BAB I PENDAHULUAN. Serangan teroris yang terjadi tahun 2002 dan 2005 menimbulkan penurunan angka

dokumen-dokumen yang mirip
DAMPAK PERKEMBANGAN CITY HOTEL TERHADAP USAHA HOTEL MELATI DI KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang unik dibandingkan dengan propinsi lain di mana pilar-pilar

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata dapat memberikan keuntungan cepat di suatu daerah jika

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan pariwisata merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. budaya, suku serta memiliki adat istiadat yang unik di masing masing

BAB I PENDAHULUAN. investor berniat berbisnis dan berinvestasi di Indonesia. Jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Memperoleh keunggulan bersaing merupakan tantangan utama bagi

BAB I PENDAHULUAN. seluruh belahan dunia. Saat ini, seluruh Negara berlomba-lomba untuk

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha untuk turut

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sektor yang cukup diperhitungkan dan diperhatikan oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. cepat, dikarenakan oleh kunjungan wisatawan yang semakin meningkat untuk datang

BAB 1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan di berbagai sektor salah satunya adalah sektor pariwisata.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini sejalan dengan pernyataan Dr. Sapta Nirwandar selaku Wakil

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. pada dewasa ini, tentunya kita ketahui bahwa MEA

BAB I PENDAHULUAN. sementara, tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah, dilakukan perorangan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat menarik, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sektor andalan dalam pembangunan Indonesia dan pembangunan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki suatu nilai yang tidak hilang meskipun zaman sudah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Selain itu juga didukung oleh masyarakat lokal Bali yang ramah,

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan beberapa tahun terakhir. Hal ini bisa dilihat berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. C I T Y H O T E L B I N T A N G 3 D I S E M A R A N G I m a n t a k a M u n c a r

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara yang saat ini

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kota pariwisata dan kota pelajar dengan unsur budaya yang melekat, dan

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja telah menjadi permasalahan serius. Salah satu upaya pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun ke tahun semakin. meningkat baik dari jumlah wisatawan maupun pembelanjaannya.

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah keseluruhan kegiatan pemerintah, pengusaha yang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup dan budaya bangsa, memperkokoh persatuan dan kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu kota budaya yang menjadi

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat besar, di antaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. digunakan dan model penelitian untuk memberikan pemahaman yang lebih

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata yang dipandang sebagai industri multidimensi, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diandalkan tidak hanya dalam pemasukan devisa, tetapi juga

BAB 1 PENDAHULUAN. awal abad 21 dan digunakan sebagai ukuran yang reliabel terhadap pertumbuhan

DAMPAK PERKEMBANGAN CITY HOTEL TERHADAP USAHA HOTEL MELATI DI KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. Potensi industri pariwisata di Indonesia memiliki jenis yang bervariatif,

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung di Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN. keuangan walaupun masih ada aliran dana dari pusat kepada daerah seperti dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BINTANG EMPAT

BAB I PENDAHULUAN. internet kita bisa melakukan bisnis secara online, mencari berbagai informasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan persaingan bisnis di Indonesia merupakan salah satu fenomena

BAB I PENDAHULUAN. internet dalam kebutuhan masyarakat sehari-hari. Hampir setiap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia.Pengelolaan dan pengembangan pariwisata harus dilanjutkan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Molinda Hotmauly, 2014

BAB I PENDAHULUAN. devisa negara. Salah satu Visi Pariwisata Indonesia yaitu, industri pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. menawarkan berbagai macam tipe kamar dengan potongan harga, pelayanan

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH MAKAN PADA SAUNG KATINEUNG RASA PUNCLUT MELALUI ANALISIS SWOT

LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI HOTEL DI MALANG

BAB I PENDAHULUAN. industri yang menjanjikan, paling tidak kini pariwisata telah berarti bagi

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Propinsi Bali pada Tahun 2009 memiliki luas sekitar Ha dan

BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Fasilitas Terhadap Kepuasan Wisatawan Di Cikole Jayagiri Resort Bandung

BAB I PENDAHULUAN CITY HOTEL DI MEDAN

PERKEMBANGAN PARIWISATA DI JAWA TENGAH BULAN FEBRUARI 2014

Abstrak. Kata kunci : kompetensi, kapabilitas, keunggulan kompetitif dan kinerja perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. serius terhadap bidang ini telah melahirkan beberapa kebijakan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang beroperasi di Indonesia, di satu sisi era globalisasi memperluas

PERKEMBANGAN PARIWISATA DI JAWA TENGAH BULAN AGUSTUS 2013

BAB I PENDAHULUAN. mampu menghasilkan devisa negara dengan mendatangkan wisatawan domestik

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I Pendahuluan I - 1 BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. mendorong tumbuhnya berbagai industri sebagai upaya dalam memenuhi. Persaingan dalam dunia industri sebagai dampak dari beragamnya

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Banyaknya Pengunjung obyek-obyek wisata pantai di Gunung Kidul Mancanegara (Man) dan Nusantara (Nus)

PERKEMBANGAN PARIWISATA DI JAWA TENGAH BULAN APRIL 2013

oleh semua pihak dalam pengembangan dunia pariwisata.

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu bisnis yang tumbuh sangat cepat, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Usaha pariwisata ini menjadi sektor unggulan dalam pembangunan ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN. kegiatannya, dengan pariwisata juga kita bisa reffresing untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak

PERKEMBANGAN PARIWISATA DI JAWA TENGAH BULAN OKTOBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, dunia pariwisata merupakan salah satu asset

I. PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memegang peranan penting dalam menunjang pembangunan

I. PENDAHULUAN. Sektor pariwisata termasuk ke dalam kelompok industri terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kota Surakarta yang sering juga disebut dengan kota Solo

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan Di Bandung Jumlah Wisatawan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang diunggulkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. City Hotel di Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan studi ini dilatarbelakangi oleh terjadinya satu dilema yang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak diberlakukannya

BAB I PENDAHULUAN. pesona alam yang luar biasa. Keunikan inilah yang menjadikan Indonesia sebagai

Mohon Kirimkan. eksemplar. Posisi : Nama (Mr/Mrs/Ms) Nama Perusahaan. Alamat. Tanggal : / / Telepon/Fax

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Kuta adalah sebuah Kecamatan yang berada di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata kini memegang peran yang cukup penting dalam pembangunan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. bidang pariwisata semakin pesat, United Nations World Tourism Organization

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan dan pengujian model yang dapat menjelaskan sebab dan akibat perilaku seorang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata Bali berkembang pesat dalam sepuluh tahun terakhir ini, terutama jika dilihat dari tren angka kunjungan wisatawan domestik dan asing. Serangan teroris yang terjadi tahun 2002 dan 2005 menimbulkan penurunan angka kunjungan sesaat, sesudah itu meningkat terus. Data Dinas Pariwista Provinsi Bali menunjukkan, tahun 2003 angka kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali 993.029 orang, sepuluh tahun kemudian, tahun 2013, meningkat menjadi 3.278.598 orang. Dalam sepuluh tahun, terjadi peningkatan sebesar 2.285.569 orang atau 230,16 persen. Menurut Menteri Pariwisata Arief Yahya, Pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan bebas visa mulai 2015 kepada 30 negara baru yang warganya memperoleh fasilitas bebas visa kunjungan singkat. 1 Kebijakan ini diprediksi mampu meningkatkan angka kunjungan wisatawan ke Bali. Tren peningkatan angka kunjungan wisatawan ke Bali dibarengi dengan bertambahnya jumlah sarana akomodasi. Data Dinas Pariwisata Provinsi Bali menunjukkan, tahun 2003 jumlah sarana akomodasi yang terdiri dari hotel berbintang, non-bintang dan pondok wisata di Bali adalah 1.209 unit dengan jumlah kamar mencapai 35.259 kamar, sedangkan tahun 2013 menjadi 2.572 unit dengan 44.361 kamar. 1. Tangerang.imigrasi.go.id/site/detailberitaumum/269/pemerintah-memberi-bebas-visakunjungan-singkat-wisatawan-kepada-30 1

2 Terjadi peningkatan jumlah hotel sebesar 112,73 persen dan 25,8 persen pada jumlah kamar. Pembangunan sarana akomodasi semakin bertambah karena para investor melihat perkembangan pariwisata Bali merupakan arena yang menarik untuk menanamkan modalnya terutama di bidang sarana akomodasi. Denpasar merupakan wilayah dengan pertumbuhan sarana akomodasi yang pesat, seperti kehadiran sejumlah hotel di wilayah kota sering dikenal dengan istilah city hotel. Sesuai dengan namanya, city hotel mengacu pada hotel yang terletak di daerah perkotaan, dilawankan dengan hotel di tepi pantai atau resort. Di wilayah Denpasar, hotel-hotel pada awalnya dan pada umumnya terletak di Pantai Sanur, sementara di perkotaan tidak seumum dan sebanyak di Sanur. Hotel-hotel yang tumbuh belakangan ini di Kota Denpasar dengan jelas menggunakan sebutan city hotel, seperti Grand City Inn, Santosa City Hotel ataupun Bali Rama City Hotel. Istilah city hotel sudah sangat popular dan banyak digunakan dalam percakapan di kalangan industri pariwisata dan pemerintah. Yang diacu pun sudah jelas adalah hotel-hotel yang hadir di kota. Penelitian ini mengangkat masalah pertumbuhan city hotel dan dampaknya terhadap pengelolaan hotel melati di Kota Denpasar. Dipilihnya Denpasar sebagai lokasi penelitian karena pertumbuhan sarana akomodasi di perkotaan yang disebut city hotel cukup pesat. Perkembangan fasilitas pariwisata seperti hotel, restoran atau rumah makan dalam sepuluh tahun terakhir di Kota Denpasar sangat cepat, hal ini berbeda dengan tahun 1970-an, fasilitas pariwisata yang tersedia sangat terbatas. Pada tahun 1970-an Wilayah Kota Denpasar yang berkembang fasilitas pariwisatanya hanya di sekitar Sanur

3 yang memang telah dikenal sebagai daerah pariwisata. Sedangkan wilayah lainnya yang berada di tiga kecamatan yakni Denpasar Barat, Utara dan Timur belum begitu dikenal. Hotel yang berkembang pada saat itu adalah hotel kelas melati dan dikelola pengusaha lokal. Seiring dengan perkembangan zaman, berwisata menjadi kebutuhan manusia, pembangunan fasilitas pariwisata semakin tak terkendali, demikian pula yang terjadi di Kota Denpasar. Perkembangan perekonomian Kota Denpasar sebagian besar digerakkan oleh sektor tersier sebesar 74,86 persen dan kontribusi sebesar 39,60 persen berasal dari sektor perdagangan, hotel dan restoran (Statistik Daerah Kota Denpasar 2014). Dalam Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor KM3./HK.001/ MKP.02 tentang Penggolongan Kelas Hotel menyebutkan usaha akomodasi dibedakan atas hotel berbintang dan melati, berdasarkan jenis dan tingkat fasilitas yang disediakan. Jenis dan tingkat fasilitas hotel menjadi dasar pemberian golongan kelas hotel yang memberikan gambaran tentang kualitas hotel baik secara fisik maupun pelayanan yang diberikan. Ada beberapa jenis sarana akomodasi yang tersedia di Kota Denpasar yang telah diatur dalam Peraturan Daerah antara lain hotel berbintang, hotel non-bintang atau dikenal dengan hotel melati, pondok wisata dan kondominium hotel atau kondotel. Statistik Daerah Kota Denpasar Tahun 2014 menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah hotel berbintang tahun 2012 dari 25 menjadi 27 pada tahun 2013. Sedangkan jumlah hotel non-bintang dari 236 pada tahun 2012 menjadi 253 di tahun 2013. Jumlah kamar hotel berbintang pada tahun 2013 sebanyak 3.705 dan hotel non-bintang sejumlah 5.834 kamar. Tingkat hunian kamar pada hotel

4 berbintang tahun 2013 sekitar 50,62 persen, terjadi penurunan dibandingkan pada tahun 2012 tingkat hunian kamar mencapai 58,12 persen. Tingkat hunian kamar hotel non-bintang tahun 2012 sebanyak 30,50 persen menurun menjadi 26,31 persen pada tahun 2013. Rata-rata lama menginap di hotel berbintang terjadi peningkatan dari 2,90 hari di tahun 2012 menjadi 3,24 hari di tahun 2013 dengan rata-rata lama menginap di hotel non-bintang juga mengalami peningkatan dari 2,87 hari di tahun 2012 menjadi 3,12 hari di tahun 2013. Fenomena tersebut menunjukkan telah terjadi penurunan pada tingkat hunian kamar baik di hotel berbintang maupun hotel non-bintang di bawah 50 persen. Penurunan tingkat hunian hotel dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti menurunnya jumlah wisatawan yang menginap di Kota Denpasar sebesar 13,62 persen pada tahun 2013 mencapai 364.322 orang dibandingkan pada tahun 2012 (Data Statistik Daerah Kota Denpasar Tahun 2014). Perkembangan hotel di Denpasar tidak saja memberikan tambahan fasilitas akomodasi bagi kota Denpasar, namun pembangunan hotel yang lokasinya berada di pusat kota dan dikenal dengan istilah city hotel sering menimbulkan permasalahan. Adapun masalah yang ditimbulkan seperti adanya persaingan harga sewa kamar yang tidak sehat, rendahnya tingkat hunian kamar, tidak meratanya pembangunan di seluruh wilayah serta menurunnya fasilitas dan pelayanan yang diberikan kepada wisatawan. Beberapa city hotel dikelola oleh manajemen profesional yang berjaringan Nasional ataupun Internasional dengan menawarkan fasilitas sekelas hotel bintang dengan harga kamar sekelas hotel melati. Sebagai perbandingan harga sewa kamar

5 yang ditawarkan oleh Hotel Pop Haris yang berlokasi di Jalan Teuku Umar yang merupakan city hotel dengan klasifikasi hotel berbintang sebesar Rp.271.074 sedangkan Hotel Ratu yang berlokasi di Jalan Yos Sudarso dengan klasifikasi hotel melati dua menawarkan harga sewa kamar per malam sebesar Rp. 253.537. Penawaran ini dilakukan melalui perusahaan perjalanan online Agoda. Kondisi ini jelas menggambarkan ketatnya persaingan antar pengusaha hotel di Kota Denpasar. Menurut Marlina (2008, 60) city hotel adalah hotel yang terletak di pusat kota biasanya ditujukan untuk pebisnis atau dinas. Letak hotel ini tidak selalu berada di tengah kota namun ada juga menyebar di seluruh bagian kota yang dekat dengan sentral bisnis ataupun pusat pemerintahan. Meskipun demikian, tamu dari city hotel ini juga wisatawan karena letak hotel dekat dengan daya tarik wisata yang ada di daerah tersebut. Daya tarik utama hotel semacam ini selain karena fasilitasnya yang lengkap, juga karena lokasi yang strategis dan harga sewa kamarnya yang murah. Pesatnya pembangunan hotel baru di tengah kota sudah barang tentu memberikan kontribusi kelebihan jumlah kamar yang terjadi dan memberikan dampak secara tidak langsung kepada tingkat hunian hotel, pendapatan hotel dan persaingan harga sewa kamar. Dengan perhitungan ketersediaan jumlah kamar yang telah melebihi dari permintaan, menyebabkan tingkat hunian kamar tidak mencapai target sehingga terjadi penurunan pendapatan hotel. Berbagai upaya dilakukan oleh pihak manajemen untuk menawarkan hotelnya, seperti membuat program penawaran spesial yang berkepanjangan agar dapat memberikan harga

6 yang menarik minat wisatawan melalui biro perjalanan wisata ataupun bekerja sama dengan perusahaan perjalanan online seperti Agoda, Traveloka ataupun perusahaan semacam lainnya. Dengan adanya harga sewa kamar hotel berbintang sama dengan sewa kamar hotel melati akan memberikan dampak yang sangat buruk terhadap kelangsungan usaha hotel non-bintang lainnya. Hotel-hotel nonbintang akan terus menurunkan harga sewa kamarnya agar dapat bersaing dan untuk memenuhi biaya pengelolaan usahanya. Timbulnya persaingan harga sewa kamar berimplikasi terhadap semakin murahnya penawaran paket wisata yang ditawarkan oleh biro perjalanan wisata, apalagi saat ini biro perjalanan wisata dengan mudah menawarkan produknya melalui internet. Dengan kondisi semacam itu, semakin menguatkan Bali sebagai destinasi murah sehingga wisatawan yang datang ke Bali bukanlah seperti yang diharapkan banyak orang yaitu wisatawan yang berkualitas namun masih mengarah kepada wisatawan massal (mass tourism). Perkembangan sarana akomodasi di Kota Denpasar dari tahun ke tahun sangat pesat. Pemerintah Kota Denpasar telah menetapkan beberapa peraturan yang mengatur mengenai usaha sarana akomodasi seperti usaha hotel melati, pondok wisata, hotel bintang dan bangunan kondominium hotel. Pengaturan terhadap usaha sarana akomodasi tidak saja dilakukan untuk menetapkan penggolongan jenis sarana akomodasi dan perizinan, namun pengaturan juga dilakukan dengan menetapkan penataan ruang wilayah kota sesuai dengan pengembangan wilayah yang dirancang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar.

7 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar (RTRW) yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 27 Tahun 2011 bertujuan untuk menata ruang wilayah Kota Denpasar agar dapat meningkatkan kegiatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, berhasil guna dengan tetap memelihara kelestarian budaya dan lingkungan wilayah Kota Denpasar. Dengan adanya Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar diharapkan setiap pembangunan yang dilakukan sesuai yang telah ditetapkan dalam peraturan. Pembangunan city hotel yang semakin banyak di beberapa lokasi menarik perhatian berbagai kalangan seperti yang diulas dalam sebuah harian denpostnews.com, sebagai berikut : Mengingat, maraknya pembangunan akomodasi pariwisata di kota berwawasan budaya ini dikhawatirkan akan memberi dampak kurang baik terhadap lingkungan, lalu lintas serta yang lainnya. Karena itu, Dinas Pariwisata Daerah (Diparda), harus membuat suatu kajian untuk kamar hotel.di samping itu diperlukan adanya moratorium pembangunan city hotel di Kota Denpasar. Ketua Komisi B DPRD Kota Denpasar, Ir.Eko Supriadi, Kamis (20/2) kemarin mengatakan, harus adanya keberanian dari pihak eksekutif menyetop pembangunan city hotel di Kota Denpasar. (http://www.denpostnews.com/metro-denpasar/denpasar-jangan-obral-izincity-hotel.html) Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa pesatnya pembangunan city hotel telah menimbulkan kekhawatiran bukan saja mengenai persaingan tidak sehat antar pengusaha hotel namun juga dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan seperti kemacetan lalu lintas di daerah tertentu yang diakibatkan adanya bangunan city hotel di daerah perdagangan.

8 Merujuk dari peraturan sarana akomodasi yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Denpasar, belum ada aturan yang mengacu kepada istilah dan usaha city hotel. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar pada Bagian Ketiga, Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya, Paragraf 5 Kawasan Peruntukan Pariwisata, Pasal 47 ayat 3b tampak istilah hotel kota (city hotel) namun tidak disebutkan secara detail apa yang dimaksud dengan hotel kota (city hotel). Dalam uraian disebutkan mengenai pengembangan akomodasi wisata yang menyebar merupakan akomodasai wisata atau hotel kota (city hotel) lokasinya dapat menyatu dengan zoning perdagangan dan jasa dan kawasan pemukiman tertentu. Meski disebutkan bahwa pengembangan hotel kota (city hotel) dapat dibangun menyebar namun penataan pembangunan hotel kota (city hotel) perlu dilakukan agar perkembangan wilayah dan penataan ruang di Kota Denpasar sesuai dengan yang telah tercantum dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar serta untuk pemerataan pergerakan ekonomi masyarakat di wilayah Kota Denpasar. Peraturan dan penataan usaha sarana akomodasi jenis baru sangat penting disiapkan, agar pelaku usaha mempunyai dasar hukum yang kuat dalam berusaha. Pesatnya perkembangan city hotel ini sangat dirasakan dampaknya oleh pengusaha hotel melati. Adanya city hotel dengan tampilan yang lebih menarik dan harga sewa kamar yang tidak berbeda jauh dengan harga sewa kamar hotel melati, menimbulkan persaingan yang kurang sehat. Persaingan tersebut menyebabkan menurunnya tingkat hunian kamar hotel melati, adanya peralihan

9 fungsi kamar hotel menjadi tempat kos ataupun melakukan kerjasama dengan perusahaan property menjadikan sebagian area hotel menjadi tempat usaha perdagangan. Persaingan sarana akomodasi di Kota Denpasar tidak saja terjadi antar pengusaha hotel berbintang, city hotel ataupun hotel melati. Persaingan yang lebih hebat akan muncul dengan adanya ASEAN Economic Community (AEC) pada akhir tahun 2015. Pelaku usaha pariwisata harus siap menghadapinya karena sistem pasar bebas akan memasuki Negara Indonesia, persaingan bisnis bukan hanya diantara pengusaha Indonesia tetapi juga sesama pengusaha di wilayah ASEAN. Sistem pasar bebas akan memberikan tantangan dan peluang usaha bagi pelaku usaha pariwisata Indonesia. Untuk dapat mendapatkan peluang, pelaku usaha pariwisata harus mampu memenuhi standar usaha pariwisata dengan meningkatkan mutu produk pariwisata, pelayanan, dan pengelolaan usaha pariwisata. Untuk itu seluruh usaha pariwisata akan diaudit oleh Lembaga Sertifikasi Usaha Bidang Pariwisata yang mandiri untuk mendapatkan Sertifikat Usaha Pariwisata seperti yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata. Dengan adanya sertifikat tersebut, usaha pariwisata mendapat kesempatan untuk bersaing dengan perusahaan asing yang masuk ke Indonesia. Selain adanya persaingan harga dan menurunkan tingkat hunian hotel, pembangunan city hotel yang tidak memperhatikan lingkungan akan menimbulkan masalah tersendiri di Kota Denpasar. Pembangunan sarana akomodasi yang masif dapat mengancam pemanfaatan sumber daya alam yang

10 tersedia sehingga melampaui daya dukung wilayah. Untuk itu, penataan pembangunan sarana akomodasi di Kota Denpasar sangat diperlukan guna menjaga lingkungan sekitarnya. Penataan pembangunan sarana akomodasi dengan mentaati pembagian pembangunan wilayah sesuai peruntukan seperti yang telah diatur dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar (RTRW). Sehubungan dengan itu, perlu dilakukan penelitian tentang perkembangan city hotel yang memberikan dampak terhadap usaha hotel melati di Kota Denpasar agar pengusaha hotel melati dapat berbenah diri dalam menghadapi persaingan yang akan terjadi. Dampak yang diteliti adalah adanya persaingan harga sewa kamar, menurunnya jumlah tingkat hunian kamar, menurunnya lama tinggal tamu, menurunnya pendapatan hotel dan berubahnya segmen pasar. Dengan adanya dampak tersebut, muncul beberapa pertanyaan mengenai apakah dengan kehadiran city hotel akan mendesak keberadaan hotel melati atau sebaliknya. Pertanyaan lainnya adalah apakah kehadiran city hotel justru akan berebut pasar dengan hotel sekelasnya ataukah munculnya city hotel tidak berpengaruh terhadap usaha hotel melati karena masing-masing telah memiliki pasar tersediri. Dalam penelitian ini juga akan dibahas mengenai pentingnya sebuah kebijakan pemerintah dalam mengatur bisnis perhotelan di Kota Denpasar. Dari beberapa city hotel yang ada di Kota Denpasar, seperti Hotel All Season, Hotel Pop Harris Teuku Umar dan Hotel Amaris, yang semuanya berlokasi di Jalan Teuku Umar adalah hotel-hotel yang dikelola oleh jaringan manajemen hotel terkemuka. Hotel All Season berubah nama menjadi Ibis Lifestyle adalah hotel yang dikelola oleh Grup Accor yang berasal dari Perancis

11 dan memiliki hotel dengan berbagai kelas seperti Sofitel, Pullman, Grand Mercure, Ibis, Ibis Budget dan sebagainya. Sedangkan Hotel Pop Harris Teuku Umar dikelola oleh Tauzia Management Hotel yang juga merupakan jaringan Internasional. Jaringan manajemen hotel tidak saja didominasi oleh pemain asing, Santika Indonesia Hotels & Resorts merupakan salah satu jaringan hotel terbesar di Indonesia di bawah manajemen PT. Grahawita Santika yang merupakan anggota Kompas Gramedia Group. Hotel-hotel di bawah naungan Kompas Gramedia Grup dikenal dengan Hotel Santika dan Hotel Amaris dan tersebar pada beberapa Kota di Indonesia. Meskipun hotel-hotel tersebut sudah dikelola oleh jaringan manajemen yang handal dan mendunia, namun hotel-hotel tersebut juga memanfaatkan internet sebagai media promosi, bekerja sama dengan perusahaan perjalanan online Internasional seperti Agoda, Traveloka ataupun Trivago. Dengan berkembangnya teknologi, sebagian besar hotel di Kota Denpasar memanfaatkan internet sebagai media promosinya dan bekerjasama dengan perusahaan bisnis perjalanan online. Berbagai cara ditawarkan oleh perusahaan bisnis perjalanan online, seperti yang ditawarkan oleh Agoda yaitu memberikan informasi selengkap mungkin mengenai hotel yang ditawarkan antara lain lokasi hotel, bentuk fisik hotel, fasilitas hingga harga yang ditawarkan. Cara lainnya adalah dengan membandingkan harga yang ditawarkan seperti yang dilakukan oleh Trivago. Dengan membandingkan harga dari beberapa perusahaan bisnis perjalanan online konsumen dapat memilih harga termurah dari yang yang ditawarkan. Dari

12 penawaran tersebut, jelas terlihat persaingan ketat antara harga sewa kamar city hotel dengan hotel melati. Penelitian ini juga mengidentifikasi faktor faktor penyebab munculnya city hotel di Kota Denpasa, persaingan dan strategi bisnis antar city hotel serta pengaruhnya terhadap strategi bisnis hotel melati di Kota Denpasar. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghindarkan persaingan tidak sehat antar pengusaha dan mengidentifikasi strategi bisnis antar city hotel dan hotel melati. Persaingan harga di bawah standar menyebabkan harga sewa kamar hotel sangat murah dapat menyebabkan terjadi kebangkrutan yang dialami oleh pengusaha kelas menengah ke bawah karena tidak dapat bersaing dengan city hotel yang memiliki jaringan nasional bahkan internasional serta dimiliki oleh pemodal besar. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang yang dipaparkan di atas, dalam penelitian ini ada tiga permasalahan yang perlu dicari jawaban masalah antara lain: a. Apakah faktor faktor yang menyebabkan berkembanganya city hotel di Kota Denpasar? b. Apakah dampak berkembangnya city hotel terhadap usaha hotel melati di Kota Denpasar? c. Bagaimanakah persaingan dan strategi bisnis antar-city hotel serta pengaruhnya terhadap strategi bisnis hotel melati di Kota Denpasar?

13 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini dilakukan guna mendapatkan gambaran tentang perkembangan city hotel serta implikasinya antar pengusaha city hotel dan hotel melati di Kota Denpasar. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui faktor faktor penyebab berkembangnya city hotel di Kota Denpasar. b. Untuk mengidentifikasi dampak berkembangnya city hotel terhadap usaha hotel melati di Kota Denpasar. c. Untuk mengidentifikasi persaingan dan strategi bisnis antar-city hotel serta pengaruhnya terhadap strategi bisnis hotel melati di Kota Denpasar. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat bermanfaat secara akademis ataupun teoritis karena dapat memberikan sumbangan pemikiran dan referensi terhadap kajian pariwisata khususnya yang berkaitan dengan perkembangan city hotel serta implikasinya terhadap perkembangan usaha hotel melati dan city hotel itu sendiri. 1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pengelola city hotel, hotel melati dan Pemerintah dalam mengantisipasi perkembangan sarana akomodasi yang sangat dinamis, sehingga pengusaha lokal

14 dapat bersaing di daerahnya dan Pemerintah memberikan payung hukum untuk menumbuhkan harmonisasi bisnis antar pengusaha city hotel dan hotel melati.