PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Kajian Ekonomi Regional Banten

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III Tahun 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan II Tahun 2014

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

ii Triwulan I 2012

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN II

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan II Tahun 2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Triwulan IV iii

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kondisi Perekonomian Indonesia

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Halaman ini sengaja dikosongkan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN I

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-2008 i

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III Tahun 2013

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Transkripsi:

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei Jl. A. Yani No.1 BENGKULU Telp: (0736) 21735, Fax: (0736) 21736

i á UtÇ~ \ÇwÉÇxá t Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. ` á UtÇ~ \ÇwÉÇxá t Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan. a Ät fàütàxz á büztç átá UtÇ~ \ÇwÉÇxá t Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Kompetensi, Integritas, Transparansi, Akuntabilitas dan Kebersamaan. i á ^tçàéü UtÇ~ \ÇwÉÇxá t UxÇz~âÄâ Mewujudkan Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya melalui peningkatan perannya sebagai economic intelligence dan unit penelitian. ` á ^tçàéü UtÇ~ \ÇwÉÇxá t UxÇz~âÄâ Berperan aktif dalam pelaksanaan kebijakan Bank Indonesia dalam mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pelaksanaan kegiatan operasional di bidang ekonomi, moneter, perbankan, sistem pembayaran secara efektif dan efisien dan peningkatan kajian ekonomi regional serta koordinasi dengan pemerintah daerah serta lembaga terkait.

KATA PENGANTAR Penerbitan Perkembangan Perekonomian Daerah ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan informasi mengenai keadaan ekonomi, moneter dan perbankan bagi pihakpihak yang berkepentingan khususnya Pemerintah Daerah maupun instansi lainnya guna merumuskan suatu kebijakan. Perkembangan Perekonomian Daerah merupakan pengembangan dari Kajian Ekonomi Regional (KER) yang diterbitkan secara triwulanan dan tahunan. Dalam kajian ini dibahas mengenai perkembangan perekonomian regional Provinsi Bengkulu, yang meliputi perkembangan kegiatan sektor riil dan perkembangan kegiatan sektor moneter perbankan, khususnya selama Triwulan I tahun 2009 dan membandingkannya dengan periode/kondisi laporan sebelumnya. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan dalam kajian yang kami susun ini, oleh karena itu kritik serta saran dari pengguna/pembaca sangat diharapkan untuk penyempurnaan terbitan berikutnya. Akhirnya kami berharap, semoga terbitan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Bengkulu, Mei 2009 BANK INDONESIA BENGKULU Achmad Bunyamin Deputi Pemimpin i

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... i ii v DAFTAR GRAFIK... vii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1 TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI BENGKULU... 4 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL... 7 1.1. PDRB SISI PENGGUNAAN... 8 1.1.1. Konsumsi Daerah... 8 1.1.2. Investasi Regional... 13 1.1.3. Ekspor dan Impor Regional... 15 1.2. PDRB SISI SEKTORAL... 19 1.2.1. Sektor Pertanian... 20 1.2.2. Sektor Listrik, Gas dan Air... 21 1.2.3. Sektor Jasa-Jasa... 22 1.2.4. Sektor Bangunan... 23 1.3. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN... 24 BOKS 1 Gambaran Singkat Dampak Krisis Keuangan Global Terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Provinsi Bengkulu BOKS 2 Perkembangan Sektor Perkebunan Bengkulu Triwulan I 2009 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH... 25 2.1. PERKEMBANGAN INFLASI... 25 ii

2.2. FAKTOR PENDORONG INFLASI... 25 2.3. INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG/JASA... 26 2.4. INFLASI PERIODE JANUARI DESEMBER 2008... 29 2.5. PERBANDINGAN INFLASI ANTAR KOTA DI SUMATERA... 30 BAB III PERBANKAN... 31 3.1. GAMBARAN UMUM... 31 3.2. PERKEMBANGAN BANK UMUM... 33 3.3. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT... 40 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH... 42 4.1. GAMBARAN SISI PENERIMAAN... 42 4.2. GAMBARAN SISI PENGELUARAN... 45 BOKS 3 Rancangan Anggaran Belanja Daerah 2009 BOKS 4 Dampak Stimulus Fiskal Yang Diberikan Pemerintah Pusat Terhadap Provinsi Bengkulu BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN... 49 5.1. ALIRAN UANG KARTAL (OUTFLOW-INFLOW)... 49 5.2. PENYEDIAAN UANG KARTAL LAYAK EDAR... 50 5.3. PENEMUAN UANG PALSU... 51 5.4. PERKEMBANGAN KLIRING LOKAL... 52 5.5. PERKEMBANGAN REAL TIME GROSS SETTLEMENT (RTGS)... 53 BAB VI PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH... 55 6.1. PERKIRAAN EKONOMI... 55 6.2. PERKIRAAN INFLASI DAERAH... 57 iii

LAMPIRAN DATA PEREKONOMIAN DAN PERBANKAN... 59 LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH... 63 iv

DAFTAR TABEL Tabel 1.1. Tabel 1.2. Tabel 1.3. Tabel 1.4. Tabel 1.5. Tabel 1.6. Tabel 2.1. PDRB Berdasarkan Jenis Penggunaan Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan... 8 Perkembangan Ekspor dan Impor Regional dalam pembentukan PDRB menurut Harga Berlaku Provinsi Bengkulu... 15 Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Jenis Barang di Provinsi Bengkulu... 16 Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Negara Pembeli di Provinsi Bengkulu... 18 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Bengkulu (q-t-q) Menurut Sektor... 19 Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan dan Lapangan Usaha Provinsi Bengkulu... 20 Perkembangan Inflasi Menurut Kelompok Barang/jasa Kota Bengkulu (Tahunan, y-o-y)... 26 Tabel 2.2. Sumbangan Beberapa Komoditas terhadap Inflasi Bengkulu... 27 Tabel 3.1. Jaringan Kantor Pelayanan Bank Provinsi Bengkulu... 33 Tabel 3.2. Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Bengkulu... 34 Tabel 3.3. Tabel 3.4. Perkembangan Penghimpunan Dana Bank Umum Provinsi Bengkulu... 36 Perkembangan Kredit Perbankan Berdasarkan Jenis Penggunaan, Sektor Ekonomi dan Kelompok Bank di Provinsi Bengkulu... 37 Tabel 3.5. Perkembangan Kredit Usaha Kecil di Provinsi Bengkulu... 38 Tabel 3.6. Tabel 3.7. Perkembangan Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan, Sektor Ekonomi di Provinsi Bengkulu... 39 Perkembangan Non Performing Loan (NPL) Kredit UMKM di Provinsi Bengkulu... 40 Tabel 3.8. Perkembangan Kegiatan Usaha BPR di Provinsi Bengkulu... 40 Tabel 4.1. Tabel 4.2. Tabel 4.3. Sisi Penerimaan APBD Tahun 2009 Pemerintah Provinsi/ Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu... 42 Sisi Pengeluaran APBD Tahun 2009 Pemerintah Provinsi/ Kabupaten/Kota di Provinsi Bengkulu... 45 Perkiraan Realisasi Upah/gaji Pemda Dirinci menurut Kabupaten/Kota... 47 Tabel 5.1. Perkembangan Inflow-Outflow Uang Kartal Provinsi Bengkulu... 49 v

Tabel 5.2. Tabel 5.3. Perkembangan Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Provinsi Bengkulu... 53 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) Provinsi Bengkulu... 53 vi

DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1. Perkembangan PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB (LPE, y-o-y) Provinsi Bengkulu (harga konstan 2000)... 7 Grafik 1.2. Konsumsi Rumah Tangga Menurut PDRB Harga Konstan dan Perkembangan Inflasi di Provinsi Bengkulu... 9 Grafik 1.3. Konsumsi Listrik dan Perkembangan Kendaraan di Provinsi Bengkulu... 10 Grafik 1.4. Dana Perorangan dan Kredit Konsumsi Perbankan di Provinsi Bengkulu... 10 Grafik 1.5. Beberapa Hasil Survei di Provinsi bengkulu... 11 Grafik 1.6. Konsumsi Pemerintah dan Lembaga Nirlaba Menurut PDRB Harga Konstan di Provinsi Bengkulu... 12 Grafik 1.7. Perkembangan Dana Pemerintah di Bank Umum dan Belanja Pegawai Pemerintah Daerah di Provinsi Bengkulu... 13 Grafik 1.8. Perkembangan Kredit Investasi dan Konsumsi Semen di Provinsi Bengkulu... 14 Grafik 1.9. Saldo Bersih Tertimbang (SBT) Realisasi Investasi Responden SKDU... 14 Grafik 1.10. Pertumbuhan Tahunan Ekspor Mancanegara Provinsi Bengkulu... 17 Grafik 1.11. Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Ekspor Bengkulu... 17 Grafik 1.12. Indikator Sektor Pertanian Provinsi Bengkulu... 21 Grafik 1.13. Indikator Sektor Listrik, Gas dan Air di Provinsi Bengkulu... 21 Grafik 1.14. Indikator Sektor Jasa-Jasa di Provinsi Bengkulu... 22 Grafik 1.15. Indikator Sektor Bangunan di Provinsi Bengkulu... 23 Grafik 1.16. Perubahan Bulanan Nilai Tukar Petani di Provinsi Bengkulu... 24 Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi IHK Kota Bengkulu... 25 Grafik 2.2. Sumbangan Inflasi Per Kelompok Barang/Jasa... 28 Grafik 2.3. Hasil Pantauan Harga Beberapa Komoditas di Kota Bengkulu... 28 Grafik 2.4. Realisasi Inflasi Tahun 2009... 29 Grafik 2.5. Inflasi Beberapa Kota di Sumatera... 30 Grafik 3.1. Perkembangan Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Non-Performing Loan (NPL) Perbankan Provinsi Bengkulu... 31 Grafik 3.2. Perkembangan Dana Pihak Ketiga dan Kredit Bank Umum Provinsi Bengkulu... 32 Grafik 3.3. Distribusi Aktiva Bank Umum di Provinsi Bengkulu... 34 Grafik 3.4. Perkembangan Net Interest Margin BPR Provinsi Bengkulu... 41 vii

Grafik 4.1. Pendapatan Daerah Dalam APBD Tahun 2009 Pemerintah Provinsi Bengkulu... 43 Grafik 4.2. Perkembangan Kendaraan Bermotor di Provinsi Bengkulu... 44 Grafik 4.3. Perkembangan Dana Milik Pemerintah Provinsi Bengkulu... 45 Grafik 4.4. Alokasi Belanja APBD Pemerintah Provinsi Bengkulu... 46 Grafik 4.5. Anggaran Belanja Pemerintah Pusat untuk Provinsi Bengkulu... 47 Grafik 5.1. Perkembangan Inflow-Outflow Uang Kartal Provinsi Bengkulu... 50 Grafik 5.2. Perkembangan Rasio PTTB terhadap Inflow Provinsi Bengkulu... 51 Grafik 5.3. Perkembangan Jumlah Uang Palsu yang Ditemukan di Bengkulu... 52 Grafik 6.1. Perkembangan Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bengkulu... 55 Grafik 6.2. Hasil Survei SEK dan SKDU di Provinsi Bengkulu... 57 Grafik 6.3. Perkembangan Laju Inflasi Tahunan di Kota Bengkulu... 57 Grafik 6.4. Hasil Survei SEK dan SKDU di Provinsi Bengkulu... 58 viii

RINGKASAN EKSEKUTIF Ringkasan Eksekutif RINGKASAN PERTUMBUHAN EKONOMI Perekonomian Provinsi Bengkulu di triwulan I tahun 2009 terlihat mengalami perlambatan. Secara tahunan (y-o-y), laju pertumbuhan ekonomi sebesar 4,01%, melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,98%. Melambatnya laju perekonomian di sisi permintaan terutama disebabkan karena masih rendahnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan menurunnya ekspor daerah. Sementara proporsi konsumsi rumah tangga dan ekspor sangat dominan dalam ekonomi Bengkulu yaitu mencapai 91%. Di sisi penawaran, sebagian besar sektor ekonomi mengalami perlambatan di triwulan ini. Sektor ekonomi dominan di daerah seperti sektor pertanian, perdagangan-hotel-restoran dan jasa-jasa terlihat tumbuh melambat. RINGKASAN INFLASI Perkembangan inflasi Kota Bengkulu 1 pada triwulan I tahun 2009 masih dipengaruhi oleh efek penurunan harga BBM pada Januari 2009 dan kondisi perekonomian yang melemah akibat krisis global. Kondisi ini menyebabkan terjadinya penurunan inflasi yakni dari 13,44%(yoy) pada triwulan IV 2008 menjadi 10,03%. Namun demikian, inflasi Bengkulu masih lebih tinggi dibanding inflasi di tingkat nasional yang sebesar 7,92%(yoy). Menurunnya inflasi di triwulan ini terutama masih didorong oleh efek turunnya harga BBM pada Januari lalu dan terjaganya pasokan bahan makanan yang kerap menjadi penyebab tingginya inflasi Bengkulu. Penurunan laju inflasi ini terutama didorong oleh penurunan IHK dari kelompok komoditi transport-komunikasi-dan-jasa-keuangan. 1 Inflasi yang terjadi di kota Bengkulu diasumsikan dapat mewakili inflasi Provinsi Bengkulu secara keseluruhan 1

RINGKASAN PERKEMBANGAN PERBANKAN Ringkasan Eksekutif Kondisi bank umum di Provinsi Bengkulu pada triwulan I tahun 2009 menunjukkan perkembangan yang lebih baik bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini terlihat dari perbaikan indikator-indikator perbankan seperti tumbuhnya total asset perbankan, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan kredit yang disalurkan. Dimana masing-masing indikator meningkat sebesar 1,83%, 1,17%, dan 3% dibanding triwulan sebelumnya. Demikian pula LDR meningkat menjadi 104,38% dari sebelumnya 102,53%. Namun, di triwulan pertama ini NPL perbankan memburuk dari 1,52% menjadi 1,72%. RINGKASAN PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Menurut data Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang telah disampaikan ke Departemen Keuangan, total pendapatan daerah dari 9 kab/kota dan 1 provinsi berjumlah Rp4.627 miliar dimana sebagian besar merupakan pendapatan dana perimbangan. Dana perimbangan yang diterima sebesar Rp3.778 miliar atau mencapai 82% dari pendapatan daerah. Sementara sisanya berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pendapatan lainnya yang sah. Sementara belanja daerah seluruh pemerintah provinsi/kabupaten/kota di tahun 2009 direncanakan sebesar Rp4.781 miliar yang sebagian besar merupakan belanja pegawai. Belanja pegawai mencapai Rp2.305 miliar atau 48% dari total belanja. Kemudian diikuti belanja modal yang mencapai Rp1.334 miliar atau 28%. Sisanya merupakan belanja barang dan jasa serta belanja lainnya seperti belanja bunga, hibah dan lain sebagainya. RINGKASAN PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Berbeda dengan triwulan-triwulan sebelumnya, aliran uang kartal di Bank Indonesia Bengkulu di triwulan laporan mengalami net cash inflow. Hal ini disebabkan adanya peningkatan jumlah uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia dari setoran perbankan daerah (cash inflow) yang cukup signifikan diikuti dengan penurunan jumlah uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia (cash outflow) secara cukup signifikan. 2

Ringkasan Eksekutif Sedangkan transaksi non-kas dengan menggunakan kliring secara nominal mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Perputaran kliring di triwulan ini sebesar Rp446.844 juta sementara triwulan sebelumnya Rp464.311 juta atau menurun 3,76%. Perkembangan transaksi pemindahan dana melalui sistem Real Time Gross Settlement (RTGS) baik jumlah warkat maupun secara nominal juga mengalami penurunan. Hal itu terlihat dari transaksi pemindahan dana keluar, transaksi dana masuk, dan transaksi antar nasabah di dalam Provinsi Bengkulu, masing-masing turun 23,72%, 30,60% dan 46,66%. PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI Secara tahunan, perekonomian Provinsi Bengkulu pada triwulan II tahun 2009 diperkirakan akan kembali mengalami perlambatan. Perlambatan tersebut ditengarai dipicu oleh masih belum pulihnya sisi konsumsi rumah tangga serta menurunnya ekspor daerah di sisi permintaan. Sementara di sisi penawaran didorong oleh sektor pertanian yang mulai memasuki masa tanam serta melambatnya kinerja sektor perdagangan yang didorong oleh melemahnya konsumsi masyarakat. Bank Indonesia Bengkulu memperkirakan perekonomian daerah secara tahunan akan tumbuh di kisaran 3,47%. Sedangkan tekanan inflasi daerah di triwulan II tahun 2009 diperkirakan akan mengalami penurunan. Hal ini sejalan dengan proyeksi Bank Indonesia Bengkulu yang memperkirakan inflasi di triwulan II tahun 2009 sebesar 5,29%. Melemahnya konsumsi masyarakat dan perkembangan ekonomi yang cenderung melambat menjadi faktor utama menurunnya inflasi. 3

TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH PROVINSI BENGKULU Tabel Indikator Ekonomi Terpilih a. Inflasi dan PDRB INDIKATOR 2007 2008 2009 Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I MAKRO IHK Kota Bengkulu 158,64 112,18 116,24 116,64 116,74 Laju Inflasi (y-o-y) 5,00 13,81 14,51 13,44 10,03 PDRB-Harga Konstan (miliar Rp) 7.009 1.835 1.868 1.840 1.885 - Pertanian 2.772 725 740 719 763 - Pertambangan & Penggalian 224 59 59 60 61 - Industri Pengolahan 286 73 76 74 74 - Listrik, Gas dan Air Bersih 31 8 8 9 9 - Bangunan 206 54 55 56 54 - Perdagangan, Hotel dan Restoran 1.433 366 377 368 369 - Pengangkutan & Komunikasi 594 151 154 153 152 - Keuangan, Persewaan dan Jasa 325 84 85 85 86 - Jasa 1.138 315 314 316 317 Pertumbuhan PDRB (y-o-y, %) 6,16 4,16 3,66 4,98 4,01 Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) 1) 165 56 56 45 18 Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) 1.068 315 245 285 141 Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) 1) 2 - - - - Volume Impor Nonmigas (ribu ton) 4 - - - - b. Perbankan INDIKATOR 2007 2008 2009 Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I PERBANKAN Bank Umum Total Aset (Triliun Rp) 4,56 5,31 5,97 5,82 5,93 DPK (Triliun Rp) 3,49 4,01 4,35 4,14 4,19 - Tabungan (Triliun Rp) 1,96 2,01 2,05 2,40 1,98 - Giro (Triliun Rp) 1,01 1,42 1,67 1,05 1,35 - Deposito (Triliun Rp) 0,52 0,58 0,63 0,69 0,86 Kredit (Triliun Rp) Lokasi Proyek 1) 3,41 4,30 4,70 5,29 5,24 - Modal Kerja 1,30 1,66 1,75 1,82 1,72 - Konsumsi 1,73 2,16 2,41 2,55 2,61 - Investasi 0,38 0,48 0,54 0,92 0,91 - LDR (%) 93,70 107,23 108,05 127,78 125,06 Kredit (triliun Rp) Lokasi Kantor 2,97 3,71 4,10 4,25 4,38 - Modal Kerja 1,04 1,36 1,48 1,50 1,48 - Konsumsi 1,59 2,01 2,22 2,36 2,49 - Investasi 0,34 0,35 0,40 0,39 0,41 - LDR (%) 85,14 92,67 94,30 102,53 104,38 1) data sampai dengan Februari 2009 4

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih INDIKATOR 2007 2008 2009 Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I PERBANKAN Kredit UMKM Bank Umum Menurut Lokasi Proyek 1) Kredit UMKM (Triliun Rp) 2,94 3,74 4,17 4,30 4,34 Kredit Mikro (Triliun Rp) 1,44 1,47 1,55 1,51 1,55 - Kredit Modal Kerja 0,23 0,30 0,34 0,36 0,39 - Kredit Investasi 0,03 0,03 0,04 0,04 0,04 - Kredit Konsumsi 1,18 1,14 1,17 1,11 1,12 Kredit Kecil (Triliun Rp) 0,99 1,61 1,94 2,11 2,16 - Kredit Modal Kerja 0,42 0,56 0,63 0,62 0,62 - Kredit Investasi 0,08 0,10 0,13 0,13 0,12 - Kredit Konsumsi 0,49 0,95 1,18 1,36 1,42 Kredit Menengah (Triliun Rp) 0,51 0,66 0,68 0,68 0,63 - Kredit Modal Kerja 0,36 0,44 0,43 0,44 0,40 - Kredit Investasi 0,11 0,17 0,20 0,19 0,19 - Kredit Konsumsi 0,04 0,05 0,05 0,05 0,04 NPL MKM gross (%) na na na na na BPR Total Aset (Miliar Rp) 32 44 46 47 49 DPK (Miliar Rp) 19 23 27 27 29 - Tabungan (Miliar Rp) 10 12 13 13 14 - Deposito (Miliar Rp) 9 11 14 14 15 Kredit (Miliar Rp) Lokasi Proyek 1) 87 84 18 17 18 - Modal Kerja 40 36 9 9 10 - Konsumsi 4 5 6 6 6 - Investasi 43 43 3 2 2 Kredit UMKM (Miliar Rp) 87 85 18 17 18 Rasio NPL Gross (%) na na na na na Rasio NPL Net (%) na na na na na LDR 129,69 159,24 145,66 141,02 139,06 1) data sampai dengan Februari 2009 5

Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Nominal dalam jutaan Rp, volume dalam lembar kecuali disebutkan lain INDIKATOR 2007 2008 2009 Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I SISTEM PEMBAYARAN Inflow (Triliun Rp) 0,70 0,02 0,11 0,26 0,31 Outflow (Triliun Rp) 1,87 0,79 0,39 0,52 0,22 Pemusnahan Uang (Triliun Rp) 0,29 0,02 0,06 0,09 0,03 Nominal Transaksi RTGS 60.421 283.057 14.914 16.825 11.898 Volume Transaksi RTGS 47.841 140.574 16.778 17.063 13.391 Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS 143 4.493 237 285 202 Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS 192 2.231 266 289 227 Nominal Kliring Kredit 299.537 83.644 87.492 84.202 71.896 Volume Kliring Kredit 23.889 6.447 6.316 5.798 5.413 Rata-rata Harian Nominal Kliring Kredit 13.615 3.802 3.977 3.827 3.268 Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit 1.086 293 287 264 246 Nominal Kliring Debet 1.163.954 399.186 412.162 380.109 374.948 Volume Kliring Debet 80.224 22.895 22.849 20.168 21.364 Rata-rata Harian Nominal Kliring Debet 52.907 18.145 18.735 17.278 17.043 Rata-rata Harian Volume Kliring Debet 3.647 1.041 1.039 917 971 Nominal Kliring Pengembalian 31.041 9.294 7.454 9.302 10.025 Volume Kliring Pengembalian 1.477 181 281 385 359 Rata-rata Harian Nominal Kliring 1.411 422 339 423 456 Pengembalian Rata-rata Harian Volume Kliring 67 8 13 18 16 Pengembalian Nominal Tolakan Cek/BG Kosong 20.605 5.095 6.098 7.572 8.101 Volume Tolakan Cek/BG Kosong 1.171 138 239 305 298 Rata-rata Harian Nominal Cek/BG Kosong 937 232 277 344 368 Rata-rata Harian Volume Cek/BG Kosong 53 6 11 14 14 6

Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Perekonomian Provinsi Bengkulu di triwulan I tahun 2009 terlihat mengalami perlambatan. Secara tahunan (y-o-y), laju pertumbuhan ekonomi sebesar 4,01%, melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,98%. Melambatnya laju perekonomian di sisi permintaan terutama disebabkan karena masih rendahnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan menurunnya ekspor daerah. Sementara proporsi konsumsi rumah tangga dan ekspor sangat dominan dalam ekonomi Bengkulu yaitu mencapai 91%. Di sisi penawaran, sebagian besar sektor ekonomi mengalami perlambatan di triwulan ini. Sektor ekonomi dominan di daerah seperti sektor pertanian, perdagangan-hotel-restoran dan jasa-jasa terlihat tumbuh melambat. Grafik 1.1. Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Laju Pertumbuhan PDRB (LPE, y-o-y) Provinsi Bengkulu (harga konstan 2000) 1,900,000 1,870,000 1,840,000 1,810,000 1,780,000 1,750,000 1,720,000 1,690,000 1,660,000 1,630,000 1,600,000 PDRB (skala kiri) LPE (y-o-y; skala kanan) LPE (q-t-q; skala kanan) 7.13% 6.73% 3.69% 4.03% 2.30% 2.93% 6.51% -2.76% 7.03% 3.43% 4.16% 3.66% 1.42% 1.80% 4.98% -1.52% Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 6% 4.01%* 4% 2.47%* 2007 2008 2009 12% 10% 8% 2% 0% -2% -4% Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; *) angka perkiraan 7

Perkembangan Ekonomi Makro Regional 1.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sisi Penggunaan Perekonomian Provinsi Bengkulu dari sisi penggunaan masih bertumpu pada sektor konsumsi. Proporsi konsumsi terhadap PDRB mencapai 78,73%, diikuti ekspor-impor dan investasi. Proporsi konsumsi tersebut menurun dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 81,63%. 1.1.1. Konsumsi Daerah Pertumbuhan secara tahunan (y-o-y) di sisi konsumsi tertinggi dialami oleh konsumsi lembaga nirlaba dan pemerintah. Pertumbuhan untuk masingmasing konsumsi tersebut sebesar 12,06% dan 7,10%. Namun demikian konsumsi rumah tangga masih memiliki proporsi terbesar. Tabel 1.1. Jenis Penggunaan I. Atas Dasar Harga Berlaku 1. Konsumsi Rumah Tangga 2. Konsumsi Lembaga Nirlaba 3. Konsumsi Pemerintah 4. Pembentuk Modal Tetap Domestik Bruto 5. Perubahan stok 6. Ekspor 7. Impor PDRB Berdasarkan Jenis Penggunaan Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan juta rupiah kecuali dinyatakan lain Q-I 2008 Q-I 2009 Pertumbuhan Nilai Proporsi Nilai Proporsi 2.084.795 30.816 510.717 294.348 (122.054) 1.138.297 (445.938) 59,72% 0,88% 14,63% 8,43% (3,50%) 32,61% (12,77%) 2.279.232 36.215 585.887 346.517 (121.063) 1.046.082 (427.271) 60,85% 0,97% 15,64% 9,25% (3,23%) 27,93% (11,41%) 9,33% 17,52% 14,72% 17,72% (0,81%) (8,10%) (4,19%) PDRB 3.490.982 100% 3.745.599 100% 7,29% II. Atas Dasar Harga Konstan 1. Konsumsi Rumah Tangga 1.132.646 62,50% 1.165.920 61,85% 2,94% 2. Konsumsi Lembaga Nirlaba 17.599 0,97% 19.721 1,05% 12,06% 3. Konsumsi Pemerintah 278.563 15,37% 298.327 15,83% 7,10% 4. Pembentuk Modal Tetap Domestik Bruto 167.565 9,25% 184.193 9,77% 9,92% 5. Perubahan stok (41.865) (2,31%) (39.754) (2,11%) (5,04%) 6. Ekspor 570.870 31,50% 552.498 29,31% (3,22%) 7. Impor (313.014) (17,28%) (295.940) (15,70%) (5,45%) PDRB 1.812.364 100% 1.884.966 100% 4,01% Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, angka perkiraan Pertumbuhan konsumsi rumah tangga di triwulan ini mulai mengalami peningkatan meski terbilang masih cukup rendah. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga secara tahunan di triwulan ini sebesar 2,94% sementara triwulan sebelumnya hanya sebesar 1,47%. Adanya pertumbuhan konsumsi 8

Perkembangan Ekonomi Makro Regional rumah tangga ini didorong oleh mulai membaiknya harga komoditas perkebunan yang menjadi unggulan daerah seperti karet dan kelapa sawit. Selain itu juga terbantu dengan mulai menurunnya tingkat inflasi daerah. Hal ini terlihat dari grafik di bawah. Grafik 1.2. Konsumsi Rumah Tangga Menurut PDRB Harga Konstan dan Perkembangan Inflasi di Provinsi Bengkulu juta rupiah kecuali dinyatakan lain 1,195,000 Kons. RT 8.00% 7.00% 6.00% 19.00 17.00 Inflasi YOY (%) 1,170,000 5.00% 15.00 1,145,000 g(yoy) 1.47% 2.94% 4.00% 3.00% 2.00% 13.00 11.00 9.00 1.00% 7.00 1,120,000 I II III IV I 2008 2009 0.00% 5.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2008 2009 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, angka perkiraan, diolah Adanya peningkatan konsumsi tidak terlihat dari pola konsumsi rumah tangga akan listrik. Hal ini terlihat pada grafik 1.3 dibawah, konsumsi listrik rumah tangga di triwulan ini terlihat mengalami sedikit penurunan di banding triwulan sebelumnya. Konsumsi listrik menurun dari 63,76 juta Kwh menjadi 63,08 juta Kwh atau turun 1,07%. Jumlah kendaraan roda 2 menurun signifikan dari 7.530 buah sepeda motor baru di bulan Agustus 2008 menjadi hanya sekitar 2.373 buah pada bulan Desember 2008 atau setelah krisis terjadi. Namun di bulan Januari 2009 mulai terjadi peningkatan jumlah kendaraan roda dua menjadi 2.894 buah atau naik 22% dibanding bulan sebelumnya. Namun trend peningkatan ini belum dialami oleh jenis kendaraan bus/truk dan roda 4. 9

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.3. Konsumsi Listrik dan Perkembangan Kendaraan di Provinsi Bengkulu 75 70 65 60 55 Konsumsi Listrik RT (juta Kwh) 10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 Jumlah Kendaraan Baru Roda 2 (kiri) Bus/Truk (kanan) Roda 4 (kanan) 170 120 50 45 3,000 2,000 1,000 70 40 1 2 3 4 1-6 7 8 9 10 11 12 1 20 2008 2009 2008 2009 Sumber : Dispenda Prov. dan PLN Bengkulu, diolah Sementara itu, dana milik perorangan yang berada di bank umum di Provinsi Bengkulu di triwulan ini relatif stagnan meski mulai sedikit tumbuh di bulan Maret 2009. Dana perorangan ini dapat diasumsikan sebagai dana milik masyarakat yang ada di perbankan. Kecenderungan penurunan terutama terjadi untuk jenis simpanan yang berbentuk tabungan. Hal ini dapat menggambarkan adanya kecenderungan peningkatan kebutuhan konsumsi masyarakat di tengah relatif stabilnya pendapatan. Grafik 1.4. Dana Perorangan dan Kredit Konsumsi Perbankan di Provinsi Bengkulu 3,000,000 2,800,000 DPK Perorangan 70% 2,500,000 2,400,000 60% 2,300,000 Kredit Konsumsi 100% 90% 2,600,000 2,200,000 50% 2,100,000 80% 2,400,000 2,200,000 g(yoy) 2,000,000 40% 1,900,000 30% 1,800,000 gyoy 70% 60% 2,000,000 1,700,000 20% 1,600,000 50% 1,800,000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2008 2009 1,500,000 10% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 2008 2009 40% Sumber : Lap Bulanan Bank Umum KBI Bengkulu 10

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Pertumbuhan kredit konsumsi juga terlihat mulai menunjukkan kecenderungan yang sama. Hal ini terlihat dari grafik 1.4 di bawah dimana pertumbuhan kredit secara tahunan mulai mengalami peningkatan di bulan Maret. Secara tahunan kredit konsumsi tumbuh sebesar 43% di triwulan ini. Kredit konsumsi tumbuh dari Rp1.746 miliar di triwulan I tahun 2008 menjadi Rp2.489 miliar di triwulan ini. Hasil survei konsumen yang dilakukan Bank Indonesia Bengkulu juga menunjukkan adanya peningkatan kepercayaan masyarakat. Hal ini terlihat dari meningkatnya indeks keyakinan konsumen (IKK). Peningkatan ini dipicu oleh naiknya indeks kondisi ekonomi saat ini terutama terhadap kondisi penghasilan saat ini yang mengalami perbaikan dibanding 6 bulan sebelumnya. Hal ini kemungkinan dipicu oleh membaiknya harga komoditas dan turunnya inflasi daerah. Grafik 1.5. Beberapa Hasil Survei di Provinsi Bengkulu 105.00 95.00 85.00 75.00 65.00 55.00 45.00 35.00 Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2006 2007 2008 2009 Sumber : Survei Ekspektasi Konsumen, BI Bengkulu Konsumsi pemerintah secara tahunan di triwulan laporan terlihat mengalami pertumbuhan yang cukup baik meski tidak setinggi triwulan sebelumnya. Pertumbuhan tahunan konsumsi pemerintah di triwulan laporan mencapai 7,10% sementara triwulan sebelumnya 7,62%. Sedangkan konsumsi yang dilakukan lembaga nirlaba di triwulan ini mengalami 11

Perkembangan Ekonomi Makro Regional pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu sebesar 12,06% sementara triwulan sebelumnya hanya sebesar 5,57%. Sebagaimana terlihat pada grafik 1.6. di bawah. Grafik 1.6. Konsumsi Pemerintah dan Lembaga Nirlaba Menurut PDRB Harga Konstan di Provinsi Bengkulu juta rupiah kecuali dinyatakan lain 300,000 10.00% 20,000 14.00% 295,000 290,000 285,000 Kons. Pemerintah 9.00% 7.62% 8.00% 7.10% 7.00% 6.00% g(yoy) 19,500 19,000 18,500 18,000 17,500 Kons. Lemb. Nirlaba g(yoy) 5.57% 12.06% 12.00% 10.00% 8.00% 6.00% 4.00% 280,000 5.00% 17,000 2.00% 275,000 I II III IV I 2008 2009 4.00% 16,500 I II III IV I 2008 2009 0.00% Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, angka perkiraan, diolah Dilihat dari pengeluaran pemerintah daerah terkait dengan belanja pegawai, yang memiliki porsi 27% terhadap total belanja daerah Pemerintah Provinsi Bengkulu, juga terlihat meningkat. Peningkatan tersebut mencapai 31% dibanding triwulan sama tahun sebelumnya. Adanya kenaikan tersebut diduga karena kenaikan gaji PNS serta penambahan jumlah PNS di lingkungan pemerintah daerah. Sebaliknya pertumbuhan giro pemerintah yang ada di bank umum terlihat semakin menurun. Giro pemerintah yang ada di bank umum di triwulan I tahun 2008 sebesar Rp1.143 miliar sementara di triwulan ini menurun menjadi Rp984 miliar atau turun 14%. 12

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.7. Perkembangan Dana Pemerintah di Bank Umum dan Belanja Pegawai Pemerintah Daerah di Provinsi Bengkulu juta rupiah kecuali dinyatakan lain 1,850,000 1,650,000 1,450,000 1,250,000 1,050,000 850,000 650,000 Giro Milik Pemerintah 75.00% 65.00% 55.00% 45.00% 35.00% 25.00% 12.50% 15.00% -3.97% 5.00% g(yoy) -13.93% -5.00% 400,000 380,000 360,000 340,000 320,000 300,000 280,000 260,000 240,000 220,000 Belanja Pegawai g(yoy) 98% 78% 58% 38% 18% 450,000 1 2 3 4 1-15.00% 200,000 I II III IV I -2% 2008 2009 2008 2009 Sumber : Lap Bulanan Bank Umum KBI Bengkulu dan Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, angka perkiraan, diolah 1.1.2. Investasi Regional Data investasi regional yang tercatat di BPS sebagaimana terlihat dari Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) dan ditunjukkan pada tabel 1.1. di triwulan laporan mengalami kenaikan sebesar 9,92%. Sementara pada triwulan sebelumnya pertumbuhannya mencapai 15,40%. Sehingga terlihat adanya perlambatan pertumbuhan. Pencatatan BPS ini merupakan investasi yang bersifat tambahan dan dilakukan oleh pelaku ekonomi daerah setempat yang dapat berupa tambahan bangunan atau peralatan untuk kegiatan usaha yang telah dijalaninya. Adanya peningkatan ini juga terlihat dari data kredit investasi yang disalurkan oleh bank umum di Provinsi Bengkulu. Dari data, sebagaimana grafik di bawah, terlihat mulai adanya peningkatan kredit di awal tahun 2009 ini setelah sebelumnya cenderung tumbuh menurun. Namun pertumbuhan tahunan konsumsi semen daerah di triwulan ini mengalami kecenderungan yang menurun. 13

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.8. Perkembangan Kredit Investasi dan Konsumsi Semen di Provinsi Bengkulu 600,000 550,000 500,000 450,000 400,000 350,000 300,000 250,000 Kredit Investasi g(yoy) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.0 0 % 60,000 55,000 50,000 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 juta rupiah kecuali dinyatakan lain Kons. Semen (ton) g(yoy) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 120.00% 100.00% 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00% -20.00% 2008 2009 2008 2009 Sumber : Lap Bulanan Bank Umum KBI Bengkulu dan Asosiasi Semen Indonesia, diolah Sedangkan, hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank Indonesia Bengkulu di triwulan I 2009 kepada para pelaku usaha menunjukkan bahwa para responden melaporkan tidak adanya realisasi investasi di triwulan ini. Sementara data sebelumnya menunjukkan adanya penurunan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) realisasi investasi yang dilakukan responde. Hal ini menunjukkan lebih sedikitnya responden yang menambah jumlah realisasi investasinya. Grafik 1.9. Saldo Bersih Tertimbang (SBT) Realisasi Investasi Responden SKDU 50.00 45.00 40.00 35.00 30.00 25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 - (5.00) 0.11 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4-0.47 2006 2007 2008 Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), BI Bengkulu 14

Perkembangan Ekonomi Makro Regional 1.1.3. Ekspor dan Impor Regional Menurut data BPS Provinsi Bengkulu, pada triwulan laporan terjadi sedikit penurunan net-ekspor secara tahunan (y-o-y) sebesar 0,5%. Tren perkembangan ekspor dan impor antar daerah/negara di triwulan laporan dapat dilihat dari tabel 1.2. di bawah ini. Ekspor turun dari Rp570.870 juta pada triwulan I tahun 2008 menjadi Rp552.498 juta, sedangkan impor juga menurun dari Rp313.014 juta menjadi Rp295.940 juta. Tabel 1.2. Perkembangan Ekspor dan Impor Regional dalam pembentukan PDRB menurut Harga Konstan Provinsi Bengkulu juta rupiah 2008 2009 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1 Ekspor 570.870 569.879 578.057 530.229 552.498 Impor 313.014 313.115 312.954 301.649 295.940 Net Ekspor (Impor) 257.856 256.764 265.103 228.580 256.558 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; angka sementara Sementara perkembangan ekspor daerah ke mancanegara berdasarkan pemberitahuan ekspor barang diperkirakan akan menurun secara tahunan. Tabel 1.3 di bawah menggambarkan kegiatan perdagangan lintas negara dari dan ke Provinsi Bengkulu yang dicatat berdasarkan data Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB). Dari tabel tersebut terlihat adanya penurunan ekspor daerah ini pada triwulan laporan secara tahunan 1. Penurunan nilai ekspor yang cukup besar terjadi pada mata dagangan karet dan lemak/minyak hewan nabati dengan komoditas utama minyak sawit/cpo. Selain itu juga terjadi pergeseran porsi ekspor dimana di tahun sebelumnya ekspor didominasi oleh karet dan CPO namun sejak triwulan IV tahun 2008 ekspor lebih didominasi oleh karet dan batubara. Menurut hasil liaison juga terungkap bahwa produsen CPO di 1 Berhubung data Maret 2009 belum tersedia, data triwulan I dihitung dengan asumsi realisasi ekspor Bulan Maret sama dengan Bulan Februari. Hal ini dengan perkiraan realisasi ekspor Maret tidak akan lebih baik dari bulan sebelumnya. 15

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Bengkulu saat ini lebih memilih untuk memasarkan produknya ke pasar domestik dibandingkan pasar ekspor. Tabel 1.3. Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Jenis Barang di Provinsi Bengkulu Mata Dagangan Lemak/minyak hewan/nabati Kakao dan produk kakao Bahan bakar mineral Karet dan barang dari karet Lainnya Total nilai dalam ribu dollar, volume dalam ton 2008 2009 Proporsi Ket. Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1* Nilai 10.263 15.321 10.778 7.608 5.256 19,82% Volume 11.000 13.500 12.000 15.875 11.698 Nilai 290 475 704 333 218 0,82% Volume 150 250 300 150 100 Nilai 9.896 10.097 9.007 12.555 7.517 28,34% Volume 311.403 276.801 200.589 252.221 175.109 Nilai 28.517 29.539 34.011 23.941 13.387 50,47% Volume 11.882 11.055 11.404 9.707 10.151 Nilai 73 275 1.262 132 145 0,55% Volume 3.013 12.842 20.925 6.778 4.804 Nilai 49.039 55.707 55.762 44.569 26.523 100% Volume 337.448 314.448 245.218 284.731 201.862 Sumber : SEKDA Provinsi Bengkulu, BI Bengkulu; *) angka perkiraan Penurunan nilai ekspor di triwulan laporan secara tahunan terlihat sangat signifikan dan diperkirakan mencapai 46%. Penurunan ekspor terjadi hampir di seluruh mata dagangan ekspor daerah terutama dialami komoditas karet dan CPO yang masing-masing menurun sebesar 53% dan 49%. Penurunan kinerja tampak terjadi baik secara kuantitas maupun nilai ekspor. Namun signifikansi penurunan kinerja ekspor daerah terutama terjadi jika dilihat secara nilai. Pada grafik 1.10 di bawah terlihat pertumbuhan tahunan ekspor yang terus menurun terjadi di seluruh mata dagangan ekspor utama daerah seperti karet, CPO dan batubara. Bahkan telah terjadi pertumbuhan minus sejak triwulan III tahun 2008. Namun jika dilihat ekspor secara kuantitas maka terlihat penurunan pertumbuhan terjadi untuk komoditas batubara dan karet. Sementara volume ekspor CPO mulai meningkat di triwulan ini, walau kurang signifikan. 16

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.10. Pertumbuhan Tahunan Ekspor Mancanegara Provinsi Bengkulu juta rupiah kecuali dinyatakan lain 140% 180% 120% 100% Nilai Ekspor 130% Volume Ekspor 80% 60% 40% 20% 80% 30% CPO Karet Batubara 0% CPO -20% Karet -20% -40% Batubara -60% I II III IV I -70% I II III IV I 2008 2009 2008 2009 Sumber : Lap Bulanan Bank Umum KBI Bengkulu dan Asosiasi Semen Indonesia, diolah Indikasi penurunan pertumbuhan ekspor diduga karena dipengaruhi harga komoditas perkebunan dan pertambangan yang saat ini belum stabil dan cenderung lebih kecil dibanding tahun-tahun sebelumnya. Hal ini terlihat dari grafik 1.11 di bawah dimana harga komoditas karet dan batubara mengalami kecenderungan menurun. Sedangkan harga CPO terlihat mulai membaik. Grafik 1.11. Perkembangan Harga Beberapa Komoditas Ekspor Bengkulu dalam US$/kg untuk karet, US$/metric ton untuk CPO & batubara 1,200 1,000 800 Karet CPO Batubara 600 400 200 - Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Sumber : DSM Bank Indonesia dan Bloomberg, diolah 2007 2008 2009 17

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sedangkan pertumbuhan volume ekspor relatif stabil dan cenderung meningkat di triwulan ini kecuali batubara. Kurang baiknya pertumbuhan volume batubara dikarenakan adanya permasalahan hukum terkait dengan kegiatan penambangan batubara yang dialami dua perusahaan tambang batubara di Bengkulu yang secara langsung mempengaruhi ekspor batubara daerah. Permasalahan hukum yang dialami oleh perusahaan tersebut adalah dugaan tidak adanya izin penambangan (illegal mining). Sehingga perusahaan tersebut tidak dapat melakukan penambangan kembali sebagaimana biasanya. Tabel 1.4. Negara Pembeli Amerika Serikat Thailand Singapura Malaysia Hongkong Jerman Belgia Lainnya Total Perkembangan Ekspor Barang-Barang Non-Migas Utama Menurut Negara Pembeli di Provinsi Bengkulu Ket. nilai dalam ribu dollar, volume dalam ton 2008 2009 Q-1 Q-2 Q-3 Q-4 Q-1* Nilai 10.202 7.840 8.977 9.398 2.653 Volume 4.409 3.037 3.205 3.452 1.808 Nilai 2.732 1.035 465 438 3.628 Volume 92.070 31.219 200 5.627 81.865 Nilai 14.990 18.338 19.227 14.966 5.627 Volume 39.233 57.886 22.527 16.064 4.328 Nilai 3.146 5.341 1.730 3.349 428 Volume 83.250 120.583 34.741 64.538 9.510 Nilai 230-406 - - Volume 101-18.035 - - Nilai - 113 - - - Volume - 40 - - - Nilai 11.516 17.101 12.136 7.612 3.803 Volume 11.524 14.163 12.463 14.137 8.320 Nilai 6.223 5.939 12.821 8.806 1.946 Volume 106.861 87.520 154.047 180.913 35.430 Nilai 49.039 55.707 55.762 44.569 18.085 Volume 337.448 314.448 245.218 284.731 141.261 Sumber : SEKDA Provinsi Bengkulu, BI Bengkulu; *) data hingga bulan Februari Bila dilihat dari negara pembeli (tabel 1.4 di atas), Singapura merupakan negara dengan nilai pembelian terbesar diikuti oleh Belgia dan Thailand. Nilai ekspor Provinsi Bengkulu ke tiga negara ini mencapai US$13.058 ribu atau sekitar 72% dari nilai ekspor secara keseluruhan. 18

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Adapun pembelian dari Amerika Serikat terlihat mulai menurun dan tidak seperti triwulan sebelumnya. 1.2. PDRB Sisi Sektoral Secara sektoral, perlambatan pertumbuhan ekonomi secara tahunan (y-o-y) terjadi pada sebagian besar sektor ekonomi. Sektor yang mengalami pertumbuhan melambat dibanding triwulan sebelumnya terutama untuk sektor utama Provinsi Bengkulu seperti pertanian, perdagangan-hotel-restoran dan jasa-jasa. Laju pertumbuhan masing-masing sektor tersebut sebesar 4,35%, 2,89% dan 6,05%. Melambatnya kinerja sektor perdagangan dan jasa-jasa terlihat pula dari hasil quick survey Bank Indonesia Bengkulu kepada usaha mikro, kecil dan menengah. Dimana dari hasil survei terlihat adanya penurunan usaha yang cukup signifikan (lihat Boks 1 Gambaran Singkat Dampak Krisis Keuangan Global Terhadap UMKM). Sementara itu, sektor yang tumbuh cukup tinggi di triwulan ini adalah sektor jasa-jasa yaitu sebesar 6,05%. Tabel 1.5. Laju Pertumbuhan PDRB Bengkulu (y-o-y) Menurut Sektor Lapangan Usaha 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Air dan Gas 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Angkutan dan Komunikasi 8. Keuangan dan Persewaan 9. Jasa-jasa Trw-II 2008 2,16 5,22 3,19 7,01 8,39 2,13 2,99 3,96 11,65 Trw-III 2008 4,05 4,79 0,74 6,73 6,10-0,03 2,33 2,10 8,65 Trw-IV 2008 5,35 4,35 2,17 6,93 2,60 4,53 1,57 3,39 8,07 persen Trw-I 2009 4,35 5,88 2,15 5,98 2,92 2,89 1,66 3,41 6,05 P D R B 4,16 3,66 4,98 4,01 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; angka sementara Sedangkan struktur perekonomian Provinsi Bengkulu sebagaimana terlihat dari tabel 1.6 di bawah terlihat masih didominasi oleh sektor pertanian diikuti sektor perdagangan-hotel-restoran dan sektor jasa-jasa. Kontribusi ketiga sektor ini terhadap perekonomian Provinsi Bengkulu mencapai 76,94% di triwulan laporan. Dengan demikian naik turunnya ketiga sektor tersebut akan sangat mempengaruhi kinerja perekonomian Provinsi Bengkulu secara keseluruhan. 19

Tabel 1.6. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan dan Lapangan Usaha Provinsi Bengkulu Lapangan Usaha juta rupiah kecuali dinyatakan lain Q3-2008 Q4-2008 Q1-2009 Nilai Porsi Nilai Porsi Nilai Porsi 1. Pertanian 739.702 39,60 719.113 39,09 763.445 40,50 2. Pertambangan dan Penggalian 59.190 3,17 59.438 3,23 60.692 3,22 3. Industri Pengolahan 75.518 4,04 73.707 4,01 73.945 3,92 4. Listrik, Gas dan Air 8.379 0,45 8.551 0,47 8.624 0,46 5. Bangunan 55.469 2,97 56.094 3,05 53.972 2,86 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 376.636 20,16 367.928 20,00 369.227 19,59 7. Pengangkutan dan Komunikasi 154.463 8,27 153.296 8,33 151.671 8,05 8. Keuangan dan Persewaan 84.868 4,54 85.204 4,63 85.770 4,55 9. Jasa jasa 313.655 16,80 316.126 17,19 317.619 16,85 PDRB 1.867.880 100,00 1.839.455 100,00 1.884.966 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, angka sementara 1.2.1. Sektor Pertanian Sektor pertanian tumbuh melambat di triwulan ini, yakni sebesar 4,35% sementara triwulan sebelumnya tercatat sebesar 5,35%. Relatif masih baiknya pertumbuhan sektor ini kemungkinan didorong oleh musim panen yang jatuh di akhir triwulan serta harga jual yang mulai membaik untuk komoditas perkebunan. Mulai membaiknya kondisi subsektor perkebunan tergambar melalui hasil liaison Bank Indonesia Bengkulu ke subsektor tersebut (lihat Boks.2 Perkembangan Sektor Perkebunan Bengkulu Tw.I- 2009). Hal tersebut juga terlihat di sektor perbankan dimana laju pertumbuhan tahunan kredit pertanian terlihat meningkat cukup signifikan. Laju pertumbuhan meningkat dari 5% di triwulan sebelumnya menjadi 61% di triwulan ini. Hal ini diduga karena adanya beberapa program revitalisasi perkebunan yang sudah mulai dilaksanakan di triwulan ini dan dibiayai melalui dana perbankan. Sementara persepsi pelaku usaha hasil SKDU menunjukkan kondisi yang stagnan, dimana sebagian besar responden menyatakan bahwa realisasi 20

Perkembangan Ekonomi Makro Regional usahanya di triwulan ini tetap. Hal ini dialami oleh 65% responden SKDU terutama responden dari subsektor peternakan dan perikanan. Grafik 1.12. Indikator Sektor Pertanian Provinsi Bengkulu 330,000 280,000 230,000 180,000 130,000 80,000 30,000 Kredit Pertanian (Rp Juta) gyoy 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2006 2007 2008 2009 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 65% 55% 45% 35% 25% 15% 5% -5% -15% 40000 35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0 1 23 Realisasi Ekspor Perkebunan (Ton) 4 56 7 89 10 11 1212 3 45 10 11 1212 6 78 9 3 45 gyoy 10 11 1212 2006 2007 2008 2009 6 78 9 1940% 1740% 1540% 1340% 1140% 940% 740% 540% 340% 140% -60% Sumber : Bank Indonesia dan BPS Provinsi, diolah 1.2.2. Sektor Listrik, Gas dan Air Sektor listrik, gas dan air tercatat juga mengalami pertumbuhan tahunan yang melambat di triwulan ini dibanding triwulan sebelumnya yaitu sebesar 5,98%. Namun pertumbuhan tersebut terbilang masih cukup tinggi di antara sektor lainnya. Grafik 1.13. Indikator Sektor Listrik, Gas dan Air di Provinsi Bengkulu 230 225 220 215 Konsumsi Listrik Jml. Pelanggan (ribu orang, axis kiri) Konsumsi (juta KWh, axis kanan) 30 29 28 27 26 1,150 1,050 950 850 750 Kredit Sektor Listrik, Gas, Air (juta Rp) gyoy 150% 100% 50% 210 205 25 24 23 650 550 450 350 0% -50% 200 22 250-100% 12 9 10 11 12 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 10 11 12 10 11 12 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 2 3 2006 2007 2008 2009 2006 2007 2008 2009 Sumber : Bank Indonesia dan PLN Bengkulu, diolah 21

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Data konsumsi listrik memperlihatkan adanya penurunan konsumsi listrik di triwulan ini dibanding triwulan sebelumnya. Pada bulan Desember konsumsi listrik sebesar 26.360 ribu Kwh sementara di bulan Maret sebesar 26.141 ribu Kwh atau menurun 0,83%. Penurunan terutama terjadi untuk konsumen rumah tangga. Sementara data kredit yang disalurkan perbankan ke sektor ini di Provinsi Bengkulu mengalami sedikit peningkatan dibanding triwulan sebelumnya dari Rp302 juta menjadi Rp319 juta. 1.2.3. Sektor Jasa - Jasa Sektor jasa-jasa secara tahunan juga mengalami pertumbuhan yang mulai melambat dimana pertumbuhan triwulan ini sebesar 6,05%, sementara triwulan sebelumnya mencapai 8,07%. Porsi sektor ini terhadap ekonomi daerah juga cukup besar yaitu mencapai 16,85%, sehingga sektor ini tetap menjadi pendukung tumbuhnya ekonomi daerah. Dilihat dari pembiayaan perbankan, maka terlihat adanya penurunan kredit di triwulan ini untuk sektor jasa-jasa. Kredit yang disalurkan perbankan daerah ke sektor ini pada bulan Maret 2009 mencapai Rp261 miliar, turun sebesar 21% dibanding triwulan sebelumnya. Penurunan terutama dialami untuk kredit kepada jasa sosial yaitu sebesar 48%. Grafik 1.14. Indikator Sektor Jasa-jasa di Provinsi Bengkulu 400,000 1.00 350,000 Kredit Sektor Jasa (juta Rp) PDRB Sektor Jasa (juta Rp) 0.80 Realisasi Sektor Jasa (Hasil SKDU) 300,000 0.60 250,000 0.40 200,000 150,000 0.20 100,000 - I II III IV I II III IV I II III IV I 50,000 (0.20) 2006 2007 2008 2009 - (0.40) I II III IV I II III IV I II III IV I 2006 2007 2008 2009 (0.60) Sumber : Bank Indonesia dan BPS Prov. Bengkulu, diolah 22

Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sementara hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha di triwulan I tahun 2009 menunjukkan kondisi yang stagnan dimana hasil saldo bersih tertimbang (SBT) di triwulan ini sama dengan triwulan sebelumnya yang sebesar -0,40. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan realisasi usahanya di triwulan ini relatif menurun. 1.2.4. Sektor Bangunan Laju pertumbuhan sektor bangunan secara tahunan mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya yaitu tumbuh sebesar 2,92% dengan porsi terhadap ekonomi daerah sebesar 2,86%. Dengan porsi yang relatif kecil tersebut belum memberikan kontribusi signifikan bagi ekonomi Bengkulu. Kondisi ini tergambar pula pada penyaluran kredit konstruksi. Dimana laju pertumbuhan secara tahunan meningkat 13% dari Rp117 miliar di triwulan I tahun 2008 menjadi Rp132 miliar di triwulan ini. Kredit perumahan di triwulan ini juga terlihat terus meningkat. Hal ini terlihat pada grafik 11 di bawah. Data konsumsi semen daerah di triwulan ini juga menunjukkan adanya peningkatan. Pada triwulan I tahun 2008 konsumsi semen daerah sebanyak 89 ribu ton sementara di triwulan ini mencapai 107 ribu ton atau meningkat hingga 20%. Meski begitu jika dilihat pertumbuhannya maka terlihat adanya kecenderungan penurunan konsumsi semen daerah. Grafik 1.15. Indikator Sektor Bangunan di Provinsi Bengkulu 60,000 55,000 50,000 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 Kons. Semen (ton) g(yoy) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 120.00% 350 100.00% 300 80.00% 250 60.00% 200 40.00% 150 20.00% 100 0.00% -20.00% - 50 Penyaluran Kredit (miliar Rp) 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 Konstruksi Perumahan 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 2008 2009 2006 2007 2008 2009 Sumber : Bank Indonesia dan Asosiasi Semen Indonesia, diolah 23

Perkembangan Ekonomi Makro Regional 1.3. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Indikator kesejahteraan petani sebagaimana tergambar melalui indikator nilai tukar petani (NTP) di triwulan I sampai dengan bulan Februari 2009 cenderung meningkat. Peningkatan NTP ini dapat menggambarkan bahwa secara relatif tingkat kesejahteraan hidup petani semakin tinggi. Dibanding triwulan sebelumnya, terlihat adanya perubahan NTP 102,04 menjadi 102,24 atau naik 1,38%. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan indeks harga yang diterima petani terkait dengan hasil produksinya. Kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh mulai membaiknya harga komoditas perkebunan utama seperti karet dan kelapa sawit. Grafik 1.16. Perkembangan Indeks Nilai Tukar Petani di Provinsi Bengkulu 125 119.03 115 113.53 110.04 105 109.06 102.04 102.24 95 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb 2008 2009 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu; diolah 24

BOKS 1 GAMBARAN SINGKAT DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI PROVINSI BENGKULU Dalam rangka memahami dampak krisis terhadap perkembangan sektor riil di Bengkulu pada Triwulan I Tahun 2009, Bank Indonesia Bengkulu melakukan pengamatan langsung dan wawancara singkat kepada pelaku UMKM. Para pelaku usaha yang dilakukan pengamatan dan wawancara terbagi atas empat kelompok UMKM, yaitu: usaha makanan khas Bengkulu, batik khas Bengkulu (Besurek), jasa travel, dan toko kelontong. Pertanyaan yang diajukan ke pelaku usaha tersebut mengenai perkembangan produksi, tenaga kerja, volume produksi & penjualan, biaya modal, pemasaran dan keuntungan. Selain itu ditanyakan pula apakah ada rencana investasi dalam jangka pendek (dalam tahun 2009). Adapun ringkasan hasil pengamatan dan wawancara tersebut sebagai berikut : USAHA MAKANAN KHAS BENGKULU (Kue Tat, Lempok Durian, Emping) Seluruh pelaku usaha pada industri rumah tangga (IRT) makanan khas Bengkulu menyatakan adanya penurunan volume usaha sejak akhir tahun 2008. IRT makanan khas ini biasanya mengalami lonjakan pada hari-hari besar dan liburan, namun hal ini tidak terjadi di tahun 2008. Bahkan selama triwulan I tahun 2009, IRT Lempok Durian dan Emping mengalami penurunan usaha hampir 50% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sepinya order dari luar daerah (seperti Lampung, Palembang dan Padang) diakui memberikan sumbangan terbesar pada penurunan volume penjualan ini. Untuk penjualan kue tat Bengkulu kondisinya lebih baik, karena volume penjualan hanya turun 10% dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan harga bahan baku, tidak begitu dirasakan oleh pengrajin, karena bahan baku ini banyak tersedia di Bengkulu. Mereka menyatakan kenaikan bahan baku masih dalam kategori wajar yaitu kurang dari 10%. Penggunaan tenaga kerja pada IRT makanan khas ini tanpa menggunakan tenaga kerja tetap. Apabila permintaan/pesanan mulai meningkat, maka tenaga kerja ditambah. Untuk IRT emping melinjo, biasanya pengrajin mengambil bahan baku kemudian mengerjakannya di rumah masing-masing. Oleh karena itu perubahan pada tenaga kerja tidak begitu berarti bagi IRT ini. Dari segi keuntungan, seluruhnya menyampaikan adanya penurunan dibandingkan periode-periode sebelumnya. Karena peningkatan harga bahan baku dan anjloknya penjualan. Namun demikian, pelaku IRT masih memiliki keinginan untuk melakukan perluasan usaha pada tahun 2009, karena adanya harapan perbaikan perekonomian. BATIK KHAS BENGKULU (Batik Besurek) Rata-rata penurunan volume penjualan batik besurek mencapai 30%. Penurunan cukup tinggi dirasakan sejak akhir tahun 2008 dan berlangsung sampai saat ini. Dari sisi produksi terjadi kenaikan bahan baku mencapai 20%. Meskipun demikian jumlah tenaga kerja pada usaha ini masih tetap dan dengan tingkat upah yang tetap pula. Apabila pelaku usaha mengurangi tenaga kerja,