BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya sangat cepat. Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dengan dunia luar, sehingga lebih beresiko terjadi peradangan atau

BAB I PENDAHULUAN. usia, jenis kelamin, dan strata sosial serta dapat dijumpai diseluruh dunia.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TRAUMA PADA KORNEA DI RUANG MATA RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA. Trauma Mata Pada Kornea

06/10/2011 PERADANGAN MATA (KONJUNGTIVITIS)

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

BAB 1 PENDAHULUAN. Kornea merupakan lapisan depan bola mata, transparan, merupakan

MILIK UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

KARAKTERISTIK KLINIS DAN DEMOGRAFIS PENDERITA KONJUNGTIVITIS YANG BEROBAT

Bagian XIII Infeksi Nosokomial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

No. Kuesioner : I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Sumber Informasi :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan kerja merupakan salah satu faktor penunjang untuk

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (Anonim, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting dalam. diantaranya perawat, dokter dan tim kesehatan lain yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut data Badan Kesehatan Dunia (WHO), HAI s (Healthcare

BAB 1 PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan berbagai penyebab penyakit lainnya yang dapat

Gejala Penyakit CAMPAK Hari 1-3 : Demam tinggi. Mata merah dan sakit bila kena cahaya. Anak batuk pilek Mungkin dengan muntah atau diare.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. maupun tidak langsung kematian pasien. Infeksi nasokomial ini dapat berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. nekrosis, dan terganggunya keseimbangan normal serabut-serabut lensa. uveitis, retinitis pigmentosa, dan kebutaan (Ilyas, 2010).

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

1. Sklera Berfungsi untuk mempertahankan mata agar tetap lembab. 2. Kornea (selaput bening) Pada bagian depan sklera terdapat selaput yang transparan

BAB I PENDAHULUAN. dengan hiperemia konjungtiva dan keluarnya discharge okular (Ilyas, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit (RS) sebagai institusi pelayanan kesehatan, di dalamnya

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di Puskesmas Sidomulyo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menyebabkan lisis pada bakteri dan dapat membantu. mengeliminasi organisme dari mata (Muzakkar, 2007).

promotif (pembinaan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif (pengobatan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) serta dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tugas mendukung upaya penyembuhan penderita dalam waktu sesingkat mungkin dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Obat-obat andalan

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE DI RW III DESA PONCOREJO KECAMATAN GEMUH KABUPATEN KENDAL ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Keselamatan pasien (Patient Safety) adalah isu global dan nasional bagi

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif, toksin, replikasi intra seluler atau reaksi antigen-antibodi.

BAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009).

Evidence-based Treatment Of Acute Infective Conjunctivitis Breaking the cycle of antibiotic prescribing

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada iklim, tetapi lebih banyak di jumpai pada negara-negara berkembang di

ASUHAN KEBIDANAN PADA An. E USIA 8 TAHUN DENGAN VARICELLA. Nur Hasanah* dan Heti Latifah** ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rumah Sakit sebagai salah satu institusi kesehatan mempunyai peran penting

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

Rini Damayanti, Sri Sugiarsi,Riyoko APIKES Mitra Husada Karanganyar ABSTRAK

SAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) DIARE

BAB I PENDAHULUAN. besar. Salah satu industri yang banyak berkembang yakni industri informal. di bidang kayu atau mebel (Depkes RI, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rumah sakit termasuk pelayanan laboratorium didalamnya oleh WHO

BAB 1 PENDAHULUAN. Komplikasi akut adalah gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka

BAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terdapat hampir di semua negara di dunia tanpa kecuali Indonesia. Sejak

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam bab ini akan dibahas tentang latar belakang penelitian, masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. yang selalu bertambah setiap tahunnya. Salah satu jenis infeksi tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. 1 HIV yang tidak. terkendali akan menyebabkan AIDS atau Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan anugerah Tuhan yang Maha Kuasa. Sudah semestinya

Anita's Personal Blog Glaukoma Copyright anita handayani

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan berkomunikasi dengan orang lain. Gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. mengimbangi situasi tersebut. Salah satu kiat tersebut adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kecil) atau appendiktomi. Appendiktomi adalah pembedahan untuk mengangkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dalam terapi obat (Indrasanto, 2006). Sasaran terapi pada pneumonia adalah bakteri, dimana bakteri merupakan penyebab infeksi.

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita

BAB 1 PENDAHULUAN. penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini. sebanyak jiwa per tahun (Emilia, 2010).

F. Originalitas Penelitian. Tabel 1.1 Originalitas Penelitian. Hasil. No Nama dan tahun 1. Cohen et al Variabel penelitian.

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA SINUSITIS DI POLIKLINIK TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan, dan keturunan. Berdasarkan ke empat faktor tersebut, di negara yang

BAB I PENDAHULUAN. ditemukannya kuman penyebab tuberkulosis oleh Robert Koch tahun 1882

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konjungtivitis merupakan penyakit mata paling umum didunia. Penyakit konjungtivitis ini berada pada peringkat no.3 terbesar di dunia setelah penyakit katarak dan glaukoma, khusus konjungtivitis penyebarannya sangat cepat. Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai berat dengan sekret purulen kental. Konjungtivitis atau radang konjungtiva adalah radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata yang dibedakan kedalam bentuk akut dan kronis. Konjungtivitis (pink eye) merupakan peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata) yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi dari bahan-bahan kimia seperti terkena serpihan kaca yang debunya beterbangan sehingga mengenai mata kita dan menyebabkan iritasi sedangkan konjungtivitis yang disebabkan oleh mikroorganisme (terutama virus dan kuman atau campuran keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara (Ilyas, 2015). Konjungtivitis keberadaannya dirasa cukup mengganggu karena penderita akan mengalami beberapa gejala umum seperti mata terasa perih, berair, terasa ada yang mengganjal disertai dengan adanya sekret atau kotoran pada mata (Wijana, 2009). Penyebab umumnya eksogen tetapi bisa juga penyebab endogen (Vaughan,2010). Penyebab paling umum adalah

2 Streptococcus pneumonia pada iklim sedang dan Haemophilus aegyptius pada iklim panas. Konjungtivitis yang disebabkan oleh Streptococcus pneumonia dan Haemophilus Aegyptius disertai juga dengan perdarahan sub konjungtiva, penyakit ini ditandai dengan timbulnya hiperemi konjungtiva secara akut, dan jumlah eksudat mukopurulen sedang (Vaughan, 2010). Konjungtivitis atau mata merah bisa menyerang siapa saja dan sangat mudah menular, penularan terjadi ketika seorang yang sehat bersentuhan tangan seperti bersalaman dengan seorang penderita konjungtivitis atau dengan benda yang baru disentuh oleh penderita, lalu orang yang sehat tersebut menggosok tangannya ke mata dan hal ini bisa menyebabkan penularan secara cepat sehingga dapat meningkatkan jumlah penderita penyakit konjungtivitis (Ilyas, 2015). Penyakit Konjungtivitis semakin meningkat. Berdasarkan data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat menyatakan bahwa pada tahun 2008, menunjukkan peningkatan penderita yang lebih besar yaitu sekitar 135 per 10.000 penderita baik pada anak-anak maupun pada orang dewasa dan juga lanjut usia (Lolowang,2014). Berdasarkan Bank Data Departemen Kesehatan Indonesia (2013) jumlah pasien rawat inap konjungtivitis di seluruh rumah sakit pemerintah tercatat sebesar 12,6% dan pasien rawat jalan konjungtivitis sebesar 28,3%. Di Indonesia pada tahun 2014 diketahui dari 185.863 kunjungan ke poli mata. Konjungtivitis juga termasuk dalam 10 besar penyakit rawat jalan terbanyak pada tahun 2015 (KEMENKES RI, 2015). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau, melaporkan jumlah penderita

3 konjungtivitis di pada tahun 2015 tercatat ada sebanyak 1.528 kasus konjungtivitis dan terjadi peningkatan konjungtivitis pada bulan Januari 2016 Agustus 2016 mencapai 1.769 kasus pada tiga rumah sakit di wilayah kerja dinas kesehatan Tanjung Pinang. Kasus yang terdapat di RS Angkatan Laut Tanjung Pinang sebanyak 218 kasus, di RSUD Tanjung Pinang terdapat 81 kasus dan di RSUP Tanjung Pinang Terdapat 116 kasus (Laporan Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang, 2016). Dampak konjungtivitis apabila tidak diobati dalam 12 sampai 48 jam setelah infeksi di mulai, mata menjadi merah dan nyeri. Perawatan mata juga termasuk dalam personal hygiene yang perlu diperhatikan dalam masyarakat. Jika tidak diobati bisa terbentuk ulkus kornea, abses, perforasi mata bahkan kebutaan dan katarak. (Ramadhanisa, 2014). Untuk mencegah dan menghindari komplikasi dan dampak dari konjungtivitis, maka masyarakat perlu mempunyai pengetahuan tentang bagaimana penatalaksanaan konjungtivitis dengan baik, karena saat ini masih banyak orang yang mempersepsikan konjungtivitis dengan pemahaman yang kurang tepat terutama dalam pengobatannya. Penting bagi kita untuk menjaga mata karena pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010), adalah hasil dari tahu yang dapat diketahui setelah orang melakukan proses penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga dan sangat erat hubungannya dengan pendidikan baik secara formal maupun informal,

4 pengetahuan kesehatan yang baik dapat meningkatkan perilaku sehat seseorang. Pengetahuan tentang bagaimana menjaga kesehatan mata sangat penting dimiliki masyarakat karena salah satu faktor yang dapat menularkan penyakit mata seperti konjungtivitis adalah pengetahuan seseorang. Jika seseorang memiliki pengetahuan yang baik dan benar artinya ia memiliki dasar untuk berperilaku secara benar pula karena pengetahuan dan sikap sangat mempengaruhi prilaku seseorang. Sikap merupakan salah satu komponen dasar pembentuk perilaku. Dalam hal ini jika masyarakat umum mengetahui bahaya konjungtivitis hingga cara menangani konjungtivitis maka angka penularan dan kejadian konjungtivitis dapat diatasi (Ilyas, 2015). Berkenaan dengan faktor sikap dan prilaku yang dapat menyebabkan penyakit konjungtivitis bahwa sumber penularan konjungtivitis adalah cairan yang keluar dari mata yang mengandung bakteri dan virus. Tangan yang terkontaminasi cairan infeksi dapat menjadi media penularan, seperti melalui jabatan tangan. Bisa pula melalui cara tidak langsung, misalnya tangan yang terkontaminasi memegang benda yang kemudian terpegang oleh orang lain, penggunaan handuk secara bersamaan, penggunaan sapu tangan tisue secara bergantian, dan penggunaan bantal/ sarung bantal secara bersama-sama. Dari data yang didapat melalui hasil pengamatan pengumpulan data dapat dilihat masih ada masyarakat yang belum memahami dan mengerti cara pencegahan dan penatalaksanaan penyakit konjugtivitis. Untuk itu perlu ditingkatkan pengetahuan dan sikap masyarakat tentang

5 pengobatan non farmakologi konjungtivitis yang tepat, dan masih ada masyarakat yang menganggap remeh penyakit konjungtivitis sehingga mereka enggan untuk berobat ke rumah sakit atau pelayanan kesehatan yang terdekat. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hapsari di Mojokerto didapatkan hasil bahwa lebih dari separuh (59,7%) responden memiliki pengetahuan yang rendah tentang konjungtivitis dan penatalaksanaannya. Penelitian yang juga dilakukan Khoirunnisia (2016) di yogyakarta menyatakan bahwa 14,1% responden memiliki pengetahuan yang kurang tentang penyakit konjungtivitis dan penatalaksanaannya. Rendahnya pengetahuan tentang konjungtivitis dapat menyebabkan lamanya waktu penyembuhan dan penularan penyakit dari satu orang penderita ke orang lain, sehingga Konjungtivitis menjadi salah satu penyakit mata yang sering terjadi pada masyarakat. Rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat atas juga memiliki andil dalam memberikan informasi kesehatan yang benar bagi masyarakat sehingga masyarakat dalam hal ini pasien yang berkunjung ke rumah sakit memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang isu kesehatan selain mendapatkan pengobatan dari rumah sakit yang bersangkutan, disimpulkan bahwa rumah sakit bukan hanya memberikan pelayanan pengobatan saja tetapi lebih dari itu rumah sakit memiliki tanggung jawab dalam memberikan pengetahuan kesehatan yang baik dan benar kepada setiap pasiennya. Berdasarkan laporan rekam medis poli mata RS TNI Angkatan Laut Tanjungpinang tahun 2015 menunjukkan jumlah penderita

6 konjungtivitis yang berobat jalan sebanyak 59 pasien sedangkan rawat inap sebanyak 22 pasien. Kemudian sejak Januari 2016 hingga Agustus 2016 tercatat jumlah pasien konjungtivitis mengalami peningkatan menjadi 128 pasien rawat jalan sedangkan rawat inap juga mengalami peningkatan menjadi 30 pasien. Studi pendahuluan yang dilakukan pada 29 September 2016 pada pasien konjungtivitis yang berobat ke RS TNI Angkatan Laut Tanjungpinang Berdasarkan wawancara awal pada 10 pasien dengan konjungtivitis, 8 diantaranya mengatakan pernah melakukan pengobatan mata secara mandiri di rumah dengan berbagai cara seperti menggunakan air rebusan daun sirih, menggunakan urin pada pagi hari yang diteteskan ke mata yang sakit, namun tidak menunjukkan penyembuhan pada mata tersebut dan pasien juga mengatakan kurang mengetahui bagaimana cara menangani penyakit mata merah yang mereka alami dengan tepat dan tidak mengetahui bagaimana cara menghindari penularan penyakit tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien tentang Penatalaksanaan Non Farmakologi konjungtivitis di RS. TNI Angkatan Laut Tanjungpinang, RSUD Tanjungpinang, dan RSUP Tanjungpinang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien tentang Penatalaksanaan Non Farmakologi konjungtivitis di RS. TNI

7 Angkatan Laut Tanjungpinang, RSUD Tanjungpinang, dan RSUP Tanjungpinang?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penulisan skripsi ini yaitu untuk mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien tentang Penatalaksanaan Non Farmakologi Konjungtivitis di RS. TNI Angkatan Laut Tanjungpinang, RSUD Tanjungpinang, dan RSUP Tanjungpinang 2. Tujuan Khusus Secara khusus penelitian ini bertujuan : a. Diketahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan pasien tentang penatalaksanaan non farmakologi konjungtivitis di RS. TNI Angkatan Laut Tanjungpinang, RSUD Tanjungpinang, dan RSUP Tanjungpinang b. Diketahui distribusi frekuensi sikap pasien tentang penatalaksanaan non farmakologi konjungtivitis di RS. TNI Angkatan Laut Tanjungpinang, RSUD Tanjungpinang, dan RSUP Tanjungpinang D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Dinas Kesehatan Diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan dalam upaya peningkatan pelayanan penyakit konjungtivitis pada pasien dan keluarga dalam penanggulangan penyakit konjungtivitis. 2. Bagi Institusi Pendidikan

8 Sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan, panduan dan referensi serta dapat memberikan gambaran tingkat pengetahuan dan sikap pasien tentang penatalaksanaan non farmakologi konjungtivitis. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai informasi awal tentang Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Pasien tentang Penatalaksanaan Non Farmakologi Konjungtivitis dalam meningkatkan pengetahuan pada penelitian lanjutan.