PENGARUH PEMBERIAN PAKAN DENGAN LEVEL PROTEIN YANG BERBEDA TERHADAP ENERGI METABOLISME AYAM KAMPUNG

dokumen-dokumen yang mirip
Penggunaan kadar protein berbeda pada ayam kampung terhadap penampilan produksi dan kecernaan protein

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

Kata kunci : Konsumsi, Konversi, Income Over Feed Cost (IOFC), Ayam Kampung, Enzim Papain

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

TEPUNG UBI JALAR SEBAGAI SUMBER ENERGI PAKAN DALAM UPAYA PENINGKATAN KUALITAS KARKAS AYAM PEDAGING

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

PengaruhImbanganEnergidan Protein RansumterhadapKecernaanBahanKeringdan Protein KasarpadaAyam Broiler. Oleh

Ade Trisna*), Nuraini**)

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

PENGARUH PRODUKSI KARKAS AYAM BROLILER YANG DIBERI PAKAN SUPLEMENTASI LIMBAH RESTO MASAKAN PADANG DENGAN KANDUNGAN PROTEIN YANG BERBEDA

PEMANFAATAN STARBIO TERHADAP KINERJA PRODUKSI PADA AYAM PEDAGING FASE STARTER

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 6 minggu dari 12 September 2014 sampai

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

RESPON PENGGANTIAN PAKAN STARTER KE FINISHER TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAN PERSENTASE KARKAS PADA TIKTOK. Muharlien

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p Online at :

NILAI ENERGI METABOLIS RANSUM AYAM BROILER PERIODE FINISHER YANG DISUPLEMENTASI DENGAN DL-METIONIN SKRIPSI JULIAN ADITYA PRATAMA

BAB III MATERI DAN METODE. Februari 2017 di kandang, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

I. PENDAHULUAN. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012) menunjukkan bahwa konsumsi telur burung

Pengaruh Penambahan Tepung Kunyit...Rafinzyah Umay Adha

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

BAB III MATERI DAN METODE. Kampung Super dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2016 dikandang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

PENGARUH METODE DETERMINASI TERHADAP NILAI ENERGI METABOLIS DEDAK PADI

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KETELA RAMBAT (Ipomea Batatas L) SEBAGAI SUMBER ENERGI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI AYAM PEDAGING FASE FINISHER

Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul... Dede Yusuf Kadasyah

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencapai 60%-80% dari biaya produksi (Rasyaf, 2003). Tinggi rendahnya

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang digunakan adalah Itik Peking Mojosari Putih (PMp)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

EFEK ENZIM PAPAIN PADA BERBAGAI PAKAN KANDUNGAN PROTEIN BERBEDA TERHADAP PRODUKSI DAN KECERNAAN PROTEIN AYAM KAMPUNG

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus

Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN FINISHER PERIOD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa

Peubah yang diamati meliputi berat badan awal, berat badan akhir, pertambahan berat badan, konsumsi pakan, feed convertion ratio (FCR), kecernaan

BAB III MATERI DAN METODE. Pertanian, Universitas Diponegoro pada tanggal 22 Oktober 31 Desember 2013.

KEBUTUHAN NUTRISI ITI PEDAGING : SUPRIANTO NIM : I

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

Pengaruh Penggunaan...Trisno Marojahan Aruan

Pengaruh Jenis dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Performans Pertumbuhan dan Produksi Ayam Broiler

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT menciptakan alam semesta dengan sebaik-baik ciptaan. Langit

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi

PEMANFAATAN JAMU AYAM SEBAGAI FEED SUPLEMENT TERHADAP PENINGKATAN PRODUKSI AYAM BURAS DI DESA GARESSI, KECAMATAN TANETE RILAU, KABUPATEN BARRU

PENGARUH PEMBERIAN PROTEIN KASAR DENGAN TINGKAT YANG BERBEDA TERHADAP PERFORMAN AYAM KAMPUNG

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

,Vol. 32, No. 1 Maret 2014

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

I. PENDAHULUAN. dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Puyuh

Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal

KINERJA AYAM KAMPUNG DENGAN RANSUM BERBASIS KONSENTRAT BROILER. Niken Astuti Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, Univ. Mercu Buana Yogyakarta

PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BEBAS PILIH (Free choice feeding) TERHADAP PERFORMANS PRODUKSI TELUR BURUNG PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Kunyit dan Jahe Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian kombinasi tepung keong mas (Pomacea

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan kaidah-kaidah dalam standar peternakan organik. Pemeliharaan

[Evaluasi Hasil Produksi Ternak Unggas]

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

BAB III MATERI DAN METODE

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam kampung jenis sentul

PENGARUH PEMBERIAN TINGKAT PROTEIN RANSUM PADA FASE GROWER TERHADAP PERTUMBUHAN PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK UNGGAS DAN NON RUMINANSIA. Penyusunan Ransum dan Pemberian Pakan Pada Broiler Fase Finisher

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu tipe pedaging, tipe petelur dan tipe dwiguna. Ayam lokal yang tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah,

Transkripsi:

17 Buana Sains Vol 16 No 1: 17-24, 2016 PENGARUH PEMBERIAN PAKAN DENGAN LEVEL PROTEIN YANG BERBEDA TERHADAP ENERGI METABOLISME AYAM KAMPUNG Erik Priyo Santoso dan Eka Fitasari Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Tribhuwana Tunggadewi Abstract The purpose of this research is to determine the level of protein stage that gives the best results against the metabolizable energy of Local Chickens. The results of this research are expected can be a consideration and information about the differences effect of the dietary protein provision to the digestibility of metabolizable energy in Local Chicken, especially in the "New" strain of Local Chickens. This research was conducted at the Field Laboratory of Animal Husbandry, University of Tribhuwana Tunggadewi, Malang and at the Laboratory of Animal Nutrition and Feed, Faculty of Animal Husbandry, the University of Brawijaya in January 2014 until February 2014. The method that used in this research was the biological experimental method and the materials that used are the local chicken which the result of cross-breeding between Kedu's chicken and Male Bangkok's chicken, with a number of materials are 20 materials and the each weight are 800 grams. The conclusion of this research shows that the value of Crude Protein (PK) is proportional to the metabolic energy's value, which is in this research shows that the lower Crude Protein value gives impact on the degradation of metabolizable energy. The metabolizable energy in the P2 treatment provides the best metabolizable energy in the Local Chicken. So it may be advisable to conduct the further research using the same objects and the studies are more diverse, given the object of the research is the "New" strain of Local Chicken. Keywords: Local Chicken, Protein's Level, and Metabolizable Energy. Pendahuluan Kebutuhan energi metabolis untuk ayam kampung periode pertumbuhan sebesar 14% sampai 16%, dan energi berkisar antara 2600 sampai 2900 kkal/kg ransum (Umar et al., 1992). Kedua nutrisi (protein dan energi) secara fisiologi berkaitan dengan protein turnover (siklus tukar protein) dalam tubuh yang merupakan penentu bagi cepat atau lambatnya pertumbuhan. Keberhasilan usaha berternak sangat tergantung kepada 3 faktor utama yaitu: breeding (bibit) yang penekanannya lebih kepada sifat genetis ternak, feeding (tata laksana pemberian pakan), dan manajemen (tata laksana pemeliharaannya). Semakin tinggi kandungan serat kasar dalam suatu bahan makanan maka semakin rendah daya cerna bahan makanan tersebut, sehingga protein yang terdapat dalam makanan tidak dapat dicerna seluruhnya oleh unggas (Wahyu 2004). Ditinjau dari aspek biologis, pertumbuhan ternak serta produksi yang maksimal dapat tercapai apabila dari segi kualitas pakan tersebut mampu mensupalai unsur-unsur nutrisi yang dibutuhkan ternak, serta dari segi kuantitas pemberian pakan dilakukan berdasarkan total kebutuhan nutrisi yang

18 E.P. Santoso&E. Fitasari/Buana Sains Vol 16 No 1: 17-24, 2016 berasal dari bahan pakan yang dibutuhkan oleh ternak. Seiring dengan perkembangan industri perunggasan nasional dan ayam kampung menjadi salah satu variabel didalamnya, maka perkembangan penelitian terhadap pakan ayam kampung tetap menjadi hal yang menarik untuk dikaji. Hal tersebut mengingat beragamnya strain dan jenis ayam kampung yang sudah ada maupun yang masih dalam pengembangan menjadi strain baru. Salah satunya adalah ayam kampung yang dihasilkan oleh seorang peternak di kota Malang, yang menghasilkan strain baru dari hasil persilangan ayam Kedu betina dan pejantan ayam Bangkok. Mengingat strain baru ini dihasilkan berangkat dari pengalaman dan coba-coba, maka sangat minim sekali data tentang ayam tersebut. Untuk itu, menarik dikaji tentang pakan yang diberikan terhadap ayam tersebut. Salah satunya adalah dengan mengkaji pengaruh level protein pada pakan untuk mendapatkan hasil kecernaan yang baik dan seimbang. Peneltian ini bertujuan untuk mencari dan mengetahui level tingkat protein yang memberikan hasil terbaik terhadap energi metabolis pada ayam kampung. Bahan dan Metode Penelitian dilaksanakan bertempat di Laboratorium Lapang Terpadu Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang. Analisis energi metabolisme dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang. Ayam yang digunakan adalah ayam kampung persilangan antara ayam Kedu dengan ayam Bangkok, dengan jenis kelamin jantan sebanyak 20 ekor. Ayam yang digunakan adalah ayam kampung yang berumur 60 hari, dengan bobot rata-rata ayam kampung ± 638.5 gram. Pakan perlakuan adalah pakan dengan tingkat protein yang berbeda yaitu 17, 18, 19, dan 20 %,. Penelitian energi metabolis dilakukan pada umur 60 hari dan dilakukan selama ± 1 minggu, yang meliputi fase adaptasi dan fase pemeliharaan inti. Pakan yang digunakan dalam penelitian pada minggu 1 sampai 3 adalah diberikan pakan komersial. Pada minggu 3 sampai 8 diberikan pakan perlakuan dengan level protein 17, 18, 19, 20 %. Pakan dan kandungan nutrisi pakan digunakan untuk diteliti energi metabolisnya terdapat pada Tabel 1, sedangkan formulasi ransum perlakuan dan analisis kimia terdapat pada Tabel 1. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode percobaan hayati dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Dengan 4 perlakuan yaitu P1, P2, P3, P4 dan masing- masing perlakuan diulang sebanyak 5 (lima) kali sehingga terdapat 20 unit percobaan dan setiap ulangan terdri dari 1 ekor ayam, sehingga ayam yang digunakan sebanyak 20 ekor ayam kampung. Perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut : P1 = Pakan dengan kadar protein 20 % P2 = Pakan dengan kadar protein 19 % P3 = Pakan dengan kadar protein 18 % P4= Pakan dengan kadar protein 17 % Penjelasan ransum perlakuan diatas dapat dilihat pada tabel 2.

19 Tabel. 1 Kandungan Zat Makanan yang Digunakan GE PK LK No Bahan Pakan (kkal/kg) (%) (%) SK (%) Ca (%) P (%) 1 Jagung Kuning 2935.77 1 9.39 1 4.58 1 2.9 1 0.82 2 0.17 2 2 Bekatul 1451.85 10.64 14.42 6.42 0.0618 3 0.16 3 3 4 Konsentrat Comfeed Minyak Kelapa Sawit 2367.06 1 39.71 1 3.91 1 3.74 1 6.87 2 0.59 2 8200 0 100 0 0 0 5 Usfa Mineral 0 0 0 0 55 0 Bungkil 6 2955.05 Kedelei 1 55.98 1 1.22 1 7.78 1 0.87 2 0.5 2 Keterangan : Usfa Mineral produksi Usfa Minyak Kelapa sawit produksi Pt. Smart tbk 1. Hasil Analisa Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Universitas Brawijaya Malang. 2. Hasil Analisis Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang. 3. Hasil analisis Laboratorium Biokimia Universitas Muhammadiyah Malang. Tabel. 2 Ransum Perlakuan Komposisi Bahan Protein 20 % Protein 19 % Protein 18 % Protein 17 % Jagung Kuning 60 60 61.3 64 Bekatul 7 8.6 9.4 9.4 Konsentrat Comfeed 22 22 22 20 Minyak Kelapa Sawit 2 2.6 2.7 2.8 Usfa Mineral 0.5 0.5 0.5 0.5 Bungkil Kedelai 8.5 6.3 4.1 3.3 Total % 100 100 100 100 Analisa Kimia / Hasil Perhitungan Gross Energi (Kkal/kg) 3907.8 Protein Kasar (%) 20.081 Lemak Kasar (%) 7.4453 Serat Kasar (%) 4.4934 Kalsium (%) 1.0297 Pospor (%) 0.4613 3898.7 19.083 7.4247 4.4766 1.0222 0.4461 3889.4 19.083 7.3767 4.5064 0.9473 0.412 Keterangan: Hasil Perhitungan Excel Berdasarkan Kandungan Bahan Pakan 3841.8 17.18 7.604 4.668 0.941 0.400 HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan ransum berimbang tersebut berpengaruh terhadap tingkat konsumsi ayam kampung. Konsumsi pakan ayam kampung selama penelitian ditampilkan pada tabel 3 berikut ini. Tabel 3 tersebut menunjukkan bahwa konsumsi pakan ayam kampung selama 3 hari penelitian adalah 135 gr dengan pemberian harian 45 gr. Jadi, ransum yang diberikan terkonsumsi semua. Kondisi tersebut dapat terjadi dikarenakan diberlakukan pembatasan pakan (restricted feed). Pembatasan pakan ini penting untuk dapat mengontrol pakan yang terkonsumsi sehingga dapat mengetahui tingkat kecernaan pakan ayam kampong. Rataan bobot ekskreta

20 ayam kampung hasil penelitian pada kisaran 43 gr. Ditinjau dari bobot ekskretanya, diindikasikan kecernaan pakan pada penelitian ini cukup baik, dikarenakan ditinjau dari definisi kecernaan pakan yang dinyatakan oleh Murdiati (2002), adalah menghitung banyaknya zat-zat makanan yang dikonsumsi dikurangi dengan banyaknya zat makanan yang dikeluarkan melalui feses. Selain itu, bobot ekskreta tersebut menunjukkan bahwa pakan yang tidak tercerna dan tidak diperlukan dalam tubuh ayam tidak terlalu banyak sesuai dengan pendapat Kartasudjana (2002) yang menyatakan bahwa zat makanan yang terdapat di dalam ekskreta dianggap zat makanan yang tidak tercerna dan tidak diperlukan kembali. Kecernaan setiap bahan makanan atau ransum oleh Frandson (1992), dipengaruhi oleh spesies hewan, bentuk fisik makanan, komposisi bahan makanan atau ransum, tingkat pemberian makanan, temperatur lingkungan dan umur hewan. Kecernaan pakan berarti juga kecernaan bahan pakan yang memiliki kandungan nutrisi berbeda. Salah satu kandungan nutrisi pakan yang penting untuk diketahui tingkat kecernaannya adalah Gross Energy (GE). Tabel 3. Rataan Jumlah Pemberian dan Konsumsi Pakan Harian serta Bobot Ekskreta selama Penelitian. Jumlah Pakan selama Penelitian (g) Jumlah Bobot Ekskreta Perlakuan selama Penelitian (g) Pemberian/Hr Konsumsi 3 Hr P 1 45 135 45 ± 6,3640 P 2 45 135 45 ± 6,3246 P 3 45 135 42,2 ± 5,0695 P 4 45 135 41,4 ± 4,8270 Energi Metabolis Pakan dan Ekskreta Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa kandungan GE pakan penelitian semakin rendah seiring dengan kandungan protein kasar pakan perlakuan. Kondisi ini menurut Frandson (1992), dipengaruhi oleh spesies hewan, bentuk fisik makanan, komposisi bahan makanan atau ransum, tingkat pemberian makanan, temperatur lingkungan dan umur hewan. Ditinjau dari tabel 3 dan tabel 4, dapat diketahui bahwa semakin rendah nilai GE pakan menunjukkan kenaikan tingkat konsumsi pakan, yang dapat terekspresikan dari bobot ekskreta (BK) yang lebih rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Mardiati (2002), yang menyatakan bahwa tingkat energi dalam ransum menentukan banyaknya makanan yang dikonsumsi, konsumsi ransum umumnya meningkat jika ransum yang diberikan mengandung nilai energi yang rendah. Ditinjau dari tabel 3 dan tabel 4, dapat diketahui bahwa semakin rendah nilai GE pakan menunjukkan kenaikan tingkat konsumsi pakan, yang dapat terekspresikan dari bobot ekskreta (BK) yang lebih rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Mardiati (2002), yang menyatakan bahwa tingkat energi dalam ransum menentukan banyaknya makanan

21 yang dikonsumsi, konsumsi ransum umumnya meningkat jika ransum yang diberikan mengandung nilai energi yang rendah. Energi Metabolis Ayam Kampung Energi Metabolis (EM), menurut Anggorodi (1994) merupakan energi makanan dikurangi energi yang hilang dalam feses, pembakaran gas-gas dan urin. EM dalam tubuh, dibagi dalam 2 bentuk yaitu Apparent Metabolizable Energy (AME) dan True Metabolizable Energy (TME). Perbedaan keduanya terdapat pada pengurangan energi endogen dalam feces dan urin, dimana EM yang sudah dikurangi energi endogen tersebut disebut dengan TME. Energi dalam ransum tidak dapat dipergunakan seluruhnya oleh ayam, karena sebagian akan dibuang melalui feses dan urin. Hal ini dikarenakan bahan pakan yang diberikan kepada ayam mengandung protein yang merupakan persenyawaan komponen nitrogen dan dalam perhitungan energi metabolis digunakan perhitungan berdasarkan keseimbangan nitrogen atau zero nitrogen balance, yang diberikan tanda AMEn. Pada penelitian ini digunakan metode penghitungan EM dengan AMEn. Hasil perhitungan nilai AMEn dalam penelitian disajikan pada tabel 5 berikut ini. Tabel 4. Kandungan BK dan GE Pakan Penelitian Pakan No. Perlakuan Konsumsi (gr) BK (gr) Konsumsi/BK GE (kkal/kg) 1 P 1 135 113.87 1.19 3907.8 2 P 2 135 114.67 1.18 3898.7 3 P 3 135 114.28 1.18 3889.4 4 P 4 135 114.53 1.18 3841.8 Tabel 4. Kandungan BK dan GE Ekskreta Penelitian (Lanjutan) Ekskreta No. Perlakuan Bobot (gr) BK (gr) Bobot/BK GE (kkal/kg) 1 P 1 45 39,35 1.14 2939,34 2 P 2 45 39,79 1.13 2797,61 3 P 3 42,2 36,65 1.15 3385,15 4 P 4 41,4 36,51 1.13 3287,27

22 Tabel 5. Rataan Nilai AMEn Hasil Penelitian No. Kode Pakan d ± sd N T Rataan AMEn ± sd 1 P 1 0,36 ± 0,05 3,66 1,13 ± 0,16 2863,55 ± 142,70 2 P 2 0,35 ± 0,05 3,50 1,19 ± 0,17 2900,97 ± 135,40 3 P 3 0,32 ± 0,04 3,30 1,14 ± 0,14 2778,37 ± 129,60 4 P 4 0,32 ± 0,04 3,15 1,17 ± 0,14 2769,56 ± 121,33 Keterangan : d = Rataan Bobot Ekskreta dalam 1 kg Pakan ; N = Kandungan N dalam Pakan ; T = Kandungan N dalam Ekskreta; AMEn = Apparent Metabolizable Energy terkoreksi nilai N ; sd = Standar Deviasi Tabel 5 menampilkan nilai rataan bobot ekskreta dalam 1 kg pakan perlakuan semakin menurun seiring dengan penurunan kandungan PK pakan perlakuan meskipun secara analisa statistik nilai d tidak menunjukkan perbedaan pada antar perlakuan. Hal ini diduga terjadi dikarenakan terdapat kemiripan kemampuan ayam yang digunakan dalam mencerna GE pakan, mengingat pendapat Kartasudjana (2002), bahwa kecernaan dapat dipengaruhi oleh tingkat pemberian pakan, spesies hewan, kandungan lignin bahan pakan, defisiensi zat makanan, pengolahan bahan pakan, pengaruh gabungan bahan pakan, dan gangguan saluran pencernaan. Sejalan dengan Wahyu (2004) yang menyatakan bahwa ransum yang tinggi serat kasarnya akan menghasilkan ekskreta yang lebih banyak, dikarenakan serat kasar yang tidak dicerna dapat membawa zat-zat makanan yang dapat dicerna dari bahan makanan lain keluar bersama-sama dalam ekskreta. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diketahui kandungan N dalam ekskreta berada pada kisaran 1,13 1,19 % dan kandungan N dalam pakan pada kisaran 3,15 3,66 %. Tabel 5 menampilkan data kandungan N tertinggi dalam pakan adalah pada pakan perlakuan P 1. Hal ini sesuai dengan kandungan protein kasar pakan perlakuan P 1 yang tertinggi diantara pakan perlakuan. Kondisi berbeda terjadi pada pakan perlakuan P 2 yang kandungan N dalam ekskreta merupakan yang tertinggi. Tingginya kandungan N dalam eksreta bersesuaian dengan rataan nilai AMEn, dimana nilai AMEn pada perlakuan P 2 juga yang tertinggi nilainya. Kondisi ini sesuai dengan hasil penelitian Ariesta (2011) yang melaporkan bahwa semakin tinggi penggunaan protein menyebabkan jumlah energi tercerna semakin tinggi. Tabel 5 menunjukkan terjadinya penurunan nilai AMEn seiring dengan penurunan kandungan PK pakan perlakuan dari P 1 sampai dengan P 4. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah kandungan PK pakan maka semakin rendah juga nilai AMEn. Namun, kondisi berbeda terdapat pada pakan perlakuan P 2 dimana terdapat nilai AMEn tertinggi. Hasil penelitian ini bersesuaian dengan hasil penelitian Niswi (2012) yang menyebutkan bahwa pada ransum dengan PK pakan 20% dan 19% ternyata

23 sudah mampu menghasilkan konsumsi protein dan kecernaan protein yang tinggi pula. Kondisi ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1992) yang menyatakan bahwa kebutuhan energi metabolis berhubungan erat dengan kebutuhan protein, dan oleh Pesti (2009), dikarenakan level protein dalam pakan merupakan pembatas dalam pertumbuhan dan efisiensi penggunaan pakan merupakan pertimbangan utama. Hasil analisa yang ditampilkan pada tabel 5 menunjukkan bahwa nilai AMEn antar perlakuan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata dan diberi tanda ns. Hal ini sesuai dengan pendapat Achmanu (1992), yang menyatakan bahwa faktor faktor yang mempengaruhi nilai energi metabolis dapat digolongkan dalam dua faktor, yaitu faktor dalam atau intrinsik yang berkaitan dengan pembawaan genetis sehubungan dengan tipe, bangsa, strain, umur dan jenis kelamin serta faktor luar atau ekstrinsik yang merupakan faktor dari luar tubuh unggas misalnya jenis bahan pakan, penggunaan metode determinasi serta lingkungan yang berhubungan dengan ketinggian tempat. Ditambahkan oleh pendapat Fadilah (2004), yang menyatakan bahwa energi metabolis yang diperlukan ayam berbeda, sesuai dengan tingkat umur, jenis kelamin dan cuaca. Namun walaupun dari segi biologis semua parameter menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata maka pertimbangan ekonomi yang menjadi prioritas. Perhitungan PBB, konversi pakan, dan IOFC hasil penelitian Reo (2012) dapat diketahui bahwa hasil terbaik terdapat pada perlakuan P2 dengan kandungan PK pakan 19 %. Kesimpulan Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penurunan kandungan porotein kasar pada ransum akan berpengaruh terhadap penurunan Energi Metabolis. Energi Metabolis pada perlakuan P 2 (PK 19%) memberikan hasil Energi Metabolis terbaik pada ayam kampung. Daftar Pustaka Achmanu, 1992. Pengaruh Faktor Intrinsik dan Ekstrinsik Terhadap Nilai Energi Metabolis Bahan Pakan dan Aplikasinya Dalam Ransum Itik. Desertasi, UNPAD, Bandung. Anggorodi, 1994. Kemajuan Mutakhir Dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas.Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Fadillah, R. 2004. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial. Jakarta: Agromedia Pustaka. Frandson, R.D. 1992. Anatomi Dan Fisiologi. Edisi keempat. Gadjah mada press. Yogyakarta. Kartasudjana. 2002. Sukses Beternak Ayam Ras Pedaging. Jakarta. Penebar Swaday. Murdiati. 2002. Obat Tradisional Melengkapi Obat Konvensional. Dalam Invofet No.093 April. Niswi, N. 2012. efek persentase protein pada ransum ayam kampung terhadap kencana protein. SKRIPSI. Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang. Pesti, G.M., Whiting, T.S., and Jensen, L.S. 2009. The effect of crumbling on the relationship between dietery density and chick growth, feed efficiency and abdominal fat pad weights. Poult. Sci., 62: 490-494. Rasyaf. 1992. Memelihara Ayam Buras. Kanisius.Yogyakarta. Reo. K. 2012. Kajian Kadar Protein Berbeda dalam ransum pakan terhadap penampilan produksi ayam kampung. Universitas Tribhuwana Tunggadewi. Malang.

24 Umar, A., M. Fuah, A. K. Edeng, D. Beria. 1992. Pengaruh tingkat protein dalam ransum terhadap pertumbuhan ayam buras periode grower. Wahyu, J. 2004. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.