menentukan masa depannya sendiri. b. Perbudakan, perhambaan dan perdagangan orang dalam bentuk apapun, termasuk yang terjadi dalam hubungan keluarga dan dalam pekerjaan rumah tangga, adalah dilarang. c. Setiap masyarakat bebas untuk mencitacitakan pengembangan dirinya dan sarana untuk mewujudkannya sambil memastikan kepatuhan terhadap hak asasi manusia individu maupun kolektif, aturan hukum dan keutuhan lingkungan. 16. Semua manusia dan bangsa di lingkungan ASEAN mempunyai hak atas pembangunan manusia yang setara dan berkelanjutan dan hak untuk menikmati manfaatnya. Hak asasi manusia atas pembangunan juga menyiratkan realisasi sepenuhnya hak atas kedaulatan bangsa dan masyarakat atas segala kekayaan dan sumber daya alam. Keputusan-keputusan mengenai prioritas dan alokasi sumber daya nasional harus 4

memprioritaskan pemberantasan kemiskinan dan realisasi hak asasi manusia sepenuhnya. 17. Setiap individu dan masyarakat mempunyai hak untuk bertahan hidup dan menanggulangi bencana dan perubahan iklim. Individu dan masyarakat yang terpinggirkan dan / atau terdampak, atas daya upaya mereka sendiri atau melalui Negara, harus bebas untuk menuntut dan mendapatkan keadilan iklim. 5 Semua orang mempunyai hak untuk berperan serta secara aktif dalam pengelolaan dan pendidikan lingkungan di tingkat daerah, nasional maupun internasional. KERANGKA KERJA BAGI KERJA SAMA HAK ASASI MANUSIA Bertitik tolak pada prinsip kesetaraan dan penghapusan diskriminasi, negara anggota ASEAN harus mengambil inisiatif untuk memastikan pelaksanaan AHRD secara efektif melalui pengembangan suatu kerangka kerja bagi kerja sama hak asasi manusia dengan mengakui pentingnya kerja sama regional, internasional dan nasional beserta peningkatannya, dalam mendukung upaya nasional bagi realisasi tujuan dan maksud AHRD, dan harus mengambil langkah-langkah berikut, antara lain termasuk: Di Tingkat Regional Memfasilitasi, mendukung dan memastikan keterhubungan dan kesatupaduan di lingkungan ASEAN, khususnya di lingkungan badan-badan hak asasi manusianya (misalnya Komisi Antar- Pemerintah ASEAN tentang Hak Asasi Manusia (AICHR), Komisi ASEAN untuk Peningkatan dan Perlindungan Hak Perempuan dan Anak (ACWC), Komisi ASEAN untuk Peningkatan dan Perlindungan Hak Tenaga Kerja Migran (ACMW)) guna mewujudkan perlindungan dan peningkatan hak asasi manusia individu maupun suku-suku bangsa di ASEAN, termasuk perempuan dan kelompok-kelompok terpinggirkan serta menyusun kerangka kerja yang substantif, prosedural dan institusional bagi kerja sama di antara badan-badan yang relevan. Mengakui AICHR sebagai lembaga yang memayungi hak asasi manusia di ASEAN dengan tanggung jawab menyeluruh bagi peningkatan dan perlindungan hak asasi manusia di ASEAN, dan yang teramat penting, mengakui peran 5 Yang dimaksud dengan keadilan iklim adalah tanggung jawab moral dan etika atas perubahan iklim sebagaimana dipicu oleh eksploitasi historis sumber daya dan tatanan iklim secara agresif terutama oleh negara-negara yang sedang berkembang dan perusahaan-perusahaan swasta khususnya yang berasal dari belahan bumi Utara dan yang secara tidak proporsional berpengaruh terhadap masyarakat-masyarakat di belahan bumi Selatan. ACWC sebagai badan khusus yang berfokus pada hak asasi perempuan dan anak. Badan-badan hak asasi manusia, antara lain, harus memastikan saling melengkapinya, saling terhubungnya dan satu padunya kebijakan dan program badan-badan sektoral, dewan-dewan koordinasi dan struktur-struktur ASEAN lainnya, entitas dan proses ASEAN yang ditujukan untuk meningkatkan dan melindungi hak asasi manusia individu maupun suku-suku bangsa ASEAN. Di Tingkat Internasional Negara anggota ASEAN harus menggalang kesepakatan koordinasi dan kerja sama di tingkat regional maupun internasional seperti dengan kantor-kantor regional dan global Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia (UNHCR), badan-badan dan aparatur hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan lembagalembaga seperti Perempuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN Women) dan juga dengan struktur dan entitas regional lainnya seperti Uni Eropa, tatanan-tatanan hak asasi manusia organisasi negara-negara benua Amerika (Inter-American systems) dan Uni Afrika dan organisasiorganisasi masyarakat sipil, termasuk antara lain: a. Memastikan bahwa kerja sama internasional, termasuk perjanjian-perjanjian dan program-program pengembangan dan perdagangan, berpegang teguh pada prinsipprinsip mendasar dan universal hak asasi manusia, dan b. Memfasilitasi dan mendukung pengembangan kapasitas, termasuk melalui pertukaran dan berbagi pengalaman, informasi, program pelatihan dan praktik yang baik yang bertujuan untuk meningkatkan dan melindungi hak asasi manusia individu dan suku-suku bangsa. Di Tingkat Nasional Ketentuan pasal-pasal yang mengatur kerja sama regional dan internasional tidak mengurangi kewajiban setiap negara anggota ASEAN untuk memenuhi kewajiban masing-masing berdasarkan AHRD tersebut. Harus ada kerangka kerja yang tersatupadukan dan terhubung satu sama lain bagi kerja sama hak asasi manusia di antara negara-negara ASEAN, khususnya badan-badan hak asasi manusia, antara lain: a. Dengan semua perangkat yang relevan dari masing-masing Negara, termasuk sekretariat nasional, kementerian, departemen antar dan intra ASEAN dan antara seluruh negara anggota ASEAN; b. Dengan lembaga-lembaga hak asasi manusia nasional, termasuk dengan lembaga-lembaga nasional khusus 5

perempuan. Negara-negara anggota juga harus memfasilitasi pembentukan lembagalembaga hak asasi manusia nasional yang independen, khususnya lembaga-lembaga khusus perempuan, guna memastikan peningkatan dan perlindungan hak asasi manusia; c. Melalui konsultasi yang erat dan teratur dengan organisasi-organisasi masyarakat sipil termasuk dengan mereka yang dilibatkan dalam advokasi untuk perlindungan dan peningkatan hak asasi perempuan guna memastikan adanya partisipasi dan keterwakilan yang bermakna, substantif dan sepenuhnya dari suku-suku bangsa ASEAN, termasuk perempuan, dalam semua tahap dan inisiatif ASEAN. Hal ini harus mencakup langkah-langkah untuk memastikan perlindungan terhadap pembela hak asasi manusia termasuk mereka yang memberikan informasi dan berpartisipasi dalam proses ASEAN beserta mekanismemekanisme hak asasi manusianya. PELAKSANAAN 6 Negara anggota ASEAN harus memastikan diambilnya tindakan-tindakan pendukung yang tepat seperti penyusunan undang-undang, kebijakan dan program 7 bagi pelaksanaan AHRD dalam kerangka waktu tertentu melalui proses transparan dan inklusif yang berpegang teguh pada prinsip-prinsip hak asasi manusia dan tata kelola pemerintahan yang demokratis. Harus ada pengaturan kelembagaan yang tepat dan efisien untuk memastikan keefektifan pelaksanaan termasuk 8, dijalankannya prosedur dan sistem yang efektif, alokasi sumber daya fiskal dan sumber daya manusia; aturan dan peraturan yang jelas bagi pelaksanaan (penegakan / pelaksanaan tanggung jawab) dan kebijakan pengaman untuk menghalangi terjadinya diskriminasi terhadap perempuan dan kelompok-kelompok yang terpinggirkan, dan peningkatan kapasitas para pemangku kewajiban (seluruh cabang pemerintahan - secara vertikal maupun horisontal) yang juga mempertimbangkan upaya untuk memfasilitasi terwujudnya kesatupaduan intra- dan antar-departemen baik di tingkat nasional maupun di tingkat regional dan internasional. Harus ada langkah-langkah untuk memastikan dan memantau pengikutsertaan dan keterwakilan perempuan 6 Unsur-unsur yang diadopsi dari Kerangka Kerja Aplikasi CEDAW (CEDAW Application Framework atau CAF) yang dikembangkan oleh IWRAW Asia Pacific, Agustus 2007 7 Sumber kewajiban Negara menurut CEDAW: Pasal 2, 3, dan Rekomendasi Umum 25. 8 Sumber kewajiban Negara menurut CEDAW: Pasal 2, 3, 7, 24, Rekomendasi Umum 6. serta pengintegrasian perspektif dan pertimbangan hak asasi perempuan dalam pengambilan keputusan dan proses-proses lain dari semua organ dan badan ASEAN. PEMANTAUAN dan PERTANGGUNGJAWABAN 9 Negara anggota ASEAN harus memastikan adanya pemantauan terus menerus terhadap pelaksanaan AHRD, termasuk melalui partisipasi pemegang hak 10 serta pengumpulan, analisis dan pemanfaatan data, (yang dipilah berdasarkan jenis kelamin dan identitas lainnya) untuk menentukan manfaat dari pelaksanaan AHRD tersebut (yang dibuktikan berdasarkan dampaknya, yaitu, apakah ada kesetaraan akses, hasil, dan lain-lain) 11. Harus ada ketentuan yang memungkinkan transparansi dan akses ke semua informasi yang dikumpulkan 12. Mekanisme pemantauan internal dan eksternal harus ditetapkan untuk memastikan pertanggungjawaban atas komitmen kelembagaan untuk mewujudkan kesetaraan 13 dan menghapus diskriminasi yang juga meliputi pelacakan pemanfaatan sumber daya yang dialokasikan untuk memajukan perempuan dan kelompok-kelompok terpinggirkan (baik pendapatan nasional maupun bantuan luar negeri). 14 Negara Anggota harus memastikan masukan dari lembaga-lembaga hak asasi manusia nasional dan beragam kelompok hak asasi manusia dalam memantau keefektifan pelaksanaan undang-undang, kebijakan dan program hak asasi manusia di ASEAN untuk memastikan realisasi penuh hak asasi manusia di ASEAN. Kontak: Kalyanamitra, Jakarta, Indonesia, tel: +62 21 800 4712, email: ykm@indo.net.id Women s Caucus (contact person: Nina Somera), email: nina@apwld.org 9 Unsur-unsur yang diambil dari Kerangka Kerja Aplikasi CEDAW atau CEDAW Application Framework (CAF) yang disusun oleh IWRAW Asia Pacific, Agustus 2007 10 Sumber-sumber kewajiban Negara berdasarkan CEDAW: Pasal 2 (paragraf mukadimah), Pasal 3, Pasal 18, Pasal 22. 11 Sumber-sumber kewajiban Negara berdasarkan CEDAW: Rekomendasi Umum 9, Rekomendasi Umum 23 (para 48d), Rekomendasi Umum 12 (secara spesifik dalam hubungannya dengan kekerasan terhadap perempuan), Rekomendasi Umum 14 (secara spesifik dalam hubungannya dengan sunat perempuan), Rekomendasi Umum 16 (secara spesifik dalam hubungannya dengan pekerja perempuan yang bekerja tanpa dibayar). 12 Sumber-sumber kewajiban Negara berdasarkan CEDAW: Pasal 2, Pasal 3 and Rekomendasi Umum 9 13 Sumber-sumber kewajiban Negara berdasarkan CEDAW: Pasal 3, and Rekomendasi Umum 6. 14 Sumber-sumber kewajiban Negara berdasarkan CEDAW: Pasal 2 (paragraf mukadimah), Pasal 3, Pasal 18, Pasal 24. 6