PENGEMBANGAN WISATA BAHARI DI WILAYAH PESISIR SELATAN KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity

ARAHAN BENTUK, KEGIATAN DAN KELEMBAGAAN KERJASAMA PADA PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PANTAI PARANGTRITIS. Oleh : MIRA RACHMI ADIYANTI L2D

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

LAPORAN AKHIR TAHUN PROGRAM PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA KEGIATAN PENGEMBANGAN OBYEK PARIWISATA UNGGULAN

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan Pantai Samas dahulu merupakan daerah yang terkenal dan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata memiliki multiplayer effect atau efek pengganda yaitu berupa

KONTRIBUSI EKONOMI DESA-DESA PESISIR TERHADAP PENDAPATAN WILAYAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

PERAN RETRIBUSI OBYEK WISATA DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber pendapatan daerah.program pengembangan dan

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan merupakan salah satu sektor industri didalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi perhatian besar dari para ahli dan

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 dan tahun Bahkan pada tahun 2009 sektor pariwisata. batu bara, dan minyak kelapa sawit (Akhirudin, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pesat bahkan telah memberikan kontribusi yang tidak sedikit terhadap

HOTEL RESORT BINTANG III DI KAWASAN PEGUNUNGAN RANTEPAO TANA TORAJA SULAWESI SELATAN

LAMPIRAN. Pertanyaan wawancara untuk Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul. kelebihannya bila dibandingkan dengan pariwisata di daerah lain?

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Strategi Pengembangan Kawasan Pariwisata Gunung Galunggung (Studi Kasus : Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta terletak antara 70 33' LS ' LS dan ' BT '

STUDI PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN OBYEK WISATA DI KABUPATEN BLORA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata merupakan industri yang banyak dikembangkan di negaranegara

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 6.1 Kesimpulan. 1. Rendahnya tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kulon Progo dapat

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pariwisata sudah menjadi salah satu industri pelayanan dan jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Sepanjang Jalan Malioboro adalah penutur cerita bagi setiap orang yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

JADWAL PENTAS SENI DI OBYEK WISATA KABUPATEN BANTUL TAHUN 2012

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kondisi reliefnya secara umum berupa dataran rendah yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. negara ataupun bagi daerah objek wisata tersebut. antara lain unsur budaya, transportasi, akomodasi, objek wisata tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Presentasi SAKIP. Kabupaten Magetan SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan memiliki keanekaragaman flora dan fauna dunia. Terdapat banyak tempat yang

BAB V ANALISIS PEMASARAN PARIWISATA LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang terus

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

BAB I PENDAHULUAN. baik kepada seluruh pelaku pariwisata dan pendukungnya. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebesar-besarnya

LAPORAN AKHIR TAHUN PROGRAM PENGELOLAAN KEKAYAAN BUDAYA DAERAH PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah di Indonesia memperoleh hak untuk melakukan otonomi daerah

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemandangan alam seperti pantai, danau, laut, gunung, sungai, air terjun, gua,

agrowisata ini juga terdapat pada penelitian Ernaldi (2010), Zunia (2012), Machrodji (2004), dan Masang (2006). Masang (2006) yang dikutip dari

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai negara kepalauan terbesar di dunia. Kekayaan alam

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era modern seperti sekarang ini, padatnya rutinitas kegiatan atau

PEMERINTAH KOTA SURABAYA RINCIAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 3 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. untuk datang berkunjung dan menikmati semuanya itu. ekonomi suatu negara. Ada beberapa hal yang menjadi potensi dan keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. 1.2 Tujuan dan Sasaran

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat memberikan alternatif lain sebagai salah satu sektor andalan (leading

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 32 TAHUN 2008 T E N T A N G RETRIBUSI OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai macam kebudayaan, agama, suku yang berbeda-beda, dan kekayaan

MAILISA ISVANANDA, 2015 POTENSI PARIWISATA DI KABUPATEN MUSI BANYUASIN SUMATERA SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2005 T E N T A N G PERIJINAN USAHA OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM DI KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan wisata saat ini sedang menjadi gaya hidup (lifestyle) di berbagai

BAB I PENDAHULUAN Konteks Masalah

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN OBYEK WISATA SENDANG ASRI WADUK GAJAH MUNGKUR KABUPATEN WONOGIRI TUGAS AKHIR. Oleh: BEKTI PRIHASTUTI L2D

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG

PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN REKREASI PANTAI KARTINI REMBANG Penekanan Desain Waterfront

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pariwisata telah menjadi industri yang paling cepat berkembang dan salah

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara karena merupakan salah satu sumber devisa.

BAB I PENDAHULUAN. Itu terjadi tidak saja di hampir setiap negara di dunia ini, tetapi juga di dalam negeri sendiri, yang

I-1 BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

PENGEMBANGAN WISATA BAHARI DI WILAYAH PESISIR SELATAN KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA YULIA ASYIAWATI DAN SINUNG RUSTIJARNO 1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota UNISBA Jalan Tamansari No.1 Bandung ABSTRAK Tujuan penelitian adalah mengetahui potensi dan peluang pengembangan obyek dan daya tarik wisata bahari di wilayah pesisir selatan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.. Penelitian dilakukan pada bulan Juni-Agustus 2002 di wilayah Pantai Parangtritis, Samas dan Pandansimo. Penelitian menggunakan metode survai, analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat pengunjung tertuju pada obyek wisata alam pantai, wisata budaya dan kesenian dan pembentukan gumuk pasir (sand dunes). Jumlah pengunjung obyek tujuan wisata pantai pada tahun 1997 mencapai 1.335.618 orang, meningkat menjadi 1.756.874 orang pada tahun 2002 dengan laju peningkatan mencapai 7,89% per tahun. Pendapatan wisata pantai pada tahun 2001 memberikan kontribusi sebesar Rp 2.556.898.250 atau 98,92% terhadap pendapatan sektor pariwisata Kabupaten Bantul, dengan laju pertumbuhan sebesar 31,90% per tahun selama periode 1997-2001. Pengembangan obyek wisata bahari di Kabupaten Bantul dapat dilakukan dengan 1) Implementasi kebijakan pengembangan pariwisata berdasarkan hasil studi pengembangan obyek wisata, 2) Strategi promosi dengan penerapan teknologi informasi melalui media elektronik terutama internet, dengan membuka situs pariwisata, 3) Implementasi Sapta Pesona pariwisata (aman, indah, tertib, bersih, ramah-tamah dan kenangan), 4) Pemulihan kondisi ekonomi nasional dan jaminan keamanan dan kenyamanan berwisata, 5) Menambah event-event wisata dan diversifikasi produk wisata, aspek kelestarian lingkungan dan pembenahan fasilitas dan akses obyek wisata (taman bermain, akuarium biota laut, marine science tour) dan penataan lingkungan sekitar pantai. Kata kunci : wisata, bahari, pesisir 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta Jurnal PWK Unisba 1

1. Pendahuluan Kekayaan alam merupakan sumberdaya utama yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi wilayah. Salah satu andalan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada era otonomi daerah adalah sektor kepariwisataan, dengan sifatnya yang multi sektor dan multi efek berpotensi untuk menghasilkan pendapatan yang besar. Dengan berkembangnya sektor kepariwisataan akan menghasilkan pendapatan wilayah dari berbagai sisi diantaranya retribusi masuk obyek wisata, pajak hotel, restoran dan industri makanan, perijinan usaha pariwisata maupun penyerapan tenaga kerja dari sektor formal maupun informal. Kabupaten Bantul memiliki potensi wisata cukup berlimpah dan bervariasi. Obyek wisata di Bantul dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu wisata alam serta wisata budaya dan sejarah. Kegiatan pariwisata merupakan kegiatan yang strategis untuk dikembangkan di Kabupaten Bantul dalam upaya meningkatkan pendapatan daerah dan memperluas lapangan usaha dan kesempatan kerja. Masyarakat di wilayah pesisir Kabupaten Bantul sejak lama mengandalkan pemenuhan kebutuhan hidup dari kegiatan pertanian dan pariwisata (Asyiawati et. al., 2002). Kegiatan pariwisata yang dilakukan di Kabupaten Bantul didominasi oleh obyek wisata pantai sebagai komoditas unggulan wilayah. Tujuan penelitian untuk mengetahui potensi dan peluang pengembangan obyek dan daya tarik wisata bahari di wilayah pesisir selatan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 2. Metodologi Penelitian dilakukan di wilayah pesisir Kabupaten Bantul yaitu Pantai Parangtritis, Samas dan Pandansimo pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2002. Metode penelitian menggunakan cara survai (Singarimbun dan Effendie, 1996) dan observasi lapang. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan literatur dari instansi yang terkait, analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif. 3. Hasil dan Pembahasan Minat pengunjung tertuju pada obyek wisata alam pantai, wisata budaya dan kesenian dan pembentukan gumuk pasir (sand dunes). Jenis obyek dan daya tarik wisata yang terdapat di wilayah penelitian berupa wisata alam, wisata sejarah/budaya, dan taman rekreasi. Sebaran obyek dan daya tarik wisata di wilayah pesisir Kabupaten Bantul tercantum pada Tabel 1. 2 Jurnal PWK Unisba

Tabel 1. Sebaran Obyek dan Daya Tarik Wisata di Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul No Jenis Objek Wisata Nama Obyek Wisata Lokasi 1 Wisata Alam a. Pantai 1. Parangtritis, Desa Parangtritis 2. Samas Desa Srigading 3. Patehan Desa Gadingsari 4. Pandansimo Desa Poncosari b. Goa Goa Tapan/Langgeng Desa Parangtritis 2 Wisata Sejarah/Budaya a. Petilasan/Ziarah 1. Petilasan Pandansari Desa Poncosari 2. Petilasan Pandan Payung Desa Poncosari 3. Petilasan dan Ziarah Pandansimo Desa Poncosari 4.Petilasan dan Ziarah Parangkusumo Desa Parangtritis b. Monumen Monumen Pangsar Jend. Sudirman Desa Parangtritis c. Makam/Ziarah 1. Makam Syech Belabelu Desa Parangtritis 2. Makam Syech Maulana Magribi Desa Parangtritis 3 Taman Rekreasi/Pemandian 1. Arena mainan anak Desa Parangtritis 2. Pemandian Parangwedang Desa Parangtritis 3. Kolam renang Parangtritis Desa Parangtritis Sumber : Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul. (2000). Diantara jenis obyek tujuan wisata yang ada, yang mengalami perkembangan yang cukup pesat dilihat dari minat para pengunjung pada tahun terakhir adalah wisata alam pantai, wisata budaya (berupa upacara labuhan), dan pengamatan pembentukan gumuk pasir di Parangtritis, hal ini ditandai dengan banyaknya kunjungan wisatawan. Jumlah wisatawan yang berkunjung pada obyek wisata pantai yang terdiri dari Pantai Pandansimo, Samas dan Parangtritis pada tahun 2001 adalah 1,756,874 jiwa dengan laju pertumbuhan pengunjung sebesar 7,89% per tahun yang dihitung mulai tahun 1997. Yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan adalah Pantai Parangtritis, hal ini disebabkan karena banyaknya obyek dan daya tarik wisata serta didukung dengan penyediaan fasilitas yang memadai dibandingkan dengan obyek tujuan wisata lainnya. Jumlah wisatawan yang berkunjung pada obyek daerah tujuan wisata di wilayah pesisir Kabupaten Bantul tercantum dalam Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Wisatawan di Daerah Tujuan Wisata Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul, Tahun 1997 2001 Jumlah Wisatawan (orang) LPP No Daerah Tujuan Wisata 1997 1998 1999 2000 2001 (%) 1 Parangtritis 1.282.700 1.024.017 1.370.000 1.140.275 1.641.100 6,99 2 Samas 41.384 55.147 57.173 38.901 48.540 4,32 3 Pandansimo 11.534 35.094 39.990 40.717 67.234 120,73 Jumlah 1.335.618 1.114.258 1.467.163 1.219.893 1.756.874 7,89 Sumber : Dinas Pariwisata Kab. Bantul, Tahun 1997-2002 Jurnal PWK Unisba 3

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Bantul salah satunya bersumberkan dari sektor pariwisata. Pendapatan dari obyek wisata pantai memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap PAD Kabupaten Bantul. Hal ini terlihat dari jumlah pendapatan yang diterima dari masing-masing obyek tujuan wisata yang terdapat di Kabupaten Bantul. Jumlah pendapatan sektor pariwisata Kabupaten Bantul pada tahun 2001 adalah sebesar Rp. 2.584.728.500,-, yang berasal dari enam obyek tujuan wisata. Wisata pantai memberikan kontribusi terhadap pendapatan sektor pariwisata Kabupaten Bantul sebesar Rp. 2.556.898.250,- atau 98,92% dari jumlah pendapatan keseluruhan sektor pariwisata, dengan rata-rata laju pertumbuhan sebesar 31,90% per tahun yang dihitung mulai tahun 1997 (Tabel 3.). Oleh karena itu obyek wisata pantai merupakan asset yang potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Bantul untuk meningkatkan pendapatan daerah. Tabel 3. Jumlah Pendapatan Wisata Pantai Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul, Tahun 1997-2001 No 1 2 3 Daerah Tujuan Jumlah Pendapatan (Rp) Wisata 1997 1998 1999 2000 2001 Parangtritis 1.100.000.000 1.195.082.121 1.735.120.600 1.724.458.100 2.488.734.000 31,56 42.951.500 Samas 20.692.050 21.676.475 22.524.875 33.465.400 26,89 25.212.750 Pandansimo 2.786.725 7.918.625 8.955.425 15.268.875 201,19 LPP (%) Jumlah 1.123.478.775 1.224.677.221 1.766.600.900 1.773.192.375 2.556.898.250 31,90 Sumber : Dinas Pariwisata Kab. Bantul, Tahun 1997-2002 4. Keadaan Sosial dan Budaya Masyarakat Dalam menunjang kegiatan wisata diperlukan dukungan dari potensi budaya daerah, karena hal ini sangat membantu upaya pemasaran wisata yang dilakukan. Obyek budaya mempunyai bentuk dan corak yang sangat beragam dan berbeda untuk setiap kawasan, dan budaya tersebut terus dipertahankan oleh masyarakat di wilayah penelitian untuk menarik para wisatawan. Pada umumnya budaya masyarakat di wilayah penelitian didominasi oleh budaya Jawa karena mayoritas etnis penduduk di wilayah penelitian merupakan etnis Jawa. Adapun kegiatan-kegiatan budaya yang dilakukan oleh masyarakat di wilayah penelitian adalah upacara adat dan kesenian. Kegiatan-kegiatan upacara adat yang unik dilakukan di wilayah penelitian meliputi Upacara adat Desa, Bekti Pertiwi, dan Upacara Labuhan Kraton Yogyakarta. Upacara Adat desa pada umumnya bersih desa/sedekah bumi, nyadran. Upacara ini diselenggarakan setahun sekali pada bulan-bulan Jawa 4 Jurnal PWK Unisba

(Sapar, Sura) atau sebelum panen (Ruwah), misalnya upacara bersih desa diselenggarakan pada bulan Sapar sesudah selesai panen. Sedangkan upacara adat Labuhan Kraton Yogyakarta merupakan upacara adat yang dilakukan oleh Kraton Yogyakarta. Labuhan berasal dari kata labuh yang artinya sama dengan larung yaitu membuang sesuatu ke dalam air (sungai atau laut). Ada juga pendapat bahwa labuhan berarti memberi sesaji kepada roh halus yang berkuasa di suatu tempat (Sri Sumarsih et. al., 1990 dalam Soenarto et al., 2000). Menurut bahasa Jawa, labuhan disebut labuh dalem. Kata dalem dipakai untuk menyebut Sri Sultan. Labuhan disebut labuh dalem karena adat ini atas kehendak raja beserta para kerabat Kraton Yogyakarta. Penyelenggaraan labuhan dilaksanakan pada waktu Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang dapat dikatakan berbeda dengan penyelenggarakan labuhan sebelumnya. Pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I, upacara labuhan diadakan apabila terjadi penobatan seorang raja, dimana pelaksanaannya satu hari sesudah penobatan berlangsung (jumenengan). Disamping ketiga labuhan tersebut, ada lagi peristiwa labuhan yang diadakan untuk kepentingan khusus, dimana waktu pelaksanaannya tidak tentu dan disesuaikan dengan kebutuhan yang dilaksanakan hanya di Parangkusumo. Salah satu labuhan untuk kepentingan khusus adalah labuhan yang diadakan pada saat Sri Sultan berkenan akan menikahkan putera/puterinya. Pelaksanaan labuhan khusus berbeda dengan labuhan rutin, dimana labuhan khusus diselenggarakan sangat sederhana dan tidak banyak diikuti dan disaksikan oleh masyarakat umum. Kegiatan kesenian yang diselenggarakan di wilayah penelitian berupa seni tari (reog, jathilan, tari-tari dan wayang orang), seni theater (ketoprak dan srandul), seni musik (karawitan, slawatan, gejok lesung, mocopat, therbanan, thek-thek). Faktor yang berpengaruh dalam pengembangan wisata bahari di Bantul terbagi dalam dua hal yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi : 1) Penerapan kebijakan pemerintah daerah tentang pengembangan obyek wisata belum optimal dilakukan, meskipun potensi cukup tersedia, 2) Strategi promosi wisata cenderung konvensional, 3) Pelayanan Prima kepada wisatawan masih kurang terutama implementasi Sapta Pesona dan 4) Lemahnya koordinasi antara pelaku pariwisata, Pemerintah Daerah dan pihak terkait. Faktor eksternal yang mempengaruhi kunjungan wisatawan di Kabupaten Bantul antara lain : 1) Kondisi perekonomian nasional yang belum mantap dan 2) Citra negatif keamanan dan kenyamanan wisata di Indonesia. Jurnal PWK Unisba 5

Pengembangan obyek wisata bahari di Kabupaten Bantul dapat dilakukan dengan beberapa langkah yaitu : 1) Implementasi kebijakan pengembangan pariwisata berdasarkan hasil studi pengembangan obyek wisata yang pernah dilakukan lembaga terkait, 2) Strategi promosi dengan penerapan teknologi informasi melalui media elektronik terutama internet dengan membuka situs pariwisata Bantul, dilengkapi dengan data yang terbaru, 3) Implementasi Sapta Pesona pariwisata (aman, indah, tertib, bersih, ramah-tamah dan kenangan), kualitas pelayanan kepariwisataan yang baik merupakan sarana promosi yang efektif untuk meningkatkan jumlah wisatawan, 4) Pemulihan kondisi ekonomi nasional dan jaminan keamanan dan kenyamanan berwisata, 5) Menambah event-event wisata dan diversifikasi produk wisata, festival budaya lokal (upacara adat), pertunjukan kesenian (seni tari, theater dan seni musik) dan aspek kelestarian lingkungan (konservasi penyu), pembenahan fasilitas dan akses obyek wisata diantaranya taman bermain, akuarium biota laut, marine science tour, pencitraan baru semisal dengan Parangtritis dengan citra baru sebagai daerah wisata kuliner masakan laut yang murah dan higienis dan penataan lingkungan sekitar pantai berpeluang meningkatkan pendapatan masyarakat dan wilayah. 5. Kesimpulan 1. Minat pengunjung obyek wisata di kawasan pesisir Kabupaten Bantul tertuju pada obyek wisata alam pantai, wisata budaya dan kesenian dan pembentukan gumuk pasir (sand dunes). 2. Jumlah pengunjung obyek tujuan wisata pantai pada tahun 1997 mencapai 1.335.618 orang, meningkat menjadi 1.756.874 orang pada tahun 2002 dengan laju peningkatan mencapai 7,89% per tahun. Pendapatan wisata pantai pada tahun 2001 memberikan kontribusi sebesar Rp 2.556.898.250 atau 98,92% terhadap pendapatan sektor pariwisata Kabupaten Bantul, dengan laju pertumbuhan sebesar 31,90% per tahun selama periode 1997-2001. 3. Pengembangan obyek wisata bahari di Kabupaten Bantul dapat dilakukan dengan 1) Implementasi kebijakan pengembangan pariwisata berdasarkan hasil studi pengembangan obyek wisata yang pernah dilakukan lembaga terkait, 2) Strategi promosi dengan penerapan teknologi informasi melalui media elektronik terutama internet dengan membuka situs pariwisata, 3) Implementasi Sapta Pesona pariwisata (aman, indah, tertib, bersih, ramah-tamah dan kenangan), 4) Pemulihan kondisi ekonomi nasional dan jaminan keamanan dan kenyamanan 6 Jurnal PWK Unisba

berwisata, 5) Menambah event-event wisata dan diversifikasi produk wisata, aspek kelestarian lingkungan dan pembenahan fasilitas dan akses obyek wisata diantaranya taman bermain, akuarium biota laut, marine science tour, dan penataan lingkungan sekitar pantai. 6. Daftar Pustaka 1. Asyiawati, Y, J. Purwanto, E. Rustiadi, H. Hardjomidjojo. 2002. Pendekatan Sistem Dinamik Dalam Penataan Ruang Wilayah Pesisir (Studi Kasus : Wilayah Pesisir Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta). Tesis. Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 5. Sunarto, S. Wirosuprojo, Langgeng W.S., Widyastuti, Mardiatno, Sudarno A.M., 2000. Kajian Profil Kawasan Pantai Provinsi Daeah Istimewa Yogyakarta. 2000. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta kerjasama dengan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 2. Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul. 1997-2002. Laporan Tahunan Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul. 2002. 3. Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul. 2000. Rencana Induk Pengembangan Pariwisata (RIPP) Bantul Tahun 2000. Bantul. 4. Singarimbun, M dan S. Effendie. 1996. Metode Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta. Jurnal PWK Unisba 7