BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan menjadi kebutuhan yang sangat komplek bagi manusia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat berperan dalam mengembangkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. ini sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh orang dewasa (pendidik) kepada orang yang belum dewasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa adalah keberhasilan pendidikan dari bangsa itu sendiri. Jika seorang guru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN alinea ke 4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pada umumnya dengan pendidikan. Pentingnya pendididkan itu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya (2006:2) mengatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan nasional, dalam Undang - Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada lembaga pendidikan formal merupakan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Suardi, 2012:71). bangsa. Hal ini sebagaiman tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dimana hal ini

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya dengan jalan membina potensi potensi yang ada, yaitu rohani

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. pemikiran secara ilmiah. Hal ini sangat berguna untuk menciptakan siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejalan dengan salah satu tujuan kemerdekaan Indonesia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional di Indonesia telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui (learning to know), belajar berbuat (learning to do), belajar

BAB I PENDAHULUAN. penemuan. Trianto (2011:136) mengatakan bahwa Ilmu Pengetahuan. Alam merupakan suatu kumpulan teori yang sistematis.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran agar lebih tertanam pada siswa. Faktor-faktor itu antara lain guru, siswa, media pembelajaran, proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. secara optimal dan dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar

BAB I PENDAHULUAN. didik usia enam sampai dengan dua belas tahun, dididik untuk menjadi. selanjutnya ke jenjang yang lebih tinggi. (UUSPN, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aset masa depan yang menentukan maju

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan masih berjalan terus. (Ihsan, 2008:7) mengemukakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara peserta didik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memberi dukungan dan perubahan untuk perkembangan masyarakat, bangsa,

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DISCUSSION TEXT BERDASARKAN KONSEP THE GENRE BASED APPROACH PADA SISWA KELAS XII IPA 3 SMA NEGERI 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bisa bersikap tertentu. Dalam hal ini, belajar merupakan sebuah upaya

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan syarat

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Undang-undang Sisdiknas No.20 Tahun 2003 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Indonesia adalah pendidikan yang berakar pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditempuh oleh anak, anak juga dituntut untuk mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENGENAL TEKNOLOGI PRODUKSI MELALUI METODE KARYAWISATA PADA SISWA KELAS IV SDN 3 BEJI KABUPATEN TULUNGAGUNG

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang mampu bersaing di dunia internasional.

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum istilah sains memiliki arti kumpulan pengetahuan yang tersusun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. terencana untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang baik

BAB I PENDAHULUAN. tentang sistem pendidikan nasional (2009:69) pasal 1 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. inovatif oleh pihak-pihak terkait, mulai dari tingkat pusat, daerah, maupun

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi kebutuhan yang sangat komplek bagi manusia karena merupakan bagian dari kelangsungan hidup yang terus berkembang. Pendidikan sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam mengembangkan potensi manusia agar dapat membentuk kepribadian yang matang secara lahir dan batin, berakhlak mulia, serta bertanggung jawab, selain itu pendidikan juga memiliki peranan yang sangat penting dalam mencapai cita-cita bangsa serta mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasa, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Pada penerapan pendidikan diperlukan upaya-upaya terencana dan konkret berupa kegiatan pembelajaran bagi siswa yang dirancang sedemikian sehingga mampu mengembangkan kompetensi, baik ranah kognitif, aektif, maupun psikomotorik ( Muslich, 2009:22 ) Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu mata pelajaran yang di ajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia salah satunya di 1

2 Sekolah Dasar, mengingat pentingnya pendidikan dalam menentukan kemajuan bangsa, maka diperlukan pendidikan yang berkualitas, khususnya pada mata pelajaran IPA. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik dalam merancang dan melaksanakan pendidikan yang lebih berkualitas dan terarah pada penguasan konsep IPA demi menunjang kegiatan sehari-hari siswa dalam masyarakat. Pendidikan IPA diharapkan dapat membangun motivasi siswa dalam mempelajari individu dan alam disekitarnya. Pembelajaran IPA memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan yang berkualitas serta menjadikan siswa mampu berfikir kritis, kreatif dan bersikap ilmiah. Menurut Trianto (2008 : 70) berpendapat bahwa pembelajaran IPA secara umum sebagaimana termaktub dalam taksonomi bloom diharapkan dapat memberikan pengetahuan (kognitif), yang merupakan tujuan utama dari pembelajaran. Pengetahuan yang di maksud yaitu pengetahuan dasar dari prinsip dan konsep yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari dalam masyarakat. Mempelajari Ilmu Pengetahuan Alam tidak jarang ditemukan kesulitan, kesulitan tersebut dapat ditinjau dari kelemahan pembelajaran IPA yang lebih menekankan pada aspek menghafal sejumlah konsep (kognitif), dan kurang menekankan pada penguasaan/ pemahaman konsep lingkungan sekitar yang dapat dilakukan dengan pendekatan keterampilan proses sebab IPA merupakan suatu proses dan produk. Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu mengutamakan peran siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan sebaiknya kegiatan pembelajaran IPA lebih

3 diarahkan pada pembelajaran aktif agar guru berperan sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa maka siswa akan lebih aktif dan termotivasi dalam pembelajaran. Demi meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya ilmu pengetahuan alam tidak terlepas dari cara guru menyajikan bahan pelajaran kepada siswa, guru memegang peranan penting dalam pengajaran salah satunya yaitu cara guru memilih metode dalam menyampaikan materi pembelajaran. Menurut Pupuh dan M.Sobry (2010 : 55) menyampaikan bahwa pemilihan metode berkaitan langsung dengan usaha-usaha guru dalam menampilkan pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga pencapaian tujuan diperoleh secara maksimal. Menurut Piaget (dalam Gandesetiawan, 2010:103) usia siswa kelas V sekitar 10 tahun termasuk dalam tahapan operasional konkret, sehingga perlu diciptaka kondisi pembelajaran IPA di SD yang dapat mendorong siswa untuk aktif dan ingin tahu. Dalam belajar IPA diperlukan prinsipprinsip pembelajaran guna menunjang belajar yang efektif dan efisien. Prinsip-prinsip pembalajaran IPA meliputi: prinsip kontruktivisme yaitu kegiatan pembelajaran yang mengaitkan pengetahuan awal dengan struktur kognitifnya, prinsip motivasi yang terdiri dari motivasi instrinsik dan ekstrinsik, prinsip menemukan (inkuiri), prinsip pakem (pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan), prinsip belajar sambil melakukan (learning by doing), dan belajar sambil bermain. Berdasarkan observasi awal, dengan guru bidang studi IPA pada tanggal 23 Mei 2015 di SDN Pagelaran 01 Kabupaten Malang diketahui

4 bahwa motivasi dan hasil belajar IPA siswa masih rendah salah satunya pada materi alat pernafasan hewan. Pada materi tersebut beberapa siswa belum bisa atau bingung dalam membedakan alat pernafasan hewan contohnya ketika guru memberi pertanyaan mengenai insang merupakan alat pernafasan apa? Terdapat beberapa siswa yang menjawab kurang benar ada yang menjawab cacing, serangga, dan burung. Kesalahan yang paling mendasar yaitu ketika siswa menyebutkan bahwa insang merupakan alat pernafasan manusia. Selain itu dalam pelaksanaan belajar mengajar guru lebih sering menggunakan metode pemberian tugas. Adapun kelemahan dari metode tersebut yaitu bahwasanya jika tugas yang diberikan terlalu monoton dan sulit akan membuat siswa merasa bosan serta menyita waktu siswa untuk kegiatan lainnya sehingga aktivitas dan motivasi siswa kurang optimal. Hal ini dapat terlihat pada saat pembelajaran berlangsung siswa cenderung pasif dalam hal tanya jawab disamping itu terdapat beberapa siswa berbicara dengan temannya, ada yang lebih fokus pada gambar di buku paket, dan ada beberapa siswa yang memperhatikan penjelasan guru. Permasalahan yang terjadi di atas berakibat pada nilai rata-rata siswa. Berdasarkan hasil belajar siswa diperoleh data dari 18 siswa terdapat 61% siswa belum mencapai KKM dan sisanya hanya 39% yang mencapai KKM, dari target KKM yang sudah ditentukan yaitu 70. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang mencakup RPP, silabus, dan bahan ajar sudah sesuai dengan kurikulum yang diterapkan yaitu kurikulum 2006 atau KTSP yang menggunakan pendekatan

5 PAIKEM. Namun pada kenyataannya dalam penyampaian pembelajaran guru kurang menerapkan pendekatan PAIKEM tersebut, sehingga berakibat pada suasana pembelajaran yang membosankan, monoton dan berpusat pada guru. Seharusnya pembelajaran tidak berpusat pada guru melainkan pada siswa, maka metode yang digunakan adalah metode yang lebih banyak melibatkan siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Rendahnya hasil belajar siswa sangat berkaitan dengan motivasi siswa, seperti kurangnya semangat siswa ketika belajar, siswa terlihat pasif, serta siswa kurang percaya diri dalam penyampaikan pendapatnya. Berdasarkan observasi peneliti menemukan bahwa motivasi siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Adapun faktor internal pada diri siswa yaitu rendahnya kemauan siswa untuk belajar, dan faktor eksternal kurangnya perhatian dari orang tua, lingkungan tema sebaya serta cara guru dalam menyampaikan pembelajaran yang kurang memotivasi siswa dalam belajar Pemilihan metode yang tepat ketika mengajar secara tidak langsung akan mempengaruhi motivasi anak dalam belajar. Menurut Wahyuni (2009:3) keberadaan motivasi dalam proses belajar merupakan faktor penting yang akan mempengaruhi seluruh aspek-aspek belajar dan pembelajaran. Dalam hal ini guru memiliki pengaruh yang sangat besar karena dituntut harus mampu menciptakan kondisi atau suatu proses yang mengarahkan siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Untuk memecahkan masalah yang sudah dijelaskan di atas, peneliti ingin menerapkan metode gallery walk berbasis PAIKEM yang bertujuan

6 meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Metode gallery walk berbasis PAIKEM merupakan salah satu metode yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Selain meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, metode gallery walk berbasis PAIKEM juga memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerjasama antar kelompok serta menyampaikan hasil pameran diskusinya kepada kelompok lain, sehingga siswa mampu mengeluarkan pendapatnya dan menerima kritikan serta saran dari kelompok lain. Adapun kelebihan dari metode ini yaitu: (1) menyenangkan, (2) semua peserta didik terlibat aktif, (3) adanya semangat untuk menjadi yang terbaik sehingga motivasi peserta didik tinggi, (4) dapat mengingat konsep secara tidak langsung, (5) efektifitas waktu terutama untuk materi yang cakupannya luas, (6) mengasah keterampilan bersosialisasi. Alasan lain peneliti mengambil judul tentang metode galley walk berbasis PAIKEM yaitu agar siswa mampu mengingat apa yang telah dipelajari, hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Silberman (2007:274) bahwa galeri belajar merupakan suatu cara untuk menilai dan mengingat apa yang telah siswa pelajari selama ini. Alasan tersebut disampaikan karena pembelajaran yang melibatkan fisik dan otak akan membuat siswa lebih mudah mengingat daripada siswa hanya mendengarkan secara teori atau penjelasan dari guru. Berdasarkan uraian di atas, untuk mengatasi masalah yang timbul di sekolah dapat diterapkan penggunaan metode yang aktif dan kreatif. Sehingga peneliti mengambil judul Peningkatan Motivasi dan Hasil

7 Belajar IPA Melalui Metode Gallery Walk Berbasis Paikem Kelas V SDN Pagelaran 01 Pagelaran-Malang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan dari uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana penggunaan metode gallery walk berbasis PAIKEM untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA kelas V SDN Pagelaran 01 Kabupaten Malang? 2. Bagaimana motivasi dan hasil belajar IPA melalui metode gallery walk berbasis PAIKEM kelas V SDN Pagelaran 01 Kabupaten Malang? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui dan mendiskripsikan penggunaan metode gallery walk berbasis paikem agar dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA kelas V SDN Pagelaran 01 Kabupaten Malang. 2. Mengetahui dan mendiskripsikan motivasi dan hasil belajar IPA melalui metode gallery walk berbasis PAIKEM kelas V SDN Pagelaran 01 Kabupaten Malang

8 D. Hipotesis Tindakan Penerapan metode gallery walk berbasis PAIKEM dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas V SDN Pagelaran 01 pada mata pelajaran IPA dengan materi alat pernafasan hewan dan fungsinya. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru Membantu guru dalam menambah pengetahuan tentang macam macam metode pembelajaran. Serta dapat meningkatkan kreatifitas guru dalam mengolah proses pembelajaran di kelas 2. Bagi Siswa Dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang pembelajaran IPA pada materi alat pernafasan hewan dan fungsinya serta meningkatkan motivasi, kemampuan peserta didik dalam bekerja sama 3. Bagi Peneliti Lain Menambah pengetahuan dan pengalaman tentang metode gallery walk metode gallery walk berbasis PAIKEM dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA, selain itu juga dapat dijadikan acuan penelitian pada metode yang sejenis. F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Agar penelitian ini dapat terarah, maka diperlukan ruang lingkup dan keterbatasan masalah. Adapun ruang lingkup dan keterbatasan masalah dalam penelitian ini yaitu, peningkatan motivasi dan hasil belajar IPA pada

9 materi alat pernafasan hewan melalui metode gallery walk berbasis paikem pada siswa kelas V SDN Pagelaran 01 Pagelaran-Malang G. Definisi Istilah Definisi istilah ini digunakan agar tidak terjadi kesalah pahaman penjabaran istilah dalam judul. Adapun batasan istilah adalah sebagai berikut : 1. Metode gallery walk Menurut Silberman, (2007:264) Metode gallery walk atau galeri belajar merupakan suatu cara untuk menilai dan mengingat apa yang telah siswa pelajari. 2. Model pembelajaran PAIKEM PAIKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. PAIKEM dapat didefinisikan sebagai pendekatan mengajar (approach to teaching) yang dignakan bersama metode tertentu dan berbagai media pengajaran yang disertai penataan lingkungan sedemikian rupa agar proses pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (Jauhar,2011:150). 3. Hasil belajar Hasil belajar menurut Sudjana (2006 : 2) adalah perubahan tingkah laku pada peserta didik yang telah terjadi melalui proses belajarnya. 4. Motivasi Motivasi menurut Wahyuni (2009:11) merupakan salah satu komponen yang penting dalam belajar, namun seringkali sulit untuk diukur.