KEMAMPUAN SISWA MEMERANKAN ISI DONGENG DI KELAS II SDN 6 BULANG SELATAN KABUPATEN BONE BOLANGO. Normala Is. Abd.Rahman. (Mahasiswa jurusan S1 PGSD)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORETIS. Menurut Anggiat M. Sinaga dan Sri Hadiati (dalam Nasrianti Burhan:

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan dengan baik dan benar pada anak didik kita. Semua pelajaran tentunya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan terhadap empat

BAB I PENDAHULUAN. berfikir, menalar, menghayati, kehidupan dan alat komunikasi. suara atau tanda atau lambang yang dikeluarkan oleh manusia untuk

PENERAPAN TEKNIK DIALOG DALAM MENULIS KALIMAT TANYA PADA SISWA KELAS III SDN 1 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO. Oleh : Rukmana Ismail

Monolog/Dongeng PERTEMUAN KE-5. > Berbicara dalam kegiatan monolog/dongeng - Konsep monolog/dongeng - Persiapan monolog/dongeng

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membiasakan peserta didik aktif dalam kegiatan berbahasa secara lisan.

BAB III METODE PENELITIAN. Bolango. Alasan peneliti memilih sekolah tersebut karena sekolah tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB II LANDASAN TEORI. suatu cerita bohong, cerita bualan, cerita khayalan, atau cerita mengada-ada

PENERAPAN TEKNIK BERCERITA DALAM MENENTUKAN UNSUR INTRINSIK DONGENG SISWA KELAS V SDN 1 SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Salah satu bidang pengembangan dalam pertumbuhan keterampilan dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag

Pengaruh Menyimak Cerita terhadap Kemampuan Bercerita Fiksi pada Anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

PENERAPAN METODE ROLE PLAYING DALAM BERMAIN DRAMA PADA SISWA KELAS V SDN 6 BULANGO SELATAN KECAMATAN BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BULANGO Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini tumbuh dan berkembang lebih pesat dan fundamental pada awalawal

belajar, belajar seraya bermain, dengan demikian anak akan memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari semua bidang studi. Bahasa Indonesia berperan sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. lain dan meningkatkan kemampuan intelektual. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maulida Zahara, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dibedakan atas empat aspek keterampilan, yaitu keterampilan menyimak,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siska Novalian Kelana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain. Hubungannya itu antara lain berupa menyampaikan isi pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Metode keilmuan adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan yang berupa

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. yakni sebagai bahasa Negara dan Bahasa Nasional. Mengingat fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No. 20

MENDONGENG DI SEKOLAH Oleh: Eko Santosa

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. upaya lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia

BAB V MODEL PEMBELARAN DAN RANCANGANNYA. 5.1 Model Pembelajaran Novel Laskar Pelangi melalui Pembelajaran Apresiasi Sastra di SMP

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam meniti karir misalnya, dapat juga ditentukan oleh terampil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik, manusia yang berbudaya dan berkepribadian baik. Pendidikan yang baik

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

BAB II KAJIAN TEORI. dapai dipakai apabila konsep-konsep aktivitas dan ketentuan-ketentuan serta prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan mata pelajaran eksak, namun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Terampil berbahasa sangat penting dikuasai.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rifki Arif Nugraha, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan sosial dan keterampilan berbicara merupakan hal yang paling

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Pendidikan Taman Kanak-Kanak memiliki peran yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

KEMAMPUAN SISWA MEMBERI TANGGAPAN DARI CERITA TEMAN DI KELAS III SDN 4 BONE KABUPATEN BONE BOLANGO. Oleh

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat

BAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa sangat penting, karena belajar bahasa berarti belajar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pemberian tugas menceritakan kembali cerita dengan menggunakan model picture and

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK MELALUI METODE BERMAIN PERAN USIA 5 6 TAHUN DI TK 011 PERMATAKU MERANGIN KABUPATEN KAMPAR

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur 5-10 tahun. Selain itu dongeng juga

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA DENGAN TEKNIK BERMAIN PERAN BAGI SISWA KELAS V SDN 2 NGALI KECAMATAN BELO KABUPATEN BIMA TAHUN

I. PENDAHULUAN. dengan lingkungannya. Dari proses belajar mengajar itu akan diperoleh suatu hasil, yang pada

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,

KEMAMPUAN SISWA MENULIS PUISI DI KELAS V SDN 13 BONGOMEME KECAMATAN BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO NURLAELA

BAB I PENDAHULUAN. potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan

Didaktik : Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, ISSN : Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Subang Volume I Nomor 2, Juli 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hesti Pratiwi, 2013

Indikator/ Materi Soal.

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang

2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA TENTANG MATERI MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE BERMAIN PERAN (ROLE PLAYING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS. Oleh : Ari Yanto )

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai. berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek yang

Nama Sekolah : Kelas / Semester : 2 / 2 : Lingkungan Waktu : 4 minggu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH

BAB II PEMBELAJARAN BERBICARA DAN METODE ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) Para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian berbicara di

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V SD NEGERI GESIKAN TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tulisan atau isyarat. Bahasa merupakan simbol-simbol yang disepakati dalam

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006, hlm.1. 1 Syaiful Bahri Jamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan

Transkripsi:

1 KEMAMPUAN SISWA MEMERANKAN ISI DONGENG DI KELAS II SDN 6 BULANG SELATAN KABUPATEN BONE BOLANGO Normala Is. Abd.Rahman (Mahasiswa jurusan S1 PGSD) UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan siswa memerankan isi dongeng di kelas II SDN 6 Bulango Selatan, dengan tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan bagaimana kemampuan siswa memerankan isi dongeng di kelas II SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini dimaksud untuk mendeskripsikan upaya guru dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam memerankan isi dongeng di kelas II SDN 6 Bulango Selatan, engan menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, tes dan dokumentasi. Dari hasil penelitian guru sudah melakukan berbagai upaya yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memerankan isi dongeng, baik dalam penggunaan media, model dan metode pembelajaran, melibatkan siswa dalam pembelajaran, memberikan fasilitas serta memberikan tugas-tugas dan evaluasi tentang memerankan isi dongeng itu semua sudah dilakukan seoptimal mungkin. Sehingga disimpulkan bahwa guru telah melakukan upaya meningkatkan kemempuan siswa dalam memerankan isi dongeng pada siswa kelas II SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango. Kata kunci : Kemampuan, memerankan, dongeng BAB I PENDAHULUAN Pembelajaran Bahasa Indonesia dapat membina siswa mengembangkan kemampuan mereka agar dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Pembinaan dan pengembangan itu terdiri atas empat macam yaitu kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat kemampuan tersebut harus dimiliki oleh setiap orang agar dapat berkomunikasi dengan baik. Kurangnya kemampuan pada salah satu keterampilan tersebut akan menyebabkan kurang efektifnya kegiatan komunikasi yang terjadi.

2 Salah satu keterampilan berbahasa adalah keterampilan berbicara. Berbicara sebagai kegiatan berbahasa yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan berbahasa lainnya. Hal yang sangat berharga untuk kegiatan berbicara dapat diperoleh melalui keterampilan menyimak, membaca dan menulis. Semakin banyak kegiatan untuk menyimak, membaca dan menulis akan mempermudah seseorang berbicara. Sebab dengan kegiatan tersebut akan memperbanyak kosakata yang dimiliki. Semakin banyak kosakata yang dimilki semakin mempermudah dan memperlancar seseorang untuk berbicara. Menurut Suherli Kusmana (2009:51) berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Salah satu keterampilan berbicara dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain yakni mendongeng. Mendongeng merupakan hal yang menyenangkan dan sangat penting untuk menumbuhkembangkan kemampuan berbicara seseorang. A. Aditya (2010:1) mengemukakan dongeng adalah karya sastra berbentuk prosa atau karangan yang isinya melukiskan suatu kejadian atau peristiwa. Selanjutnya menurut Yudi Irawan (2010:2) yaitu pada saat baik mendongeng dihadapan pendengar maupun secara tidak langsung tidak lepas dari pihak pendengar. Oleh karena itu, dalam mendongeng harus beranggapan bahwa ketika mendongeng sesungguhnya sedang berkomunikasi dengan pendengar. Jadi dongeng merupakan keterampilan berbahasa lisan yang menyenangkan yang isinya melukiskan suatu kejadian atau peristiwa. Ketika di sekolah dasar, mendongeng merupakan bagian dari kegiatan belajar yang diikuti siswa. Oleh karena siswa itu diharapkan memiliki kemampuan dalam mendongeng. Mendongeng sebagai salah satu sarana mengungkapkan pikiran, perasaan, gagasan kepada pihak lain dalam bentuk berbahasa lisan. Dalam hal ini siswa dilatih memerankan dongeng dengan kata-katanya sendiri secara singkat. Menurut Muhammad Noor (2010:54) bermain peran adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa

3 dengan memerankan sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankannya. Kegiatan bermain peran merupakan permainan yang mengasah kemampuan mengingat dan bereksplorasi dengan dunia hayal siswa-siswa. selain melatih daya serap dan pemahaman siswa, aktivitas bermain peran juga membuat siswa menjadi lebih terlatih untuk mengenal lingkungan sekitar, serta siswa akan dibiasakan untuk menghilangkan perbedaan dan sekat antara proses pelatihan saat bermain dengan realitas sebenarnnnya. Dalam bermain peran siswa meniru tindakan dan karakter dari orang-orang yang dikaguminya atau ditakutinya dari orang-orang yang berada disekitarnya, yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari maupun dari tokoh yang ditonton sehingga melibatkan penggunaan bahasa. Melalui kegiatan memerankan dongeng guru dapat melihat kemampuan siswa dalam penggunaan bahasa lisan yang baik dan benar. Bertolak dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul: Kemampuan Memerankan Isi Dongeng Pada Siswa Kelas II SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bonebolango BAB II KAJIAN TEORITIS A. Hakikat Memerankan 1. Pengertian Memerankan Menurut Muhammad Noor (2010:54) bermain peran adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Menurut Hafiz Muthoharoh, 2009 bermain peran adalah salah satu proses belajar mengajar yang tergolong dalam metode simulasi. Metode pengajaran simulasi terbagi menjadi 3 kelompok yaitu: (1) Permainan simulasi (simulation

4 games) yakni suatu permainan di mana para pemainnya berperan sebagai tempat pembuat keputusan, bertindak seperti jika mereka benar-benar terlibat dalam suatu situasi yang sebenarnya, dan atau berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan peran yang ditentukan untuk mereka, (2) Bermain peran (role playing) yakni memainkan peranan dari peran-peran yang sudah pasti berdasarkan kejadian terdahulu, yang dimaksudkan untuk menciptakan kembali situasi sejarah/peristiwa masa lalu, menciptakan kemungkinan-kemungkinan kejadian masa yang akan datang, menciptakan peristiwa mutakhir yang dapat diperkaya atau mengkhayal situasi pada suatu tempat dan/ atau waktu tertentu, dan (3) Sosiodrama (sociodrama) yakni suatu pembuatan pemecahan masalah kelompok yang dipusatkan pada suatu masalah yang berhubungan dengan relasi kemanusiaan. Sosiodrama memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan alternatif pemecahan masalah yang timbul dan menjadi perhatian kelompok. Selanjutnya menurut Eko Budi Santoso, 2011 bermain peran atau role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Jadi bermain peran atau role playing adalah sebuah permainan di mana para pemain memainkan peran tokoh-tokoh khayalan dan berkolaborasi untuk merajut sebuah cerita bersama. Siswa dapat berperan sebagai dan perilaku seperti orang lain sesuai dengan skenario yang telah disusun gurunya. Dalam hal ini diharapkan siswa memperoleh inspirasi dan pengalaman baru yang dapat memeperngaruhi sikap siswa. Guru mengatur sedemikian sehingga cerita yang disusun cukup bagus dan dapat menarik perhatian siswa, sehingga semata-mata semua siswa dapat masuk didalamnya, ikut merasakan dan ikut mengalaminya. Dengan demikian siswa diharapkan dapat menyesuaikan diri dalam situasi seperti pada cerita tersebut, serta dapat mengembangkannya.

5 2. Kelebihan Dan Kelemahan Memerankan Seperti halnya metode pembelajaran pada umumnya, metode bermain peran memiliki kelebihan disamping kelemahan-kelemahannya. Menurut Muhammad Noor (2010:54) kelebihan dan kelemahan metode bermain peran yaitu sebagai berikut: a. Kelebihan Memerankan 1) Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja sama 2) Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh 3) Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda 4) Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan b. Kelemahan Memerankan 1) Sosiodrama dan bermain peran memerlukan waktu yang relatif panjang 2) Melakukan kreatifitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun siswa didik, dan ini tidak semua guru maupun siswa yang memilikinya 3) Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk melakukan suatu adegan tertentu 4) Apabila pelaksanaan metode bermain peran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai 5) Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode bermain peran.

6 B. Hakikat Dongeng 1. Pengertian Dongeng Mendongeng merupakan keterampilan berbahasa lisan yang menyenangkan. Mendongeng sangat penting bagi penumbuhkembangan keterampilan berbicara, bukan hanya sebagai keterampilan komunikasi, melainkan juga sebagai seni. Menurut Yudi Irawan (2010:1) mendongeng adalah menceritakan dongeng, yaitu cerita yang tidak benar-benar terjadi (fiksi), terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh kepada pendengar. Selanjutnya menurut D.A Aditya (2010:38) dongeng adalah cerita khayalan atau cerita fantasi yang tidak masuk akal. Cerita yang disampaikan dalam dongeng merupakan cerita yang tidak pernah terjadi dan tidak mungkin terjadi. Dongeng termasuk jenis prosa lama. Jadi dongeng adalah cerita khayalan yang tidak benar-benar terjadi atau cerita fantasi yang tidak masuk akal. Menyampaikan dongeng yang menarik memang membutuhkan keterampilan khusus. Mulai dari cara menyampaikan cerita, kontrol volume dan intonasi suara, hingga menirukan suara maupun perilaku tiap-tiap karakter yang ada dalam cerita perlu diperhatikan. Dongeng dapat menjadi cara yang sangat efektif dalam berkomunikasi dan memasukan informasi pada pendengar selain itu juga dengan mendongeng dapat meningkatkan kognitif, afektif dan psikomotor bagi. Tentu mendongeng sebelum tidur dan mendongeng di kelas jelas berbeda. Memasukan informasi haruslah melalui suatu hal yang disenangi, pembelajaran yang menyenangkan akan memudahkan dalam menyerap informasi dan salah satunya yaitu dengan dongeng, pada fase ini, siswa mampu berimajinasi atau berfantasi berbagai hal. Mereka memainkan kursi sebagai mobil, kereta atau kuda, bermain peran dan lain-lain. Kemampuan anak yang berimajinasi ini perlu difasilitasi untuk meningkatkan daya imajinasinya yang kemudian akan mampu mengembangkan kognitif dan daya ingat.

7 Dongeng biasanya menceritakan hal-hal yang fantastis dan tidak masuk akal serta berlatar belakang atau dunia binatang. Isi cerita dongeng biasanya mencerminkan kehidupan bermasyarakat disuatu daerah tertentu. 2. Jenis-Jenis Dongeng Menurut Suryati terdapat banyak jenis jenis dongeng. Secara umum dongeng dibedakan menjadi enam jenis, yaitu: 1) Dongeng Fabel Cerita fabel atau cerita binatang adalah cerita yang tokoh-tokohnya adalah binatang-binatang. Dalam cerita fabel, binatang-binatang tersebut memiliki sifat dan perilaku seperti manusia, misalnya bersifat baik, rendah hati, bisa tertawa, bisa menangis, dan mampu berkata-kata. 2) Dongeng Biasa Dongeng biasa adalah jenis dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya adalah kisah suka duka seseorang. Misalnya dongeng Ande-Ande Lumut, Joko Kendil, Joko Tarub, Sang Kuriang, serta Bawang Putih dan Bawang Merah 3) Dongeng Legenda Dongeng legenda yaitu dongeng yang mengisahkan tentang terjadinya nama, antara lain : nama tempat, gunung, danau atau sungai. Dongeng yang berasal dari legenda dapat diadopsi dan disesuaikan dengan karakteristik anak. 4) Dongeng Mithe atau Mitos Mitos adalah cerita yang menceritakan tentang dewa-dewa, mahluk halus, dan hal-hal lain yang bersifat gaib yang berkaitan dengan kepercyaan masyarakat tempat cerita tersebut tumbuh dan berkembang. Menurut Dendy Sugono (2007:128) mitos bermula dari pemikiran manusia yang tidak mau menerima begitu saja semua fenomena alam yang ditangkap dengan akal dan panca indranya. Karena dorongan naluri yang amat kuat, pikiran manusia itu ingin mencari sesuatu yang dianggap lebih konkret daripada kenyataan duniawi. Namun, dalam usaha menemukan yang lebih nyata dan lebih kekal itu, seseorang atau sekelompok

8 masyarakat tertentu cenderung membayangkan sesuatu dengan dunia angannya sendiri. Dongeng mithe biasanya berkenaan dengan dongeng dongeng aneh, tentang mahluk mahluk halus, seperti jin, setan, siluman, roh halus dan sejenisnya yang tidak ada di alam nyata dan tidak dapat dijangkau oleh logika. 5) Dongeng Hikayat Dongeng hikayat yaitu dongeng yang mengandung unsur sejarah. Kadang kadang didongengkan secara berlebihan, sehingga tidak masuk akal. 6) Dongeng Lelucon Dongeng lelucon adalah dongeng yang menceritakan tentang kelucuan seorang tokoh, sehingga mengundang tawa pada para pembaca atau pendengar. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Latar penelitian Penelitian ini dilaksnakan di SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango yang merupakan tempat peneliti melaksanakan praktek pengalaman lapangan II (PPL II). Di SDN 6 Bulango Selatan terletak di jalan Irigasi Lomaya Tapa Desa Mekar kecamatan Bolango Selatan, Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo. Atas petimbangan lokasi tersebut mudah dijangkau dan peneliti sudah mengetahui sebagian kecil dari berbagai hal terkait lokasi penelitian. 3.2 Pendekatan Dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatifdengan maksud untuk menjelaskan secara naratif tentang upaya guru dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam memerankan isi dongeng di kleas II Sdn 6 Bulango Selatan Kabupten Bone Bolango. Dengan jenis penelitian adalah penelitian deskriptif.

9 3.3 Kehadiran Peneliti Penelitian pertama diawali dengan pengumpulan data berdasarkan pelaksanaan observasi pada hari kamis tanggal 25 April 2013, terhadap proses belajar mengajar dengan memerankan isi dongeng, dengan mengamati kegiatan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Pada kunjungan selanjutnya, tepatnya hari kamis tanggal 27 April, peneliti mengadakan wawancara dengan guru dan juga siswa. wawancara tersebut dilakukan untuk melengkapi data-data yang ada. 3.4 Data dan Sumber Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data yang berupa kata-kata berbentuk informasi dari wawancara dan hasil angket guru kelas dan siswa kelas IV SDN 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango tentang upaya-upaya guru meningkatkan kemampuan siswa dalam mengurang bilangan bulat serta dokumen hasil belajar siswa kelas IV. Sumber data terdiri dari guru dan siswa sebagai informan yang diwawancarai. 3.5 Prosedur Pengumpulan Data 1) Observasi 2) Wawancara 3) Tes 4) Dokumentasi 3.6 Pengecekan Keabsahan Data Untuk mengadakan pengecekan terhadap keabsahan data dapat dilakukan dengan hal-hal seperti berikut: a) Perpanjangan kehadiran peneliti dilapangan b) Observasi yang mendalam c) Pembahasan sejawat d) Melacak kesesuaian hasil e) Pengecekan anggota 3.7 Analisis Data Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Tetapi, dalam penelitian ini

10 analisis data dilakukan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. 1) Reduksi Data 2) Penyajian Data 3) Penarikan Kesimpulan 3.8 Tahap-Tahap Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan 2. Tahap Pelaksanaan 3. Tahap Penutup BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango pada siswa kelas II dengan jumlah siswa 20 orang. Adapun penelitian ini mengenai kemampuan siswa memerankan isi dongeng. Pelaksanaan penelitian dengan mengamati, mengobservasi, dan wawancara yang dilakukan sebanyak dua kali. Penelitian pertama diawali dengan pengumpulan data berdasarkan pelaksanaan observasi pada hari kamis tanggal 25 April 2013, terhadap proses belajar mengajar dengan memerankan isi dongeng, dengan mengamati kegiatan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Pada saat pelaksnaan pembelajaran siswa masih ada yang berceritadengan teman sebangkunya, dan juga masih banyak pula siswa yang tidak memperhatikan pelajaran. Hal ini disebabkan karena pembelajaran yang dilakukan sesudah jam istirahat sehingga siswa malas belajar. Pada kunjungan selanjutnya, tepatnya hari kamis tanggal 27 April, peneliti mengadakan wawancara dengan guru dan juga siswa. wawancara tersebut dilakukan untuk melengkapi data-data yang ada. Peneliti melakukan wawancara terhadap siswa dengan menanyakan apakah memerankan isi dongeng itu sulit, dan apa yang harus diperhatikan dalam memerankan isi dongeng. Sebagian besar siswa mengatakan dalam bermain peran ataupun memerankan isi dongeng tidak terlalu sulit, karena menurut mereka menyenangkan jika harus berperan sebagai tokoh-

11 tokoh dalam dongeng, dan yang harus mereka perhatikan pada saat memerankan dongeng tersebut yaitu watak atau karakter tokoh, sesuai pengamatan siswa juga masih kurang mampu memerankan watak atau karakter tokoh dalam dongeng. Sedangkan hambatan yang dialami siswa ketika memerankan isi dongeng yaitu kosakata. Kegiatan berikutnya peneliti mewawancarai Guru kelas II yaitu Ibu Yusnita T. Belu, S.Pd mengenai pembelajaran siswa dalam memerankan isi dongeng. Dalam wawancara ditemukan bahwa guru mengajarkan materi kepada siswa secara runtut sesuai dengan kurikulum yang ada, dan dalam pelaksanaan pembelajaran guru hanya menjelaskan atau membacakan dongeng tersebut kemudian siswa memerankannya didepan kelas. Selain itu guru mengatakan sebagian siswa masih ada yang mengalami kesulitan dalam memerankan isi dongeng. Hal ini disebabkan siswa kurang memperhatikan rangkaian dongeng yang dibacakan guru. 4.2 Temuan Umum Secara umum, peneliti memperoleh gambaran bahwa siswa sangat menyukai pelajran khususnya bahasa indonesia. Selain itu dalam proses pembelajaran yang terjadi di kelas sudah cukup baik, hal ini dapat dilihat dari keberadaan siswa dalam proses pembelajaran, memperhatikan guru menyampaikan materi, bertanya jika ada hal-hal yang kurang dipahami dalm belajar. Namun masih terdapat juga hambatan dalam pembelajaran yaitu masih terdapat siswa yang tidak menyukai kegiatan bermain peran atau memerankan isi dongeng, gugup dalam mengikuti pelajaran, banyak bermain dalam proses pembelajran dan masih terdapat siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran. Hal ini dilihat dari kurangnya motivasi siswa terhadap materi pembelajaran. 4.3 Temuan khusus Adapun temuan khusus yang diperoleh peneliti dari 20 orang siswa kelas II SDN 6 Bulango Selatan dalam kemampuan memerankan dongeng masih terdapat siswa yang mampu maupun siswa yang tidak mampu, hal ini dapat dilihat dari persentasi yang diperoleh siswa, dari aspek yang dinilai.

12 Rekapitulasi Hasil Analisis Kemampuan Siswa Memerankan Isi Dongeng No Aspek Yang Dinilai Persentasi M 5 25 % 1. Mimik/Ekspresi KM TM 12 60% 3 15% 2. Koherensi/kesesuaian isi dongeng M 14 70% KM 5 25% TM 1 5% M 4 20% 3. Watak/Karakter KM 13 65% TM 3 15% 4.4 Pembahasan Dari hasil penelitian yang dilakukan di kelas II SDN 6 Bulango Selatan, Peneliti menempatkan bahwa dalam kegiatan memerankan isi dongeng sebenarnya tidak lepas dari peran guru. Dalam hal ini guru dituntut untuk memberikan pembelajran yang menarik, khususnya dalam hal berbicara. Pemilihan media dan metode pembelajran yang tepat, efektif dan aktif menjadi salah satu hal yang harus menjadi perhatian guru. Dengan memberikan kesempatan siswa bermain peran atau memerankan tokoh dalam dongeng, siswa menjadi aktif serta dan dapat berfikir kreatif terhadap tokoh yang akan diperankanya. Namun dalam pembelajaran memerankan isi dongeng ini masih terdapat kelebihan dan kekurangannya

13 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kemampuan siswa dalam memerankan isi dongeng di kelas II SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango masih perlu mendapatkan bimbing serta latihan secara terus-menerus dari guru kelas. Hal ini telah dibuktikan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan dari 20 orang siswa diperoleh 11 orang siswa atau 55% siswa yang mampu memerankan isi dongeng sedangkan 9 orang siswa atau 45% belum mampu memerankan isi dongeng dengan baik. 5.2 Saran Melihat hasil simpulan di atas maka disarankan. 1. Kepada Semua guru untuk sebagai bahan masukan untuk lebih meningkatkan dan keterampilan dalam melaksanakan tugas mengajarnya. 2. Bagi Siswa yaitu untuk lebih meningkatkan kemampuan dan kreativitasnya dalam berbahasa serta dapat menemukan cara belajar yang efektif terutama dalam hal kemampuan memerankan isi dongeng. 3. Bagi Sekolah yaitu, sebagai bahan masukkan dalam peningkatan kemampuan siswa dalam memerankan isi dongeng serta memperbaiki proses pembelajaran di sekolah. 4. Bagi penulis untuk mengetahui tingkat perkembangan kemampuan siswa memerankan isi dongeng di kelas II SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone

14 Bolango dan menjadi bahan bagi calon peneliti lainnya untuk meningkatkan dan mengembangkan hasil penelitian ini pada penelitian selanjutnya. Daftar Pustaka Abdilah Nur Rahayu, 2013. Kajian Teori Dongeng: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Aditya. D.A, 2010. Ensiklopediaku Tentang Cerita. Bogor: Adhi Aksara Indonesia. Dendy Sugono, 2007. Buku Praktis Bahasa Indonesia 2. Jakarta.Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional Universitas Negeri Gorontalo. 2009. Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo Hartika Tika, 2010. Pembelajaran dan Penilaian Bahasa Indonesia Referensi untuk Guru Bahasa Indonesia. Jakarta.Leuser Cita Pustaka. Irawan Yudi, 2010. Mendongeng Itu Menyenangkan. Bandung. Trans Mandiri Abadi Kusmana Suherli, 2009. Guru Bahasa Indonesia Profesional. Jakarta: Sketsa Aksara Lalitya. Noor Muhammad, 2010. PAIKEM GEMBROT (Pembelajaran Aktif Inofatif Kreatif Efektif Menyenangkan Gembira dan Berbobot.) Jakarta Alisa dikin, 2012. Metode Pembelajaran http://alisadikinwear.wordpress.com diakses tanggal 30 Mey 2013 Anti Aarne dan Stith Thompson, 2013. Kajian Dongeng, definisi dongeng. http://www.kajianteori.com diakses tanggal 10 Juni 2013 Eko Budi Santoso, 2011. Metode Pembelajaran Bermain Peran http://raseko.blogspot.com diakses tanggal 30 Mey 2013 Hafiz Muthoharoh, 2009. Metode Bermain Peran Role Playing http://alhafizh84.wor dpress.com diakses tanggal 1 Maret 2013 Nuriati Burhan,2013.Pengertian Kemampuan http://nasriantiburhan.blogspot.com

15 Subyantoro, 2011. Jenis-jenis cerita http://odazzander.blogspot.com diakses tanggal 4 Maret 2013 Suryati, 2012. Jenis-jenis Dongeng http://suhayatipaud.blogspot.com diakses tanggal 30 Mey 2013 Godam, 2010. Kegunaan, fungsi, manfaat dongeng untuk anak-anak http://organisasi.org/ di akses tanggal 10 Juni 2013