BAB I PENDAHULUAN. Perilaku altruistik adalah salah satu dari sisi sifat manusia yang dengan

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN INTENSI ALTRUISME PADA SISWA SMA N 1 TAHUNAN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terbiasa dengan perilaku yang bersifat individual atau lebih

BAB II LANDASAN TEORI. atau balasan. (Batson, 1991) Altruisme adalah sebuah keadaan motivasional

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang diciptakan untuk. dasarnya ia memiliki ketergantungan. Inilah yang kemudian menjadikan

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN ASERTIVITAS DENGAN PERILAKU PROSOSIAL REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang dikaruniai banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk saling tolong-menolong ketika melihat ada orang lain yang

Tri Windha Isnandar F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga, lingkungan teman sebaya sampai lingkungan masyarakat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek penelitian adalah siswa kelas X SMK PGRI 1 Salatiga dengan total siswa 90

BABI PENDAHULUAN. Manusia terlahir sebagai makhluk sosial yang memiliki aka! budi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial.

BAB I PENDAHULUAN. lain baik orang terdekat seperti keluarga ataupun orang yang tidak dikenal, seperti

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengikuti perkuliahan yang berjumlah 31 mahasiswi.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Sebagai makhluk sosial manusia tumbuh bersama-sama dan mengadakan

BAB I PENDAHULUAN. yang menyita waktu sehingga banyak individu yang bersikap. sikap egoisme, dan ini menjadi ciri dari manusia modern, dimana individu

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai perubahan salah satunya perubahan emosi. Menurut Goleman

BAB I PENDAHULUAN. dari hubungan dengan lingkungan sekitarnya. individu dan memungkinkan munculnya agresi.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku agresi, yaitu; agresif fisik (Physical Aggression), agresi verbal (Verbal

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia dikatakan makhluk sosial yang mempunyai akal pikiran di

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti kegiatan di sekolah, peduli terhadap orang lain, berkenan membantu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya Indonesia sangat menjunjung tinggi perilaku tolong - menolong,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang diciptakan untuk berdampingan

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISTIK PADA SISWA SMK BINA PATRIA 2 SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja,

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. ternyata membawa pengaruh dan perubahan perubahan yang begitu besar

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian yang digunakan berjumlah 146 siswa. Tabel 4.1 Subyek Penelitian Sebaran Subyek Penelitian

BAB lv HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sejumlah 30 siswa agar layak dan cukup memenuhi kriteria sampel skripsi.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Data Sebaran Responden

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1, tabel 4.2 dan tabel 4.3 sebagai berikut: Tabel 4.1 Sampel penelitian dilihat dari usia (N=134)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pertolongan orang lain dalam menjalani kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang diciptakan

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA KARANG TARUNA DESA PAKANG NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan tolong menolong. Memberikan pertolongan atau menolong sesama termasuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pramuka merupakan sebutan bagi anggota gerakan Pramuka yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya keteraturan, kedamaian, keamanan dan kesejahteraan dalam

BAB I PENDAHULUAN. selesaikan dalam waktu yang singkat dengan bantuan internet. Informasi

BAB I PENDAHULUAN. Sisten Kredit Semester UKSW, 2009). Menurut Hurlock (1999) mahasiswa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan kemajuan teknologi dan komunikasi pada saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. tolong menolong antara sesama. Globalisasi juga berperan membuat hubungan

BAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan mewujudkan potensinya menjadi aktual dan terwujud dalam

BAB I PENDAHULUAN. tantangan. Restu dan Yusri (2013) mengungkapkan bahwa mitos yang sering

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU ALTRUISME PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. Salatiga pada kelas V A dan V B. Populasinya adalah seluruh siswa kelas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memerlukan sarana dan prasarana umum yang memenuhi semua aspek kehidupan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. komunitas Save Street Child yang ikut mengajar anak-anak jalanan atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Konsep diri adalah gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DENGAN KEMANDIRIAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. negeri dan swasta se-kota Salatiga Sebanyak 42 orang. Tabel 4.1 Deskripsi jumlah subyek No SMP Guru BK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Garmen. Dimana jurusan ini diambil pada saat kelas X. SMK Muhammadiyah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada dimasyarakat dan biasanya dituntut untuk dilakukan (Staub, dalam Baron

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Gedung SMP Negeri 1 Gemawang terletak di Jl. Muncar Kecamatan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. dengan apa yang ia alami dan diterima pada masa kanak-kanak, juga. perkembangan yang berkesinambungan, memungkinkan individu

TINGKAH LAKU PROSOSIAL

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peristiwa merosotnya moral di kalangan remaja, akhir-akhir ini

TINGKAH LAKU ALTRUISTIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan pepatah berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Nilai kesetiakawanan,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. SMP N 3 Pabelan terletak di desa Tukang Kec. Pabelan, kira-kira 7 km dari kota

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KEMAMPUAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 CEPU, BLORA

BAB I PENDAHULUAN. belajar mengenali kemampuan diri dan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. forum diskusi ilmiah, mempraktikkan ilmu pengetahuan di lapangan, dan. juga dibutuhkan pula oleh orang lain (Zuhri, 2011).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mencetak generasi penerus bangsa. Apabila output dari proses pendidikan ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. SMP N 1 Bancak terletak di desa Rejosari Kec. Bancak, Jl. Rejosari-

BAB I PENDAHULUAN. sudut pandang saja. Sehingga istilah pacaran seolah-olah menjadi sebuah

BAB IV HASIL PENELITIAN. penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia dan IPK dapat dilihat pada tabel 4.1, 4.2, 4.3. Tabel 4.1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Salatiga. Surat ijin dari fakultas pada tanggal 26Juli 2013, Diantar ke Progdi

BAB I PENDAHULUAN. juga memiliki akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Sebagai

BAB V DISKUSI, KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, namun cenderung rasa penasaran itu berdampak negatif bagi remaja,

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Frekuensi jenis Kelamin

BAB I PENDAHULUAN. untuk pembentukan konsep diri anak menurut (Burns, 1993). bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses hidup, manusia selalu membutuhkan orang lain mulai dari lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan komunikasi saat ini, banyak orang

Skala Sikap Prososial

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku altruistik adalah salah satu dari sisi sifat manusia yang dengan rela untuk berbuat sesuatu untuk orang lain, tanpa berharap mendapatkan imbalan apa pun, sebaliknya egoisme menggunakan kepentingan sendiri di atas kepentingan orang lain untuk mengejar kesenangan (Sears dkk,1994). Perilaku altruis didasarkan pada sikap empati yang cukup besar terhadap orang lain. Seseorang yang memiliki perilaku altruis cenderung untuk lebih mau peduli dan memperhatikan orang lain yang membutuhkan suatu pertolongan. Perilaku tolong menolong selalu diajarkan dalam suatu keluarga sejak masa kecil seseorang. Dalam keluargapun, seorang anak diajarkan untuk mau menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan ataupun balasan. Namun di dalam praktiknya, seringkali ajaran orang tua mengenai sikap tolong menolong pun tidak terlaksana dengan seharusnya. Masih banyak orang yang mengharapkan imbalan sebagai balasan atas perlakuannya menolong orang lain. Dalam kehidupan remaja pun tidak jauh berbeda. Menurut Hamidah (dalam Arif, 2010), remaja cenderung egois dan berbuat untuk mendapatkan suatu imbalan (materi). Remaja sering kali meminta upah atau imbalan ketika mereka harus menolong orang lain bahkan kepada orang tuanya sekalipun. Meminta imbalan menimbulkan dampak yang cukup buruk bagi perkembangan sosial remaja, terutama di kota-kota besar. Karena sikap seperti 1

ini akan menimbulkan ketidak pedulian remaja terhadap lingkungan sekitarnya. Sikap ini membuat norma-norma di masyarakat mulai pudar, karena remaja lebih mementingkan kepentingan pribadinya dibandingkan kepentingan orang lain. Hal inilah yang menyebabkan kemerosotan moral, etika dan nilai-nilai kesetiakawanan serta sikap tolong menolong, dan yang ada hanyalah sikap egoisme. Kehidupan manusia saat ini banyak dibantu dan dipermudah oleh kemajuan teknologi yang ada. Hal ini menjadi salah satu penyebab kurangnya individu untuk melakukan sosialisasi secara langsung dengan individu yang lain, dan semakin lama membuat manusia menjadi lebih individualis dan hanya mementingkan dirinya sendiri. Nilai yang ada dalam diri manusiapun berubah ketika seseorang sudah tidak peduli dengan orang lain, sudah tidak ada rasa tolong menolong. Terlebih dalam situasi seperti sekarang, setiap orang mempunyai banyak kesibukan dan aktivitas masing-masing yang menyebabkan sifat individualism menjadi ciri yang nampak dalam masyarakat modern saat ini. Sikap individualisme ini merupakan sikap egoisme dimana seseorang sudah tidak peduli lagi dengan masalah orang lain. Sikap individualisme banyak terjadi pada setiap individu baik dewasa maupun remaja, termasuk para mahasiswa. Dalam penelitian Arif (2010), dijelaskan bahwa remaja saat ini sudah tidak mau memperdulikan orang lain. Sikap ini sering dimunculkan oleh remaja zaman sekarang. Terlebih di kota-kota besar, bahkan remaja pun seolah-olah tidak peduli dengan nilai-nilai masyarakat yang ada. Misalnya saja 2

ketika naik bus atau kendaraan umum lain, ada orang tua atau wanita hamil yang harus berdiri berdesak-desakan, sedangkan ada remaja yang mengetahui hal itu namun tetap duduk santai tanpa memperdulikan orang tua atau wanita hamil tersebut. Hal ini menjadi bukti bahwa remaja saat ini tidak lagi memiliki perasaan ingin berkorban untuk orang lain. Bukan hanya di tempat umum, bahkan di sekolah pun. Ketika mengetahui atau melihat temannya yang sedang kesulitan tidak membuat remaja untuk menolong justru menghindar supaya tidak ikut-ikutan terkena masalah dan tidak repot harus menolong orang lain. Sikap kurang peduli terhadap orang lain tidak hanya dilakukan oleh remaja saja namun juga orang dewasa. Peristiwa lainnya, ketika terjadi bencana alam banyak relawan yang dibayar baru mau bekerja, yang acuh tak acuh di lapangan, absent dari tugas yang sudah dijadwalkan Rahmad (dalam Arif, 2010). Ada juga relawan yang mencuri bantuan untuk pengungsi (Ham dalam Arif, 2010), padahal seharusnya seorang relawan menyalurkan bantuan yang dikumpulkan pada pihak-pihak yang berhak menerima seperti korban bencana alam namun relawan justru mengambil bantuan itu untuk dirinya sendiri. Sehingga pertolongan dan bantuan yang diberikan kepada para korban tidak mencapai ke tujuan. Dari berbagai peristiwa relawan bencana yang mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri dapat diketahui bahwa individu saat ini sudah tidak peduli dengan individu lain, tidak mau berkorban untuk orang lain, tidak menghormati orang yang lebih tua, menolong individu lain, memperhatikan 3

dan membantu individu lain. Contoh lain yaitu ketika terjadi kecelakaan lalu lintas di jalan raya, sebagian masyarakat lebih banyak yang menonton dari pada memberikan pertolongan, ataupun dalam peristiwa-peristiwa tawuran atau perkelahian antara remaja, masyarakat juga tidak ikut melerai ataupun menolong dengan segara korban yang terluka Susanto (Arif, 2010). Perlu adanya bimbingan dan pendidikan yang lebih kepada para remaja, baik melalui orang tua, guru, maupun lingkungan masyarakat untuk lebih mengembangkan moral. Perlu adanya pendidikan yang melatih dan mendidik remaja agar menjadi orang yang mau peduli terhadap orang lain dan mau menolong orang lain yang mengalami kesulitan dengan sukarela dan iklhas tanpa mengharapkan suatu imbalan apapun. Remaja juga perlu dibimbing agar mampu peduli terhadap penderitaan orang lain dan memiliki sikap altruis. Cohen (Staub, 1978) aspek-aspek perilaku altruis yaitu: keinginan untuk memberi, empati, sukarela tidak mengharapkan imbalan. Perilaku altruis dipengaruhi sikap empati, sehingga seseorang yang altruis mampu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Salovey dan Mayer (Shapiro, 1999) menjelaskan bahwa kualitas-kualitas emosional yang penting bagi keberhasilan, di antaranya adalah empati, mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan memecahkan masalah pribadi, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, dan sikap hormat. Kecerdasan emosional dapat membantu untuk mengendalikan dan memahami akan perasaan diri sendiri maupun orang lain, dan memampukan untuk mau mengerti orang lain. 4

Dari beberapa uraian mengenai perilaku remaja yang tidak lagi peduli kepada orang lain, dapat diketahui bahwa pada saat ini, remaja kurang memiliki sikap altruis. Hal ini dapat dilihat melalui fenomena-fenomena yang terjadi, serta ketidak pedulian remaja dan individu sekarang dalam hubungannya dengan orang lain. Remaja juga masih dikendalikan oleh rasa egois yang tinggi yang membuatnya lebih mementingkan dirinya sendiri daripada kepentingan orang lain. Dalam perilaku altruis, faktor dalam diri yaitu mood atau suasana hati dapat mempengaruhi seseorang untuk menolong. Emosi positif akan meningkatkan perilaku altruis, sedangkan emosi negatif memungkinkan seseorang untuk menolong lebih kecil sehingga sangat penting untuk mengelola dan mengatur emosi dengan baik agar dapat berperilaku altruis (Hunaini, 2012). Membina hubungan merupakan salah satu aspek penting dalam kecerdasan emosional. Bagaimana seseorang mampu berkomunikasi dengan orang lain sehingga mampu membaca situasi yang terjadi pada orang tersebut hal ini akan mempengaruhi seseorang tersebut dalam melakukan tindakan altruis (Hunaini, 2012). Dalam Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tanggal 11 Juni 2008 mengenai Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor disebutkan bahwa ekspektasi kinerja konselor dalam menyelenggarakan pelayanan ahli bimbingan dan konseling senantiasa digerakkan oleh motif altruistik, sikap empatik, menghormati keragaman, serta mengutamakan kepentingan konseli, dengan selalu mencermati dampak 5

jangka panjang dari pelayanan yang diberikan. Mengacu pada hal tersebut, maka diharapkan mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling memiliki rasa empati yang tinggi dan memiliki perilaku altruis, sehingga nantinya mampu menjadi konselor yang memenuhi standar kompetensi konselor. Untuk dapat mewujudkan ekspektasi kinerja konselor yang sesuai dengan standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor dalam penyelenggaraan layanan BK tersebut, maka perlu dipersiapkan sejak awal sehingga nantinya setiap guru pembimbing atau konselor mampu menyelenggarakan layanan BK dengan benar dan tepat. Hal ini dapat dimulai dengan mendidik mahasiswa program studi bimbingan dan konseling untuk mampu menumbuhkan rasa empati yang tinggi dan senantiasa digerakkan oleh motif altruis untuk dapat menolong orang lain atau konseli. Berdasarkan hasil wawancara dengan 4 mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling dari angkatan yang berbeda, diketahui bahwa dari 4 mahasiswa yang diwawancarai, hanya 1 mahasiswa yang menunjukkan perilaku altruis. Hal tersebut diketahui berdasarkan jawaban yang diberikan sesuai dengan aspek-aspek dari perilaku altruis menurut Cohen (Staub, 1978). Tiga mahasiswa lainnya kurang menunjukkan perilaku altruis pada aspek perilaku memberi yaitu mengenai memberikan bantuan atau pertolongan secara spontan dan aspek sukarela mengenai tujuan memberikan pertolongan. Berdasar penelitian Arif (2010) yang meneliti mengenai Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan Intensi Altruisme Pada Siswa SMA N 1 Tahunan 6

Jepara, ditemukan hasil bahwa ada hubungan positif antara kecerdasan emosi dengan intensi altruisme pada siswa SMA, artinya semakin tinggi kecerdasan emosi, maka semakin tinggi pula intensi altruis pada siswa. Penelitian yang dilakukan Hunaini (2012) mengenai Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Perilaku Altruistik Pada Siswa SMA N 1 Bangil ditemukan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan dan berkorelasi positif antara kecerdasan emosional dengan perilaku altruistik pada siswa SMA N 1 Bangil. Pujiyanti (2009) meneliti tentang Kontribusi Empati Terhadap Perilaku Altruisme Pada Siswa Siswi SMA Negeri 1 Setu Bekasi ditemukan hasil bahwa kontribusi empati signifikan terhadap altruisme dengan p=0,000. Nilai r= 0,710 dan r square= 0,504. Dari latar belakang tersebut maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti mengenai hubungan antara kecerdasan emosional dengan perilaku altruis pada mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana. Peneliti melakukan pra penelitian dengan menyebarkan skala kecerdasan emosional dan skala perilaku altruistik kepada 30 mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana dan diperoleh hasil sebagai berikut : 7

Tabel 1.1 Kategori Kecerdasan Emosional (Pra Penelitian) Kategori Interval Frekuensi % 109-117 Sangat Rendah 8 26,7 118-125 Rendah 11 36,7 126-133 Sedang 8 26,7 134-142 Tinggi 3 9,9 Total 30 100 Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling memiliki skor kecerdasan emosional pada kategori rendah (36,7%). Tabel 1.2 Kategori Perilaku Altruis (Pra Penelitian) Berdasarkan Tabel 1.2 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling memiliki skor perilaku altruis pada kategori rendah (46,7%). Kategori Interval Frekuensi % 96-107 Sangat Rendah 6 20 108-118 Rendah 14 46,7 119-129 Sedang 8 26,7 130-141 Tinggi 2 6,6 Total 30 100 Tabel 1.3 Korelasi antara Kecerdasan Emosional dengan Perilaku Altruis (Pra Penelitian) EI Altruis Kendall's tau_b EI Correlation Coefficient 1.000.192 Sig. (2-tailed)..146 N 30 30 Altruis Correlation Coefficient.192 1.000 Sig. (2-tailed).146. N 30 30 8

Berdasarkan Tabel 1.3 dapat dilihat hasil korelasi antara kecerdasan emosional dengan perilaku altruis mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana, didapatkan nilai rxy= 0,192 dengan p= 0,146 > 0,05 maka dapat dikatakan tidak ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional perilaku altruis mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana. Berdasarkan hasil pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti, didapatkan hasil yang bertolak belakang dengan penelitian Arif (2010), maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Perilaku Altruis pada Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana. 1.2 Rumusan Masalah Adakah hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan perilaku altruis pada mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui signifikansi hubungan antara kecerdasan emosional dengan perilaku altruis pada mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis : Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi perkembangan bidang ilmu pengetahuan khususnya mengenai hubungan 9

kecerdasan emosional dengan perilaku altruis. Selanjutnya hasil penelitian ini bisa dijadikan salah satu bahan acuan bagi penyusunan materi program pengembangan profesi konselor pada program studi bimbingan dan konseling khususnya yang berkaitan dengan pengembangan kecerdasan emosional serta perilaku altruis pada mahasiswa. 1.4.2 Manfaat Praktis : Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan untuk peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai hubungan antara kecerdasan emosional dengan perilaku altruis pada mahasiswa, sehingga hasil yang diperoleh dapat digunakan demi pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam mengembangkan perilaku altruis. 1.5 Sistematika Penelitian Bab I, Pendahuluan yang mencakup tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. Bab II Landasan Teori yang mencakup pengertian kecerdasan emosional, aspek kecerdasan emosional, faktor kecerdasan emosional, pengertian altruis, aspek-aspek altruis, faktor-faktor yang mempengaruhi altruis, kajian hasil penelitian, dan hipotesis. Bab III Metode Penelitian yang mencakup jenis penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, uji coba instrumen penelitian, dan teknik analisis data. 10

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan yang mencakup deskripsi subyek penelitian, pelaksanaan penelitian, hasil penelitian, analisis korelasi dan pembahasan BAB V Penutup yang berisi, kesimpulan dan saran-saran 11