Repositori STIE Ekuitas

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH

Bank Kon K v on e v n e sion s al dan Sy S ar y iah Arum H. Primandari

Bank Konvensional dan Syariah. Arum H. Primandari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Sumber Dan Penggunaan Dana Pada Bank Jabar Banten Syariah

SOAL DAN JAWABAN AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH

SWAKELOLA DALAM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. masyarakat muslim yang menginginkan agar adanya jasa keuangan yang sesuai

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

BAB 6 SISTEM OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH. AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH: Teori dan Praktik Kontemporer

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

PRODUK PERHIMPUNAN DANA

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERBANKAN SYARIAH SISTEM DAN OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH AFRIZON. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI SWAKELOLA

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2008.

Analisis Akuntansi Pembiayaan Mudharabah Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah, Tbk KCI Citarum

DAFTAR ISI. Diklat Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI SWAKELOLA TUJUAN PELATIHAN KETENTUAN UMUM PERENCANAAN SWAKELOLA

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

PRODUK SYARIAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

Tinjauan Pelaksanaan Skema Musyarakah Pada Produk Pembiayaan Dana Berputar (PDB) Di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Garut

Analisis Sumber Dan Penggunaan Dana Pada Bank Jabar Banten Syariah

KODIFIKASI PRODUK PERBANKAN SYARIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

GUBERNUR BANK INDONESIA,

MENGENAL BANK SYARIAH LEMBAGA KEUANGAN UNTUK UMUM

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

REGULASI ENTITAS SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 7 /PBI/2003 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

Tinjauan Mengenai Pelaksanaan Bank Garansi Proyek Jasa Konstruksi Renovasi Gedung Kantor Pada PT. Bank Jabar Banten Syariah Kcp Ciputat

OPERASIONAL BANK SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang dan Perkembangan Usaha Bank Mandiri Syariah Bentuk Usaha Bank Syariah Mandiri

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. akan sistem operasionalnya, telah menunjukkan angka kemajuan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. mendalam. Bank syariah yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi keuangan, hasil, prinsip ujoh dan akad pelengkap (Karim 2004).

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

Manajemen Pengadaan Barang /Jasa (PBJ)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. antara pihak investor atau penabung, istilahnya shahibul maal dengan pihak pengelola

Prinsip prinsip Islam

Perbedaan antara Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ahmad Rodoni dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syari ah, (Jakarta: Zikrul Hakim, 2008), h. 17

BAB I PENDAHULUAN. dan bank muamalat merupakan bank pertama yang ada di indonesia.

Fungsi, Peran dan Perkembangan Daya saing BPR/BPRS

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Pada saat kuliah kerja praktek di PT. Bank BJB Kantor Pusat Bandung,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BABI PENDAHULUAN. Sistem perbankan syariah merupakan bagian dari konsep ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

DASAR HUKUM. a. Kegiatan usaha dan produk-produk bank berdasarkan prinsip syariah. b. Pembentukan dan tugas Dewan Pengawas Syariah

BAB II LANDASAN TEORI. yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip. Menurut pendapat lain, Wadi ah adalah akad penitipan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 9 /PBI/2003 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Islam di Tanah Air sebenarnya sudah dimulai secara formal dan informal jauh

SWAKELOLA PENGADAAN BARANG/JASA

Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah. Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. mengangkat perekonomian rakyat secara adil. melakukan investasi dan jasa keuangan lainnya. 1

2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Nomor 3 Tahun 2004

DAFTAR ISI BAB VIII TATA CARA SWAKELOLA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/26/PBI/2012 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK

BAB I PENDAHULUAN. dana dan menyalurkan kredit secara efisien dan efektif kepada pengusaha. memperoleh soliditas dan kepercayaan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan bank syariah di Indonesia membawa angin segar bagi para

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial

Repositori STIE Ekuitas

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode pendekatan syariah Islam yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN IV SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 36/SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi. Bengkulu, 13 Februari 2008

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB 1 PENDAHULUAN. MUI, yaitu dengan dibentuknya PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk (BMI)

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan pesat. Bahkan keberadaan bank syari ah saat ini menjadi salah

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

Dasar-Dasar Pembiayaan Bank Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan bank syariah di dunia, baru dimulai di Mesir pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pokok bank yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam

BAB II TINJAUAN PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG PRINSIP SYARIAH. Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2008, No c. bahwa potensi sumber pembiayaan pembangunan nasional yang menggunakan instrumen keuangan berbasis syariah yang memiliki peluang besa

PRODUK PERBANKAN SYARIAH. Imam Subaweh

AKUNTANSI BANK SYARIAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

Transkripsi:

Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Finance and Banking 2016-03-03 Pengaruh Peningkatan Rekening Tabungan Kantor Cabang Terhadap Kuantitas Distribusi Pemenuhan Kebutuhan Barang Cetakan Buku Tabungan Pada Bank Bjb Syariah Kantor Pusat Tarigan, Norman Jakaria STIE Ekuitas http://hdl.handle.net/123456789/116 Downloaded from STIE Ekuitas Repository

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dikarenakan kesalahan pemahaman atau miss interpretation atas suatu arti dari kata atau bahasan dapat menyebabkan rusaknya informasi yang akan diberikan maka, dalam tugas akhir ini penulis akan menyampaikan beberapa definisi yang didapat dari beberapa teori maupun pemahaman penulis terkait judul yang menjadi bahasan penulis. 2.1 Bank Syariah 2.1.1 Pengertian Bank Syariah Rachmadi Usman (2012 ; 33) berpendapat bahwa bank syariah adalah bank yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. Sementara menurut Undang-Undang No 21 tahun 2008 pasal 1 ayat 7 tentang perbankan syariah bahwa bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatannya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas bank umum syariah dan bank pembiayaan syariah. 2.1.2 Prinsip Bank Syariah Berdasarkan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 pasal 1 ayat 13 atas perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, prinsip syariah adalah : Aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli 9

10 barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina). Hal ini lebih diperjelas lagi oleh Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 pasal 1 ayat 12 tentang perbankan syariah bahwa, prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah. 2.1.3 Fungsi Bank Syariah Rachmadi Usman (2012 ; 38) menyatakan fungsi bank syariah adalah : 1. Mobilisasi tabungan masyarakat, baik domestik maupun asing. 2. Menyalurkan dana tersebut secara efektif ke kegiatan-kegiatan usaha yang produktif dan menguntungkan secara finansial, dengan tetap memperhatikan keinginan usaha tersebut tidak termasuk yang dilarang oleh syariah. 3. Melakukan fungsi regulator, turut mengatur mekanisme penyaluran dana ke masyarakat sesuai kebijakan Bank Indonesia, sehingga dapat mengendalikan aktifitas moneter yang sehat dan terhindar dari inflasi 4. Menjembatani keperluan pemanfaatan dana dari pemiliki modal dan pihak yang memerlukan, sehingga uang dapat berfungsi untuk melancarkan perekonomian khusunya dan pembangunan pada umumnya. 5. Menjaga amanah yang dipercayakan kepadanya sebagai lembaga keuangan yang berdasarkan prinsip syariah. 2.1.4 Kegiatan Bank Syariah Menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 pasal 19 ayat 1 tentang perbankan syariah bahwa kegiatan bank umum syariah meliputi : a. Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa giro, tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad wadi ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. b. Menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa deposito, tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

11 c. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah, akad musyarakah, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. d. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad murabahah, akad salam, akad istishna, atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. e. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan akad qardh atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. f. Menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada nasabah berdasarkan akad ijarah dan/atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. g. Melakukan pengambilalihan utang berdasarkan akad hawalah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. h. Melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. i. Membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan prinsip syariah, antara lain, seperti akad ijarah, musyarakah, mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah. j. Membeli surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan oleh pemerintah dan/atau bank indonesia. k. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan pihak ketiga atau antar pihak ketiga berdasarkan prinsip syariah. l. Melakukan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu akad yang berdasarkan prinsip syariah. m. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga berdasarkan prinsip syariah. n. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah berdasarkan prinsip syariah. o. Melakukan fungsi sebagai wali amanat berdasarkan akad wakalah. p. Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan prinsip syariah dan q. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2.1.5 Hal-hal yang dilarang bagi Bank Syariah Bank syariah yang termasuk ke dalam kaidah muamalat yang bersumber pada Al-Qur an dan As Sunnah memiliki hal yang dilarang sesuai dengan apa yang dilarang dalam Islam. Artinya perbankan syariah dalam melakukan kegiatannya dan transaksinya harus sesuai dengan prinsip Islam dan menghindari

12 hal yang dilarang oleh Islam yang disebabkan oleh adanya unsur keharaman. Unsur keharaman dalam transaksi sendiri dibagi menjadi 3 yaitu sebagai berikut: 1. Haram zatnya Transaksi yang dilarang dikarenakan objek yang ditransaksikannya juga dilarang, misalnya : minuman keras, bangkai, daging babi, darah dan sebagainya. Dengan demikian, bila ada nasabah yang mengajukan pembiayaan pembuatan usaha minuman keras kepada bank dengan menggunakan akad murabahah maka, tetap saja hal ini haram dilakukan oleh bank syariah karena walaupun akadnya sah namun objek transaksinya haram. 2. Haram selain zatnya Yang termasuk haram jenis ini adalah kegiatan yang mengandung unsur : tadlis (penipuan), gharar (tidak jelas), ikhtikar (rekayasa pasar dalam suply), bai najasy (rekayasa pasar dalam permintaan), segala bentuk riba, maysir (perjudian) dan risywah (suap-menyuap). 3. Haram karena tidak sah akadnya Yang termasuk kedalam haram jenis ini adalah tidak terpenuhinya rukun dan syarat dalam suatu transaksi, terjadinya ta aluq atau sering disebut bai al-inah (adanya dua transaksi yang saling berkaitan dan tidak dapat dilepaskan dalam satu akad) dan terjadinya two in one (adanya 2 akad yang berbeda dalam satu transaksi yang sama). (Adiwarman Karim ;2011 ; 48)

13 Bank syariah pun memiliki larangan yang ditetapkan oleh bank indonesia, larangan ini berdasarkan pada prinsip syariah atau dengan kata lain larangan ini adalah implementasi keharaman yang sebelumnya telah diapaparkan dalam kegiatan perbankan, larangan tersebut menurut UU No. 21 tahun 2008 pasal 24 ayat 1 adalah : a. Melalukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah. b. Melakukan kegiatan jual beli saham secara langsung di pasar modal. c. Melakukan penyertaan modal, kecuali sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 ayat (1) huruf b dan huruf c dan d. Melakukan kegiatan usaha perasuransian, kecuali sebagai agen pemasaran produk asuransi syariah. 2.2 Dana Pihak Ketiga Dana pihak ketiga menurut Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 10/19/PBI/2008 tentang giro wajib minimum bank umum pada bank indonesia dalam rupiah dan valuta asing pasal 1 ayat 3, adalah kewajiban bank kepada penduduk dan bukan penduduk dalam rupiah dan valuta asing. Haron & Nursofiza (2009 ; 315) menjelaskan bahwa sumber dana dalam bank Islam/syariah terdiri dari tiga sumber yaitu simpanan (deposit)/ dana pihak ketiga, kewajiban lainnya (other liabilities) dan Saham (shareholders). Dimana simpanan/deposit/ dana pihak ketiga ini dibagi menjadi beberapa tipe akad sesuai dengan negara tempat bank syariah itu berasal. Di Indonesia simpanan ini dibagi menjadi Wadiah yang terdiri dari Giro (demand deposit), Tabungan (saving deposit). dan Mudharabah yang terdiri dari Giro (demand deposit), Tabungan (saving deposit) dan Deposito (time deposit).

14 2.2.1 Fungsi sumber dana bagi bank Menurut Taswan (2010 ; 175) bahwa fungsi sumber dana bagi bank adalah : 1. Sebagai alat pembayaran kegiatan usahanya Dana yang dihimpun memiliki karakteristik yang berbeda baik dari jangka waktu, harga maupun cara penarikannya. Maka dalam hal penggunaannya sebagai alat pembayaran kegiatan usaha, dilakukanlah alokasi dana contohnya demand deposit dan saving deposit digunakan untuk membiayai kebutuhan jangka pendek seperti primary reserve dan pembiayaan jangka pendek, time deposit digunakan untuk membiayai secondary reserve dan pembiayaan jangka menengah. 2. Dana berfungsi sebagai sumber likuiditas bank Dana yang dihimpun selain untuk membiayai kegiatan usahanya yang sifatnya produktif, juga untuk memelihara likuiditas bank. Pemeliharaan likuiditas bisa dicermati dari dana yang ditempatkan pada kas ataupun giro wajib (giro BI) atau bahkan pada secondary reserve. 3. Tolak ukur kepercayaan masyarakat terhadap bank Volume dana pihak ketiga dapat dijadikan indikasi tingkat kepercayaan masyarakat pada bank yang bersangkutan. Semakin tinggi volume dana pihak ketiga mengindikasikan masyarakat semakin percaya kepada bank yang bersangkutan.

15 2.3 Rekening Tabungan 2.3.1 Pengertian Rekening Menurut kamus Bank Indonesia yang dimaksud rekening (Account) adalah pencatatan sistematis dalam lembaran buku besar mengenai perubahan nilai dari segala harta atau pemilikan, pendapatan, pengeluaran, dan utang subjek tertentu yang dibuat dari waktu ke waktu. Apabila seseorang disebutkan mempunyai akun pada bank, berarti orang tersebut mempunyai simpanan atau utang di bank. (http://www.bi.go.id/web/id/kamus.htm?id=r&start=1&curpage=4&search=fals e&rule=forward, diakses pada 3 juli 2013) 2.3.2 Pengertian Tabungan Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 pasal 1 ayat 9 tabungan adalah simpananan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/ atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. Sementara menurut Undang- Undang No. 21 tahun 2008 pasal 1 ayat 21 tabungan adalah: Simpanan berdasarkan akad wadi ah atau Investasi dana berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu. 2.3.3 Tabungan Dalam Perbankan Syariah Adapun yang dimaksud tabungan syariah menurut Adiwarman Karim (2011 ; 345) adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip syariah. dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional telah mengeluarkan fatwa yang

16 menyatakan bahwa tabungan yang dibenarkan adalah tabungan yang berdasarkan prinsip wadiah dan mudharabah. A. Tabungan Wadiah Tabungan wadiah merupakan titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat sesuai dengan kehendak pemiliknya. Berkaitan dengan tabungan wadiah, bank syariah menggunakan akad wadiah yadh dhamanah. Dalam hal ini nasabah bertindak sebagai penitip yang memberikan hak kepada bank syariah untuk menggunakan atau memanfaatkan dana titipannya, sedangkan bank syariah bertindak sebagai pihak yang dititipi dana yang disertai hak untuk menggunakan atau memanfaatkan dana tersebut. Sebagai konsekuensinya bank bertanggung jawab terhadap keutuhan harta titipan serta mengembalikannya kapan saja pemiliknya menghendaki. Di sisi lain, bank juga berhak sepenuhnya atas keuntungan dari hasil penggunaan atau pemanfaatan dana tersebut. (Adiwarman Karim ; 2011 ; 345 ) Gambar 2.1 Skema penghimpunan dana wadiah

17 B. Tabungan Mudharabah Tabungan Tabungan mudharabah adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan akad mudharabah. Akad mudharabah adalah akad kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha dengan nisbah bagi hasil (keuntungan atau kerugian) yang telah disepakati bersama sebelumnya. Berkaitan dengan tabungan Mudharabah, dalam praktiknya bank syariah menggunakan akad mudharabah mutlaqah yaitu akad mudharabah dimana shahibul maal memberikan kebebasan kepada pengelola dana (mudharib) dalam pengelolaan investasinya. (Pedoman Akutansi Perbankan Syariah 2003 ; 175). Dalam tabungan mudharabah nasabah bertindak sebagai pemilik dana (shahibul maal) yang menginvestasikan dananya pada bank. Bank bertindak sebagai pengelola dana (mudharib) dan wali amanah (trustee). Artinya bank bukan hanya mengelola dana mudharabah dan membagihasilkan keuntungan/kerugiannya sesuai nisbah yang telah disepakati dengan nasabah (shibul maal), namun juga sebagai (trustee) dimana bank harus bertanggung jawab atas segala risiko yang timbul yang berkaitan dengan dana mudharabah tersebut yang diakibatkan oleh kesalahan atau kelalaian bank. (Adiwarman Karim ; 2011 ; 347).

18 Gambar 2.2 Skema Penghimpunan dana Mudharabah 2.4 Barang Cetakan 2.4.1 Definisi barang cetakan Barang Cetakan adalah hasil penggandaan tulisan dan atau gambar di atas kertas atau bahan lain yang lazim dipergunakan pada percetakan, melalui proses mekanik atau fotografis, meliputi penggunaan blok, stensil, atau negatif dan dikirim terbuka baik dalam sampul maupun tidak. Yang termasuk barang cetakan dalam perbankan adalah buku tabungan, slip setoran, slip penarikan, buku cek, brosur, kantung uang, ban uang, kartu ATM dll. (Sistem Rujukan Statistik Badan Pusat Statistik http://sirusa.bps.go.id/index.php?r=istilah/view&id=1622 diakses pada 15 April 2013) 2.4.2 Pengadaan barang cetakan Pengadaan barang cetakan dalam kaidahnya termasuk kedalam pengadaan barang dan/atau jasa, yang menurut Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 pasal 1 ayat 1 adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi (K/L/D/I) yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa. Sementara menurut Peraturan Daerah

19 Provinsi Jawa Barat nomor 6 Tahun 2008 pasal 1 ayat 20 pengadaan barang adalah kegiatan untuk melakukan pemenuhan kebutuhan barang dan / atau jasa. Pengadaan barang / jasa ini dilakukan oleh Unit Layanan Pengadaan (ULP) yang menurut Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 pasal 1 ayat 8 adalah unit organisasi Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi yang berfungsi melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa yang bersifat permanen, dapat berdiri sendiri atau melekat pada unit yang sudah ada. 2.4.3 Pelaksanaan pengadaan barang cetakan Pada pelaksanaannya pengadaan barang dan/atau jasa menurut Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 pasal 3 dilakukan melalui Swakelola dan/atau melalui pemilihan penyedia barang /jasa. Swakelola sendiri menurut Peraturan Presiden pasal 26 ayat 2 adalah kegiatan Pengadaan Barang/Jasa dimana pekerjaannya direncanakan, dikerjakan, dan/ atau diawasi sendiri oleh K/L/D/I sebagai penanggung jawab anggaran, instansi pemerintah lain, dan/atau kelompok masyarakat. Sementara pada penyedia barang/jasa fungsi tersebut dilakukan oleh penyedia Barang/Jasa yang menurut pasal 1 ayat 12 adalah badan usaha atau orang perseorangan yang menyediakan Barang/Pekerjaan konstruksi/jasa Konsultasi / Jasa Lainnya 2.4.4 Prosedur pengadaan barang cetakan melalui swakelola Prosedur pengadaan melalui swakelola ini menurut Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 pasal 26 ayat 2 meliputi pekerjaan : a. Pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan/atau memanfaatkan kemampuan teknis sumber daya manusia, serta sesuai dengan tugas dan fungsi K/L/D/I.

20 b. Pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi langsung masyarakat setempat atau dikelola oleh K/L/D/I. c. Pekerjaan yang dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau pembiayaannya tidak diminati oleh Penyedia Barang/Jasa. d. Pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat dihitung/ditentukan terlebih dahulu, sehingga apabila dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa akan menimbulkan ketidakpastian dan risiko yang besar. e. Penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya atau penyuluhan. f. Pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) dan survei yang bersifat khusus untuk pengembangan teknologi/metode kerja yang belum dapat dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa. g. Pekerjaan survei, pemrosesan data, perumusan kebijakan pemerintah, pengujian di laboratorium, dan pengembangan sistem tertentu. h. Pekerjaan yang bersifat rahasia bagi K/L/D/I yang bersangkutan. i. Pekerjaan Industri Kreatif, inovatif, dan budaya dalam negeri. j. Penelitian dan pengembangan dalam negeri; dan/atau k. Pekerjaan pengembangan industri pertahanan, industri alutsista, dan industri almatsus dalam negeri. Pada pasal 26 ayat 3 peraturan presiden ini menjelaskan bahwa prosedur Swakelola meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, penyerahan, pelaporan dan pertanggung jawaban pekerjaan. Pada proses perencanaan menurut Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 pasal 28 pasal 1 meliputi : a. Penetapan sasaran, rencana kegiatan dan jadwal pelaksanaan; b. Penyusunan jadwal pelaksanaan dengan mempertimbangkan waktu yang cukup bagi pelaksanaan pekerjaan/kegiatan; c. Perencanaan teknis dan penyiapan metode pelaksanaan yang tepat agar diperoleh rencana keperluan tenaga, bahan dan peralatan yang sesuai; d. Penyusunan rencana keperluan tenaga, bahan dan peralatan secara rinci serta dijabarkan dalam rencana kerja bulanan, rencana kerja mingguan dan/atau rencana kerja harian. e. Penyusunan rencana total biaya secara rinci dalam rencana biaya bulanan dan/atau biaya mingguan yang tidak melampaui pagu anggaran yang telah ditetapkan dalam dokumen anggaran. Proses pelaksanaan swakelola tersebut dapat dilakukan melalui beberapa penanggung jawab anggaran seperti yang dikemukakan pada Peraturan Presiden

21 nomor 70 tahun 2012 pasal 29 Pengadaan Barang/Jasa melalui K/L/D/I selaku Penanggung Jawab Anggaran, pasal 30 Pengadaan melalui Instansi Pemerintah lain, pasal 31 Pengadaan oleh Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola. Untuk proses Pelaporan, Pengawasan dan Pertanggungjawaban Swakelola sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 pasal 32 bahwa : 1) Pelaksanaan Swakelola diawasi oleh Penanggung Jawab anggaran atau oleh kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola. 2) Kemajuan pelaksanaan pekerjaan dan penggunaan keuangan dilaporkan oleh pelaksana lapangan/pelaksana Swakelola kepada PPK secara berkala. 3) Laporan kemajuan realisasi fisik dan keuangan dilaporkan setiap bulan secara berjenjang oleh Pelaksana Swakelola sampai kepada PA/KPA. 4) APIP pada K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran melakukan audit terhadap pelaksanaan Swakelola. 2.4.5 Prosedur pengadaan barang cetakan melalui penyedia barang/jasa Pada prosedur pengadaan barang cetakan melaui penyedia barang/jasa ini menurut Peraturan Presiden nomor 70 tahun 2012 pasal 33-86 dilakukan melalui tahapan-tahapan yaitu : 1. Persiapan pengadaan. 2. Perencanaan pemilihan penyediaan barang/jasa. 3. Pemilihan sistem pengadaan. 4. Penyusunan jadwal pemilihan penyedia barang/ jasa. 5. Penyusunan dokumen pengadaan barang/jasa. 6. Penetapan harga pokok sendiri. 7. Jaminan pengadaan barang/jasa. 8. Sertifikat garansi. 9. Pelaksanaan pemilihan penyedia barang/jasa.

22 10. Pelaksanaan kontrak. 2.4.6 Prosedur pengadaan barang cetakan melalui pelelangan/seleksi...internasional Menurut Peraturan Presiden no 70 tahun 2012 Pasal 101 ayat 1 sd 6, ketentuan pengadaan barang melalui pelelangan/seleksi internasional adalah sebagai berikut 1. Pengadaan Barang/Jasa yang dilaksanakan melalui Pelelangan/Seleksi internasional tetap memberikan kesempatan kepada Penyedia Barang/Jasa nasional. 2. Dokumen Pengadaan melalui Pelelangan/Seleksi internasional ditulis dalam 2 (dua) bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. 3. Dalam hal terjadi penafsiran arti yang berbeda terhadap Dokumen Pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dokumen yang berbahasa Indonesia dijadikan acuan. 4. Pengadaan Barang/Jasa yang dibiayai dengan kredit ekspor, kredit lainnya, dan/atau hibah: a. Dilakukan melalui persaingan usaha yang sehat; b. Dilaksanakan dengan persyaratan yang paling menguntungkan negara, dari segi teknis dan harga; dan c. Dilakukan dengan memaksimalkan penggunaan komponen dalam negeri dan penyedia barang/jasa nasional. d. Untuk kredit ekspor, penyerahan jaminan pelaksanaan dapat dilakukan setelah kontrak ditandatangani dan dinyatakan berlaku efektif, dengan ketentuan jaminan penawaran berlaku sampai dengan jaminan pelaksanaan diserahkan. 5. Pemilihan Penyedia Barang/Jasa yang dibiayai dengan kredit ekspor, kredit lainnya, dan/atau hibah, dilakukan di dalam negeri. 6. Dalam Dokumen Pengadaan melalui pelelangan/seleksi internasional memuat hal-hal sebagai berikut: a. Adanya kerja sama antara Penyedia Barang/Jasa asing dengan industri dalam negeri, dalam hal diperlukan dan/atau dimungkinkan; b. Adanya ketentuan yang jelas mengenai tata cara pelaksanaan pengalihan kemampuan, pengetahuan, keahlian, dan keterampilan, dalam hal diperlukan dan/atau dimungkinkan; dan c. Ketentuan bahwa seluruh proses pengadaan sedapat mungkin dilaksanakan di wilayah Indonesia.