Bab 1. Pendahuluan. tertentu. Seperti halnya tanabata (festival bintang), hinamatsuri (festival anak

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga tidak luput dari kebudayaannya yang sangat kental. kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat oleh

Bab 1. Pendahuluan. masyarakat Jepang yang pada perayaan shougatsu terdapat berbagai macam jenis

EKSISTENSI SHINTO DALAM SHOGATSU

tidak diselenggarakan dengan baik maka akan menyebabkan ketidakberuntungan pada tahun itu

Bab 5. Ringkasan Skripsi. Kebudayaan merupakan bagian dari identitas diri suatu negara. Kata kebudayaan

RINGKASAN SUSHI. dari luar Jepang maupun dari orang Jepang sendiri adalah sushi. Sushi adalah

Bab 2. Landasan Teori. 2.1 Konsep Kepercayaan Agama Dalam Masyarakat Jepang

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara maju di Asia yang kedudukannya di dunia

Bab 1. Pendahuluan. Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap

BAB I PENDAHULUAN. tradisi Jepang ada satu tradisi yang dapat mengangkat pamor pariwisata negeri

Bab 3. Analisis Data. 3.1 Analisis Konsep Shinto Dalam Tujuan Diadakannya Tagata Jinja Hounen Matsuri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bab 1. Pendahuluan. Jepang merupakan sebuah negara yang minim sumber daya alamnya, tetapi Jepang

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang wilayahnya terdiri dari pulau-pulau (Kodansha, 1993: ). Barisan

Bab 3. Analisis Data. Dalam bab ini, saya akan menganalisis pengaruh konsep Shinto yang terdapat

LAMPIRAN. Gambar 1. Teru teru bozu ningyou. Gambar 2. Peralatan Membuat Teru teru bozu ningyou. Universitas Sumatera Utara

Bab 1. Pendahuluan. tinggi. Walaupun Jepang merupakan negara yang maju, tetapi masyarakatnya tetap

UCAPAN TERIMA KASIH. Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan bimbingan-nya

BAB 1 PENDAHULUAN. Sering dijumpai bahwa mereka agak sulit untuk menjawab pertanyaan itu. Namun, jika

BAB III SEJARAH MOCHITSUKI & CARA PEMBUATAN FESTIVAL MOCHITSUKI. mochitsuki atau perayaan tahun barubagi bangsawan selama masa Heian dan juga

Bab 5. Ringkasan. kepercayaan asli masyarakat Jepang yang merupakan kelanjutan dari garis yang tak

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Jepang dikenal dengan istilah washoku atau nihon shoku.

Laba Festival 新年快乐! Chinese Red Envelopes Angpao. Chinese New Year Delicacies. Chinese New Year Preparation & Celebration

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:588) adalah

Bab 5. Ringkasan. Menurut Kodansha (1993: ) Jepang merupakan sebuah negara yang memiliki luas wilayah

Abstraksi. Kata kunci : Tagata Jinja Hounen matsuri, kami

BAB III 7 UPACARA KELAHIRAN DI JEPANG

Written by Administrator Monday, 14 September :25 - Last Updated Monday, 14 September :28

MASYARAKAT JEPANG MEMAKNAI MATSURI DALAM KEHIDUPANNYA

1 Universitas Kristen Maranatha. 1 (

Monoimi, Shinsen, Naorai dan Norito dalam Sanja matsuri, untuk dianalisis.

BAB 3 ANALISIS DATA. dapat diterima dengan baik oleh adat kepercayaan dan sistem religi tradisional yang

BAB I PENDAHULUAN. berupa barang maupun uang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. menyerahkan sesuatu kepada orang lain sebagai bentuk ucapan terima

BAB 1 PENDAHULUAN. Simbol atau lambang adalah sesuatu seperti tanda yang menyatakan suatu hal atau

Bab 5. Ringkasan. Agama-agama yang ada di Jepang mempunyai sejarah yang panjang. Shinto adalah

Abstraksi. Keyword: Aoi matsuri, Shintō, Matsuri. iii

Bab 1. Pendahuluan. menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Jepang (Nippon/Nihon) secara harfiah memiliki arti asal-muasal matahari

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI RELIGI DI JEPANG. Dalam kehidupan manusia kegiatan religi akan selalu dilaksanakan. Ada

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup unik. Uniknya kebudayaan-kebudayaan yang ada di Jepang biasanya

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh kuat dari Negara Cina baik dari segi pengetahuan, pemerintahan,

Keadaaan Alam dan Musim di Jepang

Abstraksi. Kata kunci : Sanja matsuri

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping

I. PENDAHULUAN. dalam masyarakat Jepang. Sadō yang disebut juga Cha no yu adalah etika

BAB I PENDAHULUAN. formal dalam bentuk sebuah negara. Sub-sub etnik mempunyai persamaanpersamaan

BAB I PENDAHULUAN. Traditions Around the World, berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prasetya dalam bukunya yang berjudulilmu

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

Abstraksi. Kata kunci : Aoba Matsuri, Shinto, Matsuri.

Bab 1. Pendahuluan. Menurut Kodansha (1993: ) Jepang merupakan sebuah negara yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan merupakan salah satu jenis makhluk hidup yang ada di alam

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG AMIGURUMI. Boneka berasal dari bahasa Portugis yaitu Boneca yang berarti sejenis

BAB 1 PENDAHULUAN. Kimono merupakan pakaian tradisional sekaligus pakaian nasional Jepang.

KEHIDUPAN ORANG JEPANG. tertentu saja. Misalnya pada waktu sejin shiki (hari kedewasaan), kekkon shiki (hari

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG BUDAYA MAKAN DI JEPANG

RANGKAIAN UPACARA ADAT KESULTANAN DALAM RANGKA PESTA ADAT ERAU.

Bab 1. Pendahuluan. Agama-agama yang ada di Jepang mempunyai sejarah yang panjang. Shinto sudah

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG DONBURI. dihidangkan didalam mangkuk besar yang juga disebut Donburi. Kuah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun terbagi atas beberapa bagian seperti upacara adat Marhajabuan

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh suatu negara. Seorang ahli antropologi, Koentjaraningrat (1990) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB 3 ANALISIS DATA. 3.1 Analisis Hubungan Antara Shinto dan Tango no Sekku

Bab 1. Pendahuluan. bahkan dunia seseorang dengan Tuhannya (Pateda, 1993:6). Tanpa adanya bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara memasak yang berkembang di Jepang dan. menggunakan bahan-bahan makanan yang diambil dari wilayah Jepang dan

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. lainnya memiliki nilai spiritual. Anggapan ini membuat hewan, tumbuhan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam hal kebudayaan, baik kebudayan dalam bentuk adat istiadat maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan negara yang kaya akan kebudayaan, baik itu kebudayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. tradisi dan sopan serta memiliki berbagai kelebihan. Hal ini menimbulkan kesan

PENGARUH AGAMA BUDDHA PADA EKSISTENSI BONEKA DARUMA DALAM DUNIA POLITIK JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. Jepang bangga akan kebudayaan yang mereka miliki. Permainan-permainan

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan kepribadian seseorang. Tidak hanya pakaian sehari-hari saja

Bab 1. Pendahuluan. Kebudayaan Jepang merupakan kebudayaan yang sangat erat dengan alam.

BAB I PENDAHULUAN. pemberontakan, dan masih banyak lagi yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem

Bab 5. Ringkasan. Temari adalah simbol perfeksionisme di Jepang. Temari kerap diberikan sebagai

2

Bab 1. Pendahuluan. Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak

Bab 1. Pendahuluan. (ikebana, origami, ukiyo-e), kerajinan tangan (pahatan, tembikar), persembahan (boneka

Bab 1. Pendahuluan. salah satunya adalah kebudayaannya. Okinawa terletak di kepulauan Ryukyu (Okinawa,

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. diri manusia ada dorongan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain yang didasari

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG BONEKA JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Dimanapun masyarakat Cina berada, termasuk masyarakat Tionghoa di

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

Meiji Jinggu.

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.

Danau Toba: Pesona Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

ABSTRAK FUNGSI BONEKA DARUMA BAGI MASYARAKAT JEPANG

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan sosial

Arsitektur Dayak Kenyah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting yang

Batas Penanggalan Internasional Berubah: Hari Sabat Tidak Berubah?

BAB 5 RINGKASAN. Kebudayaan merupakan salah satu warisan dari nenek moyang yang dimiliki

Transkripsi:

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Di Jepang banyak terdapat perayaan, festival, maupun ritual-ritual yang dilakukan setiap tahunnya. Biasanya setiap perayaan tersebut memiliki suatu makna tertentu. Seperti halnya tanabata (festival bintang), hinamatsuri (festival anak perempuan), tango no sekku (festival anak laki-laki), dan festival-festival lainnya (Sudjianto, 2002 : 52). Di dalam The Kodansha Bilingual Encyclopedia of Japan (2003 : 526) disebutkan bahwa, perayaan serta upacara-upacara yang ada di Jepang pada dasarnya dibagi menjadi dua kategori umum, yaitu: matsuri yang biasa diartikan sebagai festival dan nenchu gyoji yang berarti kegiatan tahunan. Nenchu gyoji secara harafiah diartikan sebagai acara atau perayaan tahunan dan musiman. Nenchu gyoji sering pula disebut dengan nenju gyoji. Nenju berarti sepanjang tahun, sedangkan gyoji berarti upacara atau perayaan. Bentuk dari perayaan nenchu gyoji ini pertama kali digunakan pada zaman Heian. Satu hal yang membedakan nenchu gyoji dengan matsuri adalah, bila matsuri merupakan perayaan asli yang terlahir dari budaya bangsa Jepang, namun kalau nenchu gyoji kebanyakan perayaan dan acaranya berasal dari negara China dan agama Buddha. Salah satu kegiatan tahunan (nenchu gyoji) yang paling penting bagi masyarakat Jepang adalah perayaan shogatsu, yaitu perayaan tahun baru bagi masyarakat Jepang. Perayaan shogatsu tidak hanya sehari tapi dirayakan selama tiga hingga tujuh hari pertama bulan Januari. Meskipun begitu perayaan utamanya tetap terpusat pada tanggal 1

1 Januari. Perayaan shogatsu merupakan salah satu perayaan yang paling ditunggutunggu oleh masyarakat Jepang (Gilhooly, 2002 : 104). Menurut New Year in Japan dalam Society for The Confluence of Festivals in India (2007), awalnya perayaan tahun baru di Jepang tidak dirayakan pada tanggal 1 Januari. Dahulu perayaannya berdasarkan oleh kalender lunisolar China dan tanggal perayaannya selalu berubah. Pada tahun 1873, barulah Jepang mengikuti penanggalan gregorian dan secara umum tanggal 1 Januari ditetapkan sebagai perayaan tahun baru di Jepang. Sehubungan dengan shogatsu, semua kantor pemerintah, sekolah dan sebagian besar urusan bisnis tutup hingga tanggal 3 Januari. Bahkan banyak pula perusahaan yang meliburkan karyawannya hingga satu atau dua minggu. Maka dari itu, shogatsu juga merupakan hari libur panjang bagi masyarakat Jepang. Biasanya pada waktu ini ada yang menggunakan waktunya untuk pulang ke kampung halaman atau mengunjungi sanak saudara mereka. Meskipun shogatsu merupakan hari libur nasional di Jepang, namun pada hari ini dapat dikatakan merupakan hari tersibuk bagi seluruh orang Jepang, terutama bagi para ibu rumah tangga karena banyak persiapan yang perlu dilakukan menjelang tahun baru di Jepang. Seperti menyiapkan dekorasi khusus shogatsu dan juga sajian khas pada saat shogatsu. Menurut Rituals and Symbols of Shogatsu dalam Holy Mountain Trading Company (2001), persiapan menjelang tahun baru di Jepang, yang biasa disebut dengan shogatsu shimai, di mulai dari tanggal 13 Desember. Hal yang pertama mereka lakukan biasanya adalah melakukan oosouji, yaitu seluruh anggota keluarga bersama-sama membersihkan seluruh isi rumah secara besar-besaran. Oosouji tidak hanya dirumah, 2

tapi dilakukan juga di sekolah, tempat kerja dan sebagainya. Setelah itu mereka menyiapkan dekorasi tradisional tahun baru seperti, kadomatsu, shimekazari, dan shimenawa. Kadomatsu yaitu hiasan dari potongan bambu, cemara dan rangkaian beberapa tumbuhan lainnya yang diletakkan di depan pintu masuk. Ada yang meletakkan sepasang, namun ada pula yang hanya meletakkannya satu buah saja. Kadomatsu digunakan untuk menyambut datangnya kami yang diyakini akan datang pada awal tahun untuk memberkati seluruh keluarga. Shimenawa adalah hiasan yang terbuat dari tambang yang dililit sehingga membentuk hiasan dan digantung di pintu masuk atau diletakkan di kamidana (altar Shinto). Shimekazari terbuat dari shimenawa serta bahan lain seperti jeruk, udang laut, dan sebagainya yang ditempel di depan pintu. Fungsinya adalah untuk menangkal masuknya roh jahat ke dalam rumah. Dalam perayaan shogatsu terdapat sebuah persembahan khusus untuk para dewa yamg disebut kagamimochi yaitu susunan dua buah mochi yang berbentuk bundar pipih, dengan mochi ukuran paling besar berada di bawah dan yang berukuran lebih kecil di atasnya. Biasanya kagamimochi diletakkan di altar Shinto (kamidana) ditambah beberapa hiasan lain berupa bermacam dedaunan, jeruk masam (daidai), dan kertas putih. Kagamimochi ini dipajang hingga tanggal 11 Januari kemudian setelah itu sekeluarga bersama-sama memakannya (Sudjianto, 2002 : 37). Di Jepang, makanan memegang peranan penting di kebanyakan upacara dan perayaan. Mempersembahkan makanan adalah elemen yang mendasar di dalam upacaraupacara dan perayaan-perayaan yang ada di Jepang. Dalam beberapa perayaan seperti dalam shogatsu, beras yang sudah diolah menjadi mochi juga menjadi sebuah bentuk persembahan pada dewa (Buckley, 2002 : 445). 3

Selain mempersiapkan dekorasi tahun baru, para ibu rumah tangga juga sibuk mempersiapkan masakan khas tahun baru, seperti; osechi ryouri, ozoni, dan mochi (kue beras). Osechi ryouri merupakan sajian khas tahun baru yang dihidangkan tepat pada hari pertama tahun baru (ganjitsu). Sedangkan ozoni adalah semacam sup yang berisi mochi dan sayuran. Tiga hari menjelang tahun baru, terdapat sebuah kegiatan membuat kue beras (mochi) yang biasa disebut dengan mochitsuki di Jepang. Ini merupakan sebuah ritual tradisional atau budaya asli yang mendasar bagi masyarakat Jepang. Kegiatan ini dapat dilakukan dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun dalam suatu perkumpulan daerah atau agama. Mochi yang dihasilkan dari mochitsuki sebagian dijadikan persembahan untuk dewa dalam bentuk kagamimochi (Sudjianto, 2002:65). Menurut Rituals and Symbols of Shogatsu dalam Holy Mountain Trading Company (2001), malam sebelum tahun baru disebut juga dengan oomisoka. Pada saat malam menjelang pergantian tahun, biasanya orang-orang pergi ke tera (kuil Buddha) untuk beribadat serta menyaksikan pemukulan lonceng sebanyak 108 kali (joya no kane). Namun ada pula yang tetap di rumah saja, sambil berkumpul dengan seluruh keluarga dan bersama-sama mendengar lonceng kuil berbunyi. Setelah itu mereka bersama-sama memakan mie toshikoshi soba yang dipercaya dapat memberikan panjang umur. Pada hari pertama tahun baru biasanya orang-orang mengunjungi jinja (kuil Shinto) atau tera untuk berdoa memohon kesehatan dan segala kebaikan selama setahun kedepan. Kunjungan pertama mereka ke kuil pada awal tahun baru tersebut disebut dengan hatsumode. Hingga tujuh hari pertama bulan Januari, biasanya kuil-kuil tersebut akan terus dipenuhi oleh orang-orang yang datang untuk berdoa. Biasanya para wanita menggunakan kimono yang formal untuk menandakan bahwa hari tersebut adalah hari 4

yang spesial. Setelah itu mereka pulang untuk menyantap osechi ryouri. Pada hari tersebut orang-orang menerima kartu ucapan tahun baru (nengajo) dari para kerabat dan anak-anak mendapat otoshidama (amplop khusus berisi uang) dari orang tua atau saudara-saudaranya yang lebih tua (Tanaka, 1990 : 99). Di dalam Wajah Jepang Dewasa Ini (1996 : 36) disebutkan bahwa Shinto merupakan kepercayaan pribumi Jepang yang bermula pada sejarah kuno dan mitosmitos di mana orang-orang percaya bahwa kekuatan spiritual (kami) memang ada dalam alam, di pohon-pohon, di gunung, di laut, ataupun dalam angin. Sebelum adanya kuil Shinto, rakyat mendatangi berbagai tempat alam untuk memuja kami. Sebagai kepercayaan asli bangsa Jepang, Shinto banyak memberikan pengaruh dalam adat dan ritual masyarakat Jepang. Salah satunya adalah di dalam perayaan shogatsu. Perayaan tahun baru di Jepang memang agak serupa dengan perayaan tahun baru yang ada di China (Tiongkok). Di China pun pada saat menjelang tahun baru ada kegiatan membersihkan seisi rumah, lalu mengunjungi kuil pada hari pertama, serta memberikan uang di dalam amplop kepada anak-anak yang dikenal dengan istilah angpou. Meskipun shogatsu termasuk ke dalam kelompok acara tahunan (nenchu gyoji) yang sebagian besar dipengaruhi oleh budaya China dan agama Buddha, namun pada perayaan shogatsu terdapat banyak sekali pengaruh serta nilai-nilai Shinto di dalamnya. Berdasarkan alasan di atas, penulis bermaksud meneliti mengenai pengaruh Shinto yang terkandung dalam perayaan shogatsu.. 5

1.2 Rumusan Permasalahan Dengan berlandaskan permasalahan di atas, maka penulis akan mengambil pokok permasalahan mengenai perayaan tahun baru di Jepang (shogatsu) sebagai acara tahunan yang terdapat dalam masyarakat Jepang. 1.3 Ruang Lingkup Permasalahan Dalam penelitian ini, penulis akan membatasi permasalahan penelitian yakni penulis akan meneliti pengaruh Shinto yang terkandung dalam perayaan shogatsu, dimulai dari kegiatan menjelang shogatsu hingga pada saat puncak perayaan shogatsu pada tanggal 1 Januari. Adapun yang akan penulis teliti hanya sebatas pada pengaruh Shinto dalam tujuan shogatsu, kegiatan menjelang shogatsu, dekorasi shogatsu, serta pada puncak perayaan shogatsu. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali lebih dalam lagi mengenai perayaan shogatsu dalam masyarakat Jepang serta pengaruh Shinto apa saja yang terkandung di dalam kegiatan shogatsu tersebut. Manfaat dari penelitian ini adalah diharapkan para pembaca serta pembelajar budaya Jepang lainnya dapat lebih mengerti makna dari shogatsu, terutama pengaruh Shinto apa saja yang terkandung di dalamnya. 1.5 Metode Penelitian Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode kajian kepustakaan. Alasan penulis menggunakan metode kajian kepustakaan adalah karena metode ini sangat membantu bagi penulis dalam pengumpulan data-data yang 6

diperlukan untuk melakukan analisis terhadap permasalahan tersebut. Penulis juga akan menggunakan data-data dari internet untuk mendapatkan informasi tambahan yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini. Buku-buku yang dijadikan bahan dalam penulisan skripsi ini didapat dari perpustakaan The Japan Foundation, Perpustakaan Kedutaan Besar Jepang di Indonesia, SALLC, serta buku-buku koleksi pribadi penulis. Jenis-jenis buku yang dijadikan korpus data adalah buku-buku mengenai masyarakat dan budaya Jepang, agama-agama dan kepercayaan masyarakat Jepang, serta acara-acara tahunan yang ada di Jepang. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dari skripsi ini secara garis besar dapat diringkas sebagai berikut; Bab 1 : Merupakan bab pendahuluan yang berisikan 6 sub bab yang terdiri dari latar belakang, rumusan permasalahan, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian serta sistematika penulisan. Bab 2 : Berisi landasan teori yang akan membahas mengenai konsep agama bagi masyarakat Jepang, konsep Shinto, serta konsep shogatsu. Bab 3 : Merupakan analisis data yang saya hubungkan dengan teori-teori pada bab dua. Analisis yang akan dilakukan yakni pengaruh Shinto pada tujuan perayaan shogatsu, pengaruh Shinto dalam kegiatan menjelang shogatsu, pengaruh Shinto pada dekorasi shogatsu, serta pengaruh Shinto pada puncak perayaan shogatsu. 7

Bab 4 : Merupakan simpulan dari seluruh penulisan skripsi ini dan saran yang saya berikan untuk dapat memajukan wawasan kebudayaan mengenai perayaan shogatsu. Bab 5 : Merupakan ringkasan dari keseluruhan skripsi. 8