ANALISIS PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN DATA PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU SEDAP MALAM WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU I TAHUN 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat

5) Penanggulangan diare. 6) Sanitasi dasar. 7) Penyediaan obat esensial. 5. Penyelenggaraan

ANALISIS PENCATATAN KESEHATAN IBU HAMIL PADA BUKU KIA DALAM MEMONITOR KEHAMILAN DI FASILITAS KESEHATAN WILAYAH KERJA IBI RANTING NGEMPLAK BOYOLALI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155/Menkes/Per/I/2010 TENTANG PENGGUNAAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) BAGI BALITA

MENGISI DAN MEMBACA KARTU MENUJU SEHAT (KMS) Manjilala

MATERI PENYEGARAN KADER

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU

Rumah Bersalin Gratiis Rumah Zakat

STUDI TENTANG KELENGKAPAN PENGISIAN LEMBAR CATATAN KESEHATAN IBU NIFAS PADA BUKU KIA DI PUSKESMAS BOYOLALI II KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna. mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, orang tua perlu

Kartu Menuju Sehat (KMS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAN KMS] [STATUS GIZI [GIZI KESEHATAN MASYARAKAT] Andi Muh Asrul Irawan K Gizi A. Tugas Gizi Kesmas

Cara Menimbang Menggunakan Timbangan Dacin dan Cara Mencatat Hasil Timbangan Dalam Kartu Menuju Sehat.

PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN LEMBAR PARTOGRAF DALAM MEMONITOR PERSALINAN DI RSUD KOTA SURAKARTA

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS KEPANJEN Jalan Raya Jatirejoyoso No. 04 Telp. (0341) Kepanjen

ANALISIS PECATATAN KESEHATAN IBU HAMIL PADA BUKU KIA DALAM MEMONITOR KEHAMILAN DI FASILITAS KESEHATAN WILAYAH KERJA IBI RANTING NGEMPLAK BOYOLALI

No. Dokumen : C. KEBIJAKAN Puskesmas Gedongan mengatur tata cara melakukan konsultasi gizi kepada pasien

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KUESIONER UNTUK KADER

Sumber: GIZI CEPER 2013.docx?dl=0

GAMBARAN PEMANFAATAN KMS OLEH KADER POSYANDU BALITA SEHAT DI DUSUN BEDOYO KIDUL,DESA BEDOYO, KECAMATAN PONJONG, KABUPATEN GUNUNGKIDUL, YOGYAKARTA

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM OKTOBER 2013

KUESIONER PERILAKU KADER DALAM PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI PUSKESMAS MANDALA KECAMATAN MEDAN TEMBUNG

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL

Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012

SISTEM INFORMASI POSYANDU KESEHATAN IBU DAN ANAK. Nabila Sholihah 1*, Sri Kusumadewi 1. Jl. Kaliurang km 14.5 Sleman, Yogyakarta 55584

d. Mendistribusikan kartu panggilan/undangan penimbangan melalui pengurus kelompok PKK RT 2. Hari Pelaksanaan Penimbangan (H) Pada hari buka Posyandu

MATERI 7 PEMBAHASAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data WHO UNICEF, UNFPA dan Bank Dunia menunjukkan

PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku. yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN menjadi 228 kasus pada Angka kematian bayi menurun dari 70

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MASA KERJA BIDAN DENGAN KELENGKAPAN PENDOKUMENTASIAN LEMBAR PARTOGRAF DI WILAYAH KERJA IBI RANTING NGEMPLAK BOYOLALI TAHUN

KMS = Kartu Menuju Sehat Sebagai alat bantu pengukuran dan pemantauan STATUS GIZI balita Masih ditemukan tingginya kesalahan pada saat pengisian KMS

BAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai

- Umur : tahun. - Pendidikan Terakhir : 1. SD 2. SMP 3. SMA 4. Akademi/Diploma 5. Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PENGIRIMAN LAPORAN KIA DARI PUSKESMAS KE DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. merupakan strategi pemerintah yang ditetapkan pada kementrian kesehatan untuk. segera dapat diambil tindakan tepat (Mubarak, 2012).

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN SOSIAL (BANSOS) PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT DIREKTORAT BINA GIZI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan. kualitas sumberdaya manusia yang mengoptimalkan potensi tumbuh kembang

PELAKSANAAN 5 LANGKAH KEGIATAN POSYANDU. Manjilala

GAMBARAN PELAYANAN KUNJUNGAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 1 APRIL 2017

STUDI TENTANG PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN KASUS DM (DIABETES MELLITUS) DI UPTD PUSKESMAS BOYOLALI I KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali posyandu diperkenalkan pada tahun 1985, Posyandu menjadi. salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis

Anis Fitriyani 1, Nuke Devi Indrawati 1

HUBUNGAN ANTARA SIKAP BIDAN DAN DUKUNGAN KADER TERHADAP PERILAKU BIDAN DALAM PEMBERIAN VITAMIN A IBU NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS KABUPATEN KLATEN

b. Tujuan Khusus Meningkatkan cakupan hasil kegiatan Bulan Penimbangan Balita (BPB) di Puskesmas Losarang.

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

DAFTAR PUSTAKA. Depkes RI Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta. Departemen Kesehatan RI.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang. Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah perubahan energi diri

PERBANDINGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN INDEXS ANTROPOMETRI BB/ U DAN BB/TB PADA POSYANDU DI WILAYAH BINAAN POLTEKKES SURAKARTA

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 2006). kesehatan ditingkat desa. Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI, DURASI MENYUSUI DENGAN BERAT BADAN BAYI DI POLIKLINIK BERSALIN MARIANI MEDAN

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

BAB I PENDAHULUAN. penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30

2. Tanggal Lahir : Umur : bulan. 4. Nama Ayah :. Umur : tahun. 5. Nama Ibu :. Umur : tahun

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian negara berkembang di dunia termasuk Indonesia menjadi salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. kurang berfungsinya lembaga-lembaga sosial dalam masyarakat, seperti posyandu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan gizi

Meja 1 Pendaftaran balita, ibu hamil, ibu menyusui. Meja 4 Penyuluhan dan pelayanan gizi bagi ibu balita, ibu hamil dan ibu menyusui

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG PENYAKIT ISPA DI PUSKESMAS PEMBANTU SIDOMULYO WILAYAH KERJA PUSKESMAS DEKET KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

PELAYANAN KESEHATAN BAGI BALITA DI POSYANDU CEMPAKA 2 KELURAHAN BERBAS TENGAH KECAMATAN BONTANG SELATAN KOTA BONTANG

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. (United Nations Developments Program), Indonesia menempati urutan ke 111

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ismawati tahun 2010 (dalam Ariyani dkk, 2012), posyandu

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan suatu negara. Berdasarkan target Millenium Development Goals

BAB 1 GAMBARAN PROGRAM PUSKESMAS KALIPARE TAHUN 2015

LAMPIRAN I : KUESIONER

Keaktifan Kader Kesehatan dan Partisipasi Ibu dalam Pelaksanaan Kegiatan Posyandu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN PUSKESMAS

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM UNTUK PEJABAT DINAS KESEHATAN DAN TPG PUSKESMAS

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

Tingkat Partisipasi Ibu Hadir Tidak Hadir

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diprioritaskan dalam perencanaan dan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN PELAKSANAAN TUGAS KADER DENGAN KINERJA POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANDANARAN SEMARANG TAHUN 2016.

Transkripsi:

ANALISIS PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN DATA PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU SEDAP MALAM WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU I TAHUN 2013 ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh : SULIASIH J 410 111 031 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

ANALISIS PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN DATA PEMANTAUAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU SEDAP MALAM WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU I TAHUN 2013 Suliasih J 410 111 034 Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57162 Abstract Monitoring the nutritional status of children is done by looking at the notes and KMS register of children. The purpose of research is to analyze implementation documentation nutritional status of children in Posyandu Sedap Malam. Methods this study uses descriptive qualitative research design. The population study consisted of two populations, the population objects and subject populations. Objects population data monitoring nutritional status of children in Posyandu Sedap Malam. Subject population consisted of 3 midwives and 9 cadres served in the Posyandu Sedap Malam. Sampling was done by purposive sampling which consists of 3 midwives and 3 cadres Sedap Malam. Validity test is done by triangulation. The results showed that the process of filling the data monitoring nutritional status of children is still not complete. Incompleteness is a mistake health officers consider several items of data monitoring nutritional status information is only used as supporting data Keywords : Documentary, Data Monitoring Nutritional Status Of Children

Abstrak Pemantauan status gizi balita dilakukan dengan melihat catatan Kartu Menuju Sehat dan catatan register anak balita. Tujuan penelitian adalah menganalisis pelaksanaan pendokumentasian data pemantauan status gizi balita di Posyandu Sedap Malam. Metode penelitian menggunakan rancangan penelitian deskriptif kualitatif. Populasi penelitian terdiri dari 2 populasi, yaitu populasi objek dan populasi subjek. Populasi objek adalah data pemantauan status gizi balita yang terdapat di Posyandu Sedap Malam. Populasi Subjek terdiri dari 3 bidan dan 9 kader Posyandu. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling yang terdiri dari 3 bidan dan 3 kader Posyandu. Uji validitas dilakukan dengan triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pengisian data pemantau status gizi balita masih kurang lengkap. Ketidaklengkapan merupakan kekeliruan petugas yang menganggap beberapa item data pemantauan status gizi balita hanya dijadikan informasi data penunjang. Kata kunci : Pendokumentasian, Data Pemantauan Status Gizi Balita PENDAHULUAN Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat badan yang paling pesat disbanding dibanding dengan kelompok umur lain, masa ini tidak terulang sehingga disebut window of opportunity, untuk mengetahui apakah balita tumbuh dan berkembang secara normal atau tidak, penilaian tumbuh kembang balita yang mudah diamati adalah pola tumbuh kembang fisik, salah satunya dalam mengukur berat badan balita (Soetjiningsih, 2002). Badan kesehatan dunia (WHO, 2011) memperkirakan bahwa 54% kematian anak disebabkan oleh keadaan gizi yang buruk. Di Indonesia, saat ini tercatat 4,5% dari 22 juta balita atau 900 ribu balita di Indonesia mengalami gizi kurang atau gizi buruk dan mengakibatkan lebih dari 80% kematian anak (Kemenkes,2012). Hasil Riskesdas (2010), menunjukkan pravelensi gizi kurang menjadi 17,9% dan gizi buruk menjadi 4,9%, artinya kemungkinan besar sasaran pada tahun 2014 sebesar 15,0% untuk gizi kurang dan 3,5% untuk gizi buruk dapat tercapai. Upaya Pemerintah, dilakukan dengan pendekatan strategis maupun pendekatan taktis. Pendekatan strategis yaitu berupaya mengoptimalkan operasional pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan pelayanan kesehatan balita. Pendekatan

taktis merupakan upaya antisipasi meningkatnya prevalensi balita gizi buruk serta upaya penurunannya melalui berbagai kajian atau penelitian yang berkaitan dengan gizi buruk. Kartu Menuju Sehat merupakan program perbaikkan gizi, yang memuat informasi rinci tentang pemberian makanan bayi, inisiasi menyusui dini, ASI eksklusif dan pemberian makanan pendamping ASI, dan memuat mengenai informasi deteksi dini adanya masalah kekurangan gizi (Depkes, 2010). Pendokumentasian KMS sangat penting baik bagi ibu balita maupun petugas kesehatan karena sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak balitanya dan sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas kesehatan untuk menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan gizi serta dapat membantu diteksi dini adanya penyimpangan tumbuh kembang balita, selain dicatat dalam KMS, pencatan juga dilakukan pada buku rekapitulasi pemantau status gizi balita (Depkes RI, 2000). Berdasarkan studi dokumen terhadap berkas KMS di Posyandu Sedap Malam Wilayah Kerja Puskesmas Colomadu I didapatkan hasil 55% ketidaklengkapan penulisan pada kolom identitas anak dan orang tua, dan 45% tidak dituliskan pada kolom pemberian ASI eksklusif. Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan bidan dan kader posyandu pada dokumen KMS ditemukan 50% ketidaklengkapan dalam pengisian, mereka menyatakan bahwa mengetahui tujuan dari pengisian KMS dan tahu akibat jika KMS tidak diisi dengan lengkap, dengan alasan mereka hanya menulis dari apa yang diobservasi saja, dan apa yang dianggap penting saja, apabila pada saat pertama pasien datang tidak ditulis dengan lengkap maka bidan akan kesulitan apabila pasien melakukan kunjungan kembali dalam mengambil keputusan apabila terdapat masalah dalam menentukan tumbuh kembang balita dan stsus gizi balita.

METODE PENELITIAN Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu menggali informasi dengan melakukan wawancara terhadap informan terkait dengan kelengkapan pendokumentasian data pemantau status gizi dan mengobservasi pelaksanaan kelengkapan dokumen pemantau status gizi. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari 2 populasi, yaitu populasi Objek dan populasi Subjek. Populasi Objek dalam penelitian ini adalah data pemantau status gizi balita yang terdapat di Posyandu Sedap Malam dan Populasi Subjek dalam penelitian ini terdiri dari 3 bidan yang bertugas di Posyandu Sedap Malam dan 9 kader di Posyandu Sedap Malam. Sampel dalam penelitian ini merupakan narasumber yang bersedia untuk dimintai keterangan terkait dengan kelengkapan pendokumentasian data pemantauan status gizi balita yang terdiri dari 3 bidan dan 3 kader yang bertugas di Posyandu Sedap Malam. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling Definisi Konsep dalam penelitian ini adalah dokumentasi kebidanan, Kartu Menuju Sehat, dan register balita. Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif, sumber data terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang langsung didapat pada saat melaksanakan penelitian di lapangan berupa rekaman wawancara, pengamatan langsung melalui komunikasi yang tidak secara langsung tentang pokok masalah. Data sekunder adalah data yang merupakan hasil pencatatan dan pengamatan berupa pengumpulan laporan dan dokumen, terkait dengan penelitian. Instrumen penelitian menggunakan pedoman observasi dan pedoman wawancara, cara pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan pengamatan dan wawancara, uji validitas data dilakukan dengan triangulasi. Hal ini dapat dicapai dengan jalan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan dengan triangulasi kepada sumber yaitu pada Sumber data dokumen, Bidan dan Kader Posyandu. Langkah-langkah Penelitian meliputi prosedur penelitian, pelaksanaan penelitian, penyelesaian penelitian. Pengolahan Data meliputi reduksi data, penyajian

data, penarikan kesimpulan. Analisis data, dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yang digunakan selama di lapangan terdiri dari reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Proses pengisian Data Pemantauan Status Gizi Balita Proses Pengisian KMS dilakukan oleh kader di Posyandu Sedap Malam, proses pengisian dibedakan antara pengunjung baru dan pengunjung lama. Untuk pengisian pada pengunjung baru diharuskan mengisi kolom tanggal pendaftaran dan mengisi kolom identitas lengkap terlebih dahulu, kemudian melakukan tindakan, mencatat kolom pemberian imunisasi, vit.a, pemberian ASI ekslusif, konseling dengan orang tua, menyimpulkan tentang kesehatan anak balita dan kemudian disalin di buku rekapitulasi laporan bulanan posyandu dan register anak balita. Untuk pengisian pada pengunjung lama tidak jauh berbeda hanya saja pada pengunjung lama tidak perlu mengisi kolom tanggal pendaftaran dan kolom identitas, dikarenakan pengunjung sudah tercatat pada kunjungan pertama. Untuk proses tindakan, kejadian yang dialami anak, pemberian imunisasi, pemberian vitamin.a, pemberian ASI ekslusif, konseling dengan orang tua, menyimpulkan tentang kesehatan anak balita, menyalin di buku laporan posyandu dan register anak balita, proses tersebut harus tetap dilakukan. Untuk pengisian grafik diisi sesuai dengan hasil penimbangan, apabila balita tidak ditimbang pada bulan lalu maka grafik KMS diisi mendatar sesuai hasil penimbangan bulan lalu.

2. Penyebab Ketidaklengkapan Pengisian Data Pemantauan Status Gizi Balita Berdasarkan Studi dokumentasi terhadap dokumen pengunjung, ditemukan ketidaklengkapan pengisian Data Pemantau Status Gizi di KMS, 55% pada kolom identitas anak dan orang tua dan 45% pada kolom pemberian ASI ekslusif. Hal ini disebabkan karena menurut petugas pada kolom tersebut tidak begitu penting dan hanya sebagai data penunjang. Petugas juga menyatakan karena sudah merasa kenal dengan orang tua balita jadi jika sewaktu-waktu ada masalah bisa langsung bertanya kepada orang tua nya, kurangnya kesabaran dan ketelitian petugas posyandu juga menjadi penyebab ketidaklengkapan pengisian data pemantau status gizi balita, selain itu petugas menyatakan umur 50 tahun keatas juga berpengaruh dengan kelengkapan pengisian karena untuk petugas yang berumur 50 tahun keatas pengelihatannya berkurang, sehingga berkurangnya ketelitian dan kesabaran. 3. Informasi yang terdapat Pada Data Pemantauan Status Gizi Balita KMS adalah kartu yang memuat grafik pertumbuhan normal anak menurut indeks antropometri berat badan menurut umur, yang memuat informasi tentang, catatan kesehatan dan riwayat kesehatan balita secara lengkap, media edukasi orang tua dan petugas kesehatan, dan media komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas kesehatan untuk menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan gizi. Bidan sebenarnya memahami informasi yang terdapat pada KMS dan jika KMS tidak diisi secara lengkap dalam pelaksanaannya, petugas menyatakan catatan KMS juga memuat informasi yang dapat digunakan untuk proses tindakan apa yang akan dilakukan selanjutnya, seperti perencanaan, penyuluhan kebutuhan, pengawasan dan pemantauan.

B. Pembahasan 1. Proses Pengisian Data Pemanatauan Status Gizi Balita Dari hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan proses pengisian KMS di Posyandu Sedap Malam yang dilakukan satu bulan sekali setiap tanggal 14, pengisiannya dibedakan berdasarkan pengunjung yang terdiri dari pengunjung baru dan pengunjung lama. Untuk pengisian pada pengunjung baru harus melalui beberapa proses, disebut dengan sistem 5 meja. a. Pendaftaran Pendaftaran bertujuan untuk mengetahui tanggal, bulan dan tahun anak didaftar pertama kali di Posyandu. Berikut tatacara pendaftaran : 1) Balita didaftar dalam pencatatan balita 2) Berikan KMS sesuai jenis kelamin, untuk balita yang pertama kali ditimbang lalu isi kolom pendaftaran secara lengkap, nama balita dicatat pada secarik kertas dan selipkan pada KMS. Bagi balita yang tidak mempunyai KMS pencatatan sementara menggunakan buku bantu catatan posyandu. b. Penimbangan Balita Penimbangan dilakukan untuk memantau pertumbuhan anak dengan menimbang setiap bulan dapat mengetahui berat badan anak sesuai umur dan sesuai jenis kelamin. Hasil penimbangan balita dicatat dalam buku KMS yang menghasilkan status pertumbuhan balita. Berikut tatacara penimbangan: 1) Masukkan balita ke dalam sarung timbang dan geser bandul timbangan sampai jarum tegak lurus. 2) Baca berat badan balita dengan melihat angka di ujung bandul geser. 3) Catat hasil penimbangan dengan benar dibuku bantu posyandu, catat dalam kg atau ons.

c. Pencatatan Pencatatan dilakukan agar petugas kesehatan dan orang tua balita dapat mengetahui tindakan yang belum dan sudah dilakukan petugas, pencatatan juga dapat digunakan sebagai media deteksi sedini mungkin tentang penyimpangan tumbuh kembang dan status gizi pada balita. Berikut tatacara penimbangan: 1) Pada penimbangan pertama, isilah kolom identitas yang tersedia pada KMS. Pencatatan identitas bertujuan untuk tanda pengenal balita. 2) Mengisi bulan lahir dan bulan penimbangan anak, bulan lahir anak dicatat dibawah kolom umur 0 bulan, pada penimbangan berikutnya catat pada kolom umur secara berurutan. 3) Pindahkan hasil penimbangan dari buku bantu ke KMS pada kolom bulan penimbangan saat ditimbang lalu letakkan titik berat badan pada titik temu garis tegak (umur) dan garis datar (berat badan). 4) Hubungkan titik berat badan bulan lalu dengan bulan ini, menghubungan titik berat badan dilakukan dengan tujuan menggambarkan status pertumbuhan berdasarkan grafik pertumbuhan anak dalam KMS. 5) Mencatat kajadian yang dialami anak seperti anak pernah mengalami diare, demam dan ISPA. 6) Isi kolom pemberian ASI, kolom imunisasi dan vitamin A. Pada kolom ini harus karena berisi catatan penting pemberian ASI ekslusif dan catatan imunisasi yang sudah dan belum didapat, dan juga catatan tentang pemberian vitamin A. Pada kolom ini juga dapat dijadikan deteksi tentang kesehatan balita jika balita mengalami masalah dengan kesehatannya. d. Penyuluhan Penyuluhan dilakukan agar ibu balita dapat meningkatkan pola asuh anak balita, sesuai dengan keadaan atau permasalahan yang di alami balita.

1) Perhatikan umur dan hasil penimbangan anak bulan ini 2) Beri penyuluhan sesuai hasil penimbangan dan kondisi anak. Balita yang tidak naik berat badannya 2 kali berturut-turut (2T) atau BGM segera rujuk kepetugas kesehatan. Topik Penyuluhan meliputi : a) Pemberian ASI Ekslusif sampai anak berumur 6 bulan b) Pemberian MP-ASI setelah anak berumur 6 bulan c) Melanjutkan pemberian ASI sampai anak berumur 2 tahun d) Imunisasi dasar lengkap pada bayi kurang dari 1 tahun e) Pemberian vitamin A setiap bulan Februari dan Agustus pada bayi (6-12 bulan) dan balita (1-5 tahun), untuk pencegahan kebutaan dan daya tahan tubuh anak f) Bahaya diare bagi balita g) Bahaya infeksi saluran pernafasan akut. Balita yang batuk pilek dengan sesak nafas atau sukar bernafas harus dirujuk ketenaga kesehatan h) Gejala demam pada balita merupakan salah satu tanda awal penyakit malaria, campak atau demam berdarah. Segera rujuk kepetugas kesehatan i) Perawatan gigi dan mulut e. Pelayanan kesehatan Pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah dengan memberikan penyeluhan pemberian makanan tambahan (PMT) sesuai dengan umur dan kesehatan anak. Halini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan gizi yang dibutuhkan balita. Pengisian pada pengunjung lama tidak jauh berbeda hanya saja pada pengunjung lama tidak perlu mengisi kolom tanggal pendaftaran dan kolom identitas, dikarena pengunjung sudah tercatat pada kunjungan pertama. Pengisian KMS harus diisi secara berurutan sesuai langkah-langkah pengisian KMS, karena jika tidak diisi secara berurutan akan berdampak pada

kekeliruan petugas saat mencatat dalam buku KMS, sehingga berkemungkinan petugas akan salah mendiagnosis balita yang butuh perawatan dan tidak memerlukan perawatan atau dalam balita kondisi baik. Pengisian grafik KMS diisi berdasarkan hasil penimbangan grafik pertumbuhan naik, mendatar dan menurun. Grafik pertumbuhan naik apabila berat badan balita naik, mendatar apabila balita tetap (tidak naik dan tidak turun berat badannya), grafik pertumbuhan menurun apabila berat badan balita menurun, untuk balita yang pada bulan lalu tidak ditimbang grafik pertumbuhan diisi tetap. Proses pengisian KMS di Posyandu Sedap Malam sama dengan proses pengisian KMS di Poysandu lain, yang membedakan hanyalah pada kelengkapannya saja. Proses pencatatan KMS di Posyandu Sedap Malam masih banyak ditemukan ketidaklengkapan pencatatan pada kolom ASI ekslusif dan kolom identitas, hal inilah yang menyebabkan pengisian KMS di Posyandu Sedap Malam belum sampai pada upaya bagus atau baik, petugas menyatakan karena pada kolom yang tidak diisi tersebut di anggap tidak begitu penting dan hanya sebagai data penunjang saja (narasumber, 1). Pernyataan narasumber bertolak belakang dengan teori yang dikemukakan oleh, Sudarti (2010) pendokumentasian kebidanan yang baik adalah proses pencatatan mengenai semua asuhan yang telah dan akan dilakukan pada seorang pasien, serta didalamnya tersirat proses berfikir bidan yang sistematis dalam menghadapi seorang pasien sesuai langkah-langkah manajemen kebidanan. Tujuan pengisian KMS secara umum adalah petugas kesehatan dapat mendeteksi lebih dini gangguan pertumbuhan atau risiko kekurangan dan kelebihan gizi, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat. Petugas kesehatan dapat menggunakan KMS untuk mengetahui jenis pelayanan kesehatan yang belum dan sudah diterima anak.

2. Penyebab Ketidaklengkapan Data Pemanatauan Status Gizi Balita Dari hasil pengamatan terhadap data pemantau status gizi balita di Posyandu Sedap Malam masih banyak ditemukan ketidaklengkapan dalam pengisian, ketidaklengkapan sering terjadi pada kolom identitas. Pengisian kolom identitas bertujuan untuk tanda pengenal balita sesuai dengan nama balita, tanggal waktu lahir, berat badan waktu lahir, nama orang tua, alamat, nama posyandu dan tanggal pendaftaran. Dampak ketidaklengkapan pengisian kolom identitas adalah petugas akan kesulitan atau bisa saja salah dalam mengidentifikasi pasien sesuai dengan nama balita, tanggal waktu lahir, berat badan waktu lahir, nama orang tua, alamat, nama posyandu dan tanggal pendaftaran. Dari hasil wawancara dengan narasumber 2, menyatakan karena sudah merasa kenal dengan orang tua balita jadi jika sewaktu-waktu ada masalah bisa langsung bertanya kepada orang tua nya, akan tetapi hal ini tidak sesuai dengan prosedur pengisian KMS menurut PerMenKes.RI (2010) yang menyatakan bahwa kolom identitas pada KMS harus diisi secara lengkap agar bisa di gunakan untuk mempermudah petugas kesehatan dalam menentukan identitas balita yang memerlukan perawatan sesuai dengan kebutuhan balita. Ketidaklengkapan juga terjadi pada kolom pemberian ASI ekslusif. Pengisian pada kolom ASI ekslusif bertujuan untuk mendeteksi apakah balita mendapatkan ASI ekslusif selama 6 bulan atau balita sudah mendapatkan MP- ASI sebelum berumur 6 bulan. Pada kolom ASI ekslusif harus diisi secara lengkap dan berurutan setiap bulannya. Dampak ketidaklengkapan kolom ASI ekslusif adalah petugas akan kesulitan dalam mendeteksi tentang MP-ASI yang telah diberikan pada anak sebelum umur 6 bulan. Akan tetapi dari hasil wawancara pada narasumber 1, menyatakan bahwa pada kolom tersebut di anggap tidak begitu penting untuk pengambilan keputusan dan hanya sebagai data penunjang saja untuk membuat keputusan klinik.

Selain itu narasumber 3 dan 4 juga mengungkap faktor lainnya adalah kurangnya ketelitian dan kesabaran sehingga mereka hanya mengisi pada item yang di anggap penting saja. Narasumber 5 dan 6, menyatakan faktor umur juga berpengaruh dengan kelengkapan pengisian KMS mereka beralasan untuk kader yang berumur 50 keatas mengalami perubahan pengelihatan. Dari hasil wawancara yang diperoleh tersebut jika dikaitkan dengan dampak tidak melakukan pengisian dokumentasi kebidanan secara lengkap maka petugas kesehatan akan kesulitan dalam pengambilan keputusan pada pasien jika terjadi kegawatdaruratan pada klien, karena data yang diperoleh kurang menunjang untuk mendiagnosis keadaan pasien secara berkelanjutan (Nursallam, 2008). Menurut Prasetyawati (2012) yang menyatakan KMS balita harus diisi secara lengkap dan jelas karena dampak dari ketidaklengkapan KMS adalah petugas kesehatan akan kesulitan dalam pengambilan keputusan jika terjadi penyimpangan tumbuh kembang dan status gizi pada anak balita, dan menurut Sudarti (2010) catatan pendokumentasian yang tidak diisi dengan lengkap akan berdampak pada aspek hukum, karena semua dokumentasi yang dilakukan bidan merupakan dokumentasi yang resmi bernilai hukum, dan dapat digunakan sewaktu-waktu sebagai barang bukti dipengadilan, maka dalam pencatatan data harus diindentifikasi secara lengkap, jelas, dan obyektif. Upaya pemerintah dalam meningkatkan pemahaman petugas posyandu tentang pentingnya pencatatan pada KMS adalah dengan melakukan panduan pelatihan kader, dengan upaya ini pemerintah berharap agar petugas posyandu (baik bidan maupun kader) dapat mengetahui dan memahami pentingnya pencatatan pada semua item yang ada pada KMS.

3. Informasi yang terdapat Pada Data Pemantauan Status Gizi Balita Kolom pada catatan KMS mempunyai informasi dan manfaat yang berbeda untuk petugas kesehatan. Berikut informasi yang terdapat pada kolom KMS : a. Kolom identitas memuat informasi tentang nama, tanggal lahir, berat badan anak waktu lahir, panjang badan anak waktu lahir, nama ayah, nama ibu, alamat, nama posyandu dan tanggal pendaftaran. Kolom identitas juga bermanfaat sebagai tanda pengenal agar KMS tidak tertukar dengan KMS balita lain. b. Kolom umur dan bulan penimbangan balita diisi umur anak dalam bulan. Kolom ini memuat informasi umur anak sesuai umur dan bulan penimbangan. c. Kolom berat badan memuat informasi tentang catatan berat badan anak sesuai hasil penimbangan. d. Kolom kenaikan berat badan (KBM) memuat informasi tentang catatan kenaikan, mendatar atau penurunan berat badan. e. Grafik pertumbuhan anak memuat informasi tentang kenaikan, mendatar, atau menurun, disajikan dalam bentuk gambar status pertumbuhan berat badan. f. Kolom ASI eklusif memuat informasi tentang catatan pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan. g. Kolom catatan pemberian imunisasi memuat tentang informasi tentang imunisasi apa yang sudah dan belum diberikan pada balita. Imunisasi juga bermanfaat agar anak kebal dan terlindung dari penyakit. h. Kolom catatan pemberian vitamin A. kolom ini memuat tentang jadwal pemberian vitamin A yang sudah dan belum diberiakan. Vitamin A juga bermanfaat salah satunya untuk meningkatkan kesehatan mata dan pertumbuhan anak.

Informasi yang terdapat pada KMS sangat penting manfaatnya bagi tenaga kesehatan yaitu sebagai acuan yang bisa digunakan untuk petugas kesehatan agar dapat meningkatkan pola asuh yang lebih baik, sehingga balita bisa tumbuh dengan normal. KMS juga dapat dijadikan media edukasi antara petugas kesehatan dengan orang balita, dengan adanya catatan di KMS juga dapat dijadikan alat pemantau untuk memecahkan masalah jika anak itu tidak tumbuh dengan normal atau harus dirujuk ke pelayanan kesehatan, yang lebih canggih fasilitasnya. Narasumber 4, mengungkapkan kolom pada KMS memiliki manfaat berbeda untuk pengambilan keputusan bagi petugas kesehatan, merupakan sumber informasi tetang riwayat kesehatan dan digunakan oleh petugas kesehatan pada saat balita mengalami gangguan kesehatan. Pernyataan dari hasil wawancara diatas sesuai dengan teori Nursallam, (2008) yang menyatakan jika KMS digunakan secara konsisten, maka dapat digunakan sebagai acuan bagi petugas kesehatan untuk memantau tumbuh kembang dan status gizi anak serta dapat digunakan sebagai informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu. Informasi KMS juga bermanfaat untuk proses tindakan apa yang harus dilakukan selanjutnya, seperti perencanaan, penyuluhan, pengawasan dan pemantauan sesuai dengan kebutuhan balita (Narasumber 5), pernyataan tersebut sesuai dengan teori yang diungkap oleh Saifuddin (2002), jika KMS diisi dan di gunakan secara konsisten, maka KMS bisa membantu dalam memantau kesehatan balita, catatan KMS juga dapat dijadikan sebagai acuan untuk perencanaan, penyuluhan sesuai dengan kebutuhan anak balita. KMS balita harus diisi secara lengkap, jelas dan akurat, agar informasi yang terdapat pada KMS dapat dimanfaatkan petugas kesehatan untuk pelaporan. Sistem pelaporan yang digunakan dilakukan dengan melihat catatan di KMS kemudian menyalin dalam buku rekapitulasi bulanan posyandu dan buku sistem informasi posyandu (SIP).

SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Proses pengisian KMS di Posyandu Sedap Malam, pengisiannya dibedakan berdasarkan pengunjung yang terdiri dari pengunjung baru dan pengunjung lama, penyebab ketidaklengkapan adalah kekeliruan petugas posyandu yang menganggap kolom pemberian ASI ekslusif hanya sebagai data penunjang dalam pengambilan keputusan dan kolom identitas juga sering terjadi ketidaklengkapan, petugas posyandu beralasan karena sudah merasa kenal dengan orang tua balita jadi jika sewaktu-waktu ada masalah dengan balita bisa langsung bertanya kepada orang tua balitanya, Kartu Menuju Sehat memuat informasi tentang, catatan kesehatan dan riwayat kesehatan balita secara lengkap, media edukasi orang tua dan petugas kesehatan, dan media komunikasi yang digunakan petugas kesehatan untuk menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan gizi, informasi yang tersedia juga dapat di gunakan untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu. 2. Saran Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diharap Bidan dan Kader lebih teliti, tepat dan jelas dalam pencatatan pengisian data pemantauan status gizi, agar informasi yang terdapat pada catatan data pemantau status gizi bisa digunakan secara optimal untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu, bagi Puskesmas diharap dapat meningkatkan fasilitas dan mendorong perkembangan pelaksanaan pendokumentasian data pemantau status gizi secara lengkap, dengan cara menyelenggarakan pelatihan pengisian KMS khususnya untuk para kader, yang bertujuan meningkatkan kualitas kerja dan kualitas pelayanan kesehatan balita.

DAFTAR PUSTAKA Depkes RI. 2010. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Di Indonesia. Jakarta : BAPPENAS Depkes RI. 2000. Panduan Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta Depkes RI. 2009. Pedoman Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) Balita. Jakarta Fauziah. 2010. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta. Nuha offset. KemenKes. RI. 2011. Buku Panduan Kader Posyandu. Jakarta Moehji. 2003. Ilmu Gizi 1: Pengetahuan Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Bhratara Nursallam. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk perawat dan bidan). Jakarta. Salemba Medika. Peraturan Menteri Kesehatan RI. 2010. Nomor : 155/MENKES/PER/I/2010. Tentang Penggunaan Kartu Menuju Sehat Bagi Balita. 2010. Soetjiningsih. 2002. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. Buku Kedokteran EGC. Sudarti. 2010. Buku ajaran Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta. Nuha offset.