BAB II LANDASAN TEORI. suatu cerita bohong, cerita bualan, cerita khayalan, atau cerita mengada-ada

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. suatu cerita bohong, cerita bualan, cerita khayalan, atau cerita mengada-ada"

Transkripsi

1 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Dongeng Menurut Priyono (2006 : 9) dongeng sering diidentikan sebagai suatu cerita bohong, cerita bualan, cerita khayalan, atau cerita mengada-ada yang menganggap tidak ada manfaatnya. Menurut Sugiarto (2009 : 9) dongeng adalah cerita yang berdasarkan pada angan-angan atau khayalan seseorang yang kemudian diceritakan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Menurut Bascom (dalam Dananjaja 1965 : 3 20) dongeng adalah prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh empunya cerita dan dongeng tidak terikat oleh waktu maupun tempat. Dalam proses perkembangannya, dongeng senantiasa mengaktifkan tidak hanya aspekaspek intelektual, tetapi juga aspek kepekaan, ketulusan budi, emosi, seni, fantasi, dan imajinasi. Cerita atau dongeng menawarkan kesempatan menginterpretasi dengan mengenasli kehidupan diluar pengalaman langsung. Cirri-ciri dongeng sendiri antara lain alur sederhana, singkat, tokoh tidak diurai secara rinci, penceritaan lisan, pesan dan tema ditulis didalam cerita, pendahuluan singkat, dan langsung.

2 9 B. Manfaat Dongeng Menurut Asfandiyar (2007 : 23) dongeng ternyata merupakan salah satu cara yang alternatif untuk mengembangkan aspek kognitif (pengetahuan), afektif (perasaan), sosial, dan aspek konatif (penghayatan). Selain itu, dongeng pun dapat membawa siswa pada pengalaman-pengalaman baru yang belum pernah dialami. Dalam hal ini cerita menempati posisi pertama untuk merubah etika anak, karena sebuah cerita mampu menarik anak untuk menyukai dan memperhatikannya. Seorang anak akan merekam semua ajaran, imajinasi, dan peristiwa yang ada didalam dongeng. Dengan dasar pemikiran semacam ini, maka dongeng merupakan bagian terpenting yang disukai oleh anak bahkan orang dewasa sekalipun. Lewat dongeng anak dapat merespon segala sesuatu dengan cara mereka sendiri dan membuat anak merasa belajar sesuatu. Sebagian dari cerita-cerita yang ada, terdapat beberapa unsur yang negatif. Hal ini dikarenakan pembawaan cerita tersebut tidak mengindahkan nilai estetika dan norma, karena semua informasi dan peristiwa yang tercakup dalam sebuah cerita akan berdampak sekali dalam pembentukan akal dan moral seorang siswa, baik dari segi budinya, imajinasi, maupun bahasa kesehariannya. berikut: Menurut Itadz (2008 : 176) manfaat dan fungsi cerita sebagai a. Sebagai pembangkit imajinasi, b. Mendorong kecintaan pada bahasa, c. Lebih efektif dan mudah diingat dari pada informasi dalam bentuk paparan,

3 10 d. Materi pembelajaran yang penuh dinilai, memegang peranan utama dalam proses sosialisasi nilai-nilai budaya baru. e. Membuat suasana kelas lebih natural, f. Membuat pembelajaran lebih bervariasi, g. Sarana yang efektif untuk mengajarkan berbagai emosi dan perasaan manusia, h. Meningkatkan kedekatan antara siswa-guru dan membuat pelajaran lebih menarik. C. Tujuan Mendongeng Kegiatan mendongeng sebenarnya tidak sekedar bersifat hiburan belaka, melainkan memiliki tujuan yang lebih luhur yakni pengenalan alam, lingkungan, budi pekerti, dan mendorong anak untuk berperilaku positif. Pemikiran seorang anak dapat berkembang sesuai dengan nalurinya. Apabila diperhatikan, setiap anak memunyai jiwa perasaan halus dan mudah terpengaruh. Sudah menjadi sifat mereka untuk suka mencontoh dan meniru. Begitu pula mereka memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap sesuatu yang menarik minat anak, sehingga menumbuhkan fantasi serta imajinasinya. Selain bisa melestarikan seni budaya, bercerita atau mendongeng pada kurikulum Sekolah Menengah Pertama (SMP) bertujuan untuk meningkatkan kemampuan lisan siswa. Menurut Priyono (2006 : 15) tujuan mendongeng ada lima yaitu: a. Merangsang dan menumbuhkan imajinasi dan daya kreatif anak secara wajar, b. Mengembangkan daya penalaran sikap kritis serta kreatif, c. Mempunyai sikap kepedulian terhadap nilai-nilai luhur budaya bangsa, d. Dapat membedakan perbuatan yang baik dan perlu ditiru dengan yang buruk dan tidak perlu dicontoh, e. Punya rasa hormat dan mendorong terciptanya kepercayaan diri dan sikap terpuji pada anak-anak.

4 11 D. Jenis-jenis Dongeng Menurut Sugiarto (2009 : 14) Jenis-jenis dongeng ada lima yaitu: Legenda, Mite, Fabel, Sage, dan dongeng jenaka a. Legenda adalah dongeng yang berhubungan dengan peristiwa sejarah atau kejadian alam. misalnya; Tangkuban perahu, asal kota Banyuwangi dan sebagainya. b. Mite adalah dongeng yang mengandung unsur-unsur misteri, dunia ghaib, dan alam dewa yang dianggap benar-benar terjadi oleh masyarakat pemilik mite tersebut. Misalnya; Dewi Sri, Nyi Roro Kidul, dan sebagainya. c. Fabel adalah dongeng yang pelakunya terdiri dari binatang yang sifatnya seperti manusia. Misalnya; Kancil dan Buaya d. Sage adalah cerita yang mengandung unsur-unsur sejarah, karena unsur sejarah didominasi oleh unsur fantasi, unsur sejarah tersebut menjadi kabur dan tidak dapat dipercaya lagi sebagai fakta sejarah. Misalnya; Ciung wanara dan sebagainya. e. Dongeng jenaka adalah cerita yang mengungkapkan hal-hal kocak atau lucu yang ada dalam diri tokoh-tokohnya. Sedangkan jenis dongeng yang digunakan dalam penelititan ini adalah fabel yang sifatnya sama seperti manusia.

5 12 E. Pengertian Metode Bercerita Kegiatan bercerita merupakan bagian dari keterampilan bebicara. Menurut Moeslichatoen (2004 : 157) metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi seorang anak, dengan cara membawakan cerita secara lisan. Keterampilan bercerita tidak bisa dipisahkan dengan pembelajaran berbicara. Sesuai dengan kedudukan dan fungsinya, pada dasarnya tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah agar siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia dalam berbagai peristiwa maupun kebutuhan komunikasi, baik secara lisan maupun tulisan. Agar dapat bercerita, paling tidak ada dua hal yang dituntut untuk dikuasai oleh siswa, yaitu unsur lingustik (bagaimana cara bercerita, bagaimana memilih bahasa ) dan unsur apa yang diceritakan. Ketepatan, kelancaran, dan kejelasan cerita akan menunjukan kemampuan berbicara siswa (Nurgiyantoro, 2001: 289). Kegiatan bercerita juga dapat dilaksanakan dalam beberapa bagian antara lain: a. Bercerita tanpa alat peraga, hanya mengandalkan kemampuan verbal orang yang memberikan cerita, b. Bercerita dengan menggunakan alat peraga seperti boneka, gambar, atau benda peraga, c. Bercerita dengan menggunakan buku cerita, d. Bercerita dengan menggunakan bahasa isyarat, e. Bercerita dengan menggunakan alat seperti kaset, TV dan sebagainya. (

6 13 Selain itu bila isi cerita dikaitkan dengan dunia kehidupan anak, maka anak akan dapat memahami isi cerita tersebut dengan penuh perhatian, dan dengan mudah dapat menangkap isi cerita. Kegiatan bercerita harus menjadi pengalaman bagi anak, yang bersifat unik dan menarik, yang dapat menggetarkan perasaan seorang anak, dan dapat memotivasi anak untuk mengikuti cerita sampai tuntas. F. Bercerita Dengan Media Alat Peraga Cerita dapat dilakukan dengan bantuan alat bantu yang disebut sebagai bercerita dengan alat peraga (Itadz, 2008 : 122). Semua alat peraga membutuhkan keterampilan tersendiri untuk bisa memainkannya. Menurut Asfandiyar (2007 : 131) banyak alat atau media peraga yang bisa digunakan untuk mendukung dan memperjelas ekspresi maupun impresi pesan yang ingin disampaikan dalam bercerita. Selain itu media dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran sekaligus diharapkan dapat mempertinggi juga hasil belajar yang dicapai siswa. Dengan menggunakan media, maka pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa dan dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa, sehingga bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya dan juga dapat lebih mudah untuk dipahami oleh siswa. Media pembelajaran yang bermacammacam menyebabkan guru harus selektif dalam memilih media pembelajaran yang akan digunakan. Begitu pula dalam kompetensi dasar bercerita dengan alat peraga, seorang guru harus memilih dan menggunakan

7 14 media yang sesuai sebagai penunjang kegiatan pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan media gambar dalam kompetensi bercerita dengan alat peraga, karena selain mudah digunakan, penggunaan media gambar ini sekaligus untuk menarik minat pendengar. Berikut ini hal yang perlu diperhatikan dalam bercerita dengan media gambar sebagai berikut: 1. Pilihlah gambar yang bagus, sesuaikan dengan tokoh isi cerita, ukuran tidak terlalu kecil, dicetak dalam kertas yang relatif tebal, memiliki tata warna yang indah dan menarik. 2. Urutkanlah gambar terlebih dahulu, kuasai dengan baik detail dan cerita yang dikandungi oleh gambar dalam setiap lembarnya. 3. Perlihatkan gambar pada penonton (siswa) secara merata sambil terus bercerita. Gambar harus diarahkan ke penonton (siswa). 4. Sinkronkan cerita dengan gambar. Jangan salah mengambil gambar. 5. Gambar dalam posisi kiri atau di dada, dan tidak menutupi wajah. 6. Gunakan telunjuk untuk menunjukan objek tertentu dalam gambar demi kejelasan cerita, seperti menunujukan gambar binatang, pohon, atau benda lain.

8 15 G. Persiapan Sebelum Bercerita Hal yang penting sebelum bercerita adalah melakukan berbagai persiapan. Menurut Itadz (2008 : 101) persiapan sebelum bercerita antara lain memilih dan memilah materi cerita, memahami dan menghafal isi cerita, menghayati karakter peran tokoh, latihan dan introspeksi. 1. Memilih materi cerita Hal pertama yang perlu dilakukan adalah memilih judul yang menarik dan mudah di ingat, karena judul merupakan elemen cerita yang pertama kali diingat dari pada kalimat-kalimat dalam cerita. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memilih materi cerita antara lain; a. Jenis cerita Pemilihan jenis-jenis cerita harus disesuaikan dengan usia anak karena bila jenis cerita tidak sesuai dengan konteks penceritaan akan mengurangi efektivitas cerita, bahkan mungkin dapat menimbulkan rasa frustasi pada anak. Menurut Majid (2001 : 14) pada anak usia 8-18 tahun lebih menyukai hal-hal imajiner-romantik dengan tetap dibatasi oleh kenyataan yang sesungguhnya. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mamilih jenis cerita antara lain; b. Bobot cerita Kualitas cerita sangat menentukan penceritaan, daya tarik cerita, dan manfaat bagi para penikmatnya. Oleh karena itu dalam bercerita harus memilih cerita berdasarkan bobotnya antara lain:

9 16 1). Pilih cerita yang memiliki karakter yang logis. Karakter tokoh yang dilukiskan secara imajinatif dan menggugah emosi cenderung memiliki daya pikat tinggi dan lebih mendalam bagi anak. 2). Pilihlah cerita yang memiliki tema yang kontekstual dan lebih dekat dengan kehidupan anak-anak. Tema yang demikian cenderung mudah dicerna anak, lebih merangsang rasa ingin tahu anak. 3). Pilihlah cerita yang memiliki alur yang jelas, mudah diikuti, memiliki kaitan hubungan peristiwa yang logis dan tidak dibuatbuat. Pilih cerita yang menyuguhkan peristiwa yang memiliki kebenarannya sendiri ditinjau dari sudut sastra. 4). Pilihlah cerita yang menyuguhkan peristiwa atau dialog yang betul-betul terpikirkan baik objek materi maupun gaya penuturannya. Hindari cerita yang ditengarai kurang sesuai dengan perkembangan anak, seperti terlalu kasar, terlalu vulgar, dan terlalu mengekspose aspek seksual. 5). Pilihlah cerita yang memiliki gaya penuturan yang bervariatif, tidak monoton, kaya kosakata, lincah, tetapi tidak memiiki alur pemikiran yang jelas. 6). Pilih cerita apabila cerita terjemahan yang diceritakan kembali (reteling) dengan baik, menggunakan bahasa yang jelas, diksi

10 17 yang jelas (pilihan kata) yang mengena dengan struktur yang runtut serta mudah dipahami. 7). Apabila cerita rakyat yang dipilih, harus memiliki pola cerita yang jelas, tidak bercampur aduk dengan cerita yang lain, dan tidak terlalu banyak mengandung interpolasi atau tambahantambahan dari pengarangnya. 8). Pilih cerita yang memiliki sumber yang jelas, jika cerita sejarah atau biografi tidak banyak berisi pikiran-pikiran dan tambahan yang mengaburkan isi sebenarnya. 9). Pilih cerita yang memiliki alur cerita yang jelas, tidak berteletele, dan memiliki hubungan kausalitas. 10). Pilih cerita, apabila berupa fiksi modern harus memiliki unsur nilai pedagogis tinggi. Namun tidak dimuat amanat yang berlebihan. Hindari cerita konflik fisik dan kekerasan berlebihan. c. Kebaruan cerita Hal yang tidak kalah penting dalam memilih cerita adalah unsur kebaruan cerita. Cerita yang memiliki kebaruan mempunyai beberapa nilai positif, karena tidak ada cerita yang diciptakan secara khusus untuk anak didik, sesuai dengan konteks budaya, tingkat perkembangan, minat anak, dan waktu penceritaan, maka kebaruan sebuah cerita menjadi tuntunan yang perlu dipenuhi oleh guru. Kebaruan cerita dapat dilihat dari berbagai aspek antara lain: kebaruan hal tema, amanat, alur, penokohan, gaya bahasa. Kebaruan tersebut

11 18 muncul akibat inovasi yang dilakukan oleh pencipta atau penulis cerita. d. Minat Anak Cerita yang baik harus sesuai dengan minat penikmatnya atau memberikan tawaran hal baru yang mungkin akan diminati oleh anak. Anak juga meminati cerita yang mengambil tema kehidupan keseharian, terutama menyangkut permasalahan yang dihadapi anak. Asal disajikan dengan baik, cerita yang mengangkat permasalahan anak tetap menimbulkan efek penasaran dan menimbulkan rasa ingin tahu. 2. Memahami dan menghafal isi cerita Membawakan cerita bukanlah suatu kegiatan yang mudah. Agar mampu bercerita dengan baik anak perlu banyak latihan. Untuk bisa memahami dan menghafal isi cerita anak tentunya harus membaca cerita berulang-ulang terlebih dahulu agar memperoleh identifikasi unsur-unsur cerita sehingga dapat ditemukan pemahaman yang sebenarnya dari cerita tersebut. Hal-hal yang perlu dihafal dengan baik adalah jalan cerita meliputi detil cerita, tokoh cerita, dan karakter tokoh. 3. Menghayati karakter tokoh Kekuatan sebuah cerita antara lain terletak pada bagaimana karakter tokoh dimunculkan di dalamnya. Semakin sempurna karakter tokoh di tampilkan, semakin menarik pula cerita yang akan dibawakan. Agar dapat menampilkan karakter tokoh, terlebih dahulu harus dapat

12 19 menghayati sifat-sifat tokoh. Menghayati berarti mengerti dan menganggap dirinya seperti pada tokoh cerita. Dalam hal ini dituntut mampu menghayati bagaimana menjadi tokoh baik dan jahat. 4. Latihan dan introspeksi diri Hal yang tidak kalah pentingnya adalah latihan dan introspeksi diri. Setelah memahami cerita, menghafal cerita dan menghayati karakter tokoh dalam cerita, seorang anak harus berlatih bercerita. Apabila seorang anak belum memiliki pengalaman bercerita, sebaiknya latihan dilakukan didepan cermin. Latihan didepan cermin berfungsi juga sebagai introspeksi diri. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat berlatih didepan cermin antara lain: 1) Latihan relaksasi dan pernafasan. 2) Latihan kelenturan mulut ekspresi wajah. 3) Latihan kelenturan bahu. 4) Latihan kelenturan dasar seperti tertawa, sedih dan menangis. 5) Latihan ketegangan. 6) Latihan gerak tangan. 7) Latihan suara. Penjelasan diatas merupakan latihan dasar yang bermanfaat untuk semua teknik bercerita.

13 20 H. Nilai Intrinsik Sastra Bagi Anak Dengan mempelajari sastra, anak akan memperoleh berbagai manfaat. Dengan kata lain sastra dapat memberi nilai intrinsik bagi setiap anak. Menurut Tarigan (1995 : 6) manfaat yang paling utama ialah: 1) Sastra dapat memberi kesenangan, kegembiraan, kenikmatan kepada setiap anak. Nilai seperti inilah yang akan dapat tercapai apabila sastra dapat memperluas cakrawala anak dengan cara menyajikan pengalaman baru dan wawasan baru. 2) Sastra dapat mengambangkan imajinasi pada setiap diri anak dan membantu mereka untuk mempertimbangkan dan memikirkan alam, insan, pengalaman, dalam berbagai cara. Karya sastra yang baik dapat mengungkapkan serta membangkitkan keanehan dan keingintahuan pada setiap anak. 3) Sastra dapat memberikan pengalaman aneh yang seolah-olah dialami sendiri oleh sang anak. Sastra menyediakan serta memberikan berbagai pengalaman aneh mengenai petualangan, rangsangan, dan perjuangan melawan unsur-unsur tersebut. 4) Sastra dapat mengambangkan wawasan sang anak menjadi perilaku insani. 5) Sastra dapat menyajikan serta memperkenalkan kesemestaan pengalaman atau universalia pengalaman pada setiap anak. Sastra terus-menerus mengemukakan masalah-masalah universal mengenai

14 21 makna kehidupan dan hubungan umat manusia atau humanitas yang umum. 6) Sastra merupakan sumber utama bagi penerus atau penyebaran warisan sastra dari generasi ke generasi berikutnya. Sastra memainkan peranan yang sangat penting dalam pemahaman dan penialian warisan budaya manusia. I. Nilai Ekstrinsik Sastra Bagi Pendidikan Anak Seorang anak hidup dalam masa perkembangan yang pesat, terutama perkembangan fisik dan perkembangan mental. Sastra dapat memberikan nilai-nilai tinggi bagi proses perkembangan pendidikan anak. Menurut Tarigan (1995 : 9) ada empat aspek yang dapat meningkatkan perkembangan pada diri anak. a. Perkembangan bahasa Pergaulan anak dengan sastra, lisan maupun tulisan jelas mempunyai dampak yang sangat positif terhadap perkembangan bahasa mereka.bertambahnya kosakata maka meningkat pula keterampilan berbahasa anak. Dengan demikian jelas bahwa sastra berfubgsi sebagai penunjang perkembangan anak. b. Perkembangan kognitif pengalaman-pengalaman sastra merupakan salah satu sarana untuk merangsang serta menunjang perkembangan kognitif atau penalaran seorang anak. Bahasa berhubungan erat dengan penalaran dan pikiran

15 22 seorang anak. Dengan terampilnya seorang anak menggunakan bahasa, kian sistematis pula cara mereka berpikir. c. Perkembangan kepribadian Kepribadian seorang anak akan jelas terlihat pada saat dia mencoba memperoleh kemampuan untuk mengekspresikan emosinya, mengekspresikan empatinya kepada orang lain, dan mengembangkan perasaanya mengenai harga diri dan jati dirinya. Sastra mempunyai peranan yang sangat penting dalam perkembangan kepribadian seorang anak. Tokoh-tokoh dalam karya sastra secara tidak sadar telah mendorong atau mengajari anak mengendalikan emosinya. d. Perkembangan sosial Seorang anak yang sedang tumbuh yang berada pada masa perkembangan. Anak harus belajar menerima kontrol atas perilaku mereka yang bersifat agresif dan menantang kalau mereka ingin diterima dengan baik dalam masyarakat, keluarga, dan kelompok teman-teman. Hubungan yang diterima dalam hidup masyarakat menuntut anak menuruti berbagai norma agar mereka dapat berkembang serta mengembangkan suatu pengertian mengenai perasaan dan pandangan orang lain. Dengan kata lain sosialisasi merupakan bagian yang amat penting dari perkembangan anak. sehingga

16 23 J. Kerangka Pikir Pada pembelajaran sastra terutama pada kompetensi dasar bercerita melalui alat peraga, sebenarnya banyak aspek yang dapat meningkatkan kemampuan siswa itu sendiri, salah satunya adalah kemampuan lisan, tetapi fenomena yang terjadi pada saat sekarang tampaknya kegiatan mendongeng sudah mulai dilupakan, apalagi banyak guru yang kurang menyadari bahwa bercerita atau mendongeng dapat meningkatkan kreatifitas dan kemampuan berbicara anak. Berdasarkan penjelasan di atas, dengan ini diharapkan siswa dapat mengasah dan meningkatkan lagi ketrampilan kemampuan lisannya. Untuk itu peneliti akan menerapkan teknik bercerita melalui alat peraga untuk dapat meningkatkan kemampuan mendongeng siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 3 Purwokerto. K. Hipotesis Tindakan Berdasarkan latar belakang dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah dengan menggunakan alat peraga dapat meningkatkan kemampuan mendongeng pada siswa kelas VII B SMP Muhammadiyah 3 Purwokerto tahun ajaran

BAB I PENDAHULUAN. 2008:73). Pada jaman dahulu dongeng disampaikan secara lisan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. 2008:73). Pada jaman dahulu dongeng disampaikan secara lisan sebelum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dongeng adalah cerita bersifat khayal yang dianggap tidak benarbenar terjadi, baik oleh penuturnya maupun oleh pendengarnya (Itadz, 2008:73). Pada jaman dahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia merupakan salah satu pokok yang wajib dipelajari dan diajarkan di sekolah-sekolah, pelajaran bahasa Indonesia juga merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS PERNYATAAN KEASLIAN TESIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Widiharto NIM : S200070130 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru sebagai fasilitator memiliki pengaruh yang besar dalam proses kegiatan pembelajaran. Salah satunya guru juga dituntut untuk lebih kreatif dalam menyampaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan lingkungannya. Dari proses belajar mengajar itu akan diperoleh suatu hasil, yang pada

I. PENDAHULUAN. dengan lingkungannya. Dari proses belajar mengajar itu akan diperoleh suatu hasil, yang pada 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru, berkat pengalaman dan latihan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan jabaran dari kehidupan yang terjadi di muka bumi ini. Sastra merupakan salah satu seni yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lain. Bahasa mempunyai fungsi intelektual,

Lebih terperinci

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang 1 PENDAHULUAN Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan berbagai masalah yang dihadapinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegigihan adalah semangat pantang menyerah yang harus dimiliki untuk mencapai kesuksesan. Setiap manusia harus dapat membiasakan diri melihat setiap masalah yang muncul

Lebih terperinci

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* Hartono Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY e-mail: hartono-fbs@uny.ac.id Pemilihan metode pengenalan bahasa untuk anak usia dini perlu memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan alat pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan hasil kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.

Lebih terperinci

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

INTISARI BAB I PENDAHULUAN INTISARI Novel teenlit menjadi fenomena menarik dalam perkembangan dunia fiksi di Indonesia. Hal itu terbukti dengan semakin bertambahnya novel-novel teenlit yang beredar di pasaran. Tidak sedikit pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan generasi penerus bangsa. Di pundaknya teremban amanat guna melangsungkan cita-cita luhur bangsa. Oleh karena itu, penyiapan kader bangsa yang

Lebih terperinci

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN ENCEP KUSUMAH MENU UTAMA PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN UNSUR PROSA FIKSI CERPEN NOVELET NOVEL GENRE SASTRA SASTRA nonimajinatif Puisi - esai - kritik - biografi - otobiografi - sejarah - memoar - catatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah karya imajinatif yang menggunakan media bahasa yang khas (konotatif) dengan menonjolkan unsur estetika yang tujuan utamanya berguna dan menghibur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puisi Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra yang bersifat imajinatif yang lahir dari perasaan penyair dan diungkapkan secara berbeda-beda oleh masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Sebagai makhluk individu dimana manusia mempunyai perasaan, jiwa, hati dan pikiran masing-masing

Lebih terperinci

PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 1 PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI DONGENG DENGAN MEDIA VISUAL MANIPULATIF BONEKA PADA SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 1 GATAK, SUKOHARJO Tahun Ajar 2009 / 2010 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI Ma mur Saadie SASTRA GENRE SASTRA nonimajinatif - esai - kritik - biografi - otobiografi - sejarah - memoar - catatan harian Puisi imajinatif Prosa Fiksi Drama GENRE SASTRA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan pembangunan dan peningkatan sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu menyimak/

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu menyimak/ I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu menyimak/ mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak merupakan keterampilan berbahasa awal yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan ` I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil ciptaan manusia melalui kesadaran yang tinggi serta dialog antara diri pengarang dengan lingkungannya. Sebuah karya sastra di dalamnya

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK BERCERITA DALAM MENENTUKAN UNSUR INTRINSIK DONGENG SISWA KELAS V SDN 1 SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO

PENERAPAN TEKNIK BERCERITA DALAM MENENTUKAN UNSUR INTRINSIK DONGENG SISWA KELAS V SDN 1 SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO PENERAPAN TEKNIK BERCERITA DALAM MENENTUKAN UNSUR INTRINSIK DONGENG SISWA KELAS V SDN 1 SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO Lisliarty Pantolay Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Pembimbing

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN SASTRA YANG KONTEKSTUAL DENGAN MENGADOPSI CERITA RAKYAT AIR TERJUN SEDUDO DI KABUPATEN NGANJUK

PEMBELAJARAN SASTRA YANG KONTEKSTUAL DENGAN MENGADOPSI CERITA RAKYAT AIR TERJUN SEDUDO DI KABUPATEN NGANJUK PEMBELAJARAN SASTRA YANG KONTEKSTUAL DENGAN MENGADOPSI CERITA RAKYAT AIR TERJUN SEDUDO DI KABUPATEN NGANJUK Ermi Adriani Meikayanti 1) 1) Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, IKIP PGRI Madiun Email: 1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memungkinkan manusia untuk berkomunikasi, berhubungan, berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan intelektual. Mata pelajaran Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan pengungkapan realitas kehidupan masyarakat secara imajiner. Dalam hal ini, pengarang mengemukakan realitas dalam karyanya berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain dan meningkatkan kemampuan intelektual. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. lain dan meningkatkan kemampuan intelektual. Pembelajaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan, saling berbagi pengalaman, saling belajar dari yang lain dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk institusi sosial dan hasil pekerjaan seni kreatif dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Hubungan antara sastra, masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam berekspresi dapat diwujudkan dengan berbagai macam cara. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan sebuah karya sastra baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibahas. Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibahas. Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kajian mengenai bahasa adalah kajian yang tidak akan pernah habis untuk dibahas. Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan ide

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah sekaligus ujian untuk orangtuanya. Dalam perkembangannya pendidikan terhadap anak merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu bangsa tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Kecerdasan Interpersonal 2.1 Kecerdasan Interpersonal BAB II KAJIAN TEORI 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan interpersonal bisa dikatakan juga sebagai kecerdasan sosial, diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar siswa memiliki keterampilan berbahasa dan pengetahuan kebahasaan. Keterampilan berbahasa mencakup 4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi di tengah-tengah pergaulan dan interaksi sosial. Melalui penguasaan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi di tengah-tengah pergaulan dan interaksi sosial. Melalui penguasaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan dinamika peradaban yang terus bergerak menuju arus globalisasi, bahasa Indonesia memiliki peran yang penting dan strategis dalam proses komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah salah satu seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya dan kehidupan manusia subjeknya. Kata sastra dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sansekerta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan cerminan keadaan sosial masyarakat yang dialami pengarang, yang diungkapkan kembali melalui perasaannya ke dalam sebuah tulisan. Dalam tulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

Monolog/Dongeng PERTEMUAN KE-5. > Berbicara dalam kegiatan monolog/dongeng - Konsep monolog/dongeng - Persiapan monolog/dongeng

Monolog/Dongeng PERTEMUAN KE-5. > Berbicara dalam kegiatan monolog/dongeng - Konsep monolog/dongeng - Persiapan monolog/dongeng Monolog/Dongeng PERTEMUAN KE-5 > Berbicara dalam kegiatan monolog/dongeng - Konsep monolog/dongeng - Persiapan monolog/dongeng Definisi Dongeng Dongeng adalah cerita sederhana yang tidak benar-benar terjadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan yang bermula dari seluruh negara di dunia yang dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan early childhood

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan akan menentukan kelangsungan hidup manusia. Seorang manusia tidak cukup dengan tumbuh

Lebih terperinci

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data, simpulan dari penelitian commit to user 138 Simplifikasi Struktur Naratif dalam Novel Kumandhanging Katresnan Karya Any

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan suatu kegiatan yang mempunyai hubungan dengan proses berpikir, serta keterampilan ekspresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan kreatif yang objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,1989:8).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bercerita memang mengasyikkan untuk semua orang. Kegiatan bercerita dapat dijadikan sebagai wahana untuk membangun karakter seseorang terutama anak kecil. Bercerita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian siswa. Selama ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian siswa. Selama ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembelajaran sastra merupakan bagian dari pembelajaran bahasa yang harus dilaksanakan oleh guru. Guru harus dapat melaksanakan pembelajaran sastra dengan menarik.

Lebih terperinci

Kemampuan Siswa Kelas VII A SMP Negeri 11 Kota Jambi dalam Mengidentifikasi Tema Amanat, dan Latar Cerita Rakyat. Oleh: Desi Nurmawati A1B109078

Kemampuan Siswa Kelas VII A SMP Negeri 11 Kota Jambi dalam Mengidentifikasi Tema Amanat, dan Latar Cerita Rakyat. Oleh: Desi Nurmawati A1B109078 Kemampuan Siswa Kelas VII A SMP Negeri 11 Kota Jambi dalam Mengidentifikasi Tema Amanat, dan Latar Cerita Rakyat Oleh: Desi Nurmawati A1B109078 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai. berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia yang berfungsi sebagai. berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kurikulum pendidikan dasar salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD adalah bahasa Indonesia. Mata pelajaran bahasa Indonesia dimaksudkan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang beraneka rona, salah satunya adalah mendengarkan.

BAB II LANDASAN TEORI. yang beraneka rona, salah satunya adalah mendengarkan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Mendengarkan Ruang lingkup mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Drama merupakan karya sastra yang dalam penulisan teksnya berisikan dialog-dialog dan isinya membentangkan sebuah alur. Seperti fiksi, drama berpusat pada satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra bukanlah hal yang asing bagi manusia, bahkan sastra begitu akrab karena dengan atau tanpa disadari terdapat hubungan timbal balik antara keduanya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari luapan emosional. Karya sastra tidak menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah suatu kegiatan kreatif pada sebuah karya seni yang tertulis atau tercetak (Wellek 1990: 3). Sastra merupakan karya imajinatif yang tercipta dari luapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan dalam proses terciptanya melalui intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan dalam pembelajaran berpengaruh pada tingkat pencapaian hasil belajar. Hasil belajar yang dicapai tentu harus melalui proses pembelajaran secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tidak lahir dalam kekosongan budaya (Teew, 1991: 11) seperti halnya budaya, sejarah dan kebudayaan sastra yang merupakan bagian dari ilmu humaniora.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra selalu muncul dari zaman ke zaman di kalangan masyarakat. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang kaya akan cerita dongeng. Dongeng merupakan bentuk sastra lama yang bercerita tentang suatu kejadian yang luar biasa yang penuh khayalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Empat keterampilan berbahasa yang harus dimiliki siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan penting dalam suatu perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik sebagai penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa Indonesia merupakan salah satu alat komunikasi dan sebagai alat pemersatu bangsa indonesia dan diperjelas didalam isi sumpah pemuda yang berbunyi kami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan. terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan. terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Penegasan Judul 1. Latar Belakang Pembelajaran Bahasa Indonesia di arahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu kegiatan membangun pengetahuan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu kegiatan membangun pengetahuan untuk 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu kegiatan membangun pengetahuan untuk dikembangkan dalam kehidupan. Bruner (dalam Trianto, 2009: 20) mengemukakan bahwa belajar adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukan kajian pustaka. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Usulan Penelitian B. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Usulan Penelitian B. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Judul Usulan Penelitian Penggunaan Gambar Ilustrasi sebagai Media untuk Melatih Sosialisasi Siswa pada Pembelajaran IPS Kelas 1 Sekolah Dasar (Penelitian Dilakukan di SD 1 Purwosari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cerita tidak hanya sekedar hiburan melainkan merupakan suatu cara yang dipandang cukup efektif digunakan dalam mencapai target pendidikan. Oleh karena itu melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan insan yang produksi, kreatif, inovatif, dan berkarakter.

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan insan yang produksi, kreatif, inovatif, dan berkarakter. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia sehingga memegang peranan penting dalam hidup kita. Penerapan Kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya mempunyai berbagai permasalahan yang kompleks. Permasalahan-permasalahan tersebut menyangkut berbagai hal, yakni permasalahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang membahas mengenai nilai sosial dalam karya sastra sebelumnya dapat dijadikan sebagai acuan atau referensi. Hal ini menunjukkan sastra sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia mengarahkan siswa untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat dimaknai sebagai bahasa

Lebih terperinci

konvensi sastra Balai Pustaka BP (Nurgiantoro, 2000:54).

konvensi sastra Balai Pustaka BP (Nurgiantoro, 2000:54). 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Penelitian Sastra merupakan salah satu bagian dari kebudayaan yang harus diwariskan dan dikembangkan untuk pelestariannya. Novel merupakan salah satu jenis karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis sebagai suatu kegiatan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran. Produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat kaitannya karena pada dasarnya keberadaan sastra sering bermula dari persoalan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Anak tunagrahita, merupakan anak yang dikategorikan sebagai anak yang mengalami

BAB IV PENUTUP. Anak tunagrahita, merupakan anak yang dikategorikan sebagai anak yang mengalami BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan Anak tunagrahita, merupakan anak yang dikategorikan sebagai anak yang mengalami cacat. Cacat yang diderita oleh anak tunagrahita ialah cacat secara intelektual. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran BAB 7 Standar Kompetensi Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan keberadaan dan perkembangan tradisi lisan dalam masyarakat setempat. 2. Mengembangkan sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2001: 289), bercerita merupakan salah satu bentuk tugas kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. (2001: 289), bercerita merupakan salah satu bentuk tugas kemampuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting dalam upaya melahirkan generasi masa depan yang cerdas, kreatif dan berbudaya adalah keterampilan

Lebih terperinci