PRARANCANGAN PABRIK GLISEROL DARI CRUDE PALM OIL (CPO) DAN AIR DENGAN PROSES CONTINUOUS FAT SPLITTING KAPASITAS TON/TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
Prarancangan pabrik gliserol dari CPO dan air kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

TUGAS PRA RANCANGAN PABRIK GLISEROL DARI CPO (Crude Palm Oil) DAN AIR DENGAN PROSES CONTINUOUS FAT SPLITTING KAPASITAS 44.

Tahun 1770 : Gliserin pertama sekali diidentifikasi oleh. zaitun (olive oil). Tahun 1784, Scheel melakukan penelitian yang sama

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan Asam Salisilat Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES. : jernih, tidak berwarna

BAB II DISKRIPSI PROSES. 2.1 Spesifikasi Bahan Baku, Bahan Pendukung dan Produk. Isobutanol 0,1% mol

Prarancangan Pabrik Nitrogliserin dari Gliserin dan Asam Nitrat dengan Proses Biazzi Kapasitas Ton/ Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB VIII GLISERIN CHOH

PABRIK GLISEROL DARI COTTON SEED OIL DENGAN PROSES HIDROLISA KONTINYU

BAB II DISKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Asan Lemak dari Minyak Kelapa Sawit 1 Kapasitas ton/tahun. Pendahuluan

Prarancangan Pabrik Asan Lemak dari Minyak Kelapa Sawit 1 Kapasitas ton/tahun. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Gliserol dari Epiklorohidrin dan NaOH Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES. Rumus Molekul : C 3 H 4 O 2

PRARANCANGAN PABRIK ACRYLAMIDE DARI ACRYLONITRILE MELALUI PROSES HIDROLISIS KAPASITAS TON/TAHUN BAB II DESKRIPSI PROSES

BAB II DESKRIPSI PROSES. Titik didih (1 atm) : 64,6 o C Spesifik gravity : 0,792 Kemurnian : 99,85% Titik didih (1 atm) : -24,9 o C Kemurnian : 99,5 %

Prarancangan Pabrik Etil Akrilat dari Asam Akrilat dan Etanol Kapasitas ton/tahun BAB II DESKRIPSI PROSES. Rumus molekul : C2H5OH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB II DESKRIPSI PROSES

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

BAB II DISKRIPSI PROSES

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Bromopropiopenon dari Propiopenon dan Bromida Kapasitas ton/tahun

BAB II DESKRIPSI PROSES. Rumus Molekul

II. DESKRIPSI PROSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prarancangan Pabrik Isobutil palmitat dari Asam palmitat dan Isobutanol Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

Lisa Monica Rakhma Yuniar Aulia Ningtyas

Prarancangan Pabrik Sodium Silikat Dari Natrium Hidroksida Dan Pasir Silika Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

PABRIK ASAM OLEAT DARI MINYAK SAWIT MENTAH DENGAN PROSES CONTINUOUS HIGH PRESSURE SPLITTING AND FRACTIONAL DITILLATION L/O/G/O

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRAPERANCANGAN PABRIK KIMIA PRAPERANCANGAN PABRIK ETILEN GLIKOL DENGAN KAPASITAS TON/TAHUN. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik

PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL METAKRILAT DARI ASAM METAKRILAT DAN BUTANOL DENGAN PROSES ESTERIFIKASI KAPASITAS TON/TAHUN

Prarancangan Pabrik Nitrogliserin dengan Proses Biazzi Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

PRARANCANGAN PABRIK DIBUTYL PHTHALATE DARI PHTHALIC ANHYDRIDE DAN N-BUTANOL KAPASITAS TON/TAHUN BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRA RANCANGAN PABRIK KIMIA

1 Prarancangan Pabrik n-butil Metakrilat dari Asam Metakrilat dan Butanol dengan Proses Esterifikasi Kapasitas ton/tahun Pendahuluan

Prarancangan Pabrik Sodium Dodekilbenzena Sulfonat dari Dodekilbenzena dan Oleum 20% Kapasitas Produksi ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Oleh : PABRIK BIODIESEL DARI MINYAK NYAMPLUNG DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI (METODE FOOLPROOF)

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Asam Sulfat Dan Natrium Nitrat Kapasitas Ton Per Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah produksi asam akrilat berikut esternya. Etil akrilat, jenis ester

VII. TATA LETAK PABRIK

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. desinfektan, insektisida, fungisida, solven untuk selulosa, ester, resin karet,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1.2 Kapasitas Pabrik Untuk merancang kapasitas produksi pabrik sodium silikat yang direncanakan harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran dengan Proses Kontinyu Kapasitas 25.

Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

PABRIK GLISEROL DARI CPO DENGAN PROSES CONTINUE FAT SPLITTING PRA RENCANA PABRIK

PRARANCANGAN PABRIK N-BUTIL OLEAT DARI ASAM OLEAT DAN N-BUTANOL KAPASITAS TON / TAHUN

II. DESKRIPSI PROSES

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK KIMIA

BAB I PENDAHULUAN Kapasitas Pabrik Dalam pemilihan kapasitas pabrik acetophenone ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan yaitu:

Prarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Suspensi Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES. Bentuk : cair.

BAB III PERANCANGAN PROSES. bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai

PRARANCANGAN PABRIK METIL SALISILAT DARI METANOL DAN ASAM SALISILAT KAPASITAS TON/TAHUN

Prarancangan Pabrik Alumunium Sulfat dari Asam Sulfat dan Kaolin Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Propilen Glikol dari Proplilen Oksida dan Air dengan Proses Hidrasi Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Lembar Pengesahan... ii. Kata Pengantar... iv. Daftar Isi... v. Daftar Tabel... ix. Daftar Gambar...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Amar Ma ruf D

AGUSTIN MAROJAHAN BUTAR-BUTAR

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Sodium DodekilBenzena Sulfonat Dari DodekilBenzena Dan Oleum 20% dengan Kapasitas ton/tahun.

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Natrium Nitrat dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/tahun

BAB II DESKRIPSI PROSES. Kemurnian : minimal 99% : maksimal 1% propana (CME Group) Density : 600 kg/m 3. : 23,2 % berat dari udara.

PRA-RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN MINYAK MAKAN MERAH DARI CRUDE PALM OIL (CPO) DENGAN KAPASITAS TON / TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK ASAM LEMAK DARI MINYAK KELAPA SAWIT KAPASITAS TON/TAHUN

VII. TATA LETAK DAN LOKASI PABRIK. dan dapat memberikan keuntungan-keuntungan lain. Beberapa hal yang

BAB II PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES. teknologi proses. Secara garis besar, sistem proses utama dari sebuah pabrik kimia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VII TATA LETAK PABRIK. kelancaran proses produksi. Pabrik T-Butyl Alcohol dengan kapasitas

TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK BIODIESEL DARI DISTILAT ASAM LEMAK MINYAK SAWIT (DALMS) DENGAN PROSES ESTERIFIKASI KAPASITAS 100.

BAB I PENDAHULUAN. Kiswari Diah Puspita D

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Prarancangan Pabrik Propilen Glikol dari Proplilen Oksida dan air dengan Proses Hidrasi Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB VII LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK

Pabrik Gliserol Monooleat dari Gliserol dan Asam Oleat dengan proses Esterifikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK VINYL ACETATE DARI ACETYLENE DAN ACETIC ACID KAPASITAS TON/TAHUN

Prarancangan Pabrik Sikloheksana dengan Proses Hidrogenasi Benzena Kapasitas Ton/Tahun BAB II DESKRIPSI PROSES

PRARANCANGAN PABRIK PROPILEN OKSIDA DARI PROPILEN DAN TERT-BUTIL HIDROPEROKSIDA KAPASITAS TON/TAHUN

BAB I PENDAHULUAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN

PRARANCANGAN PABRIK BUTADIENASULFON DARI 1,3 BUTADIENA DAN SULFUR DIOKSIDA KAPASITAS TON PER TAHUN

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Natrium Nitrat dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Perumusan Masalah

PABRIK GLISEROL DARI CPO DENGAN PROSES CONTINUE FAT SPLITTING PRA RENCANA PABRIK

Jurnal Tugas Akhir Teknik Kimia

Prarancangan Pabrik Isopropanolamin dari Propilen Oksida dan Amonia Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan pabrik isopropil asetat dari asam asetat dan propilen kapasitas ton / tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

Transkripsi:

TUGAS AKHIR PRARANCANGAN PABRIK GLISEROL DARI CRUDE PALM OIL (CPO) DAN AIR DENGAN PROSES CONTINUOUS FAT SPLITTING KAPASITAS 44.000 TON/TAHUN Oleh : NAMA : M A H A N I NIM : D.500 040 051 NIRM : 04 6 106 03050 50051 Dosen Pembimbing : Farida Nur Cahyani, S.T., M.Sc. Denny Vitasari, S.T., M.Eng.Sc. JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

1 Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan industri di Indonesia semakin meningkat. Kemajuan ini tampak dengan semakin banyak berdirinya pabrik yang mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi, serta meningkatnya industri barang untuk modal termasuk industri mesin dan peralatan. Istilah gliserol digunakan untuk zat kimia yang murni, sedang gliserin digunakan untuk istilah hasil pemurnian secara komersial (Kirk Othmer, 1966). Pada penganekaragaman industri kimia khususnya, gliserol adalah salah satu bahan yang penting di dalam industri. Gliserol adalah bahan yang dibutuhkan pada berbagai industri, misalnya: obat-obatan, bahan makanan, kosmetik, pasta gigi, industri kimia, larutan anti beku, dan tinta printer. Jika dilihat dari banyaknya kebutuhan gliserol di Indonesia, maka untuk mencukupi kebutuhan bahan gliserol di Indonesia masih didatangkan dari luar negeri. Pertimbangan utama yang melatarbelakangi pendirian Pabrik Gliserol ini pada umumnya sama dengan sektor-sektor industri kimia yang lain, yaitu mendirikan suatu pabrik yang secara sosial-ekonomi cukup menguntungkan. Pendirian Pabrik Gliserol ini cukup menarik karena belum adanya Pabrik Gliserol di Indonesia, dan juga karena prospeknya yang menguntungkan di masa mendatang. Pada tahun 2010 diperkirakan minyak sawit (Crude Palm Oil) Indonesia menjadi nomor satu dalam jumlah produksi dunia. Sedangkan sampai tahun 2020 akan mencapai 20-25% produksi dunia. Di Indonesia, produksi Crude Palm Oil (CPO) dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2000 mengalami kenaikan, dengan rata-rata kenaikan per tahun adalah 13,5%. Pada tahun 2004 produksi Crude Palm Oil (CPO) di Indonesia sudah hampir mendekati produksi minyak sawit Malaysia, yaitu 11,6 juta ton, dimana Malaysia memproduksi 13 juta ton. Kecenderungan ini 1

2 Pendahuluan akan terus meningkat sampai tahun 2010, dimana Indonesia akan dapat unggul dalam produksi Crude Palm Oil (CPO) Indonesia tahun 1999-2010. Di samping itu, dilihat dari kebutuhan Gliserol yang semakin meningkat di Indonesia, maka Pabrik Gliserol ini layak didirikan atas dasar pertimbangan: 1. Sebagai pemasok bahan baku untuk industri-industri farmasi dan kosmetik dalam negeri. 2. Mengurangi jumlah impor gliserol sehingga dapat menghemat devisa negara. 3. Memacu tumbuhnya industri lain yang memerlukan gliserol sebagai bahan baku. 4. Membuka lapangan kerja baru. 1.2 Kapasitas Perancangan Dalam mendirikan Pabrik Gliserol ini didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu: 1.2.1. Prediksi Kebutuhan dalam Negeri Kapasitas Pabrik Gliserol ditentukan berdasarkan kebutuhan impor dalam negeri yang berasal dari negara lain. Hal ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 1.1. Data Kebutuhan Impor Gliserol Tahun 2001-2005 No Tahun Kebutuhan Impor (ton/tahun) 1 2000 59.266 2 2001 232.252 3 2002 74.326 4 2003 83.833 5 2004 66.348 6 2005 215.089 (Badan Pusat Statistik, 2000-2006)

3 Pendahuluan Berdasarkan tabel 1.1 di atas, maka dapat dibuat suatu persamaan linier agar dapat memperkirakan kebutuhan gliserol di Indonesia pada tahun 2012. K apas itas Im por (Ton/Ta 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 0 y = -6356.8x 4 + 5E+07x 3-2E+11x 2 + 2E+14x - 1E+17 R 2 = 0.8533 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Tahun Gambar 1.1 Grafik Kebutuhan Impor Gliserol di Indonesia Dari grafik di atas, dapat diperoleh persamaan linier yaitu y = -6356,8 x 4 + 5.10 7 x 3-2.10 11 x 2 + 2.10 14 x -10 17. Sehingga, dapat diperkirakan kapasitas impor Gliserol pada tahun 2012 adalah 200,262 ton/tahun. 1.2.2. Ketersediaan Bahan Baku Bahan baku untuk memproduksi Gliserol adalah CPO (Crude Palm Oil) dan air. Dilihat dari ketersediaan bahan bakunya di Indonesia, maka Pabrik Gliserol ini layak didirikan di Indonesia, mengingat Indonesia termasuk salah satu negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar di dunia. 1.2.3. Kapasitas Minimal Dari Faith Keyes, 1961, 4 ed. Industrial Chemicals diperoleh kapasitas yang menguntungkan untuk Pabrik Gliserol antara 6.000-600.000 ton/tahun.

4 Pendahuluan Kapasitas Pabrik Gliserol yang telah berdiri, antara lain: Tabel 1.2. Data Kapasitas Pabrik Gliserol yang Telah Berdiri No. Penghasil Gliserol Kapasitas (Ton/tahun) 1. Cognis, Cincinnati, Ohio. 29.483,506 2. Colgate-Palmolive, Jeffersonville, Ind. 9.071,848 3. Crompton, Mapleton, Ill. 9.071,848 4. Crompton, Memphis, Tenn. 13.607,772 5. Dial, Montgomery, Ill. 13.607,772 6. Dow, Freeport, Texas. 63.502,936 7. Lever, Hammond, Ind. 11.339,81 8. Lonza, Painesville, Ohio. 9.071,848 9. Marietta American, Olive Branch, Mississipi. 907,1848 10. Procter & Gamble, Ivorydale, Ohio. 68.038,86 11. Starchem, Fostoria, Texas. 9.071,848 12. Uniqema, Chicago, Ill. 15.875,734 Ketiga data di atas dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan kapasitas rancangan Pabrik Gliserol ini. Oleh karena itu, dari ketiga data di atas, ditetapkan kapasitas rancangan Pabrik Gliserol yang layak didirikan pada tahun 2012 sebesar 44.000 ton/tahun. 1.3 Pemilihan Lokasi Pemilihan lokasi pabrik akan sangat menentukan kelangsungan dan perkembangan suatu industri. Berdasarkan pengamatan, Rokan Hilir, Riau, dirasa cocok sebagai tempat untuk mendirikan Pabrik Gliserol. Secara teoritis, pemilihan lokasi pabrik didasarkan pada 2 faktor, yaitu faktor utama dan faktor pendukung.

5 Pendahuluan 1.3.1 Faktor Utama dalam Pemilihan Lokasi Pabrik 1. Sumber Bahan Baku Berdasarkan data statistik (BPS Semarang, 2002), Rokan Hilir, Riau merupakan daerah terbesar penghasil Crude Palm Oil (CPO). Bahan baku diperoleh dari beberapa pabrik yang berlokasi di Rokan Hilir, Riau. Pabrik-pabrik tersebut antara lain: a. PT GUNUNG MAS RAYA b. PT LAHAN TANI SAKTI c. PT SALIM IFO MAS PRATAMA d. PT TUNGGAL MITRA PLANTATION 2. Letak Pasar Gliserol merupakan bahan baku yang secara luas digunakan dalam industri, antara lain: 1. Industri farmasi, 2. Industri bahan makanan dan monogliserida, 3. Industri sabun dan pasta gigi, 4. Industri bahan peledak, 5. Industri rokok, 6. Industri kimia lain (Alkil resin, Cellophone, pelumas, keramik, produk fotografi dan kosmetik). Secara astronomis, Propinsi Riau terletak di 1 o 31-2 o 25 LS dan 100 o -105 o BT serta 6 o 45-1 o 45 BB. Pada Atlas Indonesia, dapat dilihat letak propinsi Riau yang sangat strategis, yaitu dekat dengan Selat Malaka, yang merupakan pintu gerbang perdagangan Asia Tenggara khususnya, dekat dengan Pulau Batam yang terkenal dengan pusat industri, dekat dengan negara Malaysia dan Singapura yang merupakan negara tetangga terdekat yang mempunyai banyak industri. mempunyai industri. Dilihat dari letaknya yang banyak berdekatan

6 Pendahuluan dangan lokasi industri yang lain, sangat menguntungkan bila didirikan pabrik di daerah Riau, akan lebih memudahkan untuk pemasaran produk, baik ekspor maupun impor. Lokasi Pendirian Pabrik Gliserol Gambar 1.2. Peta Lokasi Pendirian Pabrik 3. Fasilitas Transportasi Transportasi Darat Wilayah Riau bila dilihat dari Atlas Indonesia, tampak bahwa Riau merupakan wilayah dataran rendah. Sehingga, untuk transportasi darat berupa jalan raya sudah cukup memadai. Distribusi produk melalui darat dapat dilakukan,

7 Pendahuluan terutama untuk pemasaran produk Gliserol ke daerah-daerah yang dapat dijangkau dengan jalur darat. Transportasi Laut Riau memiliki pelabuhan laut utama, yaitu Pelabuhan Bengkalis, yang letaknya di ujung utara Propinsi Riau, di Selat Malaka. Adanya pelabuhan ini memudahkan untuk distribusi produk Gliserol. Transportasi Udara Fasilitas transportasi udara yang ada di Riau adalah Bandar Udara Simpang Tiga yang berada di ibukota Propinsi Riau, Pekanbaru. Dengan memanfaatkan fasilitas transportasi udara dapat juga memperlancar distribusi produk Gliserol. 4. Tenaga Kerja Riau merupakan salah satu daerah yang menjadi tujuan bagi para tenaga kerja, karena letak Riau yang begitu strategis sebagai kawasan industri Sumatera. 5. Utilitas Fasilitas utilitas meliputi penyediaan air, bahan bakar dan listrik. Kebutuhan listrik dapat dipenuhi dengan listrik dari PLN (Perusahaan Listrik Negara). Untuk sarana penyediaan air dapat diperoleh dari air sungai. Di Propinsi Riau banyak terdapat sungai, seperti Sungai Rokan, Sungai Tapung, Sungai Mandau, Sungai Batang Inderagiri, Sungai Siak, Sungai Kampar dan masih banyak lagi. Untuk penyediaan air di Pabrik Gliserol ini, dipilih dari sungai Rokan (baik Sungai Rokan Kanan maupun Sungai Rokan Kiri), karena lokasi pendirian Pabrik Gliserol berada di daerah Rokan Hilir yang dekat dengan lokasi pemasok CPO dan lebih dekat dengan palabuhan.

8 Pendahuluan Sedangkan bahan bakar industri berupa minyak bumi, dapat dipasok dari Dumai, yang terdapat tambang minyak bumi. 1.3.2 Faktor Pendukung dalam Pemilihan Lokasi Pabrik 1. Harga Tanah dan Gedung Riau bukan daerah metropolis, sehingga harga tanah dan bangunan di Riau diperkirakan masih dapat dijangkau. Daerah Riau merupakan dataran rendah yang banyak memiliki alam sungai dan rawa. 2. Kemungkinan Perluasan Pabrik Riau merupakan daerah yang belum padat penduduk, daerahnya banyak rawa, sehingga dimungkinkan masih banyak terdapat lahan yang dapat dimanfaatkan untuk perluasan area pabrik. 3. Tersedianya Fasilitas Servis Banyaknya industri yang telah berdiri di Riau, membuktikan bahwa fasilitas servis di Riau cukup memadai, atau setidaknya tidak begitu sulit untuk memperoleh fasilitas servis. Selain itu, letaknya yang strategis untuk industri akan semakin mempermudah dalam hal fasilitas servis. 4. Tersedianya Air yang Cukup Air untuk proses dalam pabrik, dapat menggunakan air sungai. Di Propinsi Riau banyak terdapat sungai, seperti Sungai Rokan (400 km), Sungai Tapung, Sungai Mandau, Sungai Batang Inderagiri (500 km), Sungai Siak (300 km), Sungai Kampar (400 km) dan masih banyak lagi. Sungai yang dipilih untuk penyediaan air di Pabrik Gliserol adalah yang paling dekat dengan lokasi pabrik, yaitu Sungai Rokan (baik Sungai Rokan Kanan maupun Sungai Rokan Kiri). (Kantor Statistik Propinsi Riau, 1993)

9 Pendahuluan 5. Peraturan Pemerintah Daerah Setempat Peraturan Pemerintah Daerah Riau untuk pendirian industri, tidak merugikan bagi berdirinya industri di Riau. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya industri yang telah berdiri di Propinsi Riau. 6. Iklim Daerah Riau beriklim tropis basah dengan rata-rata curah hujan berkisar antara 2000-3000 mm per tahun yang dipengaruhi oleh musim kemarau dan musim hujan. (Kantor Statistik Propinsi Riau, 1993) 7. Keadaan Tanah Jenis tanah di daerah Riau adalah beragam, dari luas 9.456 juta Ha sebagian besar jenis tanahnya adalah Organosol, yaitu 4.827 juta Ha lebih (51,06%), kemudian jenis tanah Pedsolik merah kuning 3.163 juta Ha lebih (33,45%) dan sisanya 0,569 juta Ha adalah jenis tanah lainnya. Keadaan tanah di Riau relatif stabil dan berupa dataran rendah, sehingga tidak ada kendala untuk didirikan pabrik di Riau. (Kantor Statistik Propinsi Riau, 1993) 1.4 Tinjauan Pustaka 1.4.1 Proses Pembuatan Berdasarkan Shreve s Chemical Process Industries (1986), ada 3 cara pembuatan Gliserol. Penggolongan ini didasarkan pada perbedaan bahan baku yang digunakan. Ketiga cara itu antara lain: 1. Twitchell Pada proses ini minyak dihidrolisa dengan menggunakan proses batch pada suhu 100-105 o C, tekanan vakum, konversi yang diperoleh 85-98% dengan kemurnian gliserol 5-15% dan waktu tinggal 12-48 jam. Proses ini menggunakan katalis katalis alkyl aryl sulfonic acid atau cycloaliphatic sulfonic acid.

10 Pendahuluan Dalam proses ini, proses hidrolisis dilakukan dengan 2 stage berlawanan arah, menggunakan reaktor tangki berpengaduk. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut: CH2RCOO CH2OH CHRCOO + 3 H 2 O CHOH + 3RCOOH CH2RCOO CH2OH Trigliserida air gliserol asam lemak Gliserol akan dipisahkan dari asam lemak melalui bagian bawah tangki hidrolisis. Sedangkan asam lemak bersama katalis akan keluar melalui bagian atas. Hasil bawah reaktor disebut sweet water dengan kandungan gliserol sekitar 15%. Untuk menetralkan asam lemak yang terbawa dan memekatkan gliserol sampai konsentrasi yang dikehendaki dilakukan proses lanjutan yaitu netralisasi, filtrasi, evaporasi, distilasi, dan kondensasi. Adapun kelebihan proses ini antara lain: a. Temperatur dan tekanan rendah. b. Biaya awal rendah, karena alat yang dibutuhkan mudah dan murah. Sedangkan kelemahannya antara lain: a. Perlu adanya pengendalian katalis. b. Waktu reaksi lama. c. Untuk persediaan bahan baku harus segera disuling untuk menghindari kontaminasi katalis. d. Terjadi penguapan yang tinggi dan bertendensi membentuk asam yang berwarna gelap.

11 Pendahuluan e. Membentuk lebih dari satu tahapan untuk mendapatkan hasil yang baik, serta konsentrasi gliserol yang tinggi. f. Tidak dapat beradaptasi dengan pengendalian yang otomatis serta biaya karyawan yang tinggi. g. Proses hanya menguntungkan untuk skala kecil. 2. Batch Autoclave Proses ini meliputi hidrolisis asam lemak dengan air pada fase cair dengan menggunakan katalis Seng Oksida (ZnO) dan Magnesium Oksida (MgO) atau tanpa katalis. Proses ini akan memberikan konversi sebesar 98%. Reaksi hidrolisis tanpa katalis berlangsung pada suhu 220-240 o C dan tekanan 29-31 atm dengan waktu tinggal 2-4 jam. Reaksi hidrolisis dengan menggunakan katalis berlangsung pada suhu 150-175 o C dan tekanan 52-100 atm dengan waktu tinggal selama 5-10 jam. Kelebihan proses ini adalah: a. Waktu tinggal lebih sedikit dibanding dengan Proses Twitchell. b. Adanya pengendalian katalis. c. Biaya awal lebih murah, untuk produksi berkapasitas rendah. Kelemahan proses ini antara lain: a. Reaksi lebih lama jika dibandingkan dengan proses kontinyu. b. Biaya karyawan tinggi. c. Tidak dapat beradaptasi dengan pengendalian yang otomatis, seperti halnya proses kontinyu. d. Proses ini membutuhkan lebih dari 1 tahapan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik serta gliserol yang mempunyai konsentrasi tinggi.

12 Pendahuluan 3. Continuous Pada proses ini, minyak dihidrolisis pada suhu 250 o C dan tekanan 41-48 atm. Proses ini memberikan konversi 97-99% dengan waktu tinggal 2-3 jam. Reaksi hidrolisis dapat berlangsung dengan atau tanpa katalis. Adapun kelebihan dari proses ini adalah: a. Proses tidak membutuhkan ruangan yang besar. b. Kualitas produk beragam. c. Asam lemak yang dihasilkan mempunyai konsentrasi tinggi. d. Harga labor rendah. e. Proses lebih akurat, karena pengendalian dilakukan secara otomatis. f. Biaya tahunan rendah. Sementara, kelemahannya antara lain: a. Biaya awal produksi tinggi. b. Kemampuan mengoperasikan besar. c. Tekanan dan suhu yang dibutuhkan tinggi. Proses ini dijalankan dalam reaktor lawan arah pada suhu dan tekanan tinggi. Reaksi yang terjadi pada reaktor sama dengan yang terjadi pada proses Twitchell, bedanya tidak menggunakan katalisator. Jenis reaktornya pun berbeda, yaitu berupa menara dengan ketinggian tertentu. Hasil atas dan bawah reaktor serupa dengan hasil pada proses Twitchell. Produk gliserol diambil dari bawah reaktor dan selanjutnya dipekatkan dengan menggunakan multiplate effect evaporator. Proses selanjutnya adalah penetralan kandungan asam lemak yang masih tersisa dengan basa, kemudian difiltrasi untuk memisahkan produk gliserol dari endapan garam.

13 Pendahuluan Gliserol yang dihasilkan selanjutnya tentu telah berkurang kemurniannya karena adanya air dari larutan basa penetral, dari reaksi penetralannuya sendiri dan dari air pencuci di filter. Oleh karena itu, perlu dipekatkan lagi dengan sebuah evaporator sebelum disimpan di tangki produk. 1.4.2 Kegunaan Produk Kegunaan gliserol antara lain: 1. Kosmetik Digunakan sebagai body agent, emollient, humectant, lubricant, solven. Biasanya dipakai untuk skin cream and lotion, shampoo and hair conditioners, sabun dan detergen 2. Dental Cream Digunakan sebagai humectant. 3. Peledak Digunakan untuk membuat nitrogliserin sebagai bahan dasar peledak. 4. Industri Makanan dan Minuman Digunakan sebagai solven, emulsifier, conditioner, freeze, preventer and coating serta dalam industri minuman anggur. 5. Industri Logam Digunakan untuk pickling, quenching, stripping, electroplatting, galvanizing dan solfering. 6. Industri Kertas Digunakan sebagai humectant, plasticizer, dan softening agent. 7. Industri Farmasi Digunakan untuk antibiotik dan kapsul. 8. Fotografi Digunakan sebagai plasticizing.

14 Pendahuluan 9. Resin Digunakan untuk polyurethanes, epoxies, pthalic acid dan maleic acid resin. 10. Industri Tekstil Digunakan untuk lubricating, antishrink, waterproofing dan flameproofing. 11. Tobacco Digunakan sebagai humectant, softening agent dan flavor enhancer. Berikut ini adalah persentase pemakaian gliserol untuk keperluan indutri, yaitu: 1. Alkyd resin 36% 2. Cellophone 17% 3. Untuk kebutuhan obat-obatan dan pasta gigi 16% 4. Industri tembakau 13% 5. Monogliserides dan bahan makanan 3% 6. Bahan peledak 5% 7. Untuk penggunaan lain (seperti pelumas, sabun detergen, keramik, produk fotografi, dan kosmetik) 14%. (Kirk Othmer, 1966) 1.4.3 Sifat Fisika dan Sifat Kimia Bahan Baku dan Produk 1. Crude Palm Oil (CPO) Sifat Fisika Rumus Molekul : CH 2 COOR CHCOOR CH 2 COOR

15 Pendahuluan Rumus Kimia : C3H5(COOR)3 Berat Molekul : 847,28 g/mol Titik Didih : 298 o C Titik Beku : 5 o C Specific Gravity (37,8 o C) : 0,9 Densitas : 0,895 g/cm 3 Panas Jenis : 0,497 kal/g o C Angka Sabun : 198 Angka Asam : 8 Tegangan Muka : 35,4 dyne/cm (20 o C) 27,3 dyne/cm (60 o C) Kenampakan : Cairan kuning jingga Kemurnian : 98% Impuritas : 2% (Ketaren, 1986) Sifat Kimia a. Hidrolisis Reaksi hidrolisis antara minyak dan air akan menghasilkan asam lemak dan gliserol, menurut reaksi: C3H5(COOR)3 + H2O C3H5(OH)3 + 3HOOCR b. Esterifikasi Esterifikasi asam lemak adalah kebalikan dari hidrolisis, dibuat secara lengkap secara kontinyu penyingkiran air dari zona reaksi. c. Interesterifikasi Ester beralkohol rendah diperoleh dengan mereaksikan alkohol secara langsung dengan lemak untuk

16 Pendahuluan menggantikan gliserol, biasanya menggunakan katalis alkali. Reaksinya adalah sebagai berikut: C3H5(COOR)3+3CH3OH 3CH3OOCR+ C3H5(OH)3 Reaksi ini biasa disebut alkoholisis. d. Saponifikasi Jika lemak direaksikan dengan alkali untuk menghasilkan gliserol dan garam atau sabun atau logam alkali maka reaksinya sebagai berikut: C 3 H 5 (COOR) 3 + 3NaOH C 3 H 5 (OH) 3 + 3NaOOCR Reaksi ini adalah dasar reaksi yang digunakan pada industri sabun. (Daniel Swern, 1982) 2. Air Sifat Fisika Rumus Molekul : H O H Rumus Kimia : H 2 O Berat Molekul : 18, 0153 g/mol Titik Didih : 100 o C Titik Beku : 0 o C Temperatur Kritis : 374,15 o C Tekanan Kritis : 218,3074 atm Densitas : 0,998 g/cm 3 (cair, 20 o C) 0,92 g/cm 3 (padatan) Panas Jenis : 0,9995 kal/g o C Kenampakan : Cairan jernih Kemurnian : 100% (ChemCad 5.7)

17 Pendahuluan Sifat Kimia a. Hidrolisis Reaksi hidrolisis antara minyak dan air akan menghasilkan asam lemak dan gliserol, menurut reaksi: C3H5(COOR)3 + H2O C3H5(OH)3 + 3HOOCR 3. Gliserol Sifat Fisika Rumus Molekul : CH 2 OH CHOH CH 2 OH Rumus Kimia : C 3 H 5 (OH) 3 Nama Lain : 1,2,3-Propanatriol 1,2,3-Trihidroksipropana Gliserin Gliseritol Glycyl Alcohol (www.wikipedia.com) Berat Molekul : 92,095 g/mol Titik Didih : 290 o C Titik Leleh : 18 o C Temperatur Kritis : 451,85 o C Tekanan Kritis : 65,82778 atm Specific Gravity (25 o C) : 1,262 Densitas : 1,261 g/cm 3 Viskositas : 1,5 Pa.s Panas Jenis : 0,497 kal/g o C Energi : 4,32 kkal/g

18 Pendahuluan Flash Point : 160 o C Kenampakan : Cairan kuning pucat (Chemcad 5.7) Kemurnian : 99% Impuritas : Air 1% (www.jtbaker.com/msds/w/0600.htm) Sifat Kimia a. Hidrolisis Reaksi hidrolisis antara minyak dan air akan menghasilkan asam lemak dan gliserol, menurut reaksi: C3H5(COOR)3 + H2O C3H5(OH)3 + 3HOOCR b. Saponifikasi Jika lemak direaksikan dengan alkali untuk menghasilkan gliserol dan garam atau sabun atau logam alkali maka reaksinya sebagai berikut: C 3 H 5 (COOR) 3 +3NaOH C 3 H 5 (OH) 3 + 3NaOOCR Reaksi ini adalah dasar reaksi yang digunakan pada industri sabun. c. Interesterifikasi Ester beralkohol rendah diperoleh dengan mereaksikan alkohol secara langsung dengan lemak untuk menggantikan gliserol, biasanya menggunakan katalis alkali. Reaksinya adalah sebagai berikut: C 3 H 5 (COOR) 3 +3CH 3 OH 3CH 3 OOCR+ C 3 H 5 (OH) 3 Reaksi ini biasa disebut alkoholisis. (Swern, 1982)

19 Pendahuluan 4. Asam Lemak Sifat Fisika Rumus Molekul Rumus Kimia Berat Molekul Titik Didih Titik Leleh : R C - OH : RCOOH : 283,7667 g/mol : 215 o C (pada 15mmHg) : 63-64 o C Densitas : 0,853 g/cm 3 (pada 62 o C) Kenampakan Kelarutan Kemurnian : 88% : Cairan kuning muda : Tak larut dalam air Impuritas : CPO 3% Sifat Kimia a. Hidrolisis Air 9% (Chemcad 5.7) Reaksi hidrolisis antara minyak dan air akan menghasilkan asam lemak dan gliserol, menurut reaksi: C 3 H 5 (COOR) 3 + H 2 O b. Saponifikasi C 3 H 5 (OH) 3 + 3HOOCR Jika lemak direaksikan dengan alkali untuk menghasilkan gliserol dan garam atau sabun atau logam alkali maka reaksinya sebagai berikut: C3H5(COOR)3+ 3NaOH C3H5(OH)3 + 3NaOOCR Reaksi ini adalah dasar reaksi yang digunakan pada industri sabun. c. Interesterifikasi Ester beralkohol rendah diperoleh dengan mereaksikan alkohol secara langsung dengan lemak untuk O

20 Pendahuluan menggantikan gliserol, biasanya menggunakan katalis alkali. Reaksinya adalah sebagai berikut: C 3 H 5 (COOR) 3 +3CH 3 OH 3CH 3 OOCR+ C 3 H 5 (OH) 3 Reaksi ini biasa disebut alkoholisis. (Daniel Swern, 1982) Reaksi ini adalah dasar reaksi yang digunakan pada industri sabun. d. Interesterifikasi Ester beralkohol rendah diperoleh dengan mereaksikan alkohol secara langsung dengan lemak untuk menggantikan gliserol, biasanya menggunakan katalis alkali. Reaksinya adalah sebagai berikut: C3H5(COOR)3+3CH3OH 3CH3OOCR+ C3H5(OH)3 Reaksi ini biasa disebut alkoholisis. (Daniel Swern, 1982) Ester beralkohol rendah diperoleh dengan mereaksikan alkohol secara langsung dengan lemak untuk menggantikan gliserol, biasanya menggunakan katalis alkali. Reaksinya adalah sebagai berikut: C3H5(COOR)3+3CH3OH 3CH3OOCR+ C3H5(OH)3 Reaksi ini biasa disebut alkoholisis. (Daniel Swern, 1982

21 BAB II DESKRIPSI PROSES 2.1. Spesifikasi Produk dan Bahan Baku 2.6.1. Produk 1. Gliserol Rumus Molekul : CH2OH CHOH CH 2 OH Rumus Kimia : C 3 H 5 (OH) 3 Nama Lain : 1,2,3-Propanatriol 1,2,3-Trihidroksipropana Gliserin Gliseritol Glycyl Alcohol (www.wikipedia.com) Berat Molekul : 92,095 g/mol Titik Didih : 290 o C Titik Leleh : 18 o C Specific Gravity (25oC) : 1,262 Densitas : 1,261 g/cm3 Viskositas : 1,5 Pa.s (Chemcad 5.7) Panas Jenis : 0,497 kal/g o C Kenampakan : Cairan kuning pucat Kemurnian : 99% Impuritas : Air 1% (www.jtbaker.com/msds/w/0600.htm) 2. Asam Lemak 21 O

22 Rumus Molekul : R C - OH Rumus Kimia : RCOOH Berat Molekul : 283,7667 g/mol Titik Didih : 215 o C (pada 15mmHg) Titik Leleh : 63-64 o C Densitas : 0,853 g/cm3 (pada 62 o C) (Chemcad 5.7) Kenampakan : Cairan kuning muda Kelarutan : Tak larut dalam air Kemurnian : 88% Impuritas : CPO 3% Air 9% 2.6.2. Bahan Baku 1. Crude Palm Oil (CPO) Rumus Molekul : CH2COOR CHCOOR CH 2 COOR Rumus Kimia : C3H5(COOR)3 Berat Molekul : 847,28 g/mol Titik Didih : 298 o C Titik Beku : 5 o C Specific Gravity (37,8 o C) : 0,9 Densitas : 0,895 g/cm 3 Panas Jenis : 0,497 kal/g o C Kenampakan : Cairan kuning jingga Kemurnian : 98% Impuritas : Air 2% (Ketaren, 1986) 2. Air

23 Rumus Molekul : H O H Rumus Kimia : H2O Berat Molekul : 18,0153 g/mol Titik Didih : 100 o C Titik Beku : 0 o C Temperatur Kritis : 374,15 o C Tekanan Kritis : 218,3074 atm Densitas : 0,998 g/cm 3 (cair, 20 o C) 0,92 g/cm 3 (padatan) Panas Jenis : 0,9995 kal/g o C Kenampakan : Cairan jernih Kemurnian : 100% (ChemCad 5.7) 2.2. Konsep Proses 2.6.1. Dasar Reaksi Reaksi yang terjadi pada pembentukan gliserol adalah: C 3 H 5 (COOR) 3 + 2H 2 O C 3 H 5 (OH) 3 + 3RCOOH Trigliserida Air Gliserol Asam Lemak 2.6.2. Mekanisme Reaksi Dalam proses gliserol terdapat senyawa ester trigliserida yang merupakan penyusun utama minyak nabati dan hewani. Reaksi trigliserida dan air menjadi gliserol dan asam lemak antara lain sebagai berikut: CH 2 RCOO CH 2 OH CHRCOO +3 H 2 O CHOH + 3RCOOH CH 2 RCOO CH 2 OH Trigliserida Air Gliserol Asam lemak Dapat ditulis menjadi:

24 C 3 H 5 (COOR) 3 + 2H 2 O 2RCOOH + C 3 H 5 COOR(OH) 2 Trigliserida Air Asam Lemak Monogliserida C 3 H 5 COOR(OH) 2 + H 2 O RCOOH + C 3 H 5 (OH) 3 Monogliserida Air Asam Lemak Gliserol Reaksi ini terjadi pada suhu 260 o C dan tekanan 55 bar. Proses ini memberikan konversi 97% dengan waktu tinggal 3 jam. (Lurgi, 2007) 2.6.3. Tinjauan Termodinamika Reaksi hidrolisis CPO merupakan reaksi endotermis. Konsep tinjauan termodinamika dari reaksi pembuatan gliserol ditinjau dari reaksi utamanya, yaitu: CH2RCOO CH2OH CHRCOO + 3 H 2 O CHOH + 3RCOOH CH2RCOO CH2OH Trigliserida Air Gliserol Asam lemak Untuk mengetahui reaksi berlangsung secara eksotermis atau endotermis, dapat dihitung dengan persamaan: ΔH o r = H f (p) - H f (r) Dimana: Hº f C 3 H 5 (COOR) 3 = -382,456 kal/gmol Hº f H 2 O = -68,317 kal/gmol Hº f RCOOH = -138,642 kal/gmol Hº f C 3 H 5 (OH) 3 = -159,10 kal/gmol

25 Hºr = [3( Hº f RCOOH) + 1( Hº f C 3 H 5 (OH) 3 )] - [1( Hº f C 3 H 5 (COOR) 3 ) + 3( Hº f H 2 O)] Hºr = [3(-138,642) + 1(-159,10)] - [1(-382,456) + 3(-68,317)] Hºr = 12,321 kal/gmol Harga H yang positif menunjukkan bahwa reaksi yang terjadi merupakan reaksi endotermis yaitu reaksi yang menyerap panas atau membutuhkan panas, sehingga untuk menjaga agar reaksi tetap berlangsung pada kondisi proses perlu ditambahkan panas. Untuk mengetahui apakah reaksinya irreversible atau reversible (harga K) dapat dihitung dengan persamaan konstanta kesetimbangan berikut: ΔGr o = - RT ln K ( Gr) Ln K RT Ln K Ln K A 0 ( Gr) 1 1 R T1 T 2 Keterangan: ΔGr = Energi Gibbs (kal/mol) K0 K1 T 1 T 2 R = Konstanta kesetimbangan pada suhu referensi = Konstanta kesetimbangan pada suhu operasi = Temperatur operasi = Temperatur referensi = Tetapan gas (1,987 kal/mol.k) Gº f C 3 H 5 (COOR) 3 = - 84,842 kal/gmol Gºf H2O = - 59,690 kal/gmol Gº f RCOOH Gº f C 3 H 5 (OH) 3 = - 90,098 kal/gmol = -113,650 kmol/gmol

26 Gºr = [3( Gº f RCOOH) + 1( Gº f C 3 H 5 (OH) 3 )] - [1( Gº f C 3 H 5 (COOR) 3 ) + 3( Gº f H 2 O)] Gºr = [3(- 90,098) + 1(- 113,650)] - [1(- 84,842) + 3(- 59,690)] Gºr = -120,032 kal/gmol Gºr = -RT.ln K -120,032 kal/gmol = -1,987 kal/gmol K. (298 K). ln K ln K = -0,2027 K = 1,2247 Pada T = T operasi K ln K operasi 298 K operasi ln 1,2247 ΔG T T x R T x T ref ref -120,032 563,15 298,15 x 1,987 563,15 x 298,15 Koperasi = 1,03199 Dari persamaan reaksi hidrolisis minyak di atas, terlihat bahwa reaksi tersebut merupakan reaksi yang reversibel, sehingga agar reaksi tetap berjalan ke kanan dapat dilakukan dengan menggunakan kemurnian reaktan yang tinggi atau memperbesar jumlah reaktan yang bereaksi dalam hal ini air dibuat berlebihan (excess) sehingga kesetimbangan akan bergeser ke kanan. 2.6.4. Tinjauan Kinetika Persamaan reaksi hidrolisis minyak di atas disederhanakan menjadi : A + B k 1 k 2 C + D Reaksi hidrolisis minyak merupakan reaksi reversibel namun karena kecepatan reaksi ke kanan jauh lebih besar daripada kecepatan reaksi ke kiri maka pada proses hidrolisis minyak selalu dianggap bahwa reaksinya meruapakan reaksi irreversibel (Kirk Othmer, 1985).

27 Ditinjau dari segi kinetika, kecepatan reaksi proses hidrolisa pembentukan gliserol dapat ditulis dalam persamaan: (-r a ) = k 1 C a C b k 2 CcC d k1 K = k2 Maka jika kedua persamaan tersebut digabung menjadi: 1 (-r a ) = k 1 [C a C b - Cc C d ] K Untuk harga K yang besar maka K 1 C ccd mendekati nol dan dapat diabaikan, sehingga persamaan menjadi: (-r a ) = k 1 C a C b Dari hasil percobaan yang telah dilakukan oleh Khairat, Syamsu Herman diperoleh harga: α = 1,3828-1,4147 (rata-rata 1,4) β = 0,5897-0,6274 (rata-rata 0,6) Dari persamaan di atas, diperoleh konstanta kecepatan reaksi: Dengan, k E R T A k A. e E / RT = Konstanta kecepatan reksi = Energi aktivasi = Tetapan gas murni = Suhu = Frekuensi tumbukan k = 9,295 x 10 7 e (-10834,94/T) (Khairat, 2004) Saat T = 523 K, berarti dari persamaan konstanta kecepatan reaksi (k) di atas, diperoleh k = 0,0935.

28 2.3. Langkah Proses Pada perancangan ini yang digunakan adalah proses Continuous Splitting. Kondisi operasi proses adalah pada temperatur 260 o C dan tekanan 55 bar. Proses pengolahan sampai produk akhir yang berupa Fliserol, melewati beberapa tahapan utama yaitu: A. Persiapan Bahan Baku B. Proses Continuous Fat Splitting C. Pemurnian Gliserol 2.6.2. Tahap Persiapan Bahan Baku Bahan baku berupa CPO (Crude Palm Oil) diperoleh dari PT. Salim Ifo Mas Pratama, Rokan Hilir, Riau menggunakan pipa. Untuk mengatur kestabilan laju alir CPO (Crude Palm Oil) yang masuk ke dalam Fat Splitting Column, maka aliran dari pipa dimasukkan ke dalam tangki penampung sementara yang berbentuk silinder vertikal dengan flat bottom conical roof (T-01) dengan waktu penyimpanan selama 24 jam. Bahan baku CPO (Crude Palm Oil) dipompa sampai tekanan 55 bar dan dinaikkan suhunya dengan Heat Exchanger Shell and Tube dengan media pemanas saturated steam pada suhu 275,54 o C sehingga suhunya naik menjadi 260 o C. Bahan baku berupa air diperoleh dari Sungai Ogan Komering, Rokan Hilir, Riau melalui pipa, dengan terlebih dahulu diproses di Unit Utilitas, untuk menghilangkan kandungankandungan pengotor maupun logam di dalamnya.bahan baku alir dialirkan melalui pipa. Sebelum masuk ke Fat Splitting Column, air dipompa sampai tekana 55 bar dan dinaikkan suhunya dengan Heat Exchanger Shell and Tube dengan media pemanas saturated steam pada suhu 275,54 o C sehingga suhunya naik menjadi 260 o C.

29 2.6.3. Proses Continuous Fat Splitting Reaksi antara CPO (Crude Palm Oil) dengan air berlangsung dalam reaktor yang disebut sebagai Fat Splitting Column, yaitu berupa reaktor menara lawan arah yang beroperasi pada suhu 260 o C dan tekanan 55 bar. Reaksi yang terjadi terjadi adalah reaksi endotermis, sehingga diperlukan pemanas berupa steam dalam Fat Splitting Column. Produk atas Fat Splitting Column berupa Asam Lemak dengan kadar 88% dimanfaatkan sebagai penghasil steam dengan memanfaatkan panasnya dalam Waste Heat Boiler (WHB-01), kemudian diturunkan tekanannya menjadi 1 atm dengan Expansion Valve (E-03). Produk Gliserol diambil dari bawah menara, dan selanjutnya masuk ke unit pemurnian produk. 2.6.4. Pemurnian Gliserol Produk Fat Splitting Column bagian bawah berupa Sweet Water (Gliserol dengan kadar 12%) masuk ke Evaporator mulltiefek (EV-01, EV-02, EV-03) untuk diuapkan sebagian air yang terkandung di dalamnya, sehingga kadarnya naik menjadi 75%. Gliserol yang keluar dari Evaporator selanjutnya masuk ke dalam Tangki Berpengaduk (TB-01) untuk ditambahkan NaOH 0,5%. Penambahan NaOH 0,5% ini bertujuan untuk menyabunkan Asam Lemak yang terkandung dalam larutan gliserol tersebut, sehingga output dari Tangki Berpengaduk (TB-01) ini sudah tidak mengandung pengotor berupa Asam Lemak lagi. Selanjutnya, output dari Tangki Berpengaduk (TB-01) ini masuk ke Menara Distilasi Packing (MD-01) untuk memisahkan gliserol dengan sabun, sekaligus untuk memurnikan gliserol sehingga diperoleh kadar 99%. Gliserol output dari Menara Distilasi (MD-01) berupa Gliserol 99% selanjutnya masuk ke Bleaching Tank (BT-01) yang

30 berupa tangki berpengaduk untuk dijernihkan warnanya dengan Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pada Filter (F-01) sebagai langkah terakhir proses. Selanjutnya Gliserol dialirkan ke Tangki Penyimpan Produk (T-02). Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pada Filter (F- 01) sebagai langkah terakhir proses. Selanjutnya Gliserol dialirkan ke Tangki Penyimpan Produk (T-02). Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pada Filter (F- 01) sebagai langkah terakhir proses. Selanjutnya Gliserol dialirkan ke Tangki Penyimpan Produk (T-02). Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pada Filter (F- 01) sebagai langkah terakhir proses. Selanjutnya Gliserol dialirkan ke Tangki Penyimpan Produk (T-02). Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pada Filter (F- 01) sebagai langkah terakhir proses. Selanjutnya Gliserol dialirkan ke Tangki Penyimpan Produk (T-02). Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pada Filter (F- 01) sebagai langkah terakhir proses. Selanjutnya Gliserol dialirkan ke Tangki Penyimpan Produk (T-02). Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pada Filter (F- 01) sebagai langkah terakhir proses. Selanjutnya Gliserol dialirkan ke Tangki Penyimpan Produk (T-02).

31 2.4. Neraca Massa dan Neraca Panas 2.6.1. Neraca Massa A. Neraca Massa Total Tabel 2.1. Neraca Massa Total No Komponen Input (kg/jam) Output (kg/jam) Arus 1 Arus 2 Arus 7 Arus 11 Arus 3 Arus 6 Arus 9 Arus 12 Arus 14 Arus 15 1 CPO 54910,62 - - - 1647,32 - - - - - 2 Air 1120,62 44824,99 16969,55-5084,17 35534,08 18882,22 - - 55,56 3 Asam Palmitat - - - - 21021,97 - - - - - 4 Asam Stearat - - - - 2121,81 - - - - - 5 Asam Oleat - - - - 21594,43 - - - - - 6 Asam Linoleat - - - - 4706,41 - - - - - 7 Asam Miristat - - - - 851,67 - - - - - 8 Gliserol - - - - - - 289,47 - - 5500,00 9 NaOH - - 85,27 - - - - - - - 10 Sabun - - - - - - 621,95 - - - 11 Activated Charcoal - - - 83,33 - - - 83,29 0,04 - Sub Total 56031,21 44824,99 17054,82 83,33 57027,77 35534,08 19793,64 83,29 0,04 5555,56 TOTAL 117994,39 117994,39

32 B. Neraca Massa Alat 1. Fat Splitting Column (R-01) Tabel 2.2. Neraca Massa Fat Splitting Column No Komponen Input (kg/jam) Output (kg/jam) Arus 1 Arus 2 Arus 3 Arus 4 1. CPO 54910,62-1647,32-2. Air 1120,62 44824,99 5084,17 37463,91 3. Asam Palmitat - - 21021,97 240,36 4. Asam Stearat - - 2121,81 24,26 5. Asam Oleat - - 21594,43 246,91 6. Asam Linoleat - - 4706,41 53,81 7. Asam Miristat - - 851,67 9,74 8. Gliserol - - - 5789,47 Sub Total 56031,24 44824,99 57027,77 43828,46 TOTAL 100856,23 100856,23 2. Evaporator (EV-01) No Komponen Tabel 2.3. Neraca Massa Evaporator Input (kg/jam) Output (kg/jam) Arus 4 Arus 5 Arus 6 1. Asam Palmitat 240,36-240,36 2. Asam Stearat 24,26-24,26 3. Asam Oleat 246,91-246,91 4. Asam Linoleat 53,81-53,81 5. Asam Miristat 9,74-9,74 6. Air 37463,91 35534,08 1929,82 7. Gliserol 5789,47-5789,47 Sub Total 43828,46 35534,08 8294,38 Total 43828,46 43828,46

33 3. Tangki Berpengaduk (TB-01) Tabel 2.4. Neraca Massa Tangki Berpengaduk No Komponen Input (kg/jam) Output (kg/jam) Arus 6 Arus 7 Arus 8 1. Asam Palmitat 240,36 - - 2. Asam Stearat 24,26 - - 3. Asam Oleat 246,91 - - 4. Asam Linoleat 53,81 - - 5. Asam Miristat 9,74 - - 6. Air 1929,83-38,41 7. Gliserol 5789,47-5789,47 8. NaOH - 85,27-9. Air pada NaOH 0.5% - 16969,55 16969,55 10. Air Umpan Wash Column - - 1929,83 11. Sabun - - 621,95 Sub Total 8294,38 17054,82 25349,20 Total 25349,20 25349,20 4. Menara Distilasi (MD-01) Tabel 2.5. Neraca Massa Menara Distilasi No Komponen Input (kg/jam) Output (kg/jam) Arus 8 Arus 9 Arus 10 1. Air 18937,78 18882,22 55,56 2. Gliserol 5789,47 289,47 5500,00 3. Sabun 621,95 621,95 - Sub Total 25349,19 19793,64 5555,56 Total 25349,19 25349,19

34 5. Bleaching Tank (BT-01) Tabel 2.6. Neraca Massa Bleaching Tank No Komponen Input (kg/jam) Output (kg/jam) Arus 10 Arus 11 Arus 12 Arus 13 1. Air 55,56 - - 55,56 2. Gliserol 5500,00 - - 5500,00 3. Karbon Aktif - 83,33 83,29 0,04 Sub Total 5555,56 83,33 83,29 5555,60 Total 5638,89 5638,89 6. Filter (F-01) No Komponen Tabel 2.7. Neraca Massa Filter Input (kg/jam) Output (kg/jam) Arus 13 Arus 14 Arus 15 1. Air 55,56-55,56 2. Gliserol 5500,00-5500,00 3. Karbon Aktif 0,04 0,04 - Sub Total 5555,60 0,04 5555,56 Total 5555,60 5555,60 Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pada Filter (F- 01) sebagai langkah terakhir proses. Selanjutnya Gliserol dialirkan ke Tangki Penyimpan Produk (T-02). Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pada Filter (F- 01) sebagai langkah terakhir proses. Selanjutnya Gliserol dialirkan ke Tangki Penyimpan Produk (T-02). Activated Charcoal. Selanjutnya untuk

35 2.6.2. Neraca Panas Satuan Suhu Referensi : kj/jam : 298,15 K 1. Heater-01 (HE-01) Tabel 2.8. Neraca Panas Heater-01 No Komponen Input (kj/jam) Output (kj/jam) 1. Air 939245,36 46473929,56 Beban Panas 45534684,20 - Total 46473929,56 46473929,56 2. Heater-02 (HE-02) Tabel 2.9. Neraca Panas Heater-02 No Komponen Input (kj/jam) Output (kj/jam) 1. CPO 45287,91 66298,69 2. Air 90850,59 1161848,24 Beban Panas 1092008,43 - Total 1128146,93 1128146,93 Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pada Filter (F- 01) sebagai langkah terakhir proses. Selanjutnya Gliserol dialirkan ke Tangki Penyimpan Produk (T-02). Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pada Filter (F- 01) sebagai langkah terakhir proses. Selanjutnya Gliserol dialirkan ke Tangki Penyimpan Produk (T-02). Activated Charcoal. Selanjutnya untuk Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pada Filter (F-01) sebagai langkah terakhir

36 3. Fat Splitting Column (R-01) Tabel 2.10. Neraca Panas Fat Splitting Column No Komponen Input (kj/jam) Output (kj/jam) Arus 1 Arus 2 Arus 3 Arus 4 1. CPO 69279,87-2078,39-2. Asam Palmitat - - 13984359,30 159895,62 3. Asam Stearat - - 1336088,86 15276,69 4. Asam Oleat - - 13539069,69 154804,23 5. Asam Linoleat - - 2640477,68 30190,93 6. Asam Miristat - - 510619,14 5838,36 7. Air 1161848,24 46473929,56 5271195,68 38842057,95 8. Gliserol - - - 4122717,42 Sub Total 1231128,11 46473929,56 37283888,75 43330781,21 9. Panas Reaksi - - 98856266,56-10. Beban Pemanas 131765878,85 - - - Sub Total 132997006,96 46473929,56 136140155,31 43330781,21 Total 179470936,51 179470936,51 4. Waste Heat Boiler (WHB) Tabel 2.11. Neraca Panas Waste Heat Boiler No Komponen Input (kj/jam) Output (kj/jam) 1. CPO 2078,39 1339,58 2. Asam Palmitat 11835011,64 534557,66 3. Asam Stearat 1131321,49 51079,32 4. Asam Oleat 11467577,33 525481,97 5. Asam Linoleat 2233170,25 101897,80 6. Asam Miristat 432024,32 19562,73 7. Air 4443492,86 212918,88 Sub Total 31544676,29 1446837,95 8. Beban Panas - 30097838,34 Total 31544676,29 31544676,29

37 5. Evaporator (EV-01) Tabel 2.13. Neraca Panas Evaporator-01 No Komponen Input (kj/jam) Output (kj/jam) Arus 4 Arus 5 Arus 6 1. Asam Palmitat 83371,39-83371,39 2. Asam Stearat 7972,81-7972,81 3. Asam Oleat 81027,59-81027,59 4. Asam Linoleat 15741.,09-15741,09 5. Asam Miristat 3043,99-3043,99 6. Air 20276273,87 19231811,23 1044462,64 7. Gliserol 2184456,07-2184456,07 Sub Total 22460729,94 19231811,23 3228918,71 8. Panas Penguapan 81044877,94 - - 9. Beban Pemanas - - 81044877,94 Sub Total 103505607,88 19231811,23 84273796,65 Total 103505607,88 103505607,88 Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pada Filter (F-01) sebagai langkah terakhir Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pada Filter (F-01) sebagai langkah terakhir Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pada Filter (F-01) sebagai langkah terakhir Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pada Filter (F-01) sebagai langkah terakhir Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pada Filter (F-01) sebagai langkah terakhir Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pada Filter (F-01) sebagai langkah terakhir

38 6. Tangki Berpengaduk (TB-01) Tabel 2.14. Neraca Panas Tangki Berpengaduk-01 No Komponen Input (kj/jam) Output (kj/jam) Arus 7 Arus 8 Arus 9 1. Asam Palmitat 40912,98 - - 2. Asam Stearat 3911,44 - - 3. Asam Oleat 39953,99 - - 4. Asam Linoleat 7752,15 - - 5. Asam Miristat 1495,23 - - 6. Air 523692,70 4604992,13 5139107,53 7. Gliserol 1085643,24-1085643,24 8. Sabun - - 1015,03 9. NaOH - 8054,61 - Sub Total 1703361,75 4613046,74 6225765,79 Total 6316408,49 6225765,79 10. Panas Reaksi - 3485357,26-11. Beban Pendingin - - 3575999,96 Total 9801765.76 9801765.76 7. Menara Distilasi (EV-01) Tabel 2.15. Neraca Panas Menara Distilasi No Komponen Input (kj/jam) Output (kj/jam) Umpan Distilat Bottom 1. Gliserol 1010532,24 48964,85 4016860,59 2. Air 4788933,22 4629551,33 59176,31 3. Sabun 1005,22 1001,81 - Sub Total 5800470,68 4679517,99 4076036,90 Beban Kondensor - 169543,99 - Panas Reboiler 3124628,22 - - Total 8925098,89 8925098,89

39 8. Cooler-02 Tabel 2.16. Neraca Panas Cooler-02 No Komponen Input (kj/jam) Output (kj/jam) 1. Air 59176,29 15076,00 2. Gliserol 4016859,76 1031361,08 Beban Panas - 3029598,97 Total 4076036,05 4076036,05 9. Heat Exchanger-01 Tabel 2.17. Neraca Panas Heat Exchanger-01 No Komponen Input (kj/jam) Output (kj/jam) 1. Air 15076,00 3487,75 2. Gliserol 1031361,08 234683,02 Beban Panas - 808266,31 Total 1046437,08 1046437,08 Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pada Filter (F-01) sebagai langkah terakhir Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pada Filter (F-01) sebagai langkah terakhir Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pada Filter (F-01) sebagai langkah terakhir Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pada Filter (F-01) sebagai langkah terakhir Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pada Filter (F-01) sebagai langkah terakhir Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pada Filter (F-01) sebagai langkah terakhir Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut,

40 2.5. Diagram Alir Proses dan Material Gambar 2.1. Diagram Alir Kualitatif Proses

41 Gambar 2.1. Diagram Alir Kuantitatif Proses

42 2.6. Tata Letak Pabrik dan Peralatan 2.6.1. Tata Letak Pabrik Lay Out pabrik adalah tempat kedudukan dari bagian-bagian pabrik yang meliputi tempat bekerjanya karyawan, tempat peralatan, dan tempat penyimpanan bahan, baik bahan baku maupun produk. Ditinjau dari segi hubungan satu dengan yang lain, tata letak pabrik harus dirancang sedemikian rupa sehingga penggunaan area pabrik dapat efisien dan kelancaran proses produksi dapat terjamin. Dalam penentuan tata letak pabrik harus diperkirakan penempatan alat-alat produksi sedemikikan rupa sehingga keamanan, keselamatan dan kenyamanan bagi karyawan dapat dipenuhi. Selain peralatan yang tercantum dalam flow sheet proses, beberapa bangunan fisik lain seperti kantor, bengkel, poliklinik, laboratorium, kantin, pos penjagaan dan sebagainya hendaknya ditempatkan pada bagian yang tidak menganggu, ditinjau dari segi lalu lintas barang, kontrol dan keamanan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan tata letak pabrik adalah: Perluasan pabrik dan kemungkinan penambahan bangunan. Perluasan pabrik harus sudah masuk dalam perhitungan sejak awal, supaya masalah kebutuhan tempat tidak timbul di masa yang akan datang. Sejumlah area khusus sudah disiapkan untuk dapat dipakai sebagai perluasan pabrik, penambahan peralatan untuk menambah kapasitas pabrik ataupun mengolah produknya sendiri ke produk yang lain. Keamanan Keamanan terhadap kemungkinan adanya bahaya kebakaran, ledakan, asap/gas beracun harus benar-benar diperhatikan di dalam penentuan tata letak pabrik. Untuk itu harus dilakukan penempatan alatalat pengamanan seperti hydrant, penampung air yang cukup, penahan ledakan. Tangki penyimpan bahan atau produk berbahaya harus diletakkan di area yang khusus serta perlu adanya jarak antara bangunan yang satu

43 dengan yang lain guna memberikan pertolongan dan menyediakan jalan bagi karyawan untuk menyelamatkan diri. Luas area yang tersedia Kemampuan penyediaan area umumnya terbatas karena harga tanah. Pemakaian tempat disesuaikan dengan area yang tersedia. Jika harga tanah amat tinggi, maka diperlukan efisiensi dalam pemakaian ruangan, sehingga peralatan tertentu diletakkan di atas peralatan yang lain ataupun lantai ruangan diatur sedemikian rupa agar dapat menghemat tempat. Instalasi dan utilitas Pemasangan dan distribusi yang baik dari gas, udara, steam dan listrik akan menyebabkan kemudahan kerja dan perawatannya. Tempat proses ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah dicapai oleh petugas, kelancaran operasi terjamin dan mudah perawatannya. 2.6.2. Tata Letak Peralatan Proses Lay Out Peralatan Proses adalah tempat kedudukan alat-alat yang digunakan dalam proses produksi. Tata letak alat-alat proses harus dirancang sedemikian rupa sehingga kelancaran produksi dapat terjamin, penggunaan luas lantai dapat lebih efektif, keselamatan dan kenyamanan kerja karyawan dapat ditingkatkan, biaya penanganan material menjadi rendah dan turunnya atau terhindarnya pengeluaran untuk kapital yang tidak penting. Jika lay out peralatan proses disusun sedemikian rupa sehingga urut-urutan proses produksi lancar, maka alat angkut yang biayanya mahal tidak perlu dibeli oleh perusahaan. Dalam perencanaan lay out peralatan proses pada pabrik ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu: Aliran bahan baku dan produk Kelancaran dan keamanan produksi, serta keuntungan ekonomis yang besar dapat dicapai dengan adanya aliran bahan baku dan produk

44 yang tepat. Yang perlu juga diperhatikan adalah elevasi pipa, untuk pipa diatas tanah perlu dipasang pada ketinggian 3 m atau lebih, sedangkan untuk pemipaan pada permukaan tanah diatur sedemikian rupa sehingga lalu lintas pekerja tidak terganggu oleh hal tersebut. Lalu lintas manusia Hendaknya diperhatikan jarak antar alat dan lebar jalan agar seluruh alat proses dapat dicapai oleh pekerja dengan cepat dan mudah supaya jika terjadi gangguan alat proses dapat segera diperbaiki. Selain itu keamanan pekerja selama tugas perlu diprioritaskan. Jarak antar alat proses Untuk alat proses dengan tekanan dan suhu operasi tinggi sebaiknya dipisahkan dari alat proses lainnya. Aliran udara Aliran udara di dalam dan di sekitar area proses perlu diperhatikan supaya lancar. Hal ini bertujuan untuk menghindari stagnasi udara pada suatu tempat yang dapat mengakibatkan akumulasi bahan kimia yang berbahaya, sehingga dapat membahayakan keselamatan pekerja. Cahaya Penerangan seluruh pabrik harus memadai pada tempat-tempat proses yang berbahaya atau berisiko tinggi. Tata letak alat proses Dalam menempatkan alat-alat proses pada pabrik diusahakan agar dapat menekan biaya operasi dan menjamin kelancaran dan keamanan produksi pabrik sehingga dapat menguntungkan dari segi ekonomi. Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pada Filter (F- 01) sebagai langkah terakhir proses. Selanjutnya Gliserol dialirkan ke Tangki Penyimpan Produk (T-02). Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pa

45 10 6 5 15 11 17 4 17 Jalan Raya 14 2 8 1 1 12 3 9 13 17 7 16 17 Gambar 2.3. Tata Letak Pabrik Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pada Filter (F- 01) sebagai langkah terakhir proses. Selanjutnya Gliserol dialirkan ke Tangki Penyimpan Produk (T-02). Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pada Filter (F- 01) sebagai langkah terakhir proses. Selanjutnya Gliserol dialirkan ke Tangki Penyimpan Produk (T-02). Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut, gliserol dilewat

46 Tabel 2.17. Keterangan Gambar dan Perincian Luas Pabrik No Lokasi Ukuran (m) Luas (m 2 ) 1 Pos Keamanan a. (5 x 5) 25 b. (5 x 5) 25 2 Ruang control (14 x 28) 392 3 Gudang (27 x 27) 729 4 Kantor (34 x 86) 2.924 5 Tempat ibadah (20 x 20) 400 6 Kantin (20 x 13) 260 7 Poliklinik (20 x 20) 400 8 Laboratorium (37 x 13) 481 9 Bengkel (15 x 27) 405 10 Perpustakaan (14 x 20) 280 11 Daerah proses (70 x 112) 7.840 12 Daerah utilitas (40 x 27) 1.080 13 K3 dan fire hidran (13 x 27) 351 14 Unit pengolahan limbah (18 x 26) 468 15 Daerah pengembangan (17 x 103) 1.751 16 Area Parkir (20 x 27) 540 17 Taman - - 18 Luas Bangunan (No.1 s/d 16) 18.351 Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pada Filter (F- 01) sebagai langkah terakhir proses. Selanjutnya Gliserol dialirkan ke Tangki Penyimpan Produk (T-02). Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pada Filter (F- 01) sebagai langkah terakhir proses. Selanjutnya Gliserol dialirkan ke Tangki Penyimpan Produk (T-02).

47 Gambar 2.4. Tata Letak Alat Proses (Skala 1 : 300) Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pada Filter (F- 01) sebagai langkah terakhir proses. Selanjutnya Gliserol dialirkan ke Tangki Penyimpan Produk (T-02). Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pada Filter (F- 01) sebagai langkah terakhir proses. Selanjutnya Gliserol dialirkan ke Tangki Penyimpan Produk (T-02). Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pada Filter (F- 01) sebagai langkah terakhir proses. Selanjutnya Gliserol dialirkan ke Tangki Penyimpan Produk (T-02). Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pada Filter (F- 01) sebagai langkah terakhir proses. Selanjutnya Gliserol dialirkan ke Tangki Penyimpan Produk (T-02). Activated Charcoal. Selanjutnya untuk menghilangkan Activated Charcoal yang terikut, gliserol dilewatkan pada Filt