PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 03 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG HUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 14 TAHUN : 2003 SERI :E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 14 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG HUTAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 21 TAHUN 2001 SERI D.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 21 TAHUN 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTA KUPANG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG IZIN USAHA INDUSTRI DAN TANDA DAFTAR INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Batang dengan mengubah Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 04 TAHUN 2002 TENTANG LARANGAN DAN PENGAWASAN HUTAN MANGROVE DI KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G PENYEDIAAN TANAH UNTUK PEMAKAMAN UMUM OLEH PERUSAHAAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 4 TAHUN 1998 TENTANG PENERTIBAN PENEBANGAN POHON DAN BAMBU DI LUAR KAWASAN HUTAN

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PERGUDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 2 TAHUN 2002 IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH

Menimbang : Mengingat :

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991);

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 33 TAHUN 2001 SERI C NOMOR 4 PERATURAAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 33 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG PENATAAN BANGUNAN DI KAWASAN PANTAI TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 29 TAHUN 2003 T E N T A NG KEBERSIHAN, KEINDAHAN DAN KELESTARIAN LINGKUNGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN SEMPADAN SUNGAI

PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO Nomor 7 Tahun 2008

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR: 2 TAHUN 2004 TENTANG FATWA PENGARAHAN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 2

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

WALIKOTA BANJARMASIN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 10 TAHUN 2003 TENTANG PENGATURAN, PENERTIBAN DAN IJIN PEMELIHARAAN TERNAK DI KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

L E M B A R A N D A E R A H

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 Tahun 1988 Tentang : Penataan Ruang Terbuka Hijau Di Wilayah Perkotaan

1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950);

PERATURAN DAERAH KOTA BIMA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG TATA CARA PEMASUKKAN KAYU DARI LUAR DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 11 TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU IZIN USAHA PERKEBUNAN

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 7 TAHUN 2015 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU

PERATURAN DAERAH PROPINSI BANTEN NOMOR : 8 TAHUN 2003 TENTANG PENGEMBANGAN PEMANFAATAN AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Klik Dibatalkan dan Ditindaklanjuti dgn Instruksi Bupati No 8 Tahun 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 08 TAHUN 2003 TENTANG PENATAAN LAHAN PERTAMBAKAN DI WILAYAH TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN KOLONG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR : 1 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENERTIBAN PENEBANGAN POHON DAN BAMBU DI LUAR KAWASAN HUTAN

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR 45 TAHUN 2005 SERI C NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOJO UNA-UNA NOMOR : 45 TAHUN 2005 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 27 TAHUN 2001 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA SARANA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEKANBARU Nomor : 12 Tahun 1998 TENTANG REVISI RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA PEKANBARU

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

WALIKOTA MALANG. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209) ;

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 12 TAHUN 2002 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN PENGUSAHAAN OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2001 NOMOR 58 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 14 TAHUN 2001

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA,

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PAJAK ATAS PENGUSAHAAN BURUNG SRITI DAN ATAU WALET DI KABUPATEN JEMBRANA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENYERAHAN ASET BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DARI PENGEMBANG KEPADA PEMERINTAH DAERAH

PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PELARANGAN PENEBANGAN, PEREDARAN DAN PERDAGANGAN KAYU DOLKEN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM LAUT DAM PESISIR DALAM WILAYAH KABUPATEN SELAYAR DENG AN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 34 TAHUN : 2000 SERI : D. 24 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II INDRAMAYU NOMOR : 2 TAHUN 1996

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN INDUSTRI KECAMATAN GELUMBANG KABUPATEN MUARA ENIM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 8 TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG KETERTIBAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II JEMBRANA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dan dalam rangka meningkatkan manfaat pembangunan yang dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, maka perlu diupayakan adanya keserasian dan kesinambungan lingkungan hidup; b. bahwa dengan meningkatnya pembangunan diberbagai bidang terutama pembangunan di wilayah perkotaan yang telah menghasilkan peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat kota, ternyata masih menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan dari aspek Tata Ruang Kota, berupa berkurangnya Ruang Tata Terbuka Hijau yang berfungsi untuk menjaga kesinambungan ekositem kota, sehingga perlu dikendalkan dan diatur melalui Peraturan Daerah; c. bahwa sehubungan dengan butir a dan butir b tersebut diatas, maka dipandang perlu untuk menetapkan Peraturan daerah tentang Ruang Terbuka Hijau Kota Kupang. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1996 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Kupang (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3633); 2. Undang-Undang Nomor 64 tahun 1958 tentang Pembentukan Daerahdaerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1649); 3. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan dasar Pokokpokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043); 5. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419); 7. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3427); 8. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3469); 9. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3507); 10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699); 11. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 20 tahun 1990 tentang Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3409); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 35 tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3445);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 1993 tentang Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3538); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1996 tentang Pelaksanaan hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan tata Cara Peran Serta masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3660); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3721); 17. Keputusan Presiden Nomor 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung; 18. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum; 19. Keputusan Presiden Nomor 75 tahun 1993 tentang koordinasi Pengelolaan Tata Ruang Nasional; 20. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan dan Bentuk Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden (lembaran negara tahun 1999 nomor 70); 21. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1982 tentang Pedoman Penyusunan Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan di Daerah; 22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 1986 tentang Penetapan Batas Wilayah Kota di Seluruh Indonesia; 23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kota; 24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah; 25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1998 tentang

Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah; 26. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 650-658 Tahun 1985 tentang Keterbukaan Rencana Kota Untuk Umum; 27. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 1988 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kota; 28. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 1992 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Tentang Rencana Kota; 29. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 134 Tahun 1988 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Daerah Tingkat I dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II; 30. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 14 Tahun 1988 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau DiWilayah Perkotaan; 31. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur Nomor 5 Tahun 1994 tentang Kawasan Lindung Propinsi Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur; 32. Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 6 Tahun 2000 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Kupang. Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA KUPANG MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Daerah Kota Kupang; b. Pemerintah Daerah adalah Kepala daerah dan perangkat Daerah otonom lain sebagai

badan eksekutif Daerah; c. Walikota adalah Walikota Kupang; d. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Kupang; e. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disingkat RTRW adalah Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Kupang; f. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah bagian dari penataan ruang kota yang berfungsi sebagai kawasan hijau pertamanan kota, kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olah raga, kawasan hijau Pemakaman, kawasan hijau pertanian, kawasan jalur hijau dan kawasan hijau pekarangan; g. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makluk hidup lainnya; h. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utamalindung atau budidaya; i. Vegetasi adalah keseluruhan tertumbuhan dari suatu kawasan dalam kaitan dengan lingkungan serta menurut urutan derajat dalam ruang yang telah diambil sebagai tempat kehidupan tertumbuhan itu; j. Konservasi adalah pengelolaan sumber daya alam yang tak terbaharui untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbaharui untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya; k. Perkotaan adalah satuan kumpulan pusat-pusat permukiman yang berperan dalam suatu wilayah pengembangan dan atau wilayah nasional sebagai simpul jasa. BAB II TUJUAN, FUNGSI DAN MANFAAT Bagian Pertama Tujuan Pasal 2 Terciptanya lingkungan hidup perkotaan yang serasi, seimbang dan selaras.

Bagian Kedua Fungsi dan Manfaat Pasal 3 (1) Ruang terbuka hijau kota mempunyai fungsi : a. Sebagai areal perlindungan berlangsungnya fungsi ekosistem dan penyangga kehidupan; b. Sebagai sarana untuk menciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian, keamanan dan keindahan lingkungan; c. Sebagai sarana rekreasi; d. Sebagai pengaman lingkungan hidup perkotaan terhadap berbagai macam pencemaran baik di darat, perairan maupun udara; e. Sebagai sarana penelitian dan pendidikan serta pembinaan bagi masyarakat untuk membentuk kesadaran lingkunga; f. Sebagai tempat perlindungan plasma nutfah; g. Sebagai sarana untuk mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro; h. Sebagai pengatur tata air. (2) Manfaat yang dapat diperoleh dari Ruang Terbuka Hijau Kota : a. Memberikan kesegaran, keamanan, kenyamanan dan keindahan lingkungan. b. Memberikan suasana lingkungan yang bersih dan sehat bagi penduduk kota. c. Memberikan hasil produksi berupa flora dan fauna. BAB III PENETAPAN RUANG TERBUKA HIJAU Bagian Pertama Kriteria Umum Pasal 4 Kriteria pengembangan kawasan ruang terbuka hijau merupakan suatu keterkaitan hubungan antara bentang alam atau peruntukan fungsi dengan kriteria vegetasi. Pasal 5 Kriteria letak lokasi meliputi : (1) Ruang Terbuka Hijau dikembangkan sesuai dengan kawasan-kawasan peruntukan

ruang kota, yaitu : a. Taman dan Lapangan Olah Raga; b. Kawasan Taman Pemakaman; c. Kawasan Sempadan Industri; d. Kawasan Sempadan Sungai; e. Kawasan sempadan Pantai; f. Kawasan Hijau Tebing dan Bukit; g. Kawasan Jalur Hijau Jalan; h. Kawasan Pertanian; i. Kawasan Hutan Kota; j. Kawasan Resapan Air; k. Kawasan Sekitar mata Air; l. Kawasan Sekitar Embung; m. Kawasan Jalur Hijau Pengamanan utilitas/prasarana/instansi penting; n. Kawasan Hijau Permukiman/Pekarangan. (2) Tanah yang bentang alamnya bervariasi menurut keadaan lereng dan kedudukannya terhadap sempadan sungai, jalur hijau jalan dan jalur hijau penaman utilitas. Bagian Kedua Kriteria Jenis Vegetasi Pasal 6 (1) Kriteria Vegetasi untuk Kawasan Hijau Pertamanan Kota yaitu : a. Karakteristik tanaman ; tidak bergetah/beracun, dahan tidak mudah patah, perakaran tidak mengganggu pondasi, struktur dan setengah rapat sampai rapat; b. Jenis ketinggian bervariasi, warna hijau dan variasi warna lain seimbang; c. Kecepatan tumbuhnya sedang; d. Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya; e. Jenis tanaman tahunan atau musiman; f. Jarak tanaman setengah rapat, 90% dari luas areal harus dihijaukan. (2) Kriteria Vegetasi untuk Kawasan Hijau Hutan Kota yaitu : a. Karakteristik tanaman, struktur daun rapat, ketinggian vegetasi bervariasi; b. Kecepatan tumbuhnya cepat;

c. Dominan jenis tanaman tahunan; d. Berupa habitat tanaman lokal; e. Jarak tanaman rapat, 90%-100% dari luas areal harus dihijaukan. (3) Kriteria Vegetasi untuk Kawasan Hijau Rekreasi Kota meliputi : a. Karakteristik tanaman : tidak bergetah/beracun, dahan tidak mudah patah, perakaran tidak mengganggu pondasi, struktur daun setengah rapat, ketinggian bervariasi, warna hijau dan variasi warna lain seimbang; b. Kecepatan tumbuhnya sedang; c. Jenis tanaman tahunan atau musiman; d. Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya; e. Sekitar 40%-60% dari luas areal harus dihijaukan. (4) Kriteria Vegetasi untuk Kawasan Hijau Kegiatan Olah Raga meliputi: a. Karakteristik tanaman : tidak bergetah/beracun, dahan tidak mudah patah, perakaran tidak mengganggu pondasi; b. Jenis tanaman tahunan atau musiman; c. Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya; d. Jenis tanaman tahunan atau musiman; e. Jarak tanaman tidak rapat 40%-60% dari luas areal harus dihijaukan. (5) Kriteria Vegetasi untuk Kawasan Hijau Pemakaman Meliputi : a. Kriteria tanaman : perakaran tidak mengganggu pondasi, struktur daun renggang sampai setengah rapat, dominan warna hijau; b. Jenis tanaman tahunan atau musiman; c. Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya; d. Jarak tanaman renggang sampai setengah rapat, sekitar 50% dari luas areal harus dihijaukan. (6) Kriteria Vegetasi untuk Kawasan Pertanian Meliputi : a. Karakteristik tanaman : struktur daun rapat, sekitar 50% warna dominan hijau; b. Kecepatan tumbuhnya bervariasi dengan pola tanaman diarahkan sesingkat mungkin pada lahan terbuka; c. Jenis tanaman tahunan atau musiman; d. Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya;

e. Jarak tanaman setengah rapat sampai rapat 80%-90% dari luas areal harus dihijaukan. (7) Kriteria Vegetasi untuk Kawasan Jalur Hijau meliputi : a. Kriteria tanaman struktur daun setengah rapat sampai rapat, dominan warna hijau, perakaran tidak mengganggu pondasi; b. Kecepatan tumbuhnya bervariasi; c. Dominan Jenis tanaman tahunan; d. Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya; e. Jarak tanaman setengah rapat sampai rapat 90% dari luas areal harus dihijaukan. (8) Kriteria Vegetasi untuk Kawasan Hijau Permukiman/Pekarangan: a. Kecepatan Tumbuhnya bervariasi; b. Pemeliharaan relatif; c. Jenis tanaman tahunan atau tanaman musiman; d. Berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya; e. Jarak tanaman bervariasi, persentase hijau disesuaikan dengan insentitas kepadatan bangunan. Pasal 7 Ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 Peraturan daerah ini, adalah ruang terbuka sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Kupang. Pasal 8 Batas-batas terperinci ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 Peraturan daerah ini, ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Walikota. BAB IV PENGHIJAUAN Pasal 9 Setiap orang atau badan hukum yang menguasai atau memiliki lahan atau penggarap pada kawasan ruang terbuka hijau diwajibkan untuk menghijaukan dan mengamankannya dari usaha-usaha yang merusak kelestarian lingkungan. Pasal 10

Setiap orang atau badan hukum yang memiliki atau menguasai lahan kawasan permukiman yang berada di luar kawasan ruang terbuka hijau diwajibkan menghijauan 40 (empat puluh) persen dari luas lahan yang dimiliki. BAB V LARANGAN Pasal 11 Setiap orang atau badan hukum yang menguasai atau memiliki lahan dikawasan ruang terbuka hijau dilarang untuk melakukan kegiatan pembangunan dalam bentuk apapun, kecuali jika bangunan tersebut secara nyata berfungsi untuk menunjang fungsi ruang terbuka hijau. Pasal 12 Pemanfaatan lahan pada kawasan ruang terbuka hijau untuk mendirikan bangunan yang menunjang fungsi ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud pada pasal 11 Peraturan Daerah ini harus berdasarkan perencanaan tapak (site plan) yang disetujui Walikota. Pasal 13 Setiap perencanaan tapak (site plan) untuk mendirikan bangunan dalam kawasan ruang terbuka hijau sebagaimana dimaksud pada pasal 12 Peraturan daerah ini diwajibkan untuk memperhatikan perbandingan antara luas lahan terbangun dengan luas lahan terbuka hijau yang perbandingannya adalah 15 (lima belas) persen berbanding 65 (enam puluh lima) persen. Pasal 14 (1) Dilarang menebang pohon yang garis tengahnya diatas 10 cm pada kawasan ruang terbuka hijau; (2) Dilarang merusak, menggali dan atau mengambil batu, tanah dan pasir pada kawasan ruang terbuka hijau; (3) Dilarang merusak bangunan-bangunan atau perlengkapan lainnya yang berada dalam

kawasan ruang terbuka hijau; (4) Dilarang membuang sampah/kotoran/limbah dalam kawasan ruang terbuka hijau kecuali pada tempat-tempat yang telah disediakan untuk itu. Pasal 15 Penebangan/pemotongan pohon atau tanaman pada kawasan ruang terbuka hijau atau di luar kawasan ruang terbuka hijau dilaksanakan setelah memperoleh izin dari walikota atau pejabat yang ditunjuk untuk itu. Pasal 16 Walikota atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan izin untuk memotong/menebangpohon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, Pasal 10 dan Pasal 14 Peraturan Daerah ini, dengan ketentuan : a. Apabila batang dan atau akarnya telah lapuk dan dapat merusak ekosistem atau membahayakan keselamatan jiwa maupun harta benda; b. Apabila mengganggu jaringan listrik, jaringan telepon, lalu lintas dan atau fasilitas umum lainnya; c. Apabila menurut hasil pemeriksaan/penelitian menunjukkan bahwa pohon atau tanaman tersebut merupakan sumber hama/penyakit. BAB VI KETENTUAN PIDANA Pasal 17 (1) Barang siapa melanggar ketentuan Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15 dan atau Pasal 16 Peraturan Daerah ini, diancam dengan hukuman kurungan selamalamanya 6 (enam) bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah); (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran. BAB VII PENYIDIKAN

Pasal 18 (1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil mempunyai tugas melakukan penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan daerah, sesuai dengan peraturan Perundang-Undangan yang berlaku. (2) Dalam melaksanakan tugas penyidik, Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini berwenang : a. Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana; b. Melakukan tindkan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan melakukan pemeriksaan; c. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. Melakukan penyitaan benda dan atau surat; e. Mengambil sidik jari memotret tersangka; f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. Mendatangkan orang ahli dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. Mengadakan penghentian penyidikan seteklah mendapat petunjuk dari Penyidik bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui Penyidik memberitahukan hal tersebut kapada Penuntut Umum, tersangka atau keluarganya; i. Melakukan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. (3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil membuat berita acara setiap tindakan dalam hal : a. Pemeriksaan tersangka; b. Memasuki rumah; c. Penyitaan barang; d. Pemeriksaan saksi; e. Pemeriksaan tempat kejadian; BAB VIII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 19 Ruang Terbuka Hijau Kota Kupang sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 huruf (f) Peraturan

daerah ini digambarkan pada Peta Rancanagn Ruang Terbuka Hijau Kota Kupang dengan tingkat ketelitian minimal berskala 1 : 25.000 yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan daerah ini. BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 20 Dengan berlakunya Peraturan daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten daerah Tingkat II Kupang Nomor 11 tahun 1983 yang mengatur tentang Jalur Hijau dan Penghijauan Kota Kupang dinyatakan tidak berlaku lagi. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 21 Hal-hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Walikota, sepanjang mengenai pelaksanaannya. Pasal 22 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Kupang. Ditetapkan di Kupang Pada tanggal 12 Agustus 2000 WALIKOTA KUPANG Cap & ttd S. K. LERIK Diundangkan di Kupang Pada tanggal 15 Agustus 2000 SEKRETARIS DAERAH KOTA KUPANG, Cap & ttd

DRS. NITHANEL NOMESEOH LEMBARAN DAERAH KOTA KUPANG TAHUN 2000 NOMOR 6