JENIS-JENIS SEMUT (HYMENOPTERA: FORMICIDAE) PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI SEKITAR KAMPUS UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN

dokumen-dokumen yang mirip
KEANEKARAGAMAN SEMUT (Hymenoptera: Formicidae) DI SEKITAR KAMPUS PINANG MASAK UNIVERSITAS JAMBI

BAB III KERAGAMAN SPECIES SEMUT PADA EKOSISTEM TERGANGGU DI KAWASAN CAGAR ALAM TELAGA WARNA JAWA BARAT

DAFTAR PUSTAKA. Bolton, B Identification Guide to the Ant Genera of the World. Harvard University Press. London. 222p.

BAB I PENDAHULUAN. Anggapan ini terbentuk berdasarkan observasi para ahli akan keanekaragamannya

KOMPOSISI SEMUT (HYMENOPTERA: FORMICIDAE) PADA PERTANAMAN KAKAO

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif, yang merupakan suatu

Gambar 2.1. Peta Lokasi Penelitian

I. MATERI DAN METODE PENELITIAN Letak Giografis Lokasi Penelitian Pekanbaru terletak pada titik koordinat 101 o o 34 BT dan 0 o 25-

BAB III METODE PENELITIAN. dalam penelitian adalah indeks keanekaragaman (H ) dari Shannon, indeks

BAB III METODE PENELITIAN

KOMPOSISI HYMENOPTERA PERMUKAAN TANAH DI DUA AGROEKOSISTEM DAN HUTAN DI KANAGARIAN SUNGAI DUO KECAMATAN PAUAH DUO KABUPATEN SOLOK SELATAN JURNAL

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam tanah atau sarang-sarang lainnya. Terbangnya semut ini diikuti karena

BAB IV POLA DISTRIBUSI DAN KEBERADAAN SPESIES SEMUT DI KEPULAUAN SERIBU

Oleh : Riski Ramadanu, Nurhadi, dan Elza Safitri

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan tropis yang luas dan memiliki keanekaragaman hayati yang

MATERI DAN METODE. 3.1.Waktu dan Tempat

BAB III METODE PENELITIAN. pengambilan sampel secara langsung dari lokasi pengamatan.

BAB III METODE PENELITIAN

Ragam Jenis Semut (Hymenoptera: Formicidae) di Lahan Ga mbut Alami dan Perkebunan Sawit di Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya

BAB I PENDAHULUAN. Semut (Hymenoptera: Formicidae) memiliki jumlah jenis dan

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu (Saccharum officinarum L.) termasuk dalam suku Poaceae, yaitu jenis

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya hutan dalam dasawarsa terakhir dihadapkan pada

I. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional,

MATERI DAN METODE PENELITIAN

FAUNA SEMUT TANAH PADA LAHAN GAMBUT YANG DIALIHGUNAKAN MENJADI KEBUN KELAPA SAWIT DAN HTI AKASIA SERTA PERANANNYA SEBAGAI PENGANGKUT GAMBUT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KOMPOSISI SEMUT (HYMENOPTERA: FORMICIDAE) PADA PULAU TANGAH KECAMATAN PARIAMAN TENGAH KOTA PARIAMAN

Jurnal Kajian Veteriner Desember 2015 Vol. 3 No. 2 : ISSN : KERAGAMAN JENIS SEMUT PENGGANGGU DI PERMUKIMAN BOGOR

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

BAB IV. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Rimbo Panjang Kecamatan. Desa Rimbo Panjang merupakan salah satu Desa di Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan

Pendahuluan. Irfanul Arifin Program Studi Biologi FMIPA Universitas Negeri Jakarta, Indonesia BIOMA 10 (2), 2014 ISSN :

Irfanul Arifin Corresponding author;

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini disebabkan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan

Zuli Rodhiyah 1, Ahmad Muhammad 2, Desita Salbiah 3

BAB III METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN SEMUT (HYMENOPTERA: FORMICIDAE) PADA KAWASAN PENYANGGA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT KILIRAN JAO KECAMATAN KAMANG BARU KABUPATEN SIJUNJUNG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. 84 Pada

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan pengamatan secara langsung ke lokasi, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007)

C028 PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN TERHADAP KEANEKARAGAMAN SEMUT DALAM HUTAN LINDUNG GUNUNG NONA-AMBON.

BAB I PENDAHULUAN 1.1.LatarBelakangMasalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Hutan adalah salah satu sumber daya alam yang memiliki manfaat

Oleh: Oki Kobayasi Susanto 1, Henny Herwina 2, Armein Lusi Z. 1

Gambar 1 Diagram alir kegiatan penelitian.

Kelimpahan dan Keragaman Semut dalam Hutan Lindung Sirimau Ambon Abudance and diversity of ants at Sirimau Forest In Ambon

BAB III METODE PENELITIAN. langsung dari lokasi pengamatan. Parameter yang diukur dalam penelitian adalah

Inventarisasi Serangga Pada Pohon Tembesu (Fragraea fragrans Roxb) INVENTARISASI SERANGGA PADA POHON TEMBESU (Fragraea fragrans Roxb)

BAB I PENDAHULUAN. satu keaneragaman hayati tersebut adalah keanekaragaman spesies serangga.

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. flora dan fauna yang sangat tinggi (mega biodiversity). Hal ini disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah

BAB I PENDAHULUAN. dunia, termasuk juga keanekaragaman Arthropodanya. 1. Arachnida, Insecta, Crustacea, Diplopoda, Chilopoda dan Onychophora.

III. METODOLOGI PENELITIAN. tiga tipe kebun kakao di Desa Cipadang. Secara administratif, Desa Cipadang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2013 sampai bulan Februari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

I. PENDAHULUAN. Deforestasi hutan tropis dan konversi hutan menjadi sistem penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. kelembaban. Perbedaan ph, kelembaban, ukuran pori-pori, dan jenis makanan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga

PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN TERHADAP KEANEKARAGAMAN SEMUT ALAM HUTAN LINDUNG GUNUNG NONA-AMBON. Fransina S. Latumahina ABSTRACT

PENGARUH TRANSFORMASI HABITAT TERHADAP KEANEKARAGAMAN DAN STRUKTUR KOMUNITAS SEMUT DI JAMBI RATNA RUBIANA

I. PENDAHULUAN. Indonesia di pasaran dunia. Kopi robusta (Coffea robusta) adalah jenis kopi

Jenis-Jenis Semut (Hymenoptera: Formicidae) di Bangunan Kampus Universitas Andalas Limau Manis Padang

Inventarisasi Semut yang Ditemukan pada Perkebunan Buah Naga Lubuk Minturun, Kota Padang dan Ketaping, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

TINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif eksploratif yaitu suatu

PENYEBARAN SEMUT PADA HUTAN LINDUNG SIRIMAU KOTA AMBON

Menurut Borroret al (1992) serangga berperan sebagai detrivor ketika serangga memakan bahan organik yang membusuk dan penghancur sisa tumbuhan.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and

ABSTRAK DIVERSITAS SERANGGA HUTAN TANAH GAMBUT DI PALANGKARAYA KALIMANTAN TENGAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea (Gambar 1).

PERUBAHAN WARNA SUBSTRAT PADA DAERAH HUTAN MANGROVE DESA PASSO. (Change of Substrate Colour at Mangrove Forest in Passo Village)

BAB III METODOLOGI PENELITAN

DIVERSITAS SEMUT (HYMENOPTERA, FORMICIDAE) DI BEBERAPA KETINGGIAN VERTIKAL DI KAWASAN CAGAR ALAM TELAGA WARNA JAWA BARAT MEIRY FADILAH NOOR

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

JENIS_JENIS TIKUS HAMA

BAB III METODE PENELITIAN. metode eksplorasi, yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap arthropoda

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jumlah Jenis dan Jumlah Individu Semut di Tanah Gambut Alami dan Tanah Gambut Perkebunan Sawit di Sungai Pagar, Riau

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan metode observasi. odorata dilakukan pada 3 lokasi yang berbeda berdasarkan bentuk lahan,

KOMUNITAS SEMUT PADA BUNGA JANTAN KELAPA SAWIT DI KEBUN CIMULANG DI PTPN VIII BOGOR, JAWA BARAT NURUL FITRIA

III. METODE PENELITIAN. Suka Jaya, Kecamatan Sumber Jaya, Kabupaten Lampung Barat. Identifikasi

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

JENIS-JENIS SEMUT (HYMENOPTERA: FORMICIDAE) PADA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI SEKITAR KAMPUS UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN Riska Winda Sari*, Rofiza Yolanda 1), Arief anthonius Purnama 2) 1&2) Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pasir Pengaraian ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis semut pada perkebunan kelapa sawit di sekitar kampus Universitas Pasir Pengaraian. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober sampai Desember 2014 dengan metode survei dengan teknik pengambilan sampel secara random menggunakan jebakan pit fall trap dan bait trap. Sampel dikoleksi dengan membuat plot berukuran 2 x 2 meter pada pohon kelapa sawit di gerbang kampus, di sekitar kampus dan di belakang kampus. Hasil penelitian didapatkan semut sebanyak 4 subfamili dan 10 genus. Genus yang didapatkan yaitu Dolicoderus, Anoplolepis, Camponotus, Oecopylla, Paratrechina, Polyrhachis, Lophomyrmex, Solenopsis, Odontomachus dan Odontoponera. Kata kunci: Semut, Genus, Kelapa Sawit, Universitas Pasir Pengaraian. ABSTRACT The aims of this study was to determine the genera of ants on palm oil plantations around Pasir Pengaraian University. This study was conducted from October to December 2014 by using survey method with random sampling technique. The sample was collected by pit fall trap and bait trap. The samples were collected with a 2 x 2 meter square plots on palm oil tree at campus gate, around campus and behind the campus. Results showed the ants with 4 subfamily and 10 genera. They were Dolicoderus, Anoplolepis, Camponotus, Oecopylla, Paratrechina, Polyrhachis Lophomyrmex, Solenopsis, Odontomachus dan Odontoponera. Keywords: Ants, Palm Oil, Pasir Pengaraian University. PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini disebabkan karena Indonesia terletak di kawasan tropik yang mempunyai iklim stabil dan secara geografi adalah negara kepulauan yang terletak di antara dua benua yaitu Asia dan Australia. Salah satu keanekaragaman hayati yang terdapat di Indonesia adalah serangga. Di Indonesia serangga terdapat kurang lebih 250.000 jenis, jumlah ini merupakan 15% dari jumlah biota yang diketahui di Indonesia (Shahabuddin dkk., 2005: 141). Semut adalah serangga sosial yang merupakan kelompok serangga yang termasuk ke dalam ordo Hymenoptera dan famili Formicidae. Organisme ini terkenal dengan koloni dan sarang-sarangnya yang teratur. Semut dibagi menjadi semut pekerja, prajurit, pejantan dan ratu. Organisme ini memiliki kurang lebih 12.000 spesies yang tersebar di dunia, dan sebagian besar berada di kawasan tropis (Suhara, 2009: 2). Beberapa peranan dari organisme ini adalah sebagai dekomposer, penyerbuk, pembuat airator tanah, predator dan indikator (Tawatao, 2014: 1). Dengan peranan yang cukup banyak organisme ini hampir tersebar disemua habitat salah satunya adalah pada ekosistem kelapa sawit (Fitria, 2013: 1). Pada ekosistem ini semut memiliki beberapa peranan diantaranya adalah sebagai penyerbuk, predator, hama, pengurai dan herbivora (Abtar, Hasriyanti dan Nasir, 2013: 110, Falahudin, 2013: 2604). Semut yang paling dominan berada di perkebunan kelapa sawit adalah semut gila (Anoplolepis gracilipes). Semut gila membentuk koloni besar pada perkebunan kelapa sawit dan dapat mempengaruhi sebagian besar arthropoda dan vetebrata yang ada di perkebunan kelapa sawit (Brulh, 2014: 1). Diperkirakan semut yang ada di perkebunan kelapa sawit berjumlah sekitar 110 spesies (Marshall, 2013: 1). Dalam dasawarsa terakhir hutan di Indonesia telah mengalami ancaman yang serius karena adanya aktivitas manusia sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan struktur, komposisi dan fungsi dari hutan yang pada gilirannya akan mengakibatkan terjadinya deforestasi dan fragmentasi habitat. Konversi ekosistem hutan merupakan penyebab hilangnya keanekaragaman hayati dan menjadi sumber ancaman terhadap fungsi ekosistem dan penggunaan lahan yang berkelanjutan (Latumahina, 2011: 18). Universitas Pasir Pengaraian dulunya merupakan kawasan hutan yang terletak di desa *Hp : 085265532570 e-mail: riskasari26@yahoo.co.id

kumu kecamatan Rambah Hilir Kabupaten Rokan Hulu, beberapa kawasan hutan tersebut sekarang sudah berubah fungsi menjadi kawasan kampus dengan luas ± 26 ha. Universitas Pasir Pengaraian terletak di sekitar perkebunan kelapa sawit dan perkebunan karet. Perkebunan kelapa sawit terdapat di bagian gerbang kampus, di sekitar kampus dan di belakang kampus. Keberadaan perkebunan tersebut merupakan habitat bagi semut. Sampai saat ini belum pernah dilaporkan informasi mengenai semut di perkebunan kelapa sawit Universitas Pasir Pengaraian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis semut yang terdapat pada perkebunan kelapa sawit di sekitar kampus Universitas Pasir Pengaraian sampai tingkat genus. BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2014 di perkebunan kelapa sawit di sekitar kampus Universitas Pasir Pengaraian pada 3 stasiun, stasiun 1 di gerbang kampus, stasiun 2 di sekitar kampus dan stasiun 3 di belakang kampus. Beberapa peralatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kayu dengan panjang 20 cm, gelas plastik 336 buah, triplek, plastik, paku, linggis, tabung vial, cawan petri, pinset, kuas, botol sprei, kertas label, mikroskop stereo, optilab dan kamera digital. Sedangkan bahan yang di gunakan adalah alkohol 70% dan air gula. Sampel dikoleksi dengan cara membuat plot berukuran 2 x 2 m (Yulminarti, Salmah dan Subahar, 2012: 22). Plot dibuat pada masingmasing stasiun sebanyak 14 plot di sekitar pohon kelapa sawit. Pada masing-masing plot dipasang sebanyak 8 jebakan, yang bibir gelasnya tertanam sejajar dengan permukaan tanah. Masing-masing jebakan diisi dengan alkohol 70% secukupnya. Kemudian masing-masing jebakan akan diberi penutup yang diberi jarak dari permukaan tanah (menggantung) untuk mencegah masuknya benda atau air hujan. Jebakan ditanam selama 4 minggu. Masing-masing stasiun diamati per 2 hari semut yang masuk kedalam perangkap dimasukkan ke dalam tabung vial yang sudah diberi alkohol 70% dan diberi label. Untuk semut-semut yang tidak masuk dalam perangkap pit fall trap dicuplik dengan menggunakan Bait trap atau jebakan air gula yang di semprotkan pada pohon kelapa sawit. Kemudian semut yang berada pada pohon kelapa sawit yang sudah disemprot dengan air gula, disemprot kembali dengan menggunakan tabung sprei kosong dan ditampung menggunakan wadah dan dipindahkan ke dalam tabung vial yang sudah diisi alkohol 70%. Kemudian diberi label dan dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi. Sampel yang sudah dimasukkan ke dalam tabung vial dikeluarkan dan dicuci dengan air mengalir dan diletakkan pada cawan petri kemudian diamati dengan menggunakan mikroskop. Selanjutnya sampel diidentifikasi dengan menggunakan acuan Suin (1989); Bolton (1994); Jaitrong, (2011); Bolton (2013); Fitria (2013) dan difoto dengan menggunakan kamera digital. Sampel yang sudah diidentifikasi kemudian akan dianalisa dengan cara mendeskripsikan semut yang didapat sampai tingkat genus. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian ditemukan 5.080 individu semut (Formicidae) di sekitar Kampus Universitas Pasir Pengaraian. Sebanyak 4.321 individu semut dengan menggunakan perangkap jebak pit fall trap dan 759 individu semut dengan menggunakan bait trap. Semut yang ditemukan tergolong dalam 4 subfamili yaitu Dolichoderinae, Formicinae, Myrmicinae dan Ponerinae dan 10 genus yaitu, Dolichoderus, Anoplolepis, Camponotus, Oecopylla, Paratrechina, Polyrhachis, Lophomyrmex, Solenopsis dan Odontomachus, Odontoponera. Pengamatan yang didapat terhadap jumlah jenis semut yang tertangkap pada perkebunan kelapa sawit di sekitar kampus Universitas Pasir Pengaraian, dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Semut yang tertangkap dengan perangkap pit fall trap No Stasiun Subfamili Genus Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Total 1. Dolichoderinae Dolichoderus 39 53 27 119 2. Formicinae Anoplolepis 554 631 608 1793 Camponotus 52 169 159 380 Oecopylla 3 0 0 3 Paratrechina 47 226 240 513 Polyrhacis 2 55 57 114 3. Myrmicinae Lophomyrmex 137 152 84 373 Solenopsis 37 65 287 389 4. Ponerinae Odontomachus 40 94 210 344 Odontoponera 16 171 106 293 Total 4321

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah semut yang paling banyak ditemukan adalah dari genus Anoplolepis sebanyak 1793 individu, selanjutnya Paratrechina 513 individu, Dolichoderus sebanyak 457 individu, Odontoponera sebanyak 389 individu, Lophomyrmex sebanyak 373 individu, Odontomachus sebanyak 344 individu, Solenopsis sebanyak 293 individu, Polyrachis sebanyak 114 individu, Camponotus sebanyak 42 individu dan Oecopylla sebanyak 3 individu. Anoplolepis merupakan salah satu semut invasif terbesar dengan ukuran sekitar 1-2 mm, dengan tubuh berwarna kuning kecoklatan. Jenis ini memiliki jumlah individu terbanyak karena wilayah pencarian makan yang luas, sehingga disebut sebagai predator pemulung karena memangsa berbagai fauna di serasah dan kanopi. Jenis ini ditemukan pada batang dan daun dari berbagai spesies pohon dan semak dalam areal perkebunan (Latumahina dkk., 2014: 55). Genus Paratrechina ini merupakan generalized forager dapat ditemukan di hutan yang kondisinya kering, semak di tepi pantai, dan hutan hujan. Salah satu anggota genus ini dikenal sebagai kelompok tramp karena kemampuannya berpindah dan membuat sarang dengan mudah (Latumahina, 2011: 20). Dalam penelitian ini Paratrechina cukup banyak ditemukan karna melihat kondisi perkebunan kelapa sawit yang banyak ditumbuhi semak. Genus Odontoponera ditemukan dengan 2 metode pengambilan sampel. Genus ini memiliki kelimpahan yang tinggi dalam areal permukiman karena jenis ini mudah beradaptasi dan beraktivitas di daerah terganggu yang berdekatan dengan aktivitas manusia (Latumahina dkk., 2014: 56). Genus ini juga banyak ditemukan pada perkebunan kelapa sawit diarea kampus. Genus Lophomyrmex ini umumnya ditemukan di hutan hujan. Genus ini hidup di permukaan tanah dengan mengumpulkan cairan manis untuk makanannya, khususnya setelah hujan Lophomyrmex biasanya melakukan aktivitas mencari makan sendiri atau membentuk kelompok kecil dengan dua atau tiga forager yang tersebar di permukaan tanah (Latumahina, 2011: 20). Sarang semut biasanya berada diatas kanopi pohon. Individu semut yang sedikit didapatkan adalah dari genus Odontomachus Solenopsis, Polyrachis, Camponotus dan Oecopylla, hal ini dikarenakan kebiasaan semut ini bersarang di kanopi pohon (Pierre dan Idris, 2013: 4) memungkinkan semut ini jarang sekali ditemukan berada di tanah untuk beraktifitas. Tabel 2. Semut yang tertangkap dengan bait trap Stasiun No Subfamili Genus Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Total 1. Formicinae Anoplolepis 98 116 75 289 Paratrechina 14 37 25 76 2. Myrmicinae Lophomyrmex 30 35 59 124 Solenopsis 15 31 50 96 3. Ponerinae Odontoponera 49 61 64 174 Total 759 Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah semut yang paling banyak adalah dari genus Anoplolepis sebanyak 289 individu, selanjutnya Odontoponera sebanyak 174 individu, Lophomyrmex sebanyak 124 individu, Solenopsis sebanyak 96 individu dan Paratrechina 76 individu. 1. Dolichoderus (Lund, 1831). Tubuh hitam dan kaki kemerahan, pada kaki terdapat cakar yang tajam, kulit keras, kuat dan licin, pada tubuh terdapat buku-buku yang halus, nodus berbentuk kerucut, kepala pendek dan antena panjang. 2. Anoplolepis (Santschi, 1914). Memiliki tubuh bewarna kuning, kaki panjang dan terdapat cakar, antena panjang terdiri dari 11-12 segmen, seluruh tubuh terdapat buku-buku yang halus, tubuh terlihat mengkilat terang, perut bulat memanjang, rahang berbentuk segitiga, pada rahang terdapat gigi, terdapat pedicel dan satu nodus. 3. Camponotus (Mayr, 1861). Tubuhnya bewarna hitam kelam, pada perut terdapat beberapa segmen, terdapat cakar kecil dan tajam pada kaki semut, pada seluruh bagian tubuh terdapat buku-buku yang halus, antena panjang, torak melengkung, nodus berbentuk kerucut dan kepala bulat. 4. Oecopylla (Smith, 1860). Terdapat antena yang panjang dan terdiri dari 9-12 segmen, pada rahang terdapat gigi yang banyak, memiliki mata yang besar bewarna hitam terletak disamping kepala, terdapat satu nodus pada pedicel, duri tajam pada kaki dan perut terangkat ke atas.

5. Paratrechina (Motschoulsky, 1863). Antena berjumlah 12 segmen, kaki sangat panjang dan terdiri dari beberapa segmen, memiliki bukubuku pada tubuh, mata terletak di depan pertengahan kepala, tubuh bewarna coklat muda dan hitam, kepala memanjang dan gaster terdiri dari beberapa segmen. 6. Polyrhachis (Smith, 1857). Terdiri dari 1 nodus, terdapat duri panjang pada nodus dan torak. Perut membulat pendek, tubuh bewarna hitam gelap, kepala oval pada perut terdapat segmen, permukaan kulit kasar, dan seluruh tubuh berbuku-buku. 7. Lophomyrmex (Emery, 1892). Bentuk mulut segitiga, pada tubuh terdapat bukubuku yang halus, antena berjumlah 11 segmen, tubuh bewarna kuning muda, terdapat duri pada torak, tubuh berukuran kecil dan terdapat gigi pada rahang. 8. Solenopsis (Westwood, 1840). Memiliki antena yang bersegmen, tubuh berbukubuku, memiliki dua nodus, tubuh bewarna kuning, mata relatif kecil, memiliki rahang atau mandibula yang ditumbuhi gigi, terdapat dua nodus, pada propodium terdapat duri kecil dan tubuh berukuran kecil. 9. Odontomachus (Latreille, 1804). Tubuh bewarna hitam kemerahan, abdomen bersegmen-segmen, kepala besar dan melebar, pada kaki terdapat cakar yang tajam, terdapat mandibula yang terletak ditengah-tengah puncak kepala, tubuh di penuhi buku-buku, memiliki 1 nodus yang meruncing dan mata kecil terletak di bagian bawah. 10. Odontoponera (Mayr, 1862). Memiliki tubuh bewarna hitam, memiliki satu nodus seperti kerucut, mandibula terdapat gigi, antena dan terdapat buku-buku di sekujur tubuh. SIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan 4 Subfamili yaitu Dolichoderinae, Formicinae, Myrmicinae dan Ponerinae dan 10 genus yaitu Dolicoderus, Anoplolepis, Camponotus, Oecopylla, Paratrechina, Polyrhachis, Lophomyrmex, Solenopsis, Odontomachus dan Odontoponera dengan jumlah total sebanyak 5080 individu semut. Untuk penggunaan pit fall trap didapatkan sebanyak 4321 individu sedangkan untuk penggunaan bait trap didapatkan sebanyak 759 individu. DAFTAR PUSTAKA Abtar, Hasriyanti dan Burhanuddin, N. 2013. Komunitas Semut (Hymenoptera: Formicidae) pada Tanaman Padi, Jagung, dan Bawang Merah. Jurnal Agrotenologi dan Bisnis 1(2): 109-112. Bruhl, C.A. 2008. No Ark For Ants: Species Loss of Ground-dwelling Forest Ants in Oil Palm Plantations in Sabah, Malaysia (Borneo).http://www.uni-koblenz-landau. de/ campus-landau/faculty7/environ-mental - sciences/ecotoxicology-environment/ staff/ terr- ecotox/carsten-bruehl/hob/poster-atbc-08. Diakses: 11 September 2014. Bolton, B. 1994. Identification Guide to the Ant Genera of the World. Cambridge, MA: Harvard University Press. Bolton, B. 2013. A New General Catalogue of the Ants of the World. Cambridge, MA: Harvard University Press. Falahudin, I. 2013. Peranan Semut Rangrang (Oecophylla smaragdina) dalam Pengendalian Biologis Pada Perkebunan Kelapa sawit. Prosiding Konferensi AICIS XII. 2604-2618. Fitria, N. 2013. Komunitas Semut pada Bunga Jantan Kelapa Sawit di Kebun Cimulang di PTPN VIII Bogor Jawa Barat. Skripsi. Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Bogor. Jaitrong, W. 2011. Identification Guide to The Ant Genera of Thailand. Pathum Thani: Thailand National Science Museum Press. Latumahina, F.S. 2011. Pengaruh Alih Fungsi Lahan Terhadap Keanekaragaman Semut Alam Hutan Lindung Gunung Nona Ambon. Jurnal Agroforestri 6(1): 18-22. Latumahina, F.S., Musyafa, Sumardi dan Putra, N.S. 2014. Kelimpahan dan Keragaman Semut dalam Hutan Lindung Sirimau Ambon. Jurnal Biospecies 7(2): 53-58. Marshall, T. 2013. Oil Palm Plantations Leave Ants Isolated. http://planetearth.nerc.ac.uk/news/stor y.aspx?id=1391. Diakses: 12 September 2014. Pierre, E.M. dan Idris, A.HJ. 2013. Studies on the Predatory Activities of Oecophylla smaragdina (Hymenoptera: Formicidae) on Pteroma pendula (Lepidoptera: Psychidae) in Oil Palm Plantations in Teluk Intan, Perak (Malaysia). Journal Asian Myrmecology 5: 163 176. Shahabuddin, Purnama, H., Woro, A.N. dan Syafrida, M. 2005. Penelitian Biodiversitas Serangga di Indonesia: Kumbang Tinja (Coleoptera: Scarabaeidae) dan Peran Ekosistemnya. Jurnal Biodiversitas 6(2): 141-146. Suhara. 2009. Semut Rangrang (Oecophylla smaradigna). http://file.upi.edu/direktori /FPMIPA/JUR._PEND.BIOLOGI/1965122719 91031-SUHARA/Semut-Rangrang_ PPT_Entomologi.pdf. Diakses: 27 Juli 2014. Tawatao, N.B. 2014. Basic Biology and Ecology of Ants. http://www.antbase.net/english/ants-of-

southeast-asia/ecology/basic-antbiology. html. Diakses: 20 Agustus 2014. Yulminarti, Salmah, S. dan Subahar, T.S.S. 2012. Jumlah Jenis dan Jumlah Individu Semut di Tanah Gambut Alami dan Tanah Gambut Perkebunan Sawit di Sungai Pagar, Riau. Jurnal Biospesies 5(2): 21-27.