BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perusahaan merupakan suatu wadah bagi sekumpulan orang untuk

dokumen-dokumen yang mirip
2014, No dalam huruf a telah mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia sesuai hasil Rapat Kerja Komisi VII Dewan Perwakil

Tanya Jawab Seputar PLN, Menyongsong 2013

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Tanya Jawab Seputar Tarif Tenaga Listrik 2015

PENDAHULUAN. Latar Belakang

2 b. bahwa penyesuaian Tarif Tenaga Listrik Yang Disediakan Oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara sebagaimana dimaksud dala

PENGHAPUSAN SUBSIDI LISTRIK MELALUI PENYESUAIAN TARIF TENAGA LISTRIK SECARA BERTAHAP UNTUK GOLONGAN TERTENTU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN SINGKAT KOMISI VI DPR RI B I D A N G PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN, KOPERASI DAN UKM, BUMN, INVESTASI, BSN DAN KPPU

Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia

PENURUNAN TARIF LISTRIK SEBAgAI DAmPAK TURUNNyA. David Firnando Silalahi Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan

2016, No Listrik yang disediakan oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara; b. bahwa penerapan subsidi tarif tenaga lis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. ISAK 8 merupakan panduan untuk menentukan apakah suatu perjanjian

DUKUNGAN PEMERINTAH TERHADAP PT. PLN (PERSERO)

Kenaikan TDL Konferensi Pers. Jakarta, 29 Juni 2010

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENESDM. Tenaga Listrik. PT. PLN. Tarif. Perubahan.

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero)

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI SAL DALAM RAPBN I. Data SAL

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA S..A...LINAN

2015, No d. bahwa untuk meningkatkan transparansi, efektifitas, efisiensi, dan pertanggungjawaban subsidi listrik, perlu mengatur kembali tata

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Berdasarkan hasil analisis hasil estimasi mode l subsidi harga listrik da n hasil

DAMPAK INFLASI KEBIJAKAN PENYESUAIAN TTL 900 VA UNTUK RUMAH TANGGA MAMPU

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

Gambar 1. Rata-rata Proporsi Tiap Jenis Subsidi Terhadap Total Subsidi (%)

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2010 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG

SUBSIDI LISTRIK DAN PERMASALAHANNYA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Tarif. Tenaga Listrik. PT. PLN.

Penyesuaian Tarif Listrik Tahun 2014 per 1 Juli 2014

TANYA JAWAB Pelaksanaan Kebijakan Subsidi Listrik Tepat Sasaran

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2000 TENTANG HARGA JUAL TENAGA LISTRIK YANG DISEDIAKAN OLEH PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)

BAB IV ANALISA MASALAH DAN PEMBAHASAN. PT. PLN P3B sesuai Keputusan Direksi memiliki peran dan tugas untuk

faktor yang dimiliki masing-masing negara, antara lain sistem ekonomi, kualitas birokrasi. Sistem ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, setiap negara dituntut untuk semakin maju dan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum BUMN

Rencana Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik Dialog Energi Tahun 2017

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

ANALISIS RASIO PROFITABILITAS PADA PT PLN (PERSERO)

BAB I PENDAHULUAN. keunggulan kompetitif dan daya saing yang kuat. BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya

TAMBAHAN SUBSIDI LISTRIK RP 24,52 TRILIUN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SAL SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF SUMBER PEMBIAYAAN DALAM APBN

PENGARUH PENYESUAIAN TARIF TENAGA LISTRIK GOLONGAN RUMAH TANGGA TERHADAP INFLASI

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

DI INDONESIA TAHUN Pada bagian ini akan diuraikan mengenai gambaran umum kelistrikan di

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

PT PLN (Persero) 17 April 2014

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Pengaturan Berbasis Kinerja (Performance Based Regulatory/PBR) pada Subsidi Listrik

BAB I PENDAHULUAN. persaingan pada setiap jenis usaha. Hal ini menuntut perusahaan dapat

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. krisis moneter yang telah melumpuhkan perekonomian di Indonesia sehingga

PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA

I. PENDAHULUAN. negara, tetapi pembangunan memiliki perspektif yang luas lebih dari itu. Dimensi

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

PT PENYELENGGARA PROGRAM PERLINDUNGAN INVESTOR EFEK INDONESIA

2017, No dilakukan pemeriksaan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK); c. bahwa sesuai ketentuan Pasal 3 ayat (2), Pasal 30, dan Pasal 32 Undang-U

BAB II LANDASAN TEORI. lagi bahwa akuntansi disebut sebagai bahasa dari keputusan-keputusan. Hal ini

ANALISIS LAPORAN ARUS KAS PADA PT. PLN (PERSERO) AREA MAKASSAR SHELLA KRIEKHOFF POLITEKNIK NEGERI AMBON

Perkembangan Perekonomian dan Arah Kebijakan APBN 2014

PSAK 8 - Peristiwa setelah Periode Pelaporan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN. Keputusan bisnis sekarang ini sebagian besar dipengaruhi oleh pajak, yang

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

APAKAH SUBSIDI BBM BEBAN BERAT BAGI APBN?

2 Menetapkan: 2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lembar

Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat, berilah tanda (X)

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. PT. PLN atau Perusahaan Listrik Negara merupakan suatu perusahaan yang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN NEGARA. APBN Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4848)

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai perusahaan penyedia listrik milik pemerintah di tanah air, PT.

BESAR SUBSIDI UNTUK DISTRIBUSI JAWA TIMUR TAHUN 2007 SEBESAR Rp.224,21/kWh

KAJIAN EVALUASI RISIKO FISKAL ATAS KEBIJAKAN PSO DAN PEMBENTUKAN HOLDING COMPANY

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL,

KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 10 AKUNTANSI KEWAJIBAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi global yang semakin pesat menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

BAB I PENDAHULUAN. meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan

Keuangan Negara dan Perpajakan. Avni Prasetia Putri Fadhil Aryo Bimo Nurul Salsabila Roma Shendry Agatha Tasya Joesiwara

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG

BAB IV. Analisis Hasil dan Pembahasan

BAB IV ANALISIS 4.1 Pencatatan Piutang Pelanggan PT. PLN (Persero) UPJ Ujungberung

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu wadah bagi sekumpulan orang untuk melakukan kegiatan usaha guna mendapatkan keuntungan. Adanya keuntungan atau kerugian dapat diketahui apabila perusahaan mempunyai pencatatan keuangan yang baik. Akuntansi menjadi mempunyai peranan penting dalam hal ini. Sesuai dengan pengertiannya menurut Paul Gardy dalam ARS No.7 AICPA, 1965, akuntansi merupakan suatu body of knowledge serta fungsi organisasi yang secara sistematik, orisinal dan autentik, mencatat, mengklasifikasikan, memproses, mengikhtisarkan, menganalisi, menginterpretasikan seluruh transaksi dan kejadian serta kerakter keuangan yang terjadi dalam operasi entitas akuntansi dalam rangka menyediakan informasi yang berarti yang dibutuhkan manajemen sebagai laporan dan pertanggungjawabanatas kepercayaan yang diterimanya. Definisi lain menurut Accounting Principle Board (APB) dalam statement No.4, akuntansi adalah sebuah kegiatan jasa (service activity) fungsinya adalah untuk memberikan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat finansial, tentang entitas-entitas ekonomi yang dianggap berguna dalam pengambilan keputusankeputusan ekonomi, dalam penentuan pilihan-pilihan logis di antara tindakantindakan alternatif. 1

2 Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi merupakan suatu kegiatan pencatatan yang menginterpretasikan seluruh transaksi dan kejadian keuangan yang terjadi dalam suatu perusahaan, yang berisi informasiinformasi yang dibutuhkan manajemen dan berguna dalam pengambilan keputusan. Informasi-informasi keuangan tersebut disajikan dalam sebuah laporan keuangan. Menurut Wiwin Yadiati (2007) Laporan keuangan adalah informasi keuangan yang disajikan dan disiapkan oleh manajemen dari suatu perusahaan kepada pihak internal dan eksternal, yang berisi seluruh kegiatan bisnis dari satu kesatuan usaha yang merupakan salah satu alat pertanggung jawaban dan komunikasi manajemen kepada pihak-pihak yang membutuhkannya. Laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk Perusahaan Perseroan berkewajiban untuk menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum dengan tetap memperhatikan tujuan perusahaan yaitu untuk menghasilkan keuntungan sesuai dengan Undang-undang No. 19 tahun 2000. Dengan adanya pertumbuhan pembangunan di Indonesia maka semakin meningkat juga jumlah pelanggan dan kebutuhan listrik di Indonesia. Dewasa ini PLN sendiri terus melakukan pembangunan infrastruktur sebagai persiapan dalam menyambut era baru pengembangan ketenaga listrikan dimasa yang akan datang. Meningkatnya jumlah pelanggan tentu akan meningkatkan penjualan tenaga listrik seperti dalam grafik berikut ini :

3 Grafik 1.1 Grafik Penjualan Tenaga Listrik Penjualan tenaga listrik yang dilakukan oleh PLN menggunakan tarif yang diatur oleh pemerintah dalam Peraturan Mentri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia tentang tarif tenaga listrik yang disediakan oleh perusahaan perseroan (Persero) Perusahaan Listrik Negara. Tarif tenaga listrik terdiri atas tarif tenaga listrik reguler dan tarif tenaga listrik prabayar. Tarif tenaga listrik reguler merupakan tarif tenaga listrik yang dibayarkan setelah pemakaian tenaga listrik oleh konsumen. Sedangkan tarif tenaga listrik prabayar merupakan tarif tenaga listrik yang dibayarkan sebelum pemakaian tenaga listrik oleh kunsumen. Pada tahun 2013 tarif tenaga listrik mengalami kenaikan secara bertahap, di beberapa golongan pelanggan listrik yang terkena kenaikan TTL. Yang pertama, golongan I3 (tarif tenaga listrik untuk keperluan industri diatas 200kVA)

4 yang tarifnya naik 8,6% dan I4 (tarif tenaga listrik untuk keperluan industri diatas 30.000kVA) yang naik 13,3% setiap dua bulan. Sementara itu, ada enam golongan listrik yang naik di tahap kedua per dua bulan sampai November. Mereka adalah golongan I3 non listed yang kenaikannya bertahap 11,57%, golongan R3 kapasitas 3.500-5.000 VA yang naik bertahap 5,7%, golongan P2 dengan daya di atas 200 kva yang naik 5,36%. Tak hanya tiga golongan listrik di atas yang mengalami kenaikan listrik bertahap per dua bulan, golongan R1 dan P3 pun juga mengalami hal serupa. Golongan RI yang berdaya 2.200 VA pun tarifnya naik 10,43% per dua bulan, golongan P3 naik 10,69% per dua bulan, dan golongan R1 dengan daya 1.300 kva mengalami kenaikan bertahap 11,36%. Berikut tarif tenaga listrik pada tahun 2013 :

5 Tabel 1.1 Tarif Tenaga Listrik Rata-rata Menurut Golongan Tahun 2013 Golongan Tarif TTL 2013 S1 2013 314,50 S2 2013 682,08 S3 2013 863,20 R1 2013 711,48 R2 2013 1.058,80 R3 2013 1.327,40 B1 2013 769,73 B2 2013 1.351,70 B3 2013 1.049,60 I1 2013 788,72 I2 2013 1.032,50 I3 2013 826,30 I4 2013 679,30 P1 2013 967,24 P2 2013 966,50 P3 2013 926,60 T 2013 737,50 L 2013 1.169,70 Sumber : Diolah dari data PT PLN (Persero) Harga jual rata-rata tarif listrik tahun 2013 meningkat dari Rp728,32/kWh tahun 2012 menjadi Rp818,41/kWh di tahun 2013 sebagai konsekuensi dilaksanakannya kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) secara bertahap pada tahun 2013, namun harga jual rata-rata tarif listrik ini masih di bawah Biaya Pokok Penyediaan (BPP) tahun 2013 sebesar Rp1.380/kWh sehingga masih diperlukan subsidi listrik. Berdasarkan UU nomor 19 tahun 2003 tentang BUMN, Pemerintah harus memberikan subsidinya untuk menutupi melonjaknya biaya produksi listrik sehingga tidak merugikan PLN. Pemerintah juga harus memantau PLN agar melakukan efisiensi dalam produksi baik dengan mengurangi pemakaian BBM

6 atau mencari bahan bakar alternatif misalnya dengan batubara, gas bumi dan tenaga surya, mengingat harga BBM semakin meningkat sehingga biaya produksi semakin bertambah dan tarif tenaga listrik yang sebenarnya (tanpa subsidi pemerintah) tentu akan meningkat juga. Kenaikan tarif tenaga listrik yang diberlakukan oleh pemerintah beralasan bahwa beban subsidi semakin meningkat bila tarif listrik tidak dinaikan. Sebaliknya jika pemerintah menaikan tarif tenaga listrik maka terjadi penghematan anggaran. Pemerintah juga berharap dengan kenaikan tarif tenaga listrik dapat menjaga kesinambungan fiskal sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kebijakan pemerintah dalam menaikan tarif tenaga listrik dinilai baik, Avliliani (2014) menyatakan bahwa pencabutan subsidi lisrik berdampak pada kenaikan inflasi 0,1% - 0,2% mampu menghemat pengeluaran sebesar Rp. 8,51 triliyun. Dari sisi konsumen, terutama kalangan industri, akan mendorong mereka untuk lebih efisien dalam kegiatan produksinya. Selama ini, banyak industri yang masih menikmati subsidi sehingga harga listrik yang dijual bukan merupakan harga yang sebenarnya. Untuk kelompok rumah tangga, pemerintah telah menghitung beban yang harus dibayar konsumen setiap bulannya, terutama konsumen yang dinilai mampu masih dalam batas keterjangkauan mereka. Aviliani (2014) juga menyatakan bahwa, yang pasti penghapusan subsidi dengan penyesuaian TTL ini tidak berimbas pada pelanggan kecil dengan daya 450 VA dan 900 VA (http://www.tribunnews.com).

7 Subsidi listrik dihitung dari selisih negatif antara harga jual tenaga listrik rata-rata (Rp/kWh) dari masing-masing golongan tarif dikurangi Biaya Pokok Penyediaan (BPP) tenaga listrik (Rp/kWh) pada tegangan di masing-masing golongan tarif dikalikan volume penjualan (kwh) untuk setiap golongan tarif. Akumulasi besaran subsidi yang diperlukan oleh Perseroan tersebut ditentukan oleh Pemerintah dengan persetujuan DPR, diputuskan untuk masing-masing tahun operasional dan dibayarkan oleh Pemerintah sesuai jadwal realisasi APBN tahun berjalan. Subsidi listrik yang dianggarkan dalam APBN Tahun Anggaran 2013 sebesar Rp80,94 triliun yang telah disetujui dan disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI serta telah diterbitkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 19 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2013. Berikut besaran subsidi selama 5 tahun terakhir : Tabel 1.2 Besaran Subsidi Listrik Sumber : diolah dari PT PLN (Persero) Selama beberapa periode, neraca keuangan produsen listrik milik negara ini selalu merah karena berbagai sebab, salah satunya karena kurs rupiah yang melemah. Seperti yang disebutkan dalam beberapa media eletronik, diantarnya Ananda Putri (2014) menyatakan bahwa Rugi seolah tidak lepas membayangi Perusahaan Listrik Negara ini, kemudian oleh Ayu Prima Sandi (2014)

8 menyatakan bahwa kinerja keuangan Listrik Negara sepanjang 2013 tak cemerlang (http://www.tempo.com) Berdasarkan laporan keuangan PLN, kerugian terbesar perusahaan itu terjadi pada 2013 sebesar Rp 39,2 triliun. Nilai kerugian terbesar berikutnya pada 2000 sebesar Rp 24,61 triliun. Adapun pada 1998 PLN merugi Rp 9,2 triliun, dan pada 1999 PLN rugi sebesar Rp 11,37 triliun. Berikut grafik yang menunjukan tingkat laba atau rugi PT PLN (Persero) selama 3 tahun terakhir. Grafik 1.2 Grafik Tingkat Laba 2011-2013 20.000 10.000 - (10.000) 7.872 1.013 2011 2012 2013 (20.000) (30.000) (40.000) (39.200) (50.000) Sumber : Diolah dari data PT PLN (Persero) Grafik diatas menunjukan bahwa laba PLN pada tahun 2011 adalah sebesar Rp. 7,872 triliun, kemudian pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar Rp. 6,859 triliun menjadi Rp. 1,013 triliun. Sedangkan, pada tahun 2013

9 PLN mengalami kerugian sebesar Rp. 39,2 Triliun. Sebagai dampak terdepresiasinya nilai tukar rupiah hingga sebesar 20,8% (kurs tengah tahun 2013), perusahaan mengalami kerugian akibat selisih kurs sebesar Rp. 48,10 triliun. Setelah ditambah dengan bunga dan lain-lain maka jumlah bebar diluar usaha menjadi sebesar Rp. 75,72 triliun, sehingga pada tahun 2013 perusahaan mengalami rugi bersih sebesar Rp. 29,57 triliun. Direktur Keuangan PLN, Setio Anggoro Dewo, mengatakan perseroan merugi sepanjang tahun lalu. "Ini karena terjadi rugi kurs akibat utang PLN didominasi oleh valas," kata Dewo dalam rapat kerja dengan Komisi Energi DPR, Senin, 10 Februari 2014. Menurut dia, keuntungan perusahaan sedikit karena 30 persen dari total utang PLN didominasi oleh utang valuta asing. "Utang valas tersebut misalnya pinjaman dari ADB, World Bank, lembaga lain dari satu negara seperti JICA, JBIC, dan bank dari Prancis AFD, termasuk global bond. Itu semua tergantung dinamika kurs," ujarnya (htttp://tempo.co.id). Pada Semester I tahun 2014, PT PLN (Persero) meraup laba bersih Rp 12,3 triliun, melonjak 158% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, Direktur Utama PLN, Nur Pamudji menjelaskan "Itu pendapatan semester I-2014 dibandingkan semester I-2013. Kan tahun lalu kita rugi kurs, ruginya hingga Rp 48 triliun, tahun ini kita ada untung dari kurs. Seperti yang diketahui PLN mengalami kerugian yang sangat besar pada tahun 2013 Ruginya itu cuma di catatan doang, tidak ada uang fisiknya hanya di neraca keuangan saja, Memang ada (pemasukan dari TTL), cuma itu hanya sebagian kecil, yang lebih besar itu dari konsumsi listrik pelanggan dan pertumbuhan konsumsi listrik. Konsumsi

10 listrik kita terus tumbuh pesat," katanya ketika ditemui di acara Halal Bihalal di Kantor Pusat PLN, Jakarta, Senin 04 Agustus 2014 (http://finance.detik.com). Pengakuan selisih kurs yang dilakukan oleh Perusahaan Listrik Negara ini sudah sesuai dengan yang dijelaskan dalam PSAK No. 10, mengenai pengakuan selisih kurs (recognation of exchange differences) Selisih kurs timbul apabila terdapat perubahan kurs antara tanggal transaksi dan tanggal penyelesaian (settlement date) pos moneter yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing. Bila timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam suatu periode akuntansi yang sama, maka seluruh selisih kurs diakui dalam periode tersebut. Namun jika timbulnya dan diselesaikannya suatu transaksi berada dalam beberapa periode akuntansi, maka selisih kurs harus diakui untuk setiap periode akuntansi dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk masing-masing periode. Salah satu sumber keuntungan PLN pada semester 1 2014 adalah laba selisih kurs sekitar Rp 4,4 triliun. Selain dari untung selisih kurs, peningkatan laba bersih ini antara lain terdorong kenaikan pendapatan dari penjualan listrik. Kenaikan pendapatan dan laba usaha berasal dari peningkatan volume penjualan listrik. Selain jumlah pelanggan bertambah, PLN menikmati tambahan pendapatan dari kenaikan bertahap Tarif tenaga Listrik yang juga naik beberapa kali tahun ini. Bambang Dwiyanto (2014) mengemukakan bahwa Laporan keuangan PT PLN (Persero) per 30 Juni 2014 unaudited menunjukkan angka yang signifikan

11 terhadap pertumbuhan pendapatan usaha yakni Rp. 145,1 triliun dibandingkan dengan periode yang sama 30 Juni 2013 yakni Rp. 116,7 triliun, naik Rp. 28,4 triliun atau 24,3%. Meningkatnya pendapatan usaha di Semester I 2014 ini disebabkan kenaikan volume penjualan kwh tenaga listrik menjadi sebesar 96,560 Tera Watt hour (TWh) atau naik 6,7% dibanding dengan periode yang sama tahun 2013. Kenaikan volume penjualan merupakan bukti nyata bahwa PLN telah memberikan dukungan serta kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan juga sebagai upaya untuk terus meningkatkan angka rasio elektrifikasi. Bambang Dwiyanto (2014) mengemukakan bahwa PLN terus menyambung listrik ke pelanggan dan hingga Juni 2014 jumlah pelanggan Perseroan mencapai 55,74 juta pelanggan. Disisi lain, beban usaha pada Semester I 2014 tercatat sebesar Rp. 118,5 triliun, meningkat 20,5% dibandingkan Semester I 2013 sebesar Rp. 98,3 triliun. Meningkatnya beban usaha ini terutama dikarenakan peningkatan konsumsi listrik nasional dan adanya kenaikan harga bahan bakar, pelumas untuk melayani peningkatan permintaan tenaga listrik para pelanggan dan pengguna listrik yang tersebar diseluruh wilayah di Indonesia. Dengan demikian laba usaha Perseroan pada Semester I 2014 adalah Rp. 26,6 triliun, naik sebesar Rp.8,2 triliun atau 44,8% dibanding dengan periode yang sama tahun 2013 Rp. 18,4 triliun. Persentase kenaikan beban usaha terlihat lebih rendah dibanding persentase kenaikan pendapatan usaha. Hal ini menunjukkan upaya efisiensi yang terus dijaga oleh PLN. Perseroan terus melakukan kontrol terhadap pengeluaran

12 untuk beban usaha, khususnya untuk biaya kepegawaian dan pemeliharaan yang merupakan controllable cost bagi Perseroan. Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk menyusun skripsi dengan judul : PENGARUH SUBSIDI DAN TARIF TENAGA LISTRIK TERHADAP TINGKAT LABA PADA PT PLN (PERSERO) PERIODE TAHUN 2012-2013 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat diidentifikasi masalah-masalah yang relevan dengan penelitian ini : 1. Apakah subsidi berpengaruh terhadap tingkat laba PT PLN (Persero) 2. Apakah tarif tenaga listrik berpengaruh terhadap tingkat laba PT PLN (Persero) C. Pembatasan Masalah Dalam perhitungan subsidi listrik yang ditetapkan dalam APBN sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia terdapat variable margin. Yang dimaksud margin disini adalah margin keuntungan yang ditetapkan pemerintah untuk PLN pada tahun 2012 dan 2013 yaitu sebesar 7%. Walapun terdapat margin keuntungan yang sudah ditetapkan pemerintah untuk PLN, tetapi PLN tetap saja mengalami kerugian. Kerugian yang dialami PLN pada tahun 2013 tersebut disebabkan oleh besarnya kerugian selisih kurs mata uang asing pada

13 periode tersebut. Dengan mempertimbangkan hal-hal diatas, maka peneliti membatasi penelitian mengenai laba yaitu pada laba sebelum pos keuangan dan lain-lain. D. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapat dari penelitian ini adalah 1. Untuk mengetahui pengaruh subsidi listrik terhadap tingkat laba PT PLN (Persero) 2. Untuk mengetahui pengaruh tarif tenaga listrik (TTL) terhadap tingkat laba PT PLN (Persero) E. Kontribusi Penelitian Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi baik itu kontribusi praktik maupun kontribusi kebijakan PT PLN (Persero), diantaranya sebagai berikut : 1. Kontribusi Praktik Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada perusahaan mengenai korelasi antara beberapa variabel yang terdapat dalam laporan laba rugi diantaranya adalah mengenai tarif tenaga listrik, subsidi dan tingkat laba. Dengan meneliti beberapa variabel yang dianggap penting dalam laporan keuangan diharapkan penelitian ini dapat menjadi

14 bagian dari annual report tahunan dalam rangka peningkatan kualiatas tata kelola dan inovasi operasional. 2. Kontribusi Kebijakan Memberikan informasi kepada Manajemen mengenai seberapa besar pengaruh subsidi dan tarif tenaga listrik terhadap tingkat laba yang dicapai selama periode tahun 2012-2013, serta mengetahui apakah ada faktor lain yang sangat mempengaruhi tingkat laba. Manfaat lain yaitu membantu manajemen PT PLN (Persero) dalam menyajikan data yang digunakan sebagai dasar usulan tarif tenaga listrik (TTL) kepada pemerintah. Dengan tarif tenaga listrik yang sesuai diharapkan stabilitas ekonomi di Indonesia dapat terus dijaga dan terus berkembang. Diharapkan data ini juga dapat membantu para manajemen PT PLN (Persero) dalam menjaga keandalan PT PLN (Persero) sebagai perusahaan perseroan yang berkewajiban untuk menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum dengan tetap memperhatikan tujuan perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan.