BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian PT Rekadaya Elektrika merupakan perusahaan yang bergerak di bidang ketenagalistrikan di Indonesia, pada awal berdiri perusahaan ini bernama PT Delta Rekadaya Mandiri. PT Delta Rekadaya Mandiri didirikan di Jakarta berdasarkan akta notaris No. 15 tanggal 20 Oktober 2000 dari Haryanto S.H., dan diubah dengan akta tanggal 1 Desember 2000, notaris di Jakarta. Akta pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C-6267-HT.01.01.Th.2001 tanggal 30 April 2001 dan terakhir dirubah dengan akta pernyataan keputusan rapat tanggal 18 Juli 2001 serta diumumkan dalam Berita Negara No. 38 Tambahan No. 4516/2002 tanggal 10 Mei 2002 dengan setoran modal sebesar Rp 400 juta. Perusahaan ini lahir dengan pemilik saham diantaranya: PT PJB, PT Indonesia Power, PT PLN Batam, YPK PLN (Yayasan Pendidikan dan Kesejahteraan PLN) dan PT Rekayasa Industri. PT Delta Rekadaya Mandiri adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang ketenaga listrikan yaitu bidang jasa konsultan untuk supervisi pembangunan PLTU, menyediakan layanan pengadaan dan konstruksi pengawasan proyek ketenaga listrikan milik PT PLN. Pada tahun 2003 ditetapkan Keppres 80 Tahun 2003 tentang pedoman pengadaan barang dan jasa pemerintah beserta perubahannya, yang 1
2 mencantumkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebagai salah satu syarat dalam pengadaan barang dan Jasa. TKDN sendiri digunakan salah satunya untuk proyek-proyek Engineering Procurement & Construction (EPC). Karena untuk pengadaan (Procurement), banyak mesin dan alat-alat yang bahan bakunya masih berasal dari luar negeri tapi perakitannya dilakukan di dalam negeri. Dalam satu lelang atau pengadaan barang/jasa, panitia harus memberikan preferensi harga kepada penyedia barang/jasa yang memberikan penawaran barang/jasa yang memiliki tingkat komponen dalam negeri nya sama atau lebih dari 25%. Berdasarkan Keppres 80 Tahun 2003, PT PLN dan Rekayasa Industri memutuskan bahwa perusahaan Engineer, Procurement, Construction (EPC) fokus di industri ketenaga listrikan. Pada tanggal 29 September 2003, berdasarkan Akta Notaris No. 48 tanggal 29 September 2003 dari Haryanto, SH. Pemegang Saham PT Delta Rekadaya Mandiri menyetujui perubahan perseroan menjadi PT Rekadaya Elektrika sebagai perusahaan yang bergerak dibidang Engineer, Procurment, Construction (EPC) pembangkit tenaga listrik, dengan merubah setoran modal menjadi Rp 130 milyar. PT Rekadaya Elektrika mulai beroperasinya pada tahun 2004. PT Rekadaya memiliki 24 Karyawan. Hingga tahun 2005 PT Rekadaya Elektrika masih memiliki dibawah 50 karyawan. Pada tahun 2013 PT Rekadaya Elektrika memiliki 200 karyawan. Peran PT Rekadaya Elektrika dimulai dari konsep perancangan (design), pabrikasi, konstruksi hingga comissioning. Inilah keunggulan dari PT
3 Rekadaya Elektrika, yang selalu menerapkan in house engineering dalam membangun setiap power plant. Hal ini tentu sangat menguntungkan, karena seluruh proses dari hulu sampai hilir akan dikuasai, sehingga mengurangi ketergantungan terhadap komponen dan engineer asing. Awalnya PT Rekadaya Elektrika adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang konsultan untuk supervisi pembangunan PLTU milik PLN, Seperti Supervisi A, Supervisi B, Supervisi C, Supervisi D, Supervisi E dsb. Setelah empat tahun mengasah kemampuan dan mempersiapkan man power yang handal, pada tahun 2008 untuk pertama kali kontrak Engineering Procurement Contract (EPC) empat unit PLTU ditangani secara total, dengan nilai kontrak sebesar Rp 618 milyar, keempat proyek itu adalah PLTU A (2X7 MW), PLTU B (2X7 MW), PLTU C (2X10 MW), dan PLTU D (2X7 MW). Dari tahun ketahun PT Rekadaya Elektrika semakin dipercaya dan ditunjuk oleh PT PLN (Persero), untuk mengerjakan bidang kelistrikan di Indonesia, seperti konsultasi dan EPC pembangkit tenaga listrik. Pada awal tahun 2013 PT Rekadaya Elektrika ditunjuk dan dipercaya oleh PT PLN untuk mengerjakan dan menyelesaikan lima proyek yang berada di luar pulau jawa, dengan nilai kontrak sebesar Rp 1,5 triliun, lima proyek tersebut adalah PLTU F 2X25 MW Tahap2, PLTU G 4X7 MW, PLTU H 2X10 MW, PLTP I 2X25 MW dan PLTU J 2X25 MW. Selain mendapatkan kontrak EPC dari PLN ada juga dibidang Konsultasi, Trading dan jaringan distribusi di bidang ketenagalistrikan.
4 Untuk mengetahui pengukuran kinerja PT Rekadaya Elektrika menjadi hal yang sangat penting, baik bagi manajemen, parlemen, dan masyarakat. Manfaat pengukuran kinerja untuk melakukan evaluasi terhadap kinerja perusahaan dan perencanaan tujuan dimasa yang akan datang. Kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dalam periode tertentu, dengan mengacu pada standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Selain itu kinerja perusahaan merupakan hasil yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi suatu perusahaan dari berbagai ukuran yang disepakati, untuk mengetahui kinerja yang dicapai maka dilakukan penilaian kinerja. Selama ini, pengukuran kinerja PT Rekadaya Elektrika hanya menitikberatkan pada sisi keuangan. Suatu perusahaan mencapai tingkat keuntungan yang tinggi akan dinilai berhasil dalam menerapkan strategi. Penilaian kinerja perusahaan yang semata-mata dari sisi keuangan akan dapat menyesatkan, karena kinerja keuangan yang baik saat ini dapat dicapai dengan mengorbankan kepentingan-kepentingan jangka pendek perusahaan. Dan sebaliknya, kinerja keuangan yang kurang baik dalam jangka pendek dapat terjadi karena perusahaan melakukan investasi-investasi demi kepentingan jangka panjang. Ini menyebabkan kinerja perusahaan menjadi tidak efektif karena tidak diikuti dengan peningkatan atau setidaknya laba yang merata setiap tahunnya. Laba (rugi) operasional PT Rekadaya Elektrika disajikan pada Tabel 1.1
5 Tabel 1.1 Laba (Rugi) Operasional PT Rekadaya Elektrika tahun 2010-2012 Tahun Laba Operasional Pertumbuhan 2010 31,236,363,673 66% 2011 36,800,283,898 85% 2012 (65,436,727,201) -56% Sumber : Laporan Keuangan PT Rekadaya Elektrika Dari tabel 1.1 tersebut, dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 laba operasional pada PT Rekadaya Elektrika sebesar Rp 31,236,363,673 dengan tingkat pertumbuhan laba sebesar 66%, pada tahun 2011 laba operasional PT Rekadaya Elektrika mengalami peningkatan sebesar Rp 36,800,283,898 dengan tingkat pertumbuhan 85%, dan pada tahun 2012 PT Rekadaya Elektrika mengalami penurunan sebesar Rp (65,436,727,201) dengan tingkat penurunan -56%. Kondisi ini menunjukan alasan yang cukup kuat untuk melakukan penelitian kinerja dengan metode balanced scorecard di PT Rekdaya Elektrika. Untuk menunjang bisnis serta dapat bersaing dalam persaingan domestik dan global mengharuskan perusahaan menaruh perhatiaan pada penciptaan, pembangunan dan pemeliharan keunggulan, bersaing melalui penyampaian produk dan layanan yang lebih baik pada konsumen. Untuk dapat menjamin suatu organisasi berlangsung dengan baik, maka organisasi perlu mengadakan evaluasi terhadap kinerjanya. Dalam evaluasi tersebut diperlukan suatu standar pengukuran kinerja yang tepat, untuk mengukur kinerja perusahaan dapat dilakukan dengan dua
6 sektor, yaitu keuangan (Financial) dan non keuangan (Non Financial). Sektor keuangan dapat diukur dengan penyusunan anggaran untuk mengendalikan biaya. Sedangkan sektor non keuangan merupakan faktor kunci untuk menetapkan strategi yang dipilih guna melaksanakan tujuan yang telah ditetapkan. Standar pengukuran kinerja yang tepat dalam arti hanya berorietasi pada sektor keuangan saja, karena hal tersebut sangat kurang tepat dalam menghadapi persaingan bisnis yang semakin ketat. Oleh karena itu perlu dilengkapi dengan informasi dari sektor non keuangan, seperti kepuasan pelanggan, kualitas produk atau jasa loyalitas karyawan dan sebagainya, sehingga pihak manajemen perusahaan dapat mengambil keputusan yang tepat untuk kepentingan hidup perusahaan. Guna mengetahui kondisi perkembangan perusahaan perlu melakukan pengukuran kinerja biasanya diukur dari laporan keuangan, namun pengukuran juga memiliki kelemahan yaitu hanya memberikan gambaran atas aktivitas-aktivitas perusahaan dimasa lampau. Hal ini menyebabkan prestasi non keuangan yang dicapai serta prospek jangka panjang perusahaan tidak digambarkan dan diketahui. Untuk mengatasi masalah tentang kelemahan sistem pengukuran kinerja perusahaan, tidak hanya berfokus pada aspek keuangan dan mengabaikan kinerja non keuangan, maka diciptakan sebuah model pengukuran kinerja yang tidak hanya mencakup keuangan saja melainkan non keuangan, yaitu dengan mengunakan konsep Balanced Scorecard (BSC).
7 Balanced scorecard diciptakan untuk mengatasi problem tentang kelemahan sistem pengukuran kinerja eksekutif yang hanya berfokus pada sektor keuangan saja, tanpa memperhatikan sektor non keuangan. Oleh karena itu pada tahun 1990, Nolan Norton Institute, bagian riset kantor aknuntan public KPMG di USA yang dipimpin oleh David P. Norton, mensponsori studi Pengukuran Kinerja dalam Organisasi Masa Depan. Hasil studi tersebut, yang diterbitkan dalam atikel berjudul Balanced Scorecard-Measures That Drive Performance dalam Harvard Business Review (Januari-Februari 1992). Hasil studi tersebut menyimpulkan bahwa untuk mengukur kinerja eksekutif dimasa depan, diperlukan ukuran komprehensif yang mencakup empat perspektif: keuangan, customer, proses dan pembelajaran dan pertumbuhan. (Mulyadi. 2007:5). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penerapan konsep Balance Scorecard sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan perusahaan sebab Balance Scorecard yang telah dilakukan dapat menghasilkan perbaikan dan peruabahan strategis yang dilakukan untuk pencapaian kinerja yang akan dicapai dalam pengelolaan unit usaha perusahaan. Menurut pendekatan Balanced Scorecard, manajemen menerjemahkan atas strategi mereka ke dalam ukuran kinerja yang dapat dipahami dan dapat dilakukan oleh karyawan. Dengan demikian, Balance Scorecard merupakan konsep yang berusaha menerjemahkan misi dan strategi perusahaan ke dalam seperangkat ukuran yang menyeluruh yang memberi kerangka kerja bagi pengukuran dan sistem manajemen strategis (Kaplan dan Norton, 2013:12).
8 Dewasa ini, disadari bahwa pengukuran kinerja keuangan yang digunakan oleh banyak perusahaan untuk mengukur kinerja eksekutif tidak lagi memadai, sehingga dikembangkan suatu konsep Balance Scorecard. Konsep ini menyeimbangkan pengukuran atas kinerja suatu organisasi bisnis yang selama ini dianggap terlalu condong pada kinerja keuangan. Konsep pengukuran kinerja balance scorecard memliki keistimewaan dalam hal cakupan pengukuran yang komprehensif, karena selain mempertimbangkan kinerja financial, juga mempertimbangkan pula kinerja non financial. Selain itu balance scorecard tidak hanya mengukur aktivitas akhir (outcome) tetapi juga aktivitas-aktivitas penentu hasil akhir (driver). Maka dari itu perusahaan perlu merumuskan suatu strategi manajemen yang kompleks yang disertai dengan pengukuran kinerja tidak didasarkan atas satu tolak ukur saja, akan tetapi meliputi segala aspek pengukuran, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Ukuran keberhasilan kinerja perusahaan dapat dikatakan sempurna apabila telah memuaskan segala perspektif. Untuk memenuhi kebutuhan perusahaaan dalam menilai kinerja tersebut, maka Robert S. Kaplan dan David P. Norton mencetuskan konsep Balance Scroecard untuk meyeimbangkan tolak ukur keuangan dan non keuangan dalam pengukuran kinerja bisnis perusahaan. Dari latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk mengukur/membahas lebih lanjut mengenai ukuran kinerja perusahaan dengan pendekatan Balance Scorecard untuk memberikan kinerja perusahaan dalam penulisan skripsi yang berjudul Penerapan Perspektif Balanced
9 Scorecard sebagai Alat Pengukur Kinerja Perusahaan (Studi Kasus PT Rekadaya Elektrika). B. Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana kinerja PT Rekadaya Elektrika yang diukur dengan menggunakan empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, persepektif proses bisnis internal serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dalam penelitian ini bagi penulis adalah untuk mengetahui pengukuran kinerja perusahaan dengan menggunakan metode balance scorecard pada PT Rekadaya Elektrika. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain: 1. Bagi Penulis Sebagai media dapat memberikan kesempatan untuk mengamati dan menganalisa secara langsung penerapan ilmu-ilmu yang didapat selama kuliah ke dalam dunia usaha. Ini merupakan sarana untuk mengembangkan sarana berimprovisasi didalam memahami dan menganalisa suatu perusahaan.
10 2. Bagi Perusahaan Sebagai suatu sarana untuk masukan atas kekurangan atau kelemahankelemahan dari sistem yang telah dijalankan. Selain itu sebagai umpan balik bagi perusahaan dalam meningkatkan dan mengembangkan kinerja menejemen perusahaan. 3. Bagi Pihak Lain yang Berkepentingan Dapat memberikan gambaran dan ilmu pengetahuan tambahan yang berguna bagi wawasan dan kepustakaan pembaca dibidang akuntansi pada khususnya.