FTP NASIONAL BARU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perbandingan antara NGN dengan PSTN dan Internet [ 1] Analisa penerapan enum, Nurmaladewi, FT UI, Gunawan Wibisono

Mata Kuliah Jaringan Telekomunikasi dan Informasi /

Makalah Seminar Kerja Praktek PENGGUNAAN SOFTSWITCH PADA VOICE OVER INTERNET PROTOCOL

Implementasi Electronic Number Mapping (ENUM) Berbasis SIP Pada Jaringan Telepon Internet

TUGAS BESAR KINERJA TELEKOMUNIKASI NGN PSTN TO PSDN FOR TEKNOLOGI SOFTSWITCH

Masa Depan Jaringan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi yang bersifat convergence dengan teknologi komunikasi lainnya. Salah

1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan

Overview. Tujuan. Pengantar. Pengantar 12/10/2016. Pertemuan ke 10

Makalah Server VOIP Softswitch. Kelompok 1. XI TKJ 1 SMK N 7 (STM Pembangunan Semarang)

STT Telematika Telkom Purwokerto

56 Jurnal Teknik Elektro Vol. 3 No.1 Januari - Juni STUDI PERENCANAAN JARINGAN SOFTSWITCH PADA LEVEL TRUNK Nur Iksan, Wahyu Dewanto ABSTRAK

FTP Nasional 2000 I - i Pendahuluan

Andrias Danang Suseno Warsun Najib Samiyono. Abstrak

TUGAS BESAR KINERJA TELEKOMUNIKASI. Triple Play. Disusun Oleh : Intan Budi Harjayanti ( )

Agus Setiadi BAB II DASAR TEORI

BAB IV ANALISA PENERAPAN ENUM DI INDONESIA

adalah sebuah aturan atau standar yang mengatur hubungan, komunikasi, dan perpindahan data antara dua atau lebih titik komputer dalam Komunikasi Data

Analisis Pengaruh RSVP Untuk Layanan VoIP Berbasis SIP

DAFTAR ISI RENCANA PENOMORAN

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Kinerja Protocol SCTP untuk Layanan Streaming Media pada Mobile WiMAX 3

Analisis dan Perancangan Quality of Service Pada Jaringan Voice Over Internet Protocol Berbasis Session Initiation Protocol

Andrias Danang Suseno, Warsun Najib, Samiyono

Materi 11 Model Referensi OSI

Perbandingan Kinerja Speech Codec G.711 dan GSM pada Implementasi Softswitch dengan Protokol SIP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Powered by TeUinSuska2009.Wordpress.com. Upload By - Vj Afive -

1. Adanya pertumbuhan permintaan komunikasi suara, data dan gambar. 2. Perlunya kesederhanaan, fleksibilitas dan biaya yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Company Standard. - EIA (Electronic Industries Association) Organisasi yang merupakan perkumpulan pabrik-pabrik elektronika di USA.

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK. Aplikasi dan layanan yang menggunakan jaringan komputer terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Pengantar Tentang VOIP

TUGAS BESAR KINERJA TELEKOMUNIKASI NEXT GENERATION NETWORK PERFORMANCE (NGN) QoS ( Quality Of Service ) Dosen Pengampu : Imam MPB, S.T.,M.T.

Powered by Upload by - Vj Afive -

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan modular dengan berbasis teknologi IP (Internet

Bab I PENDAHULUAN. Voice over Internet Protocol (VoIP) adalah teknologi yang mampu

I. PENDAHULUAN. IP Multimedia Subsystem (IMS) awalnya didefinisikan oleh The 3 rd Generation

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Semua bidang usaha di dunia ini menerapkan teknologi informasi dalam

VoIP. Merupakan singkatan dari Voice over Internet Protocol.

BAB II DEFENISI NGN DAN ENUM

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam industri maupun aktifitas kehidupan. Perkembangan yang ramai

TUGAS BESAR KINERJA TELEKOMUNIKASI NGN PERFORMANCE IP MULTIMEDIA SUBSYSTEM

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya PENS DIGITAL SUBSCRIBER LINE (DSL) Modul 6 Jaringan Teleponi. Prima Kristalina PENS (Desember 2014)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Security in Mobile Applications and Networks

voip Di susun : Fariansyah Gunawan Nim : Semester : IV

VoIP. Merupakan singkatan dari Voice over Internet Protocol.

IP PBX System on Cloud for Next Generation Network. Anton Raharja

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB 2. Pengantar VoIP. Voice over Internet Protocol (VoIP) merupakan teknologi transmisi data

A I S Y A T U L K A R I M A

PENGANTAR TELEKOMUNIKASI

Aplikasi SIP Based VoIP Server Untuk Integrasi Jaringan IP dan Jaringan Teleponi di PENS - ITS

JARINGAN DAN LAYANAN KOMUNIKASI. Program Studi Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro Sekolah Tinggi Teknologi Telkom 2006

Selama tahun 1973, Cerf dan Kahn menyusun beberapa protokol pertama komunikasi data untuk mendukung arsitektur yang mereka miliki

TUGAS AKHIR PERHITUNGAN DAN ANALISA. BANDWIDTH VoIP O L E H WISAN JAYA

TUGAS JARKOM. *OSI Layer dan TCP/IP* A. OSI layer

MODEL REFERENSI OSI HAL PENTING DALAM PERTUKARAN DATA

Pemahaman Interkoneksi. Agus Priyanto

BAB II JARINGAN LOCAL AREA NETWORK (LAN) Jaringan komputer merupakan sekumpulan komputer yang berjumlah

PERANCANGAN IMS BERBASIS SOFTSWITCH PADA WIRELESS CDMA CORE NETWORK DI MEA BANDUNG Dr.Rendy Munadi, Ir, MT 1, Anie Kurniawati 2

JARINGAN KOMPUTER DI SUSUN OLEH : MARINI SUPRIANTY SISTEM KOMPUTER FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Bab 2. Tinjauan Pustaka

MENTERI PERHUBUNGAN MEMUTUSKAN

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

UNIFIED MESSAGING SYSTEM BERBASIS INTERNET PROTOCOL (IP) PADA JARINGAN MOBILE

7.1 Karakterisasi Trafik IP

Agenda. Protokol TCP/IP dan OSI Keluarga Protokol TCP/IP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan kebutuhan yang sangat penting, karena melalui komunikasi kita bisa menyampaikan ide atau

SISTEM KOMUNIKASI ANTAR JARINGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi dapat bermacam-macam. Contohnya , telepon, short messaging. services (SMS), surat, chatting, dan sebagainya.

WIDE AREA NETWORK & ROUTER. Budhi Irawan, S.Si, M.T, IPP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Objek Studi

TELECOMMUNICATIONS & NETWORKS

BAB I PENDAHULUAN. Aktifitas Mahasiswa, dosen dan Karyawan di dalam lingkungan kampus

BAB II TEORI DASAR. Resource Reservation Protocol (RSVP) merupakan protokol pada layer

Catur Hendratmojo, Selo

REVIEW MODEL OSI DAN TCP/IP

PENS. VOICE OVER IP (VoIP): Internet Telephony. Modul 3 Jaringan Teleponi. Prima Kristalina PENS (Pebruari 2015)

12. Internet dan Jaringan Konvergensi

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Pokok Bahasan dan TIU Sub Pokok Bahasan dan TIK Teknik Pembelajaran

BAB 4 IMPLIKASI IMPLEMENTASI FMC TERHADAP REGULASI TARIF, INTERKONEKSI, PENOMORAN, PERIJINAN SERTA TAHAPAN IMPLEMENTASI FMC

Unjuk Kerja QoS (Quality of Services) Jaringan Voice over Internet Protocol Berbasis SIP yang Diimplementasikan pada Jaringan Ethernet Gedung FEB-UKSW

WIDE AREA NETWORK. Gambar Jaringan WAN.

INTEGRASI JARINGAN TELEPON ANALOG DENGAN JARINGAN KOMPUTER DI POLITEKNIK NEGERI BATAM. oleh: Prasaja Wikanta

Hersya Fitri Azzura 1, Dr. Rendy Munadi, Ir., M.T 2, Ratna Mayasari, S.T M.T 3

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA,

TEE 843 Sistem Telekomunikasi. Internet dan Jaringan Konvergensi. Muhammad Daud Nurdin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Komunikasi Data STMIK AMIKOM Yogyakarta Khusnawi, S.Kom, M.Eng. TCP/IP Architecture

FLEXI DAN MIGRASI FREKUENSI

BAB 4 ANALISA DATA. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register. 34 Universitas Indonesia

KAJIAN INTEROPERABILITY MULTI SERVICE ACCESS NODE (MSAN) PADA JARINGAN EXISTING PT. TELKOM

OSI LAYER DAN TCP/IP

BAB II ARSITEKTUR SISTEM CDMA. depan. Code Division Multiple Access (CDMA) merupakan salah satu teknik

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

Muhammad Aswan (L2F008064), Ir. Sudjadi, M.T. ( )

Transkripsi:

FTP NASIONAL BARU - 2007 1

PENDAHULUAN Latar Belakang Telekomunikasi sebagai infrastruktur penting bagi masyarakat dan negara sehingga penguasaannya oleh negara tetap dipertahankan Industri telekomunikasi mengalami perubahan yang sangat dinamis: teknologi, aplikasi, layanan, tuntutan pengguna. Perkembangan teknologi jaringan yang secara konvergen mengarah pada IP based Dorongan (dari luar) agar telekomunikasi sebagai komoditas yg dapat diperdagangkan Kurangnya alih teknologi dan peningkatan SDM 2

PENDAHULUAN Latar Belakang Munculnya layanan-layanan baru yang mengintegrasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan memperkecil digital divide. Regulasi yang sinergis dengan kemajuan teknologi. Perubahan tatanan penyelenggaraan telekomunikasi dari monopoli menjadi kompetisi dan tuntutan peran regulator yang independent. 3

PENDAHULUAN TUJUAN 1. Menunjukkan arah perencanaan teknik jangka menengah (5 sampai 7 tahun), yang dapat direvisi apabila diperlukan. 2. Mengatur aspek teknis yang berlaku secara umum. 3. Menjadi landasan kebijakan manajerial yang mempunyai implikasi teknis. 4. Sebagai pedoman bagi perencanaan, pembangunan dan operasi. 4

PENDAHULUAN Kerangka Infrastruktur/jaringan eksisting Jaringan masa depan (NGN) : arsitektur dan karakteristik Interoperabilitas dan skenario migrasi menuju NGN 5

PENDAHULUAN Jaringan Telekomunikasi Nasional Saat Ini - Jaringan PSTN & PLMN (Mayoritas) 6

PENDAHULUAN Jaringan Telekomunikasi Nasional Saat Ini PSTN (Sebagian Kecil) 7

PENDAHULUAN Jaringan Masa Depan Badan Standar 8

081320393393 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 # PENDAHULUAN Jaringan Masa Depan Arsitektur Umum Service Domain APPLICATION LAYER Voice Data CONTROL LAYER IP/ATM Backbone IP Multimedia Access CONNECTIVITY LAYER Access Access Access 9

PENDAHULUAN Jaringan Masa Depan Karakteristik Dasar Transfer data berbasis paket (IP) Adanya pemisahan fungsi kontrol, fungsi fransport/bearer (switching), sesi panggilan/komunikasi (signaling), dan aplikasi/layanan (fitur) Pemisahan antara penyediaan layanan dari infrastruktur jaringan, dan penyediaan layanan menggunakan antarmuka terbuka. Mendukung layanan yang luas, aplikasi dan mekanisme pemakaiannya berdasarkan building block (moduler). Mempunyai kapabilitas broadband dengan jaminan QoS secara end-to-end dan transparan. 10

PENDAHULUAN Jaringan Masa Depan Karakteristik Dasar Dapat mengakomodasi (interworking) dengan jaringan yang telah ada melalui antarmuka yang bersifat terbuka. Mobilitas secara general Adanya kebebasan mengakses oleh pengguna untuk memilih service provider. Menyediakan beberapa pilihan identitas yang dapat diakomodasi oleh sistim pengalamatan IP untuk ruting pada jaringan. Mengarah ke penyatuan layanan tetap dan bergerak Tidak adanya kebergantungan antara jenis layanan dengan teknologi / lapis transport. Mematuhi persyaratan yang ditetapkan regulator. 11

PENDAHULUAN Jaringan Masa Depan Prinsip Migrasi ITU-T Pemisahan antara lapis kontrol, transport, service, dan management. Minimisasi cost baik untuk infrastruktur jaringan maupun maintenance Memanfaatkan sebesar-besarnya sumber daya yang telah ada ada Mengusahakan QoS menyamai atau lebih baik dari sebelumnya. Gunakan teknologi baru secara optimal Usahakan secepatnya dalam penerapan service dan teknologi baru agar dapat segera memanfaatkan aplikasi baru. Penerapan mekanisme provisi agar memungkinkan pengguna dapat secara penuh menggunakan aplikasi dan sumber daya. 12

081320393393 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 # Migrasi menuju NGN* Today Tomorrow Service Domain APPLICATION LAYER Service platform OA & M platform Service platform OA & M platform Service platform OA & M platform Service platform OA & M platform Voice Data IP Multimedia PSTN/ISDN PLMN Internet CATV/HFC Migration CONTROL LAYER IP/ATM Backbone CONNECTIVITY LAYER Access Access Access Access 13

Skenario Migrasi ITU-T 14

Skenario Migrasi ITU-T 15

Skenario Migrasi ITU-T 16

Skenario Migrasi ITU-T 17

Migrasi pada PLMN (selular)* Pola migrasi secara umum (IPCC) 18

PENDAHULUAN Jaringan Masa Depan Saran Migrasi Untuk Indonesia Untuk PSTN/ISDN dan PLMN 1. Pada tingkat backbone : pembangunan jaringan IP (jaringan router) dengan memperhatikan trafik eksisting dan prediksi ke depan serta memperhatikan interoperabilitas dan meminimalkan dampak negatif mutu pelayanan. 2. Pada tingkat metro junction (jaringan kota): migrasi sebagian besar dengan penyerupaan (emulation) softswitch class 4 dan sebagian kecil (untuk yang potensi trafik data dan multimedianya tinggi) dapat langsung dengan class 5. Selanjutnya secara bertahap class 4 semakin berkurang dan class 5 semakin bertambah. 3. Untuk selular dapat langsung migrasi dengan emulasi softswitch. 4. (Perlu disusun jadwal migrasi yang disesuaikan dengan kesiapan Indonesia) 19

Fundamental Technical Plan (FTP) Isi : (mengadopsi rekomendasi ITU-T, IETF, IEEE) 1. Rencana Penomoran dan Pengalamatan (Addressing) 2. Rencana Interkoneksi Antar Jaringan (Interconnection Plan) 3. Rencana Pembebanan (Charging Plan) 4. Rencana Ruting (Routing Plan) 5. Rencana Transmisi (Transmission Plan) 6. Rencana Interoperabilitas dan Pensinyalan (Interoperability and Signaling Plan) 7. Rencana Sentral (Switching Plan) 8. Rencana Ketersediaan dan Keamanan (Availibility and Security Plan) 9. Rencana Manajemen Jaringan (Network Management Plan) 10. Rencana Akses Pelanggan dan Terminal 11. Rencana Penyelenggaraan dan Mutu Pelayanan. 20

Rencana Penomoran dan Pengalamatan (Addressing) Rencana penomoran dan pengalamatan utama dalam jaringan telekomunikasi berbasis IP di Indonesia menggunakan URL (Uniform Resource Locator) dan ITU-T E.164. Penomoran ITU-T E.164 dapat dipetakan terhadap alamat URL. Pemetaan nomor telepon E.164 ke skema pengalamatan IP disebut 21

Rencana Penomoran dan Pengalamatan (Addressing) Pemetaan nomor telepon E.164 ke skema pengalamatan IP disebut ENUM ENUM didefinisikan oleh Internet Engineering Task Force (IETF) in RFC3761 sebagai : Pemetaan nomor telepon ke Uniform Resource Identifiers (URIs) menggunakan Domain Name System (DNS) dalam domain e164.arpa Tujuan penggunaan ENUM adalah untuk interworking dengan PSTN/ISDN Dalam jaringan berbasis IP, Number Portability secara sistem telah diimplementasikan Number Portability diimplementasikan dengan adanya DNS (Domain Name Server) 22

Rencana Penomoran dan Pengalamatan (Addressing) Prosedur pemanggilan menggunakan ENUM 23

Rencana Interkoneksi Antar- Jaringan (Interconnection Plan) Hakekat interkoneksi antar-jaringan adalah interkoneksi antar sentral gerbang. Untuk menjamin kelancaran interoperabilitas yang efisien, maka perlu diatur tentang mekanisme interkoneksi antara lain dimungkinkan interkoneksi dalam satu kota; dan kepada penyelelenggara yang memerlukan interkoneksi, wajib menyesuaikan halhal teknis yang berkaitan dengan kelancaran interoperabilitas termasuk pengadaan perangkat tambahan yang diperlukan untuk beroperasinya interkoneksi. 24

Rencana Interkoneksi Antar- Jaringan (Interconnection Plan) Untuk keperluan interkoneksi antar jaringan, khususnya saat migrasi dari Jaringan Existing saat ini ke Jaringan Masa Depan, maka perlu inventarisasi dan pengaturan/standarisasi secara nasional penggunaan : Interface/protokol/signaling baik UNI maupun NNI khususnya dualisme: SIP vs H.323, SigTran vs Megaco/H.248, MGCP vs H.248 VoIP Codec (G.711, G723, G729 dll) Video Codec (MPEG2, MPEG4 dll) 25

Rencana Pembebanan (Charging Plan) Transparansi Pembebanan Kebebasan seorang pelanggan untuk memilih service, termasuk mengetahui jaringan yang dilewatinya dan mengetahui pembebanan yang ditagihkan kepadanya secara transparan Transparannya metoda penghitungan pembebanan suatu layanan berdasarkan parameter-parameter yang digunakan. Untuk mencapai tujuan transparansi ini, dapat dilakukan sistem bilateral atau pemberdayaan clearing house. Peneraan Adanya institusi yang bertugas melakukan peneraan Penyelenggara Jasa wajib melakukan peneraan terhadap meter pembebenan secara berkala 26

Rencana Ruting (Routing Plan) Ruting yang bertalian dengan interkoneksi antar-jaringan, sebagai upaya untuk menjaga mutu pelayanan (QoS) dan efisiensi hubungan ujung-ke-ujung. Ruting internal ialah pengaturan rute di dalam jaringan yang dikelola oleh suatu penyelenggara. Jaringan yang dikelola oleh suatu penyelenggara tersebut dapat memiliki lingkup nasional dan memiliki teknologi yang berbeda-beda. Ruting internal sepenuhnya menjadi urusan dan tanggung jawab masing-masing penyelenggara dan tidak diatur di dalam FTP Nasional ini. Ruting nasional secara teknis harus memungkinkan memilih infrastruktur penyelenggara ke lokasi terdekat jika comply. 27

Rencana Transmisi (Transmission Plan) Melalui WRC 1997, ITU telah mengalokasikan pita frekuensi secara internasional dan boleh dipergunakan oleh semua satelit bergerak dengan keharusan melakukan koordinasi. Selain untuk satelit bergerak, komunikasi satelit disarankan untuk penggunaan-penggunaan berikut ini: Untuk menghubungkan daerah-daerah terpencil, dimana pembangunan sistem transmisi terestrial, karena kondisi geografi, susah dilaksanakan; Sebagai back-up untuk mengatasi kekurangan kapasitas pada sistem transmisi terestrial; Sebagai back-up untuk mengatasi kegagalan pada sistem transmisi terestrial; Untuk pemakaian-pemakaian khusus, seperti komunikasi data melalui VSAT, dimana kemampuan accessibility dari komunikasi satelit dimanfaatkan. 28

Rencana Interoperabilitas dan Pensinyalan (Interoperability and Signaling Plan) Pensinyalan pada interkoneksi antarjaringan di Indonesia menggunakan protokol komunikasi data yang lebih dari satu Kemampuan antarkerja jaringan berbasis IP dan jaringan berbasis circuit switch salah satunya ditentukan oleh proses pemanggilan dari dan ke masing-masing jaringan. Diperlukan suatu proses konversi dari CCS No.7 ke protokol komunikasi data yang dilakukan oleh gerbang pensinyalan 29

Rencana Interoperabilitas dan Pensinyalan Pemetaan protokol dalam jaringan paket (IPCC) Access Applications Access SIP Proxy SS7 SS7 Signaling Gateway SIP/ SIP-T SIP/ SIP-T Telephone SIP SIP Telephone PSTN TDM TDM/ ISDN Media Gateway Controller MGCP/ H.248 Media Gateway RTP SIP/ MGCP/ H.248 Application Server SIP Media Server RTP IP/MPLS/ATM RTP IP Phone RTP Media Gateway Controller MGCP/ H.248 GR-303/ V.52 IP/MPLS/ ATM PSTN Ethernet Switch Access Gateway IAD IP-PBX H.323/ SIP IP Phone IP Phone Soft Phone H.323 SIP PC Telephon e 30

Rencana Interoperabilitas dan Pensinyalan Contoh Interoperabilitas (ref-isc) VoIP Tandem Switching 31

Rencana Interoperabilitas dan Pensinyalan Contoh Interoperabilitas (ref-isc) All-IP Network (DCS/SIP) 32

Rencana Interoperabilitas dan Pensinyalan Contoh Interoperabilitas (ref-isc) Wireline Network (NCS/MGCP) 33

Rencana Interoperabilitas dan Pensinyalan Contoh Interoperabilitas (ref-isc) POTS over IP 34

Rencana Interoperabilitas dan Pensinyalan Contoh Interoperabilitas (ref-isc) Access Network (V5.2/ISDN/GR-303) over IP 35

Rencana Interoperabilitas dan Pensinyalan Contoh Interoperabilitas (ref-isc) Cable Network (PacketCable) 36

Rencana Interoperabilitas dan Pensinyalan Contoh Interoperabilitas (ref-isc) VoDSL / IAD over IP 37

Rencana Interoperabilitas dan Pensinyalan Contoh Interoperabilitas (ref-isc) Wireless 3GPP R99 (NGN) 38

Rencana Interoperabilitas dan Pensinyalan Contoh Interoperabilitas (ref-isc) Wireless 3GPP R4 All IP 39

Rencana Interoperabilitas dan Pensinyalan Contoh Interoperabilitas (ref-isc) W-CDMA Mobile Network 40

Rencana Sentral (Switching Plan) Dengan prinsip ada kebebasan ruting internal di dalam jaringan yang dikelola masing-masing penyelenggara jaringan, maka rencana switching yang terkait dengan masalah intra-jaringan masing-masing penyelenggara jaringan tidak diatur dalam FTP. Sentral untuk jaringan mendatang juga harus mampu mengakomodasi: Kapasitas penomoran Kemampuan ruting Kemampuan memberikan GOS atau QoS yang dipersyaratkan Data trafik, data kegagalan call, data kerusakan yang diperlukan TMN Kemampuan interoperability dengan sentral lain. 41

Keamanan (Availibility and Security Plan) Security: Authentication, & Authorization Integrity Confidentiality and Privacy Non-Repudiation Communications Security and Availability 3GPP Security Attack Mitigation & Prevention Tingkat ketersediaan minimal 99,999% 42

Rencana Manajemen Jaringan (Network Management Plan) Tidak ada TMN Nasional Setiap TMN penyelenggara harus mendukung dan menjamin agar endto-end QoS dan transparency komunikasi tetap terjaga. Adanya kebebasan tiap penyelenggara mempunyai prosedur TMN-nya masing-masing. 43

Rencana Akses Pelanggan dan Terminal Setiap penyelenggara dalam membangun jaringan aksesnya, link aksesnya dapat menggunakan salah satu dari teknologi berikut: Kabel tembaga (interface metalik), sesuai rekomendasi ITU-T Kabel serat optik (interface fotonik) Radio (interface udara). sesuai rekomendasi ITU-R, ETSl GSM Dimungkinkan suatu terminal pelanggan memiliki kemampuan untuk mengakses layanan dari beberapa jaringan akses dengan teknologi yang berbeda Dimungkinkan terminal pelanggan hanya memiliki satu nomor Terminal pelanggan dapat memilih jaringan akses mana dan dari penyelenggara mana untuk mengakses suatu layanan, 44

Rencana Penyelenggaraan dan Mutu Pelayanan 1. Setiap penyelenggara harus memenuhi standar pelayanan (standar wco)** 2. Adanya penyelenggara Jasa Konten 3. Parameter QoS untuk pelayanan 'Packetswitched' 45